BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan disajikan sebagai hasil pertanggungjawaban manajemen kepada investor atas sumber daya yang mereka kelola. Hal ini dilakukan karena sesuai dengan konsep dasar akuntansi, yakni konsep kesatuan usaha (entity theory), sebuah organisasi bisnis harus dipandang terpisah dari pemilik bisnis secara hukum (Paton dan Littleton dalam Suwardjono, 2005). Pemberlakuan konsep entitas bisnis ini memberikan konsekuensi bagi perusahaan untuk melakukan pelaporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada pemilik (IAI, 2009). Tujuan dari adanya laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan aliran kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK 1, 2009). Sejak tahun 2008 Indonesia telah melakukan upaya konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Tujuan dari konvergensi ini adalah untuk meningkatkan kualitas informasi dan transparansi perusahaan terkait dengan penyusunan laporan keuangan (IAI, 2014). Dengan mengacu IFRS sebagai standar global, diharapkan dapat meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia serta
1
memungkinkan keterbandingan dan pertukaran informasi secara universal. Oleh karenanya, sejak upaya konvergensi tersebut dilakukan, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah mengesahkan banyak Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) baru dan juga PSAK revisian. Salah satu PSAK yang mengalami revisi adalah PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. Selama masa konvergensi, PSAK 1 setidaknya telah mengalami dua kali revisi. PSAK 1 (revisi 2009) “Penyajian Laporan Keuangan” merupakan adopsi dari IAS 1 (2007) “Presentation of Financial Statement” dan berlaku efektif sejak 1 Januari 2011. Selanjutnya PSAK 1 (revisi 2013) “Penyajian Laporan Keuangan” merupakan adopsi dari IAS 1 (2010) “Presentation of Financial Statement” dan berlaku efektif sejak 1 Januari 2015. Revisi mendasar yang terdapat pada PSAK 1 (revisi 2009) dibandingkan dengan PSAK 1 (1998) adalah adanya komponen laporan keuangan berupa laporan laba rugi komprehensif. Laporan laba rugi komprehensif terdiri dari komponen laba rugi dan pendapatan komprehensif lain. Komponen pendapatan komprehensif lain menyajikan pos-pos pendapatan dan biaya (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui di dalam laba rugi. Sebelum akhirnya Indonesia menerapkan PSAK 1 (revisi 2009), IAI menggunakan konsep laba rugi dari aktivitas normal dan laba rugi dari aktivitas tidak normal. Laba rugi tidak normal atau yang dalam istilah FASB disebut sebagai perubahan ekuitas non pemilik lainnya diklasifikasikan sebagai bagian dari laporan perubahan ekuitas, bukan laporan laba rugi. Barulah setelah PSAK 1 (revisi 2009)
2
IAI mengikuti konsep laba yang sama seperti dengan IASB, yakni laba komprehensif. Laba komprehensif diartikan sebagai perubahan ekuitas dalam sebuah entitas bisnis dalam suatu periode yang berasal dari transaksi non pemilik (IAS 1, 2007). Sehingga, sejak tahun 2011 telah berlaku efektif aturan untuk menyajikan semua jenis perubahan ekuitas non pemilik di dalam laporan laba rugi, baik dari aktivitas operasi normal maupun tidak normal. PSAK 1 (2009) mendefinisikan komponen pendapatan komprehensif lain sebagai item-item pendapatan dan biaya (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui di dalam laba rugi dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana disyaratkan oleh SAK. Definisi ini sama dengan definisi yang digunakan oleh IAS 1 (2007). Menurut FASB dalam Suwardjono (2005), pentingnya pengungkapan pendapatan komprehensif lain bersama dengan laba rugi normal dari aktivitas operasi ke dalam sebuah laporan yang sama adalah karena memang sudah seharusnya segala informasi yang terkait dengan perubahan ekuitas karena transaksi non pemilik dimuat di dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi yang diadopsi kini adalah laporan laba rugi komprehensif yang sesuai dengan pendekatan all-inclusive income. Sehingga dengan kata lain perubahan yang terjadi sebelum dan setelah revisi pada PSAK 1 (revisi 2009) adalah berpindahnya klasifikasi komponen pendapatan komprehensif lain dari laporan perubahan ekuitas menjadi dimuat ke dalam laporan laba rugi yang kini telah berganti nama menjadi laporan laba rugi komprehensif.
3
Tujuan dimasukannya komponen pendapatan komprehensif lain ke dalam laporan laba rugi komprehensif adalah untuk mencegah penyembunyian atau penghilangan (omissions) secara diskresioner pos-pos laba atau rugi tertentu dari laporan laba rugi. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk mengantisipasi perkembangan masa datang dan untuk menhindari penyalahgunaan dalam bentuk manajemen laba (FASB dalam Suwardjono, 2005). Berbagai perbaikan dan perubahan yang terjadi di dalam PSAK melalui adopsi IFRS tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan dan mengurangi kesenjangan informasi antara pihak manajemen dengan pihak pemilik. Kualitas informasi laporan keuangan menjadi sebuah isu yang penting karena berbagai permasalahan akuntansi, termasuk manajemen laba, disebabkan oleh adanya asimetri informasi (Lin dan Rong, 2012). Berdasarkan teori keagenan, asimetri informasi muncul ketika agen (manajemen) memiliki informasi yang lebih banyak daripada prinsipal (pemilik). Dengan asumsi bahwa tiap-tiap pihak bertindak untuk memaksimalkan utilitas pribadi, maka manajemen yang memiliki informasi lebih banyak menjadi terdorong untuk menyembunyikan berbagai informasi tertentu dari pihak pemilik. Perilaku oportunistik tersebut seringkali dilakukan dengan melakukan manajemen laba. Dengan kata lain, semakin senjang perbedaan informasi yang dimiliki antara manajemen dan pemilik, semakin tinggi pula kesempatan bagi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba.
4
Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar dengan tujuan memaksimalkan utilitas atau nilai pasar perusahaan (Scott, 1997 dalam Armando, 2011). Praktik ini dapat terjadi karena akuntansi tidak memaksakan keseragaman mutlak pada standar akuntansi melainkan hanya melalui pedoman-pedoman umum yang memberikan keleluasaan bagi entitias untuk memilih perlakuan atau metode akuntansi yang sesuai dengan kondisi bisnisnya. Selain itu, dengan digunakannya basis akrual semakin memperluas peluang untuk terjadinya praktik manajemen laba. Praktik manajemen laba dapat dilakukan dengan memanipulasi pelaporan transaksi-transaksi berbasis akrual. Oleh karena itu dengan adanya perubahan pada PSAK 1 (revisi 2009), terutama terkait dengan kewajiban bagi tiap-tiap perusahaan terdaftar untuk menyajikan laporan laba rugi komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan daya informasi laporan keuangan yang disusun oleh manajemen terhadap pemilik. Sehingga dengan diungkapkannya pos pendapatan komprehensif lain di dalam laporan laba rugi komprehensif diharapkan dapat menurunkan tingkat asimetri informasi antara agen dan prinsipal yang merupakan akar masalah dari teori keagenan dan dapat berimplikasi menjadi praktik manajemen laba (Akbar, 2015). Ini karena berdasarkan deskripsi dari FASB tujuan dari pengungkapan segala bentuk perubahan ekuitas yang berasal dari transaksi non pemilik adalah untuk mencegah
5
pengembunyian atau penghilangan (omissions) secara diskresioner pos-pos laba atau rugi tertentu dari laporan laba rugi. Penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Rong (2012) menguji pegaruh pengungkapan pendapatan komprehensif lain terhadap praktik manajemen laba. Penelitian yang mereka lakukan terhadap perusahaan-perusahaan dalam sektor non keuangan terdaftar di Shanghai Shares A menemukan bahwa pendapatan komprehensif lain di laporan laba rugi komprehensif dapat secara signifikan berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba. Ini artinya pengungkapan pendapatan komprehensif lain dapat mengurangi dan membatasi praktik manajemen laba sampai dengan tingkat tertentu. Penelitian yang serupa dilakukan oleh Tetuko (2012) dan Akbar (2015) dengan sampel berupa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian kedua penelitian di Indonesia tersebut samasama menemukan hasil yang berkebalikan dengan Lin dan Rong. Pengungkapan pendapatan komprehensif lain tidak secara signifikan berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba. Ketidakkonsistenan hasil ini menarik penulis untuk melakukan penelitian yang sama dengan mereplikasi penelitian dari Lin dan Rong dengan jumlah sampel yang lebih besar dari penelitian yang dilakukan oleh Tetuko dan Akbar. 1.2. Rumusan Masalah Penulis
merumuskan
pertanyaan
penelitian
sebagai
berikut:
Apakah
pengungkapan komponen pendapatan komprehensif lain di laporan laba rugi
6
komprehensif secara signifikan berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba?
1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah pengungkapan komponen pendapatan komprehensif lain di laporan laba rugi komprehensif secara signifikan berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi untuk mengembangkan studi mengenai manajemen laba 1.4.2. Bagi peneliti selanjutnya, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan memberikan gambaran tentang pengaruh pengungkapan di laporan keuangan terhadap praktik manajemen laba di Indonesia 1.4.3. Bagi regulator dan investor, penulis berharap penelitian ini dapat memberi gambaran bahwa isu manajemen laba masih berkembang.
1.5.Sistematika Penulisan Penelitian ini akan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN; berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA; berisi landasan teori, penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN; berisi populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN; berisi deskripsi data, pengujian hipotesis, dan pembahasan. BAB V: PENUTUP; berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.
8