BAB I PENDAHULUAN 1. 1.Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan deklarasi hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara PBB yang menghasilkan delapan tujuan utama yang ditargetkan tercapai pada 2015. Perhatian pemerintah pada pembangunan nasional dilakukan sejalan dengan capaian MDGs yang meliputi penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, menurunkan angka kematian anak, pembangunan pendidikan, keadilan dan kesetaraan gender. Tujuan keempat, lebih jelasnya, memiliki target untuk penurunan angka kematian bayi hingga dua per tiga pada periode waktu 1995 – 2015. Tabel I.1 menunjukan terjadi penurunan kematian baik pada bayi maupun balita pada rentang tahun 1991 – 2007. Meskipun demikian angka kematian balita masih berjumlah 44/1000 penduduk. Sedangkan pada target MDGS untuk Indonesia sendiri adalah 23/1000 penduduk. Tabel 1. 1. Tinjauan pencapaian MDG‟s Di Indonesia Keterangan Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup
Tahun 1991 97
Tahun 2007 44
Progess
Sumber
32
BPS, SDKI Angka Kematian Bayi 68 34 23 1991, 2007 (AKB) per 1000 kelahiran hidup *BPS, Angka Kematian Neonatal 32 19 Menurun Susenas 2011 per 1000 kelahiran hidup Presentase anak usia 1 tahun 44,50% 87,30%* Meninggkat yang diimunisasi campak Sumber : Laporan Pencapain Tujuan Pembangunan Milineum di Indonesia 2011 Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas di negara – negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dimana kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu 200ml/24 jam. Diare merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahaya karena
1
sering mengakibatkan kematian bila terlambat penanganannya. Diare sering terjadi pada bayi dan anak (Pudiastuti, 2011). Kejadian diare pada anak ini sangat berisiko pada balita karena menyebabkan dehidrasi, malnutrisi hingga kematian. Menurut Rudolph (2002) alasan kenapa diare lebih banyak menyerang balita adalah karena sistem imun yang relatif belum dewasa, persebaran bakteri melalui rute fecal-oral, dan kelompok anak yang terbentuk pada pusat – pusat childrencare. Setiap tahun 12,9 juta anak meninggal : 28% kematian disebabkan oleh pneumia, 23% karena penyakit diare dan 16% karena penyakit tidak memperoleh vaksinasi (Behramn, 2000). Pada negara berkembang, anak – anak usia dibawah tiga tahun rata – rata mengalami tiga episode diare per tahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama pada malnutrisi (WHO, 2009). D. I Yogyakarta merupakan salah satu yang memiliki prevalensi diare yang tinggi. Sleman merupakan salah satu kabupaten yang endemis diare. Seperti yang dikutip dari Profil Kesehatan Kabupaten Sleman 2013, pada tahun 2009 ditemukan sejumlah 12.448 kasus diare (IR = 13,05 per 1000 penduduk) dengan 4.117 (33,07%) penderita adalah balita. Jumlah ini terus meningkat hingga tahun 2012, ditemukan sebanyak 16.242 kasus diare dengan tingkat insiden mencapai 14,8. Grafik1. 1. Insidens Rate Kasus Diare di Kabupaten Sleman
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun 2013 Kecamatan Moyudan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sleman. Pada grafik dibawah ini, Kecamatan Moyudan adalah kecamatan yang memiliki tingkat insiden paling tinggi daripada kecamatan – kecamatan yang lain. Nilai tingkat insiden pada tahun 2013 dari kecamatan ini
2
adalah 83,45 dari 1000 penduduk. Sedangkan menyusul dua kecamatan yang memiliki IR 76,53 dan 77, 39 dari 1000 penduduk yaitu Kecamatan Minggir dan Kecamatan Tempel. Pada tahun 2014, Kecamatan Moyudan masih merupakan daerah yang masuk ke dalam tiga besar wilayah terdampak diare tertinggi, seperti yang dikutip dari koransindo.com, terdapat 493 kasus kejadian diare untuk semua umur. Grafik 1. 2. Tingkat InsidenKasus Diare di Kabupaten Sleman
2013
2012
2011
Cangkringan
Pakem
Turi
Tempel
Sleman
Ngaglik
Ngemplak
Kalasan
Prambanan
Berbah
Depok
Mlati
Sayegan
Minggir
Moyudan
Godean
Gamping
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Rata - rata
Sumber : Data Kejadian Penyakit Diare pada Balita Dinas Kesehatan Sleman Strategi yang perlu dilakukan untuk mengurangi atau menekan angka kematian bayi salah satunya adalah pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan ini tidak hanya berupa pembangunan fasilitas pelayanan berupa air bersih saja, melainkan juga mengenai pembangunan sarana – sarana untuk memperoleh air bersih. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan kejadian penyakit diare, dimana penyebab timbulnya penyakit ini adalah disebabkan oleh kuman melalui koordinasi makanan atau minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor-faktor lainnya meliputi faktor perilaku dan lingkungan (Direktorat Jendral PPM dan PL, 2005). Faktor dominan penyebab diare adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2006). Tempat pembuangan kotoran baik sampah, air limbah, dan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air serta dapat menyebabkan berbagai macam penyakit menular (Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Boyolali, 2006).
3
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diketahuinya pola atau sebaran wilayah terjangkit diare dan sebaran tingkat risiko untuk mengefisensikan analisis dan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan sebaran risiko tersebut dengan memanfaatkan produk penginderaan jauh dan aplikasi dari sistem informasi geografis. Penginderaan jauh merupakan sebuah terobosan untuk memperoleh informasi obyek yang dikaji dengan menggunakan citra yang telah direkam oleh sensor dari interaksi elektromagnetik dengan obyek di permukaan bumi. Produk dari citra penginderaan jauh ini mampu merepresentasikan kondisi lingkungan yang ada di sebuah wilayah, yang merupakan faktor pengaruh utama kesehatan masyarakat. Pada umumnya, citra yang digunakan pada kajian ini merupakan citra dengan resolusi spasial yang tinggi. Salah satu citra yang dapat digunakan adalah citra GeoEye – 1. Sistem informasi geografis adalah sistem komputer untuk menangkap, menyimpan, membuat query, menganalisis dan menampilkan data geografis (Chang, 2002). Sistem informasi geografis menawarkan alat yang ampuh untuk menyajikan informasi spasial sampai pada tingkat individu, dan melakukan pemodelan prediktif, yang dalam hal ini menentukan distribusi dan variasi geografis penyakit, dan pravalensi kejadiannya. Teknologi ini terintergrasi dengan penggunaan produk penginderaan jauh. Selain membantu merepresentasikan citra sesuai dengan kaidah kartografis, SIG juga berfungsi untuk mengolah dan menganalisa data citra penginderaan jauh. Pada kajian kesehatan, misalnya, dalam mempelajari surveilans polio di India, penting untuk mengetahui polio tipe – tipe apa yang terjadi dan di negara mana, karena hal ini memiliki implikasi penting bagi strategi pemberantasan penyakit, sistem informasi geografis membantu dalam pemetaan kesehatan dan menganalisis lebih cepat dan lebih baik daripada metode konvensional. Hal ini membuat para profesional dibidang kesehatan dapat dengan cepat dan mudah mengelola dan mengakses data dalam jumlah besar. Sistem informasi geografis menyediakan berbagai analisis dinamik, alat dan teknik tampilan untuk pemantauan dan pengelolaan epidemi. SIG memiliki peran penting di masa depan untuk eksplorasi tak terbatas, tergantung pada keahlian dan imajinasi peggunanya (Johnson, 2010). Pemanfaatan sistem informasi geografis
4
ada berbagai macam, misalnya analisis spasial, temporal, spasiotemporal dan pemodelan kejadian penyakit. Penyusunan pemodelan spasial dilakukan dengan metode tertentu, dimana nantinya, akan membantu merepresentasikan sebuah tingkat risiko kejadian penyakit. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan melakukan pemanfaatan citra Geoeye – 1 dan sistem informasi geografis untuk pemodelan spasial tingkat risiko penyakit diare di salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kecamatan Moyudan, Kabupaten
Sleman,
dengan
memanfaatkan
sistem
informasi
geografis.
Penyusunan ini dilakukan dengan menggunakan dua aspek utama; aspek sanitasi lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat. 1. 2.Permasalahan Penelitian yang akan dilaksanakan ini merupakan penelitian yang didasarkan pada beberapa masalah, yaitu : 1. Belum diketahuinya akurasi citra Geo Eye - 1 untuk mengekstraksi data spasial parameter kondisi lingkungan terkait diare 2. Belum diketahuinya pola sebaran penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 3. Belum diketahuinya persebaran tingkat risiko penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 4. Belum diketahuinya hubungan model spasial risiko kejadian penyakit diare akut pada balita dan kejadian penyakit diare akut pada balita di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 1. 3. Pertanyaan Penelitian Masalah – masalah yang diuraikan sebelumnya, kemudian menimbulkan pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimana kemampuan citra Geo - Eye 1 untuk mengekstraksi data spasial parameter kondisi lingkungan terkait diare ? 2. Bagaimana pola kejadian penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta ? 3. Bagaimana persebaran tingkat risiko penyakit diare yang ada di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta ?
5
4. Bagaimana hubungan model spasial risiko kejadian penyakit diare akut pada balita dan kejadian penyakit diare akut pada balita di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 1. 4.Tujuan Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui tingkat akurasi citra Geo - Eye 1 untuk mengekstraksi data spasial parameter kondisi lingkungan terkait diare 2. Mengetahui pola persebaran kejadian penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 3. Mengetahui sebaran tingkat risiko penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 4. Mengetahui hubungan model spasial yang dibuat dengan kejadian diare Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 1. 5.Sasaran Penelitian Sasaran penelitian merupakan target pencapaian dari pelaksanaan kegiatan penelitian. Sasaran dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tingkat akurasi citra Geo - Eye 1 dalam ekstraksi data spasial parameter kondisi lingkungan terkait diare 2. Peta risiko penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta yang dihasilkan dari analisis hasil survey lapangan dan tumpang susun peta – peta parameter yang digunakan 3. Peta persebaran kejadian penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 4. Analisa statistik hubungan model spasial dengan kejadian penyakit diare Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 1. 6.Kegunaan Penelitian yang dibuat ini diharapkan memiliki kegunaan untuk : 1. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
6
2. Sebagai alternatif dalam penerapan ilmu penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk kajian kesehatan lingkungan 3. Sebagai referensi bagi pemerintah dan dinas kesehatan terkait dengan pembangunan kesehatan masyarakat di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.
7