BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
bayi hingga ia berusia enam bulan. ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi. Pemberian ASI secara Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti air putih, susu formula, air teh, jeruk, madu, dan tanpa tambahan makanan padat seperti bubur susu, bubur nasi, tim, biskuit, pepaya, dan pisang mulai lahir sampai usia enam bulan (Nurjanah dkk, 2013). WHO mengeluarkan program Millenium Development Goals (MDG’s) yang terdiri dari delapan pokok bahasan, salah satunya adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Cakupan ASI Eksklusif di Negara ASEAN seperti India sudah mencapai 46%, di Philipina 34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24%, sedangkan di Indonesia sudah mencapai 54,3 (INFODATIN, 2014). Pada tahun 2015 Millennium Develepment Goals (MDG’s) Indonesia menargetkan penurunan sebesar 23 untuk angka kematian bayi dan balita dalam kurun waktu 2009-2015. Oleh sebab itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian bayi dari 68/1.000 kelahiran hidup menjadi 23/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita dari 97/1.000 kelahiran hidup menjadi 32/1.000 kelahiran hidup. Salah satu rangka menurunkan AKB, dapat dilakukan dengan pemberian ASI Eksklusif (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010).
1 Universitas Sumatera Utara
2
Dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara Eksklusif dalam 6 bulan pertama. Sedangkan di negara industri, bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif lebih besar meninggal dari pada bayi yang diberi ASI Eksklusif. Sementara di negara berkembang hanya 39% Ibuibu yang memberikan ASI Eksklusif (UNICEF, 2013). UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah 5 tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal pediatric menunjukkan 16 % kematian bayi sejak lahir (Baskoro, 2008). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian ASI secara Eksklusif di Indonesia tanggal 7 April 2004 telah menetapkan ASI Eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI secara Eksklusif (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0-6 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam enam tahun terakhir, menurut data Susenas cakupan ASI Eksklusif sebesar 34,3% pada tahun 2009, tahun 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tahun 2011 angka itu naik menjadi 42% dan menurut SDKI tahun 2012 cakupan ASI Eksklusif sebesar 27%. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tahun 2013 adalah sebanyak 41,3% (Dinkes Sumut, 2013).
Universitas Sumatera Utara
3
Menurut Derek, jumlah wanita yang memilih menyusui sendiri bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah kurang dari 40% yang memilih ASI, dan pada minggu keenam setelah melahirkan, kurang dari 20% memberi ASI kepada bayinya. Sejak itu ada kecenderungan untuk memberi ASI, khususnya wanita kelas menengah, dan sekarang sekitar 75% wanita mulai menyusui 3 bulan kemudian (Derek, 2005). Rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Indonesia dibandingkan dengan negara berkembang lainnya dan
negara-negara ASEAN tentu menyumbang
akibat yang tidak baik bagi kesehatan bayi. Menurut Kemenkes 2010, menyusui dampaknya sangat signifikan dalam menurunkan angka kematian anak. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Demikian juga yang diungkapkan oleh WHO (2005) bahwa hampir 90% kematian anak balita terjadi di negara berkembang dan 40% lebih kematian disebabkan oleh diare dan infeksi saluran pernafasan akut yang sebernarnya dapat dicegah dengan pemberian ASI Eksklusif. Menyusui merupakan pemberian yang sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu kepada bayinya. Bayi dalam keadaan sakit atau kurang gizi menyusui mungkin sangat baik diberikan. ASI sejenis makanan lezat, manis, dapat dibawa kemana-mana, siap pakai pada suhu yang tepat, mudah dicerna, benilai gizi tinggi, dan komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan bayi yang selalu berubah. Makanan tersebut demikian lengkapnya sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan dan tersedia secara gratis (Danuatmaja, 2003).
Universitas Sumatera Utara
4
Manfaat pemberian ASI Eksklusif sangat luas dan beragam terutama bagi ibu dan bayi serta keluarga. Bagi Ibu dan bayi, pemberian asi eksklusif akan menumbuhkan jalinan kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan awal dari keuntungan menyusui secara Eksklusif. Bagi keluarga, pemberian ASI Eksklusif akan membawa manfaat dari aspek ekonomi, psikologi dan kemudahan (Arini, 2012). Berdasarkan Data dari Dinkes Kota Medan pada bulan Februari tahun 2015 Jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah 5.687 dari 20.297 bayi yang terdata, dalam persentasi yaitu sebesar (39,8%) . Hal ini menunjukkan bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif sangat rendah (belum mencapai target) dan Puskesmas dengan cakupan pemberian ASI Eksklusif tertinggi adalah di Puskesmas Belawan dengan cakupan sebesar ( 80,4%) dan cakupan pemberian ASI Eksklusif terendah terdapat di 5 Puskesmas yaitu Puskesmas Medan Denai (10,15%), Puskesmas Kedai Durian (10,12%), Puskesmas Sentosa Baru (10,10%), Puskesmas Sei Agul (10,8%), dan yang paling rendah yaitu terdapat di Puskesmas Kota Matsum yang hanya (10,6%). Menurut hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh Peneliti di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area, Cakupan ASI Eksklusif pada bulan Februari tahun 2015 adalah 11,8 % dan pada bulan Agustus tahun 2015 adalah 11,5 % . Peneliti juga memperoleh informasi saat melakukan diskusi singkat dengan salah satu pegawai bagian Gizi mengatakan bahwa penyebab cakupan ASI Eksklusif rendah di wilayah keja Puskesmas Kota Matsum adalah Tingkat
Universitas Sumatera Utara
5
pengetahuan Ibu yang masih rendah dan masih banyak bidan atau praktek melahirkan yang masih memberikan susu formula pada saat bayi lahir. Upaya yang dilakukan oleh petugas Kesehatan di Puskesmas Kota Matsum dalam menanggulangi permasalahan ASI Eksklusif sudah pernah dilakukan berupa Penyuluhan tentang ASI Eksklusif pada Ibu hamil, Penyuluhan pada Wanita Usia Subur (WUS) , dan Pembinaan Kader-kader yang ada disetiap Posyandu. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana perilaku Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2015. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2015. 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan area Selatan tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
6
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2015. 2. Mengetahui pengetahuan Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2015. 3. Mengetahui sikap Ibu yang memiliki bayi umsia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2015. 4. Mengetahui tindakan Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian Asi Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2015. 5. Mengetahui sumber informasi (faktor pendukung) Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2015. 6. Mengetahui faktor pendorong Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
7
1.4
Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan referensi dan bahan bacaan untuk menambah wawasan dalam pengetahuan,sikap dan tindakan Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif. 2. Dapat mengelola strategi apa yang dilakukan bagi Puskesmas untuk menanggulangi masalah Asi Eksklusif. Contohnya,Meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada Ibu melalui petugas kesehatan di Puskesmas dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang manfaat ASI Eksklusif. 3. Bagi Mahasiswa dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang pemberian ASI Eksklusif. 4. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pemberian ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara