BAB I KONSEP DASAR AKUNTANSI BIAYA A. pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya 1. Pengertian Biaya Pengertian baiya dalam arti sempit, biaya adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Jumlah yang dikorbankan tersebut secara tidak langsung disebut harga pokok dan dicatat pada neraca sebagai aktiva. Sedangkan pertain biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Unsur-unsur biaya : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Biaya dapat diukur dalam satuan uang 3. Biaya merupakan pengorbanan yang telah terjadi maupun akan terjadi 4. Biaya merupakan pengorbanan yang mempunyai tujuan tertentu 2. Pengertian Akuntansi Biaya Pada perusahaan industri tugas bagian akuntansi selain menyediakan informasi keuangan juga menyediakan informasi biaya produksi untuk kepentingan manajemen. Kegiatan perusahaan industri meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Membeli bahan baku untuk sementara disimpan b. Mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Dalam pengolahan bahan baku hinga produk selesai memerlukan jasa tenaga kerja c. Menyimpan sementara produk jadi d. Menjual produk jadi Proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi disebut proses produksi, sedangkan biayabiaya yang dikeluarkan untuk menjadi produk jadi disebut biaya produk barang jadi. Biaya produksi meliputi, biaya bahan baku; biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (biaya lain-lain yang terjadi di pabrik). Biaya yang terjadi tersebut perlu dikumpulkan untuk menentukan harga pokok produksi melalui proses akuntansi yang disebut Akuntansi Biaya Dept. Accounting -1–
Jadi akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan produk, penjualan produk atau peneyerahan jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasilnya. Akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memnuhi pemakai di dalam perusahaan maupun pemakai di luar perusahaan. Sasaran akuntansi biaya adalah transaksi keuangan yang berhubungan dengan biaya secara umum dan tujuan akuntansi biaya menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen. B. Hubungan antara Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen. 1. Akuntansi Keuangan. Akuntnasi keuangan adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk kepentingan pihak luar. Yang dimaksud pihak luar adalah pihak-pihak diluar manajemen perusahaan. Informasi keuangan perusahaan disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang mencakup neraca; laporan laba-rugi; laporan perubahan modal atau laporan laba yang ditahan serta laporan lainnya. Oleh karena itu laporan keuangan merupakan alat komunikasi bagi pihak luar perusahaan dengan kegiatan perusahaan. Dengan menganalisis neraca mereka akan mengetahui posisi keuangan perusahaan. Sedangkan laporan laba-rugi dapat diketahui hasil usaha dan perkembangan perusahaan. Laporan keuangan menyangkut kepentingan pihak ekstern perusahaan. Oleh karena itu transaksi yang menjadi obyek akuntansi keuangan adalah transaksi perusahaan yang sifatnya umum ( perubahan harta, utang dan modal perusahaan) 2. Akuntansi Manajemen. Akuntansi manajemen adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk pihak manajemen. Jenis informasi yang diperlukan manajem,en dalam banyak hal berbeda dengan informasi yang diperlukan pihak luar. Umumnya informasi untuk keperluan manajemen bersifat sangat mendalam dan tidak dipublikasikan kepada umum. Kegiatan akuntansi manajemen meliputi bidang-bidang sebagai berikut : a. Merancang system pengumpulan data b. Menyediakan data yang relevan dengan keputusan manjemen yang akan diambil c. Membantu manajemen dalam menentukan alternative (pilihan) tindakan Dept. Accounting -2–
d. Membantu manajemen dalam menenetukan alternative yang lebih baik untuk memecahkan suatu masalah. e. Membantu manajemen dalam merencanakan kegiatan di masa yang akan datang Kedua akuntansi tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan yang antara lain : Perasamaan: 1. Keduanya merupakan pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan. 2. Keduanya berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi yang berkepintingan Perbedaan : 1. Akuntansi keuangan terutama ditujukan untuk menyajikan informasi keuangan bagi pemakai di luar perusahaan, seperti pemegang saham, kreditur, pemerintah dl 2. Akuntansi manajemen ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan bagi keperluan manajemen. Adapun akuntansi biaya mempunyai tujuan menghitung biaya produksi untuk menetapkan harga pokok produksi dan menyusun laporan biaya guna memenuhi keperluan manajemen, karena akuntansi biaya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai di dalam perusahaan, maka akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. C. Penggolongan Biaya. 1. Menurut obyek pengeluaran. a. Pembelian bahan baku disebut biaya bahan baku b. Pembayaran tenaga kerja disebut biaya tenaga kerja c. Pembayaran biaya-biaya lain yang terjadi di pabrik disebit biaya overhead pabrik 2. Atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan a. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk mengolah bahan baku menajdai produk jadi. b. Biaya administrasi dan umum adalah biaya dalam hubungannya dengan pengatu ran atau koordinasi kegiatan produksi c. Biaya penjualan/ pemasaran adalah biaya yang berhubungan dengan kegiatan pe masaran/ penjualan. 3. Hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai Dept. Accounting -3–
a. Biaya bahan langsung adalah semua bahan untuk membentu suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan produk jadi b. Biaya tenga kerja langsung upah para pekerja yang secara langsung membuat pro duk dan jasanya dan langsung dihituing kedalam harga pkok produk. c. Biaya produksi tidak langsung adalah biaya selain bahan langsung dan tenaga ker ja langsung yang terjadi di pabrik, macam biaya ini disebut biaya overhead pabrik 4. Tingkah laku terhadap peubahan volume produksi a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak terpengaruh terhadap vo lume produksi b. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. c. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah tidak sebanging dengan volume produksi. 5. Menurut waktu manfaat a. Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun Pada saat terjadinya pengeluaran modal dicatat sebagai harga pokok aktiva dan di bebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaat dengan mengalokasikan se bagian harga pkok aktiva tersebut sebagai penyusutan. b. Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure) adalah biaya yang hanya mempu nyai manfaat dalam satu periode akuntansi dimana biaya tersebut terjadi. D. Tujuan Akuntansi Biaya. 1. Menyajikan informasi biaya untuk mengitung harga okok produksi 2. Menyajikan informasi biaya dalam rangka pengendalian 3. Menyajikan informasi biaya untuk membantu manajemen dalam pembuatan angga ran dan perencanaan laba. 4. Menyajikan informasi biaya untuk pengambilan keputusan E. Metode Pengumpulan Biaya 1. Cara memproduksi atas dasar pesanan. Pada perusahaan yang memproduksi atas dasar pesanan cara pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya produksi yang Dept. Accounting -4–
dikumpulkan untuk setiap jenis pesanan dan harga pokok persatuan yang dihutng dengan rumus
Harga Pokok per Satuan =
Jumlah produksi settiap pesanan ___________________________ Jumlah produk yang dipesan
2. Cara memproduksi atas dasar produksi masa Pada perusahaan yang memproduksi masa cara pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok proses. Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan selama periode tertentu. Sedangkan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu dihutng dengan rumus : Harga pokok per satuan = Jumlah produksi selama satu periode Jumlah produk yang dihasilkan F. Sistimatika Akuntansi Biaya Perhitungan Biaya Produksi 1. Perhitungan biaya produksi sebelum proses produksi dilakukan, dalam menghitung biaya produksi sebelum proses produksi dilakukan biasanya biaya produksi ditetapkan berdaarkan pengeluaran yang telah lalu, kemudian diperhitungan kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang, perhitungan ini dipergunakan untuk menentukan harga pokok produksi. 2. Perhitungan biaya setelah prose produksi selesai, perhitungan biaya produksi semacam inin dengan mendasarkan atas pencatatan biaya-biaya yang sesungguhnya terjadisehingga diperoleh jumlah biaya untuk produksi tertentu. Contoh : Perusahaan Gadjah Oleng dalam mengerjakan produk tertentu berdasarkan pengalaman ditetapakan biaya-biaya sebagai berikut : Biaya bahan baku Rp.1.000.000,Biaya tenaga kerja langsung Rp. 750.000,Biaya overhead pabrik Rp.1.250.000,Jumlah biaya produksi Rp.3.000.000,Setelah produk selesai dikerjakan dipeoleh data biaya sebagai berikut : Biaya bahan baku Rp.1.100.000,Biaya tenaga kerja langsung Rp.1.000.000,Biaya overhead pabrik Rp. 800.000,Jumlah biaya produksi Rp.2.900.000,Dept. Accounting -5–
Bab II PERHITUNGAN DAN PENCATATAN BIAYA PRODUKSI A. Pendahuluan. Dalam perusahaan industri terdapat tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi; pemasaran dan administrasi umum. Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan, biaya digolongkan menjadi biaya produksi; biaya pemasaran dan biaya administrasi umum. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungan dengan proses pengolahan bahan baku sampai pada produk jadi. Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya bahan baku; biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Komponen yang mencakup biaya produksi adalah : 1. Biaya bahan baku, bahan baku adalah bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan dari produk jadi dan merupakan biaya utama dalam proses pembuatan produk. Harga pokok bahan baku yang dikorbankan dan diolah dalam proses produksi disebut biaya bahan baku. 2. Biaya tenaga kerja adalah jasa sumber daya manusia yang dinilai dengan satuan uang, yang dikorbankan dalam usaha memperoleh pendapatan bagi karyawan. 3. Biaya Overhead Pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja, seperti : biaya listrik dan telepon, biaya perawatan mesin, biaya penyusutan mesin, biaya pelatihan dan sebagainya. B. Biaya Bahan Baku 1. Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli Dalam menentukan harga poko bahan baku yang dibeli dengan mendasarkan : a. Harga faktur b. Biaya angkut pembelian c. Biaya-biaya lain yang berhubungan untuk mendapatkan bahan baku tersebut Sementara potongan pembelian, jumlah ptongan pembelian diberlakukan sebagai pengurang harga pokok bahan baku yang dibeli.
Dept. Accounting -6–
Mengenai baiaya angkut pembelian, dalam hal bahan baku yang dibeli hanya satu jenis tidak ada kesulitan dalam membebankan biaya angkut pembelian bahan baklu yang dibeli. Tetapi bila perusahaan membeli lebih dari satu jenis bahan baku maka perhitungan harga pokok bahan baku yang dibeli dengan mendasarkan : 1. Berdasarkan perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku, cara ini hanya dapat dilakukan apabila satuan bahan baku yang dibeli sama atau disamakan. Contoh : Perusahaan Medro membeli dua jenis bahan baku sebagai berikut : Bahan A
30.000 kg @ Rp.800,-
Rp.24.000.000,-
Bahan B
20.000 kg @ Rp.700,-
Rp.14.000.000,-
Jumlah
50.000 kg
Rp.38.000.000,-
Biaya angkut pembelian untuk ke dua jenis bahan baku tersebut Rp.2.500.000 Jumlah ini dialokasikan pada bahan baku A dan B dengan perhitungan : Bahan A Bahan B
= 30.000 x Rp.2.500.000,- = Rp.1.500.000 50.000 = 20.000 x Rp.2.500.000,- = Rp.1000.000 50.000
2. Berdasarkan perbandingan harga faktur Bahan A Bahan B
= 24.000.000 x Rp.2.500.000,38.000.000 = 14.000.000 x Rp.2.500.000,38.000.000
= Rp.1.578.947,36 = Rp.
921.052,64
2. Perhitungan Harga Pokok Bahan Baku Yang dipakai 1. Biaya Bahan Baku, adalah harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi. Perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi tergantung pada system pencatatan pencatatan persediaan dan metode penilaian persediaan bahan baku yang diterapkan. Terdapat dua system pencatatan persediaan yaitu system fisik dan system perfectual. Sementara metode penilaian bahan baku yang biasa digunakan adalah metode FIFO; LIFO dan Rata-rata tertimbang. Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi pada dasarnya adalah hasil kuantitas dengan harga satuan bahan baku yang dipakai. Penentuan kuantitas bahan baku
Dept. Accounting -7–
tergantung pada system pencatatan dan penentuan harga satuannya tergantung pada metode penilaian persediaan yang digunakan. Contoh : Data bahan baku PT KAPILUX selama bulan Maret 2008 adalah sebagai berikut : Maret 1. Persediaan
5.000 kg @ Rp.1.200,-
Maret 10 Pembelian
8.000 kg @ Rp. 1.000,-
Maret 15 Pemakaian proses produksi 10.000 kg Maret 23 Pembelian
7.000 kg @ Rp. 1.500,-
Maret 28 Pemakaian proses produksi 6.000 kg Harga pokok bahan baku yang dipakai dapat dihitung dengan metode : 1. Metode FIFO (masuk pertama keluar pertama) Menurut metode FIFO bahan baku yang masuk pertama dianggap bahan baku yang pertama dipakai dalam proses produksi. Dari contoh diatas harga pokok bahan baku yang dipakai sebesar :
Pemakaian pada tanggal 15 Maret sebanyak 10.000 Kg adalah : 5000 Kg @ Rp.1.200,-
= Rp.6.000.000,-
5000 Kg @ Rp.1.000,-
= Rp.5.000.000,Rp.11.000.000,-
Pemakaian pada tanggal 28 Maret sebanyak 6.000 Kg : 3000 Kg @ Rp.1.000,-
= Rp. 3.000.000,-
3000 Kg @ Rp.1.500,-
= Rp. 4.500.000,Rp. 7.500.000,Biaya Bahan Baku
Rp.18.500.000,
2. Metode LIFO ( Masuk Terakhir Keluar Pertama) Pada metode LIFO bahan baku yang masuk terakhir dianggap yang pertama kali dipakai dalam proses produksi. Contoh :
Pemakaian pada tanggal 15 Maret 10.000 Kg adalah : 8000 Kg @ Rp. 1.000,-
= Rp. 8.000.000,-
Dept. Accounting -8–
2000 Kg @ Rp. 1.200,-
= Rp. 2.400.000,Rp. 10.400.000,-
Pemakaian pada tanggal 28 Januari 6.000 Kg adalah 6000 Kg @ Rp.1.500,-
=
Rp. 9.000.000,-
Biaya Bahan Baku
Rp.19.400.000,-
3. Metode Rata-rata tertimbang Pada metode rata-rata tertimbang, harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi adalah hasil kali kuantitas bahan baku yang dipakai dan harga pokok ratarata per unit. Dari contoh diatas harga pokok bahan baku yang dipakai adalah : Harga pokok rata-rata tiap Kg. 5.000 kg
@ Rp.1.200,-
= Rp. 6.000.000,-
8.000 kg
@ Rp.1.000,-
= Rp. 8.000.000,-
7.000 kg
@ Rp.1.500,-
= Rp.10.500.000,-
20.000 kg
= Rp.24.500.000,-
Harga pokok rata-rata tiap kg = Rp.24.500.000,- : 20.000 kg = Rp.1.225,Harga pokok pemakaian bahan baku adalah : = 16.000 kg X Rp.1.225,- = Rp.19.600.000,3. Pencatatan Biaya Bahan Baku Pencatatanbahan baku meliputi pencatan pemebelian dan pemakaian bahan baku dalam proses produksi. Sementara teknis pencatatannya tergantung sistem pemcatatatan persediaan yang diterapkan. sistem pencatatan dibedakan antara lain : a.Pencatatan sistem Fisik, dalam pencatatan sistem fisik harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung dan dicatat pada setiap periode, setelah lebih dulu dihitung harga pokok bahan baku pada akhir periode. Dengan demikian selama periode berjalan tidak ada pencatatan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi. Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi selama periode dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Pembelian bahan baku awal periode …Rp.xx Dept. Accounting -9–
Harga pokok bahan baku yang dibeli…Rp.xx (+) Hp. BB yang tersedia untuk dipakai
Rp.xx
Harga pokok bahanakhir………………Rp.xx (-) Hp. BB yang dipakai dalam proses Prod. Rp.xx 4. Prosedur Pencatatan Baya Bahan Baku 1. Transaksi pembelian bahan baku dicatat di (D) pada akun persediaan bahan baku dan (K) pada akun Hutang/ Kas. Bahan baku hanya berfungsi sebagai tempat mencatat harga pokok persediaan BB pada awal periode. Pada akhir periode, saldo akun persediaan BB dipindahkan pada akun BDP atau akun ikhtisar produksi. Dengan demikian, harga pokok BB yang tersedia untuk dipakai akan nampak disisi (D) akun BDP. Sementara akun persediaan BB dan akun pemebelaian BB menjadi nol 2. Harga pokok bahan baku pada akhir periode adalah dihitung secara fisik dicatat idsebelah (D) pada akun persediaan BB, dan (K) pada akun persediaan BDP. Sehubungan dengan pencatatan bahan diatas, saldo akun BDP menunjukkan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi (biaya bahan baku) selama periode yang bersankutan. Metode FIFO , LIFO atau rata-rata Dalam pencatatan sistim fisik, namapak harga pokok BB yang dipakai dalam proses produksi baru dapat ditentukan setelah Harga pokok BB akhir periode diketahui. Nilai persediaan BB pada akhir periode tergantung pada metode penilaian persediaan yang diterapkan, dalam artian menggunakan tertimbang
Contoh metode penilaian persediaan FIFO PT. Kolang Kaling mempunyai data Bahan Baku untuk bulan Juli 2007 sebagai berikut : Juli 1, Persediaan 12.000 Kg@ Rp.1.000 Juli 5, Pembelian 12.000 Kg@ Rp.1.250 Juli 12, Pembelian 6.000 Kg@ Rp.1.250 Juli 31, Persediaan 1.000 Kg Berdasarkan data BB diatas, Jurnal yang dibuat PT Kolang-Kaling Sbb: Dept. Accounting - 10 –
1. Jurnal untuk mencatat BB yang dibeli selama bulan Juli 2007 ( secara kolektif) sebagai berikut : Juli 31,Pembelian BB Rp. 23.400.000(D) Hutang Dagang Rp.23.400.000(K) Jurnal yang dibuat pada akhir periode Juli 31, BDP Rp. 23.400.000 (D) Pembelian BB Rp.23.400.000 (K) Untuk memindahkan akun Persediaan BB ke akun BDP sebagai berikut : Juli 31, BDP Rp.12.000.000 (D) Persediaan BB Rp.12.000.000 (K) 2. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan BB akhir periode. Harga pokok persediaan 31 Juli 2007 sebanyak 1000 Kg, dihitung menerapkan FIFO, bahan baku yang dibeli dianggap yang lebih dulu dipakai dalam proses produksi, maka BB yang belum dipakai pada akhir periode sebanyak 1000 Kg terdiri : 6000 Kg @ Rp1.400,- = Rp.8.400.000,- ( Pembl.12 Juli) 4000 Kg @ Rp.1.250,- = Rp 5.000.000,- (Pembl 5 Juli) Rp.13.400.000,Jurnal tanggal 31 Juli 2007 sebagai berikut : Persediaan BBRp. 13.400.000,- (D) Barang Dalam Proses
Rp.13.400.000,- (K)
Dept. Accounting - 11 –
Prosedur pecatatan biaya bahan baku ke dalam Buku Rekening Persediaan BB
Barang Dalam Proses
Pembelian BB
Hutang Dagang
Akun BDP pada bagan buku rekening menunjukkan saldo debit Rp.22.000.000 (12.000.000 + 23.400.000 – 13.400.000) jumlah tersebut menunjukkan bahwa biaya BB yang terjadi bulan Juli 2007 adalah sebesar = 22.400.000 Pencatatan Sistem Perfectual Menurut pencatatan sistem perfectual, harga pokok bahan baku yang dibeli dan harga pokok bahan baku yang diproses dalam produksi dicatat dalam akun BDP (D) dan akun persediaan BB (K). Dengan demikian, metode penilaian persediaan diterapkan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang diproses. Berikut contoh pencatatan sistem perfectual dengan metode FIFO, LIFO dan rata-rata tertimbang Data Persediaan BB PT Rebah Semangat selama bulan Juli 2007 adalah sebagai berikut : 1. Juli, persediaan 6.500 Kg @Rp.4.250,5. Juli, pembelian 8.500 Kg @ Rp.4.550,-
pembayaran n/30
10. Juli, masuk dalam proses 10.000 Kg. 1. Pencatatan sistem perfectual LIFO. Juli 5. Persediaan BB Rp.38.675.000 (D) Hutang Dagang Rp.38.675.000 (K) Harga pokok yang diproses 10 Juli 10.000 Kg dihitung dengan metode FIFO sbb: Dept. Accounting - 12 –
6.500 Kg @ Rp.4.250,-
= Rp.27.625.000,-
3.500 Kg @ Rp.4.550,-
= Rp.15.925.000,-
Jumlah
= Rp.43.550.000,-
2. Pencatatan sistem perfectual LIFO Pencatatan transaksi pemeblian bahan baku dicatata sama dengan diatas. Sementara harga pokok bahan baku yang diproses seanyak 10.000 Kg dihitung dengan metode LIFO sebagai berikut : 8.500 Kg @ Rp.4.550
= Rp.38.675.000,-
1.500 Kg @ Rp.4.250,-
= Rp. 6.375.000,-
Jumlah
= Rp.43.050.000,-
Jumlah ini dicatata dalam akun BDP seperti pada contoh diatas. 3. Pencatatan sistem perfectual rata-rata tertimbang Perbedaan dengan pencatatan diatas, terletak pada perhitungan harga pokok bahan baku yang diproses dalam produksi. Harga pokok bahan yang yang diproses pada contoh diatas jika dihitung dengan metode rata-rata tertimbang sebagai beikut : Persediaan 6.500 Kg @ Rp.4.250.000,- = Rp.27.625.000,Pembelian 8.500 Kg @ Rp.4.550.000,- = Rp.38.675.000,Jumlah
15.000 Kg
=Rp. 66.300.000,-
Harga pokok rata-rata tertimbang tiap Kg pada saat terjadi transaksipemakaian bahan baku dalam produksi adalah Rp.66.300.000 = Rp.4.420,15.000 Hara pokok bahan baku yang masuk dalam proses produksi 10 Juli 2007 sebesar 10.000 X 4.420 = 44.200.000 Dalam penerapan sistem Perfectual, baik transaksi pembelian maupun pemakaian bahan baku dicatat juga dalam kartu persediaan. Kartu ini disediakan untuk setiap jenis bahan baku dan berfungsi sebagai buku pembantu untuk persediaan bahan baku. contoh: Pencatatan bahan baku dalam kartu persediaan. Kartu persediaan bahan baku C-1 PT Wijaya bulan Oktober 2006. Oktober 1 Persediaan 18.000 Kg @ Rp.2.500,Oktober 5 Pembelian 12.000 Kg @ Rp.3.000,Oktober 8 Masuk dalam proses produksi 20.000 Kg Dept. Accounting - 13 –
Oktober 15 Pembelian 10.000 Kg @ Rp.3.200,Oktober 20 Masuk dalam proses produksi 15.000 Kg Dari mutasi persediaan BB C-1, dengan menggunakan metode FIFO sebagai berikut : Tanggal
Pemeblian H/unit Jumlah
Unit
1-Oct
-
5-Oct
12000
Rp 3,000
-
10000
Rp 3,200
-
Pemakaian H/unit Jumlah -
-
Rp 36,000,000
8-Oct
15-Oct
Unit
Jumlah
18000
Rp
2,500
Rp
45,000,000
12000
Rp
3,000
Rp
36,000,000
18000
Rp 2,500
Rp45,000,000
-
Rp
-
Rp
-
2000
Rp 3,000
Rp 6,000,000
10000
Rp
3,000
Rp
30,000,000
10000
Rp
3,000
Rp
30,000,000
10000
Rp
3,200
Rp
32,000,000
-
-
Rp 32,000,000
20-Oct
Saldo H/unit
Unit
10000
Rp 3,000
Rp30,000,000
5000
Rp 3,200
Rp16,000,000
5000
Rp
3,200
Rp
16,000,000
C. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupakan unsur utama yang digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Oleh karenanya, pemahaman terhadap elemen biaya tenaga kerja mutlah berdampak terhadap pembayaran gaji dan upah, oleh karena itu kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan dengan tingkat volume kegiatan. Untuk memahami biaya tenaga kerja ada beberapa hal yang perlu dibahas : 1. Pengertian biaya tenaga kerja 2. Daftar gaji dan upahuntuk dipahami. Hal ini sangat berguna euntuk efisiensi Perusahaan. Terutama untuk merekrut tenaga kerja akan 3. pembebanan gaji dan upah 4. Menerapkan tentang pencatatan biaya tenaga kerja Pengertian Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja adalah jasa sumber daya manusia yang dinilai dengan satuan uang yang dikorbankan dalam usaha memeperoleh pendapatan. Gaji dan upah karyawan dihitung dari jumlah jam kerja dikalikan tariff upah setelah dikurangi potongan-potongan Penggolongan Tenaga Kerja 1. Penggolongan tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam perusahaan. a. Tenaga kerja bagian produksi adalah tenaga kerja yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam kegiatan produksi sehingga jasa yang diberikan kepada
Dept. Accounting - 14 –
tenaga kerja bagian produksi akan dimasukkan unsur harga pokok produksi sebagai biaya tenaga kerja langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan pabrik. b.
Tenaga kerja bagian pemasaran adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan distribusi/ penjualan hasil produksi, sehingga jasa yang diberikan kepada tenaga kerja bagian pemasaran tidak termasuk unsur biaya produksi tetapi dimasukkan dalam unsur biaya penjualan.
c. Tenaga kerja bagian Umum dan Administrasi adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan administrasi dan umum yang ada di kantor sehingga jasa yang diberikan kepada tenga kerja atau pegawai umum bagian administrasi termasuk kelompok biaya umum dan administrasi. 2. Penggolongan tenaga kerja menurut hubungannya dengan Produk. a. Tenaga kerja langsung adalah tenga kerja yang secara langsung menangani proses pengolahan bahan baku hinga produk jadi. b. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani proses pengolahan bahan tetapi membantu atas peneyelesaian produk dalamperusahaan. 3. Penggolongan tenaga didik kerja menurut Pendidikan/ kemampuan. a.
Tenaga kerja ter adalah tenaga kerja yang untuk menduduki profesinya kareana adanya pendidikan secara formal.
b. Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang untuk menduduki profesinya karena adanya ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan non formal c. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian khusus (baiasanya sebagai tenaga kasar) tenaga harian. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja 1. Pencatatan dan Perhitungan waktu kerja, kegiatan pertama yang dilakukan dalam akuntansi tenaga kerja adalah menmcatat waktu kerja. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh bagian personalia dengan dibuatkan kartu jam hadir bulanan atau dapat pula didasarkan pada satuan produkyang dihasilkan pekerja yang bersangkutan.
Dept. Accounting - 15 –
Contoh : KARTU JAM KERJA :…………………….. :……………………..
Nama Periode Hari/Tanggal
Jam Masuk
Jam Istirahat
Jam Kembali
Jam pulang
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Jumlah
Jumlah jam 9
Unit kerja
:………….
Jam reguler
Jam lembur
7
2
Pencatatan dan perhitungan waktu/ jam kerja diatas dikirim ke bagian pembuatan daftar gaji sebagai dasar untuk penyusunan daftar gaji dan upah. 2. Perhitungan jumlah biaya tenaga kerja, dari perhitungan waktu kerja dapat dipakai dasar untuk penyusunan daftar gaji, baik untuk tenaga kerja langsung maupun tidak langsung ataupun tenaga kerja bagian pemasaran, administrasi dan umum. Contoh : No. 1 2 3
Jam
Nama
Kerja Sukiman 50 Sukimun 45 Sukinah 49 Jumlah
Terif/ jam Rp 4.500 Rp 5.000 Rp 3.800
Gaji Kotor Rp Rp Rp Rp
225.000 225.000 186.200 636.200
Potongan PPh. Ps.21 Rp 2.813 Rp 2.813 Rp 2.328 Rp 7.953
Pinjaman Rp 17.000 Rp 20.000 Rp 12.000 Rp 49.000
Gaji Bersih Rp Rp Rp Rp
205.188 202.188 171.873 579.248
Pencatatan dan perhitungan waktu jam kerja tersebut dikirim ke bagian pembuatan daftar gaji, baik untuk tenaga kerja langsung maupun tenaga kerja tidak langsung, maupun tenaga kerja bagian pemasaran, administrasi dan umum. Daftar upah secara umum dapat dicatat dalam jurnal sebagai berikut : 1. Pada saat upah dan gaji ditetapkan/ diperhitungkan Gaji dan Upah Utang PPh. Karyawan
Rp.xxxxx Rp.xxxxx
Dept. Accounting - 16 –
Utang asuransi
Rp.xxxxx
Piutang Karyawan
Rp.xxxxx
Utang gaji dan upah
Rp.xxxxx
2. Pada saat upah dan gaji dibayarkan. Utang gaji dan upah
Rp.xxxxx
Kas
Rp.xxxxx
3. Pada saat PPh. karyawan dan asuransi tenaga kerja disetor ke kas Negara dan kantor asuransi. Utang gaji dan upah
Rp.xxxxx
Utang astek
Rp.xxxxx
Kas
Rp.xxxxx
Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Jumlah gaji dan upah yang telah dihitungoleh petugas pembuat daftar gaji dan upah kemudian dialokasikan / dibebankan ke masing-masingjenis biaya, dengan mendebet masing-masing biaya dan mengkredit gaji dan upah dengan jurnal sebagai berikut : BDP- Biaya tenaga kerja langsung
Rp.xxxxx
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp.xxxxx Biaya Pemasaran
Rp.xxxxx
Gaji dan Upah
Rp.xxxxx
Catatan : 1. Rekening BDP-biaya tenaga kerja langsung (D) untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja yang langsung mengerjakan proses produksi. 2. Rekening BOP sesungguhnya untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja tidak langsung menangani proses produksi, tetapi menagani proses produksi. 3. Rekening biaya pemasaran untuk mencatat alokasi/ pembebanan gaji dan upah tenaga kerja dibidang distribusi hasil produksi. Dept. Accounting - 17 –
4. Rekening biaya umum dan administrasi untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja di bagian kantor (adm. Dan umum). D. Biaya Overhead Pabrik Biaya produksi tidak langsung atau Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam perhitungan harga pokok biaya overhead yang terjadi sangat sulit untuk dibebankan langsung kepada produk sehingga BOP yang dibebankan kepada produk biasanya atas dasar tarif BOP tunggal dan tarif BOP Departemen. Pembahasan ini antara lain : 1. Pengertian Biaya Overhead Pabrik 2. Tarif BOP tunggal dan BOP Departemen 3. Perhitungan selisih BOP 4. Penerapan pencatatan BOP ke dalam perhitungan harga pokok produksi A. Pengertian Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tersebut antara lain : biaya bahan penolong; biaya tenaga kerja tidak langsung; penyusutan aktiva tetap pabrik; biaya sewa gedung; biaya listrik dan telepon; biaya pemeliharaan ; dan lain-lain. B. Jenis-jenis Biaya Overhead Pabrik. 1. Biaya bahan penolong, biaya bahan penolong adalah biaya bahan yang digunakan untuk membantu penyelesaian suatu produk yang jumlahnya relative kecil, sehingga biaya tersebutdigolongkan ke dalam biaya produksi tidak langsung. 2. Biaya tenga kerja tidak langsung, adalah biaya tenagakerja yang diberikan kepada pekerja yang tidak menagani secara langsung dalam proses produksi. 3. Biaya penyusutan aktiva tetap adalah biaya penyusustan atas biaya yang dipergunakan di pabrik untuk penyelesaian produk baik secara langsung maupun tidak tidak langsung. 4. Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan perwatan mesin dan peralatan pabrik. 5. Biaya asuransi pabrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk membagi risiko yang terjadi dalam proses produksi di pabrik. 6. Biaya jasa kepada pihak lain adalah biaya yang timbul karana penggunaan jasa kepada pihak lain salam penyelesaian dan kelancaran proses produksi Dept. Accounting - 18 –
7. Biaya-biaya lain yang sifatnya tidak langsung merupakan biaya yang berhubungan dengan proses produksi yaitu biaya yang dikeluarkan pada departemen pembantu. Macam-macam Biaya Overhead Pabrik. 1. Biaya Overhead Pabrik variabel adalah BOP yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sehingga BOP per unit tetap meskipun terdapat perubahan volume produksi. 2. Biaya Overhead Pabrik tetap adalah BOP yang jumlahnya tidak terpengaruh perubahan volume produksi, sehingga BOP per unit mengalami perubahan sebanding sebalaik dengan volume produksi. 3. Biaya Overhead Pabrik semi variabel adalah BOP yang jumlahnya berubah tidak sebanding dengan volume produksi, biaya ini mengandung unsur tetap dan variabel. C. Tarif Biaya Overhead Pabrik Dalam menentukan besarnaya biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk didasarkan atas tarif yang ditentukan dimuka. Besarnaya biaya overhead pabrik tidak berdasarkan BOP yang sesungguhnya. Penentuan Biaya Overhead Pabrik berdasarkan sifat biaya antara lain : 1. Biaya overhead pabrik yang terjadi tidak menetu/ tidak merata setiap waktu sehingga bila didasarkan atas
biaya yang sesungguhnya
terjadi akan mengakibatkan harga poko
produksi lebih besar saat terjadi, pengeluaran harga pokok produk lebih rendah saat tidak terjadi pengeluaran BOP 2. Biaya overhead pabrik yang sifatnya tetap sehingga biala didasarkan atas biaya yang sesungguhnya terjadi akan mengakibatkan pembebanan biaya overhead yang mana biaya per unitnya akan berubah sesuaia dengan perubahan volume produksi setiap periode, maka pada saat volume produksi rendah biaya overhead per unit akan lebih besar dan sebaliknya. 3. Biaya Overhead Pabrik yang jumlahnya baru diketahui pada waktu-waktu tertentu sehingga perubahan BOP pada produk tertentu telah selesai akibatnya harga pokok produksi yang selesai pada pertengahan bulan tidak dibebani atas BOP yang belum diketahui jumlahnya. D. Langkah-langkah Menentukan Tarif Biaya Overhead Pabrik Tarif tunggal Dept. Accounting - 19 –
1. Menyusun anggaran Biaya overhead pabrik, dalam menyusun anggaran BOP yang harus diperhatikan tingkat produksi (kapasitas) yang digunakan sebagai dasar penaksiran jumlah anggaran BOP. Kapasitas tersebut adalah sebagai berikut : a.
Kapasitas teoritis (kapasitas ideal) adalah kapasitas maksimum yang dapat dihasilkan oleh suatu departemen atau pabrik dalam kondisi yang sempurna tanpa adanya hambatan baik dari intern maupun ekstern perusahaan.
b.
Kapasitas praktis (kapasitas realistis) adalah kapistas yang dapat dicapai oleh departemen atau pabrik setelah diperhitungkan adanya hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan dari intern perusahaan.
c.
Kapasitas normal (kapasitas jangka panjang) adalah kapasitas yang dapat dicapai oleh departemen atau pabrik stelah dikurangi dengan hambatan-hambatan yang terjadi pada intern perusahaan untuk jangka panjang.
d.
Kapasitas jangka pendek, kapasitas jangka pendek merupakan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Oleh karena itu, kapasitas jangka pendek merupakan kapasitas yang yang diharapkan dapat dicapai oleh departemen pada masa yang akan datang selama satu periode. Dalam praktek kapasitas yang dipakai sebagai dasar penyusunan anggaran BOP adalah kapasitas normal dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
2. Menentukan Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada Produk Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Produk sebagai berikut: a. Satuan Produksi b. Biaya bahan baku c. Biaya tenaga kerja langsung d. Jam tenaga kerja langsung e. Jam mesin 3. Menghitung Tarif Biaya Overhead Pabrik a. Atas dasar satuan produk, untuk menentukan tarif BOP atas dasar satuan produk dapat dihitung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jumlah produk yang diahsilkan dan hasilnya tarif BOP per unit. Sedangkan pembebannya tarif BOP per unit dikalikan jumlah produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan. Dept. Accounting - 20 –
Tarif BOP =
Taksiran BOP = Tarif BOP per unit Taksiran Jumlah produk yang dihasilkan
Contoh : Taksiran BOP pada satu periode Rp. 7.500.000,- dan taksiran produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan 15.000 unit dan produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan 12.000 unit. Tarif BOP = Rp.7.500.000
= Rp.500,-
15.000 unit BOP yang dibebankan pada produk = 12.000 unit x Rp.500,- = Rp.6.000.000,b. Atas dasar Biaya bahan baku, adalah perbandingan antara taksiran BOP dalam satu periode dengan taksiran Biaya bahan baku pada periode yang bersangkutan Tarif BOP =
Taksiran BOP x 100% = …..% Taksiran Biaya Bahan Baku Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari biaya bahan baku dikalikan dengan Biaya bahan baku yang terjadi pada periode yang bersangkutan. Contoh : Taksiran BOP dalam satu periode Rp.250.000,- taksiran biaya bahan baku yang dipakai pada periode yang bersangkutan Rp.2000.000,- menurut catatan biaya bahan baku yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan Rp.1500.000,Tarif BOP = 250.000 x 100% = 12,5% 2.000.000 BOP yang dibebankan pada produk = 12,5% x 1500.000 = Rp.187.500,c. Atas dasar biaya tenaga kerja langsung adalah perbandingan antara taksiran BOP dalam satu periode dengan taksiran biaya tenaga kerja langsung pada periode yang bersangkutan yang dinyatakan dalam prosentase. Pembebanan BOP prosentase anggaran biaya tenaga kerja langsung dikalikan dengan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan. Tarif BOP =
Taksiran BOP x 100% = …..% Taksiran Biaya TKL
Dept. Accounting - 21 –
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari biaya tenaga kerja langsung dikalikan dengan Biaya tenaga kerja yang terjadi pada periode yang bersangkutan Contoh : Taksiran BOP dalam satu periode Rp.1.000.000,- taksiran biaya tenaga kerja pada periode yang bersangkutan Rp.1.250.000,- menurut catatan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada peride yang bersangkutan Rp.400.000,Tariff BOP = 1.000.000 x 100%
= 80%
1.250.000 BOP yang dibebankan pada produk = 80% x 400.000 = Rp.320.000,d. Atas dasar jam tenaga kerja langsung, bila tatif BOP didasarkan atas jam tenaga kerja langsung, maka tariff tersebut dihtung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jam tenaga kerja langsung. Tarif BOP =
Taksiran BOP
= tarif jam kerja
Taksiran jam kerja Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari jam tenaga kerja dikalikan dengan jam tenaga kerja yang terjadi pada periode yang bersangkutan Contoh : Taksiran BOP dalam satu periode Rp.1.000.000,- taksiran jam tenaga kerja pada periode yang bersangkutan 2500 jam menurut catatan jam tenaga kerja yang terjadi pada peride yang bersangkutan 2000 jam Tariff BOP = 1.000.000 = Rp.400,2.500 BOP yang dibebankan pada produk = 2000 x Rp.400,- = Rp.800.000,e. Atas dasar jam kerja mesin, bila tatif BOP didasarkan atas jam a kerja mesin, maka tariff tersebut dihitung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jam kerja mesin. Tarif BOP =
Taksiran BOP
= tarif jam kerja mesin
Taksiran jam mesin Dept. Accounting - 22 –
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari jam tenaga kerja dikalikan dengan jam tenaga kerja yang terjadi pada periode yang bersangkutan Contoh : Taksiran BOP dalam satu periode Rp.1.000.000,- taksiran jam mesin pada periode yang bersangkutan 4.000 jam menurut catatan jam kerja mesin yang terjadi pada peride yang bersangkutan 3.000 jam Tariff BOP = 1.000.000 = Rp.250,4.000 BOP yang dibebankan pada produk = 3000 x Rp.250,- = Rp.750.000,Untuk menghitung analisis selisih BOP baik selisih anggaran maupun selisih kapasitas penentuan tariff BOP sering juga dibedakan atas tiga jenis yaitu : 1. Tarif BOP total adalah tariff BOP secara keseluruhan baik BOP Tetap maupun BOP variabel, rumus yang digunakan untuk menghitung BOP total adalah : Tarif BOP Total = Taksiran BOP Total Ukuran Kapasitas 2. Tarif BOP Tetap adalah tariff BOP yang tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi, untuk menghitung tariff BOP ini dengan menggunakan 3. Rumus. Tarif BOP Tetap = Taksiran BOP Tetap Ukuran Kapasitas 4. Tarif BOP variabel adalah tariff BOP yang berubah sebanding dengan volume produksi. Untuk menghitung tariff ini dengan menggunakan rumus : Tarif BOP Variabel = Taksiran BOP Variabel Ukuran Kapasitas Contoh : Perusahaan Industri Maju menetapkan tariff BOP atas dasar jam tenaga kerja langsung sebagai berikut : Anggaran BOP tetap
Rp.2.000.000,-
Anggaran BOP variabel Rp.3.000.000,Jumlah jam kerja langsung
10.000 jam
Dept. Accounting - 23 –
Hitung tarif BOP tetap dan tarif BOP variabel Jawab : Tarif BOP Tetap
= 2.000.000
= Rp.200,-
10.000 jam Tarif BOP Variabel = 3.000.000
= Rp.300,- (+)
10.000 jam Total Tarif BOP
Rp.500,-
4. Tarif BOP Departemen Bila dalam pengolahan produksi suatu perusahaan menggunakan beberapa departemen produksi dan beberapa departemen pembantu, maka untuk menentukan tarif BOP per Departemen dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menyusun anggaran Biaya Overhead Pabrik per Departemen. Untuk mengadakan penyusunan anggaran BOP per departemen terlebih dahulu harus mendistribusikan BOP tidak langsung ke Departemen yang menikmati manfaat biaya tersebut. Dasar pendistribusian BOP tidak langsung Departemen ke Departemen yang menikmati secara umum sebagai berikut : BOP Tidak Lansung
Dasar Pendistribusian ke Departemen yang
1. Biaya listrik
menikmati Pemakaian KWH Departemen yang bersankutan
2. Biaya penyusutan gedung
Luas lantai Departemen yang bersangkutan
3. Biaya gaji pegawai
Jumlah karyawan Departemen
4. Biaya Overhead lainnya
Biaya lain Departemen yang bersangkutan
Dept. Accounting - 24 –
Contoh : Peursahaan Teka Teki dalam menyusun anggaran BOP per Departemen terdapat data sebagai berikut : 1. Data Departemen yang menikmati BOP tidak langsung Departemen
BOP langsung
Luas lantai
KWH
Juml. Karyawan
Produksi A
Rp.5.600.000,-
5.000
350.000
25
Produksi B
Rp.4.400.000,-
3.000
150.000
20
Pembantu X
Rp.3.500.000,-
1.500
75.000
15
PembanttuY
Rp.1.500.000,-
500
125.000
15
2. Data BOP tidak langsung Departemen Jenis Biaya a. Biaya listrik
Jumlah Rp.420.000,-
Dasar Pemakaian KWH
b. Biaya penyt.gedung
Rp.580.000,-
Luas lantai
c. Biaya gaji pegawai
Rp.300.000,-
Jumlah karyawan
Dari data diatas, pendistribusian BOP tidak langsung Departemen pada Departemen yang menikmati adalah sebagai berikut : Dep. yang Menikmati
Dep.Produksi
Dep.Pembantu
A
B
X
Y
15.000.000
5.600.000
4.400.000
3.500.000
1.500.000
Biaya listrik
420.000
210.000
90.000
45.000
75.000
Biya penyusutan gedung
580.000
290.000
174.000
87.000
29.000
Biaya gaji pegawai
300.000
100.000
80.000
60.000
60.000
16.300.000
6.200.000
4.744.000
3.692.000
1.664.000
BOP BOP langsung
Jumlah
BOP tak langsung
Jumlah
Keterangan : 1. Pendistribusian biaya listrik Rp.420.000,- ke Departemen yang menikmati atas dasar pemakaian KWH Dep. Produksi A = 350.000 x Rp.420.000,-
= Rp.210.000,-
700.000 Dep. Produksi B
= 150.000 x Rp.420.000,-
= Rp. 90.000,-
700.000 Dep. Pembantu X = 75.000 x Rp.420.000,700.000 Dept. Accounting - 25 –
= Rp. 45.000,-
Dep. Pembantu Y = 125.000 x Rp.420.000,-
= Rp. 75.000,-
700.000 2. Pendistribusian biaya penyusutan gedung pabrik Rp.580.000,- ke Departemen yang menikmati atas dasar luas lantai. Dep. Produksi A = 5.000 x Rp.580.000,-
= Rp.290.000,-
10.000 Dep. Produksi B
= 3.000 x Rp.580.000,-
= Rp.174.000,-
10.000 Dep. Pembantu X = 1.500 x Rp.580.000,-
= Rp. 87.000,-
10.000 Dep. Pembantu Y = 500 x Rp.580.000,-
= Rp. 29.000,-
10.000 3. Pendistribusian Biaya Gaji pegawai Rp.300.000,- ke Departemen yang menikmati atas dasar jumlah karyawan. Dep. Produksi A = 25 x Rp.300.000,-
= Rp.100.000,-
75 Dep. Produksi B
= 20 x Rp.300.000,-
= Rp. 80.000,-
75 Dep. Pembantu X = 15 x Rp.300.000,-
= Rp. 60.000,-
75 Dep. Pembantu Y = 15 x Rp.300.000,-
= Rp. 60.000,-
75 b. Alokasi Biaya Overhead Pabrik Departemen Pembantu ke Departemen produksi Setelah diadakan pendistribusian BOP tidak langsung Departemen ke Departemen yang menikmati (baiki Departemen produksi maupun departemen pembantu). Selanjutnya mengalokasikan BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi. Ada dua metode yang dapat dipakai untuk mengalokasikan BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi antara lain : A. Metode Alokasi Langsung. Dept. Accounting - 26 –
Bila digunakan metode alokasi langsung, maka pembebanan BOP departemen pembantu dialokasikan langsung ke Departemen produksi yang menikmati. Biasanya metode ini diterapkan karena jasa departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi, sehingga tidak dialokasikan ke departemen pembantu lainnya. Contoh : Suatu perusahaan industri dalam kegiatan produksi dilakukan melalui dua departemen produksi dan dua departemen pembantu Data anggaran BOP sebelum alokasi adalah sebagai berikut : Departemen Produksi A
Rp.4.350.000,-
Departemen Produksi B
Rp.2.500.000,-
Departemen Pembantu X
Rp.1.000.000,-
Departemen Pembantu Y
Rp.1.200.000,-
Dari data diatas alokasi BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi bila digunakan metode alokasi langsung dengan ketentuan berikut : Departemen Pembantu Departemen X
Deptemen Produksi A B 60% 40%
Departemen Y
30%
70%
Alokasi BOP Departemen Pembantu ke departemen Produksi dengan metode alokasi langsung adalah sebagai berikut : Keterangan
Departemen Produksi A B BOP Dept.Sblm Alokasi 4.350.000 2.500.000 Dep.Pembantu Dep.X(A.60%,B.40%) 600.000 400.000 Dep.Y(A.30%,B.70%) 360.000 840.000 BOP Dep. Produksi ssdh alokasidari Dep.pembantu 5.310.000 3.740.000
Departemen Pembantu X Y 1.000.000 1.200.000 (1.000.000) -
(1.200.000)
0
0
-
Keterangan : 1. Alokasi BOP departemen pembantu X Rp.1.000.000,-ke departemen A.60% dan Departemen B.40% Dept. Accounting - 27 –
Dep. Produksi A = 60% x Rp.1000.000,-
= Rp.600.000,-
Dep. Produksi B
= Rp.400.000,-
= 40% x Rp.1000.000,-
2. Alokasi BOP Dep.Pembantu X Rp.1.200.000,- ke Dep. A.30% dan Dep.B.70% Departemen A = 30% X Rp.1.200.000,-
Rp.360.000,-
Departemen B = 70% X Rp.1.200.000,-
Rp.840.000,-
B. Metode Alokasi Bertahap. Bila digunakan metode alokasi bertahap, maka perbedaan BOP Departemen Pembantuke departemen Produksi dilakukan secara bertahap. Hal ini disebabkan karena jasa departemen pembantu disamping dinikmati deparemen produksi juga dinikmati oleh deparemen pembantu lainnya, sedangkan pelaksanaannya alokasi bertahap bisa dilakukan dengan dua cara seperti yang dinikmati oleh departemen pembantu, alokasi tersebut adalahsebagai beikut : 1. Aloksi bertahap tidak timbale balik 2. Alokasi bertahap timbal balik Dalam alokasi bertahap timbal balik pelaksanaannya adalah departemen produksi A serta departemen produksi B , dan BOP departemen pembantu Y, setelah menrima alokasi dari departemen X akan dialokasikan ke departemen produksi A dan B. dalam hal bisa digambarkan sebagai berikut : Keterangan BOP Sebelum alokasi
Departemen Pembantu X Y XXX XXY
Dept X
Departemen Produksi A B XXY XXX
XX
Dept Y
XX XX
BOP Sesudah alokasi
Nihil
Dept. Accounting - 28 –
XXX
XX
Nihil
XXX
XY XXX
Contoh : Dari contoh diatas buatlah alokasi BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi bila digunakan alokasi bertahap tidak timbale balik dengan ketentuan berikut : Keterangan Departemen Pembantu X Departemen Pembantu Y sesudah alokasi dari Dept pembantu X Jawab :
Dep. Pembantu Y 10%
Departemen Produksi A B 50% 40% 60%
40%
Daftar alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi dengan metode bertahap tidak timbale balik adalah sebagai berikut: Keterngan BOP sebelum alokasi BOP dari Departemen pembantu Departemen X (Y.10%;A.50%, B.40%) Departemen Y (A.60%; B.40%) BOP Departemen Produksi setelah alokasi dari Depart. pembnatu
Departemen Pembantu X Y 1.000.000 1.200.000 (1.000.000) -
Departemen Produksi A B 4.350.000 2.500.000
100.000
500.000
400.000
(1.300.000)
780.000
520.000
0
5.630.000
3.420.000
0
Perhitungan : 1. Alokasi BOP Departemen pembantu X Rp.1.000.000,- ke dept.pembantu Y.10%; Dept.Prodoksi A.50%; Dept. PProduksi B. 40% Departemen Pembantu Y = 10% X Rp.1.000.000,-
Rp.100.000,-
Departemen Produksi A = 50% X Rp.1.000.000,-
Rp.500.000,-
Departemen Produksi B = 40% X Rp.1.000.000,-
Rp.400.000,-
Dept. Accounting - 29 –
2. Alokasi BOP Dep.Pembantu Y setelah menerinma alokasi dari Dep.Pembantu X (Rp.1.200.000,- + Rp.100.000,-) ke Dep.Prod. A.60% dan B.40% adalah ke Dep prod A= 60% X Rp.1.300.000,- = Rp.780.000,- , ke Dep. Prod. B = 40% X Rp.1.300.000,- = Rp.520.000,C. Perhitungan Tarif BOP per Departemen. Setelah mengadakan alokasi BOP Departemen pemantu ke departemen produksi maka akan didapat anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi. Sedangkan untuk menghitung tariff BOP departemen Produksi dapat dilakuakan dengan menggunakan Rumus tariff sebagai berikut : Tarif BOP Departemen Produksi setelah menerima alokasi dari Departemen Pemantu Dasar Pembebanan BOP Contoh : Pada contoh alokasi langsung diatas bila BOP dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung dimana jam tenaga kerja langsung Departemen A adalah 10.000 jam dan B adalah 5000 jam maka besarnya tariff BOP per departemen adalah : Departemen Produksi A = Rp.5.310.000,- = Rp.531,- per jkl 10.000 Departemen Produksi B = Rp.3.740.0000 = Rp.748,- per jkl 5.000 D. Selisih Biaya Overhead Pabrik Sebagaimana telah disebutkan dimuka bahwa BOP dibebankan pada produk atas dasar tariff yang ditetapkan, jumlah pembebanan ini serng tidak sama dengan BOP yang sesungguhnya terjadi, maka akan timbul selisih BOP. Bila BOP yang sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan, maka akan timbul selisih rugi yang dicatat pada rekening BOP kurang dibebankan dan sebaliknya bila BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan, maka akan timbul selisih yang menguntungkan dan dicatata pada Rekening BOP lebih dibebankan. Untuk selanjutnya selisih BOP tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi/laba atau dibebankan ke Harga Pokok Penjualan. Secara umum pencatatan Jurnal BOP yang dibebankan, BOP sesungguhnya dan selisih BOP adalah sebagai berikut : Dept. Accounting - 30 –
1. Jurnal pembanan BOP kepada produk BDP – BOP
Rp. xxx
BOP dibebankan
Rp.xxx
2. Jurnal pengumpulan BOP sesungguhnya : BOP sesungguhnya
Rp.xxx
Persediaan Bahan Pembantu
Rp.xxx
Biaya Tenaga Kerja tidak langsung Rp.xxx Penyusutan Gedung Pabrik
Rp.xxx
Penyusutan Mesin Pabrik
Rp.xxx
Apabila BOP tidak disebutkan secara rinci jurnalnya sebagai berikut : BOP – Sesungguhnya
Rp.xxx
Macam-macam rekening yang harus di kredit Rp.xxx 3. Saat pencatatan selisih BOP : a. BOP lebih dibebankan BOP dibebankan Rp.xxx BOP sesungguhnya Rp.xxx BOP selisih dibebankan Rp.xxx b. BOP kurang dibebankan BOP Sesunggunya Rp.xxx BOP kurang dibebankan Rp.xxx BOP Dibebankan Rp.xxx 4. Jika selisih BOP dibebankan ke rekening Laba-rugi a. Jurnal BOP lebih dibebankan BOP lebih dibebankan Rp.xxx Laba-rugi b. Jurnal BOP kurang dibebankan Laba-rugi
Rp.xxx
Rp.xxx
BOP kurang dibebankan
Ep.xxx
Apabila selisih BOP dibebankan ke Rekening Harga Pokok Penjualan : a. Jurnal selisih BOP dibebankan BOP lebih dibebankan Rp.xxx Harga Pokok Penjualan
Rp.xxx
b. Jurnal BOP kurang dibebankan Harga Pokok Penjualan Rp.xxx BOP kurang dibebankan Dept. Accounting - 31 –
Rp.xxx
Contoh : Suatu perusahaan industri pada periode tertentu memiliki data sebagai berikut : Taksiran BOP tetap
Rp.8.100.000,-
Taksiran BOP variabel
Rp.9.900.000,-
Jam mesin normal
45.000 jam
Jam mesin sesungguhnya
40.000 jam
BOP sesungguhnya
Rp.16.300.000,-
Diminta : Buat Jurnal yang diperlukan untuk mencatat BOP bila atas dasar jam mesin Jawab : 1. Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP : BDP-BOP
Rp.16.000.000,-
BOP – dibebankan
Rp.16.000.000,-
Keterangan : Tariff BOP = 18.000.000 = Rp.400,- per jam 45.000 Jam mesin sesungguhnya terjadi 40.000 jam BOP dibebankan = 40.000 X Rp.400,- = Rp.16.000.000,2. Jurnal untuk mengumpulkan BOP sesungguhnya : BOP sesungguhnya Rp.16.300.000,Macam-macam rekening di kredit
Rp.16.300.000,-
3. Jurnal untuk mencatat selisih BOP ; BOP dibebankan
Rp.16.000.000,-
BOP kurang dibebankan
Rp.
300.000,-
BOP sesungguhnya
Rp.16.300.000,-
4. Jurnal pembebanan selisih BOP kepada laba – rugi : Laba-rugi
Rp.300.000,-
BOP kurang dibebankan
Rp.300.000,-
5. Jurnal pembebanan selisih BOP kepada Harga Pokok Penjualan : Harga pokok penjualan
Rp.300.000,-
BOP kurang dibebankan E. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik Dept. Accounting - 32 –
Rp.300.000,-
Terjadinya selish Biaya Overhead Pabrik disebabkan adanya perbedaan antara BOP yang dibebankan dengan BOP sesungguhnya. Selisih BOP tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan metode selisih anggaran dengan selisih kapasitas. 1. Selisih anggaran adalah selisih BOP dari perbedaan antara BOP yang sesungguhnya dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran. Selisih ini pada umumnya disebasbkan karena perubahan pada BOP variabel, sehingga selisih anggaran dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah BOP sesungguhnya dengan anggaran BOP pada kapasitas yang ditetapkan. Secara umum selisih anggaran dapat dihitung dengan rumus : BOP sesungguhnya
Rp.xxxx
BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya : BOP tetap
Rp.xxxx
BOP variabel (kapasitas sesunggunya X tarif)
Rp.xxxx +
Selisih anggaran
Rp.xxxx Rp.xxxx
2. Selish kapasitas. Selisih kapasitas adalah selisih BOP dari perbedaan antara BOP tetap yang dianggarkan dengan BOP tetap yang dibebankan kepada produk. Secara umum selisih kapasitas dapat dihitung dengan rumus : BOP tetap yang dianggarkan
Rp.xxxx
BOP tetap yang dibebankan pada produk
Rp.xxxx (-)
(kapasitas sesungguhnya X tariff)
Rp.xxxx (selisih kapasitas)
Dept. Accounting - 33 –
BAGAIAN III HARGA POKOK PESANAN Pendahuluan : Salah satu metode pengumpulan biaya produksi adalah harga pokok pesanan, metode harga pokok ini banyak digunakan oleh perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk sehingga produk yang dihasilkan sangat beragam baik dari segi mode, bentuk , ukuran maupun mutu tergantung bagaimana permintaan konsumen. Metode harga pokok pesanan merupakan metode perhitungan harga pokok setelah produk selesai dikerjakan. Pengumpulan biaya harga pokok tersebut untuk setiap jenis produk dicatat dalam kartu harga pokok pesanan. A. Pengertian, Ciri, dan Tujuan Harga Pokok Pesanan. Metode harga pesanan adalah suatu cara pengumpulan biaya produksi untuk pesanan tertentu. Harga pokok produk yang dihasilkan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Tujuan pengumpulan biaya dalam metode harga pokok pesanan adalah untuk mengetahui harga pokok pesanan setiap barang jadi yang dipesan dan diserahkan ke pemesan. Pengumpulan dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh cirri-ciri kegiatan produksi suatu perusahaan. Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan. Cirri-ciri Perusahaan yan gproduksinya berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut : 1. Proses pengolahan produk terjadi terputus-putus. Dept. Accounting - 34 –
2. Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan oleh pemesan 3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan dan bukan untuk memenhi persediaan di gudang. Ciri-ciri metode pengumpulan biaya produksi dalam harga pokok pesanan : 1. Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dhitung harga pokoknya secara individual. 2. Biaya produksi harus dipisahkan menjadi dua golongan yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. 3. Biaya produksi langsug terdiri dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung biaya produksi tidal angsung disebut juga Biaya Overhead Pabrik yang diperhitungkan atau dibebankan kepada harga pokok pesanan. 4. Harga pokok per unit produk dihitung pada saat produk pesanan selesai dikerjakan dengan membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesaan tersebut dengan jumlah produk yang duhasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. B. Cara Pembebanan Harga Pokok Pesanan Sesuai dengan cirri-ciri metode pengumpulan biaya produksi dalam harga pokok pesanan, maka komponen harga pokok pesanan dapat dikelompokkan dalam Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja dan Biaya Overhead Pabrik (BOP) Biaya produksi langsung (Biaya bahan bakudan Biaya tenaga kerja langsung) dibebankan pada pesanan berdasarkan baiaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung (BOP) dibebankan pada produk berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka ( % ) dikalikan dengan biaya tenaga kerja langsung. Untuk menentukan harga pokok produksi berdasarkan pesanan, siklus akuntansinya dapat dikelompokkan dalam biaya bahan baku dan bahan penolong, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, produk selesai, produk dalam proses dan penjualan produk. 1. Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku Akuntansi bahan baku dan bahan penolong meliputi pembelian dan pemakaian yang dijurnal sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong Persediaan bahan baku
Rp.xxx
Dept. Accounting - 35 –
Utang/ Kas
Rp.xxx
Jurnal untuk mencata pemakaian bahan baku BDP-Biaya bahan baku
Rp.xxx
Persediaan bahan baku
Rp.xxx
2. Biaya Tenaga Kerja Akuntansi biaya tenaga kerja meliputi pemakaian tenaga kerja pembayaran dan pengalokasian biaya tenaga kerja.
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja Gaji dan upah
Rp.xxx
Utang gaji dan upah
Pada saat pembayaran gaji dan upah Utang gaji dan Upah
Rp.xxx
Kas
Rp.xxx
Rpxxx
Pengalokasian Gaji dan Upah BDP – Biaya TK langsung
Rp.xxx
BOP – sesungguhnya
Rp.xxx
Biaya Pemasaran
Rp.xxx
Gaji dan upah
Rp.xxx
Penjelasan : 1. Rekening BDP-biaya tenaga kerja langsung digunakan untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja langsung pada departemen produksi. 2. BOP sesungguhnya digunakan untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja tidak langsung departemen produksi, seperti upah mandor, teknisi alat-alat prodiksi, petugas laboratorium, petugas kebersihan dibagian produksi dan lain-lain. 3. Biaya pemasaran untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja bagian pemasaran 4. Biaya administrasi dan umum untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja bagian kantor.
Dept. Accounting - 36 –
III. Biaya Ovethead Pabrik (BOP) Pembebanan BOP ke harga pokok pesanan dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Sedangkan BOP yang sesungguhnya dikeluarkan dan dicatat dalam rekening BOP sesungguhnya. Pada waktu penutupan buku perbedaan antara BOP yang dibebankan dengan BOP yang sesungguhnya dicatat dalam rekening selisih BOP. Selisih BOP ini ditutup ke rekening harga pokok penjualan atau rugi/laba sehingga akutansi BOP meliputi akutansi pembebanan BOP berdasarkan tariff, akutansi BOP yang sesungguhnya terjadi, penutupan rekening BOP, dan penutupan selisih BOP. a. Jurnal untuk mencatat Pembebanan BOP berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka BDP-Biaya Overhead Pabrik
Rp xx
BOP yang dibebankan
Rp xx
b. Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi BOP sesungguhnya
Rp xx
Berbagai rekening di kredit
Rp xx
c. Jurnal untuk menutup BOP Jika BOP yang sesungguhnya sama dengan BOP yang dibebankan (tidak terjadi selisih) BOP yang dibebankan
Rp xx
BOP sesungguhnya
Rp xx
d. Jika BOP yang sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan (selisih rugi) BOP yang dibebankan
Rp xx
Selisih BOP
Rp xx
BOP sesungguhnya
Rp xx
e. Jika BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan (Selisih laba) BOP yang dibebankan
Rp xx
Selisih BOP
Rp xx
BOP sesungguhnya
Rp xx
f. Jurnal untuk menutup selisih BOP Dept. Accounting - 37 –
1. Jika BOP yang sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan (selisih rugi) Rugi-laba / harga pokok penjualan
Rp xx
Selisih BOP
Rp xx
2. jika BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan (selisih laba) Selisih BOP
Rp xx
Rugi-laba /harga pokok penjualan
Rp xx
IV. Produk Jadi (Selesai) Setelah pesanan selesai dikerjakan dipindahkan ke gudang oleh bagian produksi, harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yangbersangkutan dan dicatat dalam rekening persediaan produk jadi. Jurnal untuk mencatat produk jadi Persediaan produk Jadi
Rp.xxx
BDP – Biaya bahan baku
Rp.xxx
BDP – Biaya tenaga Kerja
Rp.xxx
BDP – BOP
Rp.xxx
V. Produk Dalam Proses Pada akhir periode tertentu (terutama akhir bulan diadakan stock opname) inventarisasi baik bahan jadi maupun produk/ barang dalam proses, produk yang belum selesai tersebut dicatat dalam rekening persediaan Barang Dalam Proses. Jurnal Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan Barang dalam Proses Rp.xxx BDP – Biaya Bahan Baku Rp.xxx BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp.xxx BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp.xxx VI. Penjualan/ Penyerahan Produk Jadi Penjualan/ Penyerahan produk jadi kepada pemesan dicatat dalam rekening Penjualan sebesar nilai yang dijualnyadilakukan dengan mendebit rekening Harga Pokok Barang Jadi sehingga jurnal yang dibuat pada waktu penyerahan produk jadi adalah ; Kas/ Piutang Dagang Penjualan Dept. Accounting
Rp.xxx Rp.xxx - 38 –
Harga Pokok Penjualan Persediaan Barang Jadi C.
Rp.xxx Rp.xxx
Rekening Kontrol dan Rekening Pembantu Rekening kontrol adalah rekening yang terdapat pada buku besar. Rekening tersebut diisi berdasarkan Jurnal, sedangkan rekening pembantu adalah rincian dari rekening kontrol dan diisi berdasarkan sumber dokumen / transaksi Contoh : Untuk memproduksi batako diperlukan bahan baku yang terdiri dari semen dan pasir, maka rekening kontrolnya adlah bahan baku, sedangkan rekening pembantunya adalah semen dan pasir. Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rekening pembantu merupakan bagian dari rekening control. Rekening buku besar disebut rekening control karenan fungsingya mengontrolo rekening pembantu. Jumlah nilai seluruh bahan baku yang digunakan (semen dan pasir) harus sama dengan jumlah yang ditulis pada buku bahan baku
D. Kartu Harga Pokok Pesanan Dalam kartu harga pokok pesanan, kartu harga pokok mempunyai peranan yang penting, karena dalam kartu harga pokok itulah dicatat biaya produksi setiap pesanan secara rinci. Oleh karena itu kartu harga pokok pesanan berfungsi sebagai rekening pembantu.
Contoh : Kartu Harga Pokok Pesanan
Dept. Accounting - 39 –
PT YUYUKU JAKARTA No. Pesanan Jenis Porduksi Tgl. Pesan Tgl Selesai
: : : :
KARTU HARGA POKOK PESANAN Pesanan : Sifat Pesanan : Jumlah : Harga Jual : Biaya Tenaga Kerja (Rp000)
Biaya Bahan Baku (Rp.000) Tgl 5/6
No
Keterangan
Jumlah
Tgl
J.Kerja
Biaya Overhead Pabrik (Rp.000)
Jumlah
Tgl
Ds.Pembn.
Tarif
Jumlah
Kayu ukuran :
D. Siklus Akuntansi Harga Pokok Pesanan Siklus akuntansi harga pokok pesanan merupakan aliran biaya produksi yang diawali dengan pencatatan pembelian bahan, pencatatan gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, Biaya Overhead Pabrik, pemakaian bahan dan pembebanan biaya produksi ke barang dalam proses, rekening persediaan produk jadi dan persediaan barang dalam proses yang berakhir pada penyerahan pesanan ke dalam rekening harga pokok pesanan. Siklus akuntansi harga pokok pesanan dapat digambarkan dalam bentuk rekening sebagai berikut : Kas/ Utang
Persd. Bahan Baku
BDP-Biaya BB
Dept. Accounting - 40 –
Persd. Prod.Jadi
Utang Gaji
Gaji&Upah
Berbagai Rek.
BOP (S)
BDP-BTK
BDP
BOP dibebankan
BDP-BOP
Contoh : CV TRI WINDU adalah perusahaan dalam bidang mebeuler memproduksi alat-alat rumah tangga serta alat-alat perabtoran berdasarkan pesanan. Pada bulan Desember 2008 mendapat pesanan dari FE-Unsera untuk membuat 100 set meja kuliah dengan harga setiap set sebesar Rp.175.000,- untuk memproduksi pesanan tersebut : 1. Membeli bahan baku dan bahan penolong Bahan baku Kayu dengan ukuran : 4 cm x 6 cm x 300 cm
250 pt @ Rp.18.000,- = Rp.4.500.000,-
2 cm x 20 cm x 300 cm
200 pt @ Rp.30.000,- = Rp.6.000.000,-
2 cm x 3 cm x 300 cm
100 pt @ Rp.5.000,- = Rp. 500.000,-
Triplex
25 lb @ Rp.15.000,- = Rp. 375.000,-
Cat
50 Kl @ Rp.10.000,- = Rp. 500.000,Jumlah Bahan Baku Yang dibeli
Rp.11.875.000,-
Bahan Penolong Paku
5 kg @ Rp.10.000,- = Rp.50.000,-
Dempul
10 kg @ Rp.5000,- = Rp.50.000,-
Amplas
200 lb @ Rp.200,-
Jumlah Bahan Penolong yang dibeli
= Rp.40.000,Rp. 2.900.000,-
Jumlah Bahan Baku dan Bahan Penolong yang dibeli Rp.12.015.000,Pemakaian Tenaga Kerja Dept. Accounting - 41 –
Upah langsung 1.000 jam @ Rp. 2.000,-
= Rp.2.000.000,-
Upah tidak langsung
= Rp. 400.000,Rp.2.400.000,-
Gaji karyawan bagian Adm. dan Umum Jumlah Biaya Tenaga Kerja
= Rp. 500.000,= Rp.2.900.000,-
Pembebanan BOP selain pemakaian bahan penolong dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya penyusutan mesin
= Rp. 100.000,-
Biaya penyusutan gedung
= Rp. 250.000,-
Biaya pemeliharaan mesin
= Rp.
50.000,-
Biaya pemeliharaan gedung
= Rp.
50.000,-
Jumlah
= Rp. 450.000,-
Diminta : 1. Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong 2. Kartu harga pokok, jika BOP yang dibebankan 60% dari biaya tenaga kerja langsung. 3. Jurnal untuk mencatat pemakaian / pembebanan bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja dan BOP ke dalam BDP 4. Perhitungan harga pokok produk jadi dan jurnalnya 5. Jurnal penjualan produk jadi 6. Jurnal untuk menutup rekening BOP dan selisih BOP Jawab : 1. Jurnal untuk mencatat bahan baku dan bahan penolong Persediaan bahan baku
Rp.11.875.000,-
Persediaan bahan penolong Rp.
140.000,-
Utang dagang
Rp.12.015.000,-
2. Kartu Harga Pokok
Dept. Accounting - 42 –
PT YUYUKU JAKARTA KARTU HARGA POKOK PESANAN No. Pesanan Jenis Porduksi Tgl. Pesan Tgl Selesai
: 00458 : Meja kuliah : 24 Desember 2008 : 28 Februari 2009
Biaya Bahan Baku (Rp.000) Tgl 5/6
No
Keterangan
Pesanan : FE-Unsera Sifat Pesanan : Segera Jumlah : 100 set Harga Jual : Rp.175.000,-
Biaya Tenaga Kerja (Rp000)
Jumlah
Tgl
J.Kerja
Jumlah
Biaya Overhead Pabrik (Rp.000) Tgl
Ds.Pembn.
Tarif
Jumlah
Kayu ukuran : 4x6x300=250 pt
4.500
2x20x300=200 pt
6.000
2x3x300=100 pt
500
Triplex 25 lb
375
cat = 50 klg
1.000 jam
2000
BTKL
60%
1.200
500 11.875
2.000 Jumlah Biaya Produksi
1.200 15.075
3. Jurnal pemakaian/ pembebanan bahan, tenaga kerja dan BOP ke dalam BDP Pemakaian bahan baku BDP-Biaya Bahan Baku
Rp.11.875.000,-
Persediaan Bahan Baku BOP sesungguhnya
Rp.11.875.000,-
Rp.140.000,-
Persediaan Bahan Penolong
Rp.140.000,-
Pemakaian Tenaga Kerja BDP-Biaya Tenaga Kerja
Rp. 2.000.000,-
BOP –sesungguhnya
Rp.
400.000,-
Biaya adm&Umum
Rp.
500.000,-
Gaji dan Upah
Rp.2.900.000,-
Pemakaian BOP selain bahan penolong dan tenaga kerja tidak langsung BOP sesungguhnya
Rp.450.000,-
Biaya penyusutan mesin
Rp.100.000,-
Biaya penyusutan gedung
Rp.250.000,-
Dept. Accounting - 43 –
Biaya pemeliharaan mesin
Rp. 50.000,-
Biaya pemeliharaan gedung
Rp. 50.000,-
Pembebanan BOP ke dalam BDP BDP-BOP
Rp.1.200.000,-
BOP yang dibebankan
Rp.1.200.000
4. Perhitungan Harga Pokok Produk jadi dan Jurnalnya Perhitungan Harga Pokok Produk Biaya Bahan Baku
Rp.11.875.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp. 2.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik
Rp. 1.200.000,-
Jumlah
Rp.15.075.000,-
Jurnal untuk mencatat Produk jadi Persediaan Produk Jadi Rp.15.075.000,BOP – BBB Rp.11.875.000,BDP – BTKL Rp. 2.000.000,BDP – BOP Rp. 1.200.000,5. Jurnal Penjualan/ Penyerahan Produk Jadi Piutang Dagang
Rp.17.500.000,-
Penjualan Harga Pokok Penjualan
Rp. 17.500.000,Rp.15.075.000,-
Persediaan produk Jadi
Rp.15.075.000,-
6. Jurnal menutup rekening BOP dan selisih BOP BOP yang dibebankan
Rp.1200.000,-
Selisih BOP
Rp.210.000,-
BOP sesungguhnya
Rp. 990.000,-
Jurnal untuk menutup rekening BOP Selisih BOP
Rp.2.10.000,-
Harga Pokok Penjualan
Rp.2.10.000,-
Penjeleasan : BOP yang dibebankan 60% x Rp.2.000.000,Dept. Accounting - 44 –
Rp.1.200.000,-
BOP yang sesungguhnya a. Bahan penolong
Rp. 140.000,-
b. Biaya TK tidak langsung Rp. 400.000,c. BOP yang lain
Rp. 450.000,Rp. 990.000,-
Selisih BOP
Rp. 210.000,-
BAGIAN IV METODE HARGA POKOK PROSES A. Pengertian Metode Harga Pokok Proses Metode harga pokok proses adalah metode penentuan harga pokok produk dengan cara mengumpulkan biaya produksi yang terjadi selama satu periode, kemudian dibagi sama rata dengan jumlah produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan. Metode harga pokok proses biasanya dipakai oleh perusahaan industri yang memproduksi secara masal dan terus menerus. B. Perbedaan Harga Pokok Proses dengan Harga Pesanan Metode harga pokok proses berbeda dengan harga pokok pesanan. Perbedaan tersebut antara lain berdasarkan pengumpulan biaya produksi, menghitung harga pokok per satuan, penggolongan biaya produksi dan cara membebankan Biaya Overhead Pabrik. 1. Pengumpulan Biaya Produksi. Dept. Accounting - 45 –
Berdasarkan pengumpulan biaya produksi perbedaan harga poko pesanan dan harga poko proses adalah apabila menurut metode harga pokoko pesanan biaya produksi dikumpulkan berdasarkan pesanan, sedang harga pokok proses biaya produksi dikumpulkan di setiap departemen produksi selam satu periode. 2. Menghitung Harga Pokok per satuan Pada harga pokok proses per satuan dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang telah dikeluarkan dalam satu periode tertentu. Rumus Mnehitung HP Per Satuan : Jumlah Biaya Produksi yang telah dikeluarkan Jumlah Produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan Contoh : PT AIR MANCUR yang bergerak dalam bidang Jamu tradisional berpusat di Wonogiri selama bulan Januari 2009 telah mengeluarkan biaya produksi sebagai berikut : Rincian biaya : Biaya bahan baku
Rp. 900.000,-
Biaya bahan penolong
Rp. 400.000,-
Biaya tenaga kerja
Rp.2.200.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp. 500.000,Rp.4.000.000,-
Produk yang dihasilkan selama bulan Januari 2009 sebanyak 8000 bungkus, harga pokok setiap bungkusnya adalah : Rp.4.000.000 = Rp.500,8.000 3. Penggolongan Biaya Produksi Di dalam metode harga pokok pesanan biaya produksi digolongkan menjadi biaya produksi langsung, biaya produksi tidak langsung dan biaya overhead pabrik. Sedangkan pada harga pkpk proses biaya produksi digolongkan menjadi biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik a. Biaya Bahan, biaya bahan dibedakan atas biaya bahan baku dan biaya bahan penolong. Pada metode harga pokok proses biaya bahan penolong tidak dikelompokan kedalam Biaya Overhead Pabrik tetapi merupakan kelompok biaya tersendiri atau dikelompokan kealam biaya bahan baku. Dept. Accounting - 46 –
b. Biaya Tenaga Kerja, biaya tenaga kerja merupakan gabungan antara boaia tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Kedua biaya tersebut dalam metode harga pokok proses digolongkan kedalam biaya tenaga kerja. Perbedaan antara biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung sering tidak dibedakan terutama perusahaan yang hanya memproduksi hanya satu macam produk c.
Biaya Overhead Pabrik, dalam metode harga pokok proses yang termasuk biaya produksi tidak langsung ( BOP ) adalah baiaya tenaga listrik, biaya asuransi gedung dan mesin pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin dan biaya penyusutan gedung dan mesin pabrik.
C. Ciri-ciri Perusahaan Industri yang Menerapkan Metode Harga Pokok Proses Ciri-ciri metode harga poko proses berdasarkan proses produksi 1. Proses produksi dilakukan secara terus menerus 2. produk yang dihasilkan merupakan produk standar (homogin) artinya mempunyai bentuk kualitas dan ukuran yang samaserta sudah ditentukan oleh perusahaan. 3. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan dan buakan karena pesanan. Cirri-ciri metode harga pokok proses berdasarkan proses pengumpulan biaya. 1. Biaya produksi dikumpulkan pada setiap periode tertentu dan dicatat pada rekening Barang Dalam proses. 2. Harga pokok produk per satuan dihitung pada setiap akhir periode dengan rumus yang telah disebutkan diatas. 3. Bila produk dioleah melalui lebih dari satu departemen, maka harga pokok produk pada departemen sebelumnya akan menambah harga pokok produk pada departemen selanjutnya sampai dengan produk jadi. 4. Laporan harga pokok produksi dipakai untuk menghitung biaya produksi per satuan. D. Pencatan Penggolongan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses. 1. Biaya Bahan, biaya bahan terdiri atas bahan baku dan bahan penolong maka pengakuannya sebagaui berikut : Pada saat barang tersebut dibeli maka dicatat dalam Jurnal : Persediaan Bahan Baku
Rp.xxx
Persediaan Bahan Penolong Rp.xxx Kas/ Utang
Rp.xxx
Dept. Accounting - 47 –
Pada saat bahan dipakai dalam proses produksi dicatat dalam Jurnal: Barang Dalam Proses – Bahan Baku Rp.xxx Persediaan Bahan Baku
Rp.xxx
( Mencatat pemakaian bahan penolong ) Barang dalam Proses – Biaya bahan penolong Rp.xxx Persediaan bahan penolong
Rp.xxx
2. Biaya tenaga Kerja, baiaya tenaga kerja terdiri atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Pemakaian biaya tenaga kerja dapat diketahui dari daftar gaji dan upah. Jurnal untuk mencatat gaji dan upah Gaji dan uapah
Rpxxx
Utang Gaji dan Upah
Rp.xxx
Kemudian setiap akhir periode akuntansi gaji dan upah yang telah terjadi harus dibebankan kepada produk
Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang dibebankan pada produk Barang Dalam Proses – Biaya tenaga kerja Rp.xxx Gaji dan Upah
Rp.xxx
3. Biaya Overhead Pabrik. Semua biaya produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja disebut Biaya Overhead Pabrik ( BOP ). Jika perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, maka BOP yang dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah pengeluaran BOP yang sesungguhnya. Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik BOP sesungguhnya
Rp.xxx
Berbagai rekening di Kredit Rp.xxx ( Jika jenis BOP tidak disebutkan satu per satu ) Tetapi jika jenis BOP diketahui misalnya biaya perlengkan pabrik , biaya listrik, biaya penyusutan mesin pabrik dan sebagainya, maka harus dicatat setiap biaya yang terjadi. Jurnal untuk mencatat BOP pada berbagai macam biaya tidak langsung BOP sesungguhnya
Rp.xxx
Dept. Accounting - 48 –
Biaya Perlengkapan Pabrik
Rp.xxx
Biaya listrik
Rp.xxx
Biaya penyusutan mesin
Rp.xxx
Rekening BOP lainnya
Rp.xxx
Jurnal untuk mencatat BOP yang dibebankan kepada produk BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp.xxx BOP sesungguhnya
Rp.xxx
Bila produk selesai pada suatu periode tertentu, maka produk selesai harus dipindahkan ke rekening Persediaan Barang Jadi sejumlah harga pokoknya. Jurnal untuk mencatat pemindahan rekening produk selesai ke rekekning produk jadi. Persediaan Produk Jadi
Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Baku
Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Penolong
Rp.xxx
BDP – Biaya Tenaga Kerja
Rp.xxx
BDP – Biaya Overhead Pabrik
Rp.xxx
Tetapi jika akhir periode tertentu ternyata masih ada produk yang belum selesai dikerjakan, maka produk tersebut akan menjadi persediaan akhir Barang dalam Proses. Jurnal untuk mencatat persediaan akhir Barang dalam Proses Persediaan Barang Dalam Proses
Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Baku
Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Penolong
Rp.xxx
BDP – Biaya Tenaga Kerja
Rp.xxx
BDP – Biaya Overhead Pabrik
Rp.xxx
Laporan Harga Pokok Produksi dengan contoh Perhitungan Harga Pokok Proses, produk yang diolah melalui satu departemen tanpa Barang Dalam Proses Awal. Pada umumnya Perusahaan yang memproduksi barang pada akhir periode tertentu sebagian produknya ada yang sudah selesai menjadi produk jadi dan ada yang masih belum selesai yang merupakan Barang Dalam Dalam Proses. Persediaan Barang Dalam Proses akhir dicatata pada biaya yang sesungguhnya melekat pada produk tersebut. Baik produk jadi maupun produk dalam proses pada akhir periode harus diketahui harga pokoknya. Untuk keperluan ini harus dibuat laporan harga pokok produk dengan urutan sebagai berikut : Dept. Accounting - 49 –
1. Data Produksi Untuk memahamidata produksi konsep input = output artinya jumlah produk yang akan diolah harus sama dengan jumlah produk yang dihasilkan. Pada umumnya input berupa : Persediaan BDP (awal)
……. Unit
Produk masuk proses
……. Unit
Sedangkan output terdiri atas : Produk selesai ditransfer ke departemen berikutnya
……… Unit
Persediaan BDP akhir
……… unit
Untuk jelasnya bagan data produksi akan terlihat se[erti berikut : Persediaan Barang Dalam Proses awal
……… unit
Produk masuk dalam proses
……… unit +
Jumlah produk dalam proses
……… unit
Produk selesai
……… unit
Persediaan produk dalam proses akhir
……… unit +
Jumlah produk
……… unit
2. Data Biaya per Unit Dalam menentukan biaya per satuan produk perlu diperhartikan unit ekuivalensi produk karena untuk menentukan harga pokok per satuan atau per unit dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Total Biaya setiap unsur Harga Pokok Harga Pokok per Unit = ---------------------------------------------------Produk ekuivalen setiap unsur Harga Pokok Atau Total Biaya Bahan Baku Harga Pokok per Unit = ------------------------------------Produk ekuivalen Bahan Baku Kemudian biaya per unit setiap unsur dijumlahkan. Rumus tersebut berlaku pula untuk harga pokok lainnya ( BTK dan BOP ). Untuk jelasnya perhatikan bagan sebagai berikut :
Jenis Biaya
Jumlah Biaya
Unit Ekuivalen
Dept. Accounting - 50 –
Biaya per unit
1 Bahan Baku Bahan Penolong Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik Jumlah
2 Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
3 ……….. unit ……….. unit ……….. unit ……….. unit
2:3 Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Dalam laporan harga pokok produksi untuk data biaya, dapat dilaporkan dengan bagan sebagai berikut : Jenis Biaya Bahan Baku Bahan Penolong Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Total Biaya Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Biaya per unit Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Dengan demikian, lajur 3 ( produk ekuivalen ) tidak perlu ditampilkan dalam laporan harga pokok produksi. Dari konsep perhitungan harga pokok per satuan tersebut kiranya perlu diperhatikan tentang Perhitungan unit ekuivalen masing-masing unsur harga pokok. Pada dasarnya dalam perhgitungan unit ekuivalen produk dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Bila tidak terdapat BDP awal Apabila tidak terdapat BDP awal, unit ekuivalenb dihitung dengan Rumus : Produk Jadi + Tingkat Penyelesaian BDP ( akhir ) 3.
Bila Terdapat BDP awalApabila terdapat persediaan BDP awal perlu diperhatikan metode yang dipakai yaitu metode FIFO dan metode Rata-rata. Jika yang digunakan metode FIFO. 4. Perhitungan unit ekuivalen dapat dilakukan dengan dua rumus ; Produk Jadi+Tingkat Penyelesaian BDP akhir – Timgkat Penyelesaian BDP awal Atau Prod.Jadi Periode Berjalan + Tingkat Penyelesaian BDP akhir + BDP awal dengan tingkat penyelesaian yang belum selesai. Catatan : Produk jadi pada periode berjalan berasal produk jadi keseluruhan dikurangi produk awal
proses. Dept. Accounting - 51 –
Bila digunakan metode rata-rata, unit ekuivalen dapat dihitung dengan rumus ; Produk Jadi + tingkat Penyelesaian Produk dalam Proses akhir 3. Perhitungan Biaya Setelah biaya per satuan dihitung dan harga pokok produk jadi dtransfer ke gudang, maka produk dalam proses akhir dihitung sebagai berikut : Harga pokok produk jadi ….. unit x Jumlah biaya per unit
Rp. xxx
Harga Pokok Barang Dalam Proses ; Biaya Bahan Baku + …. Unit x ….% x Rp.xxx (per unit)
Rp.xxx
Bahan Penolong + …unit x …% x Rp.xxx (per unit)
Rp.xxx
Biaya Tenaga Kerja + …unit x …..% x Rp.xxx (per unit)
Rp.xxx
Biaya Overhead Pabrik + …unit x …% x Rp.xxx (per unit)
Rp.xxx + Rp.xxx +
Jumlah Biaya Produksi
Rp.xxx
Contoh : PT BINUANGEN mengolah produknya secara masal dan dalam menghitung harga pokok produknya dengan mengunakan metode harga pokok proses. Data biaya produksi selama bulan juni 2005 sebagai berikut : Biaya bahan baku Rp.1.000.000,Biaya bahan penolong Rp. 500.000,Biaya tenaga kerja Rp.2.250.000,Biaya overhead pabrik Rp. 3.300.000,- + Rp.7.050.000,Jumlah produk masuk dalam proses 2.500 unit Jumlah produk jadi ditransfer ke gudang 2000 unit. Jumlah produk dalam proses akhir dengan tingkat penyelesaian Bahan baku dan Bahan penolong sebesar 100%. Biaya tenga kerja 50% dan BOP 40% sebanyak 500 unit. Diminta : 1. Membuat perhitungan biaya produksi per unit untuk bulan Juni 2005 2. Membuat laporan harga pokok produksi bulan Juni 2005 3. Membuat Jurnal untuk mencatat biaya produksi selama bulan Juni 2005 Dept. Accounting - 52 –
Jawab : 1. Perhitungan biaya produksi per satuan selama bulan Juni 2005 (Rp) Jenis Biaya Bahan Baku Bahan Penolong Tenaga Kerja Overhead Pabrik Jumlah
Jml. Biaya 1.000.000,500.000,2.250.000,3.300.000,7.050.000,-
Unit Ekuivalen 2000+100%x500 = 2.500 2000+100%x500 = 2.500 2000+50%x500 = 2.250 2000+40%x500 = 2.200 Total Unit Cost
Unit Cost 400,200,1000,1.500,3.100,-
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan Harga pokok produk dalam proses akhir periode : Harga pokok produk Jadi = 2000 x Rp.3.100,Rp. 6.200.000,Harga pokok produk dalam proses akhir periode Biaya bahan baku = 100% x 500 x Rp.400 = Rp.200.000,Biaya bahan penolong = 100% x 500 x Rp.200 = Rp.100.000,Biaya tenaga kerja = 50% x 500 x Rp.1.000 = Rp.250.000,Biaya Overhead Pabrik = 40% x 500 x Rp.1.500 = Rp.300.000,- + Rp 850.000,Jumlah Biaya Produksi Rp.7.050.000 2. Laporan Harga Pokok Produksi bulan Juni 2005
PT BINUANGEN LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI Periode Juni 2005 Data Produksi Jumlah Produk masuk DalamProses 2.500 unit Produk selesai ditranfer ke gudang 2.000 unit Produk dalam proses akhir pada tingkat Penyelesaian (BB, BP 100%, BTK 50%, BOP 40%) 500 unit + 2.500 unit (-) 0 Biaya yang dibebankan dalam bulan Juni 2005 (Rp) Jenis Biaya Juml. Biaya Biaya per unit Bahan Baku 1.000.000,400,Bahan Penolong 500.000,200,Tenaga kerja 2.250.000,1.000,Overad pabrik 3.300.000,1.500,Jumlah 7.050.000,3.100,Perhitungan Biaya Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang (2.000 x Rp.3.100,-) Rp.6.200.000,Dept. Accounting - 53 –
Harga pokok produk dalam proses akhir : Bahan baku
Rp.200.000,-
Bahan penolong
Rp.100.000,-
Tenaga kerja
Rp.250.000,-
Overhead pabrik
Rp.300.000,- +
Jumlah Biaya Produksi yang dibebankan
Rp.8.50.000,Rp.7.050.00,-
3. Jurnal untuk mencatat biaya produksi selama bulan Juni 2005 1. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku. Barang Dalam Proses
Rp.1.000.000,-
Persediaan bahan baku 2. BDP – Bahan penolong
Rp.1.000.000,-
Rp.500.000,-
Persediaan bahan penolong
Rp.500.000,-
3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja BDP – Biaya tenaga kerja
Rp.2.250.000,-
Gaji dan upah
Rp.2.250.000,-
4. Jurnal untuk mencata biaya overhead pabrik BDP – BOP
Rp.3.300.000,-
BOP sesungguhnya
Rp.3.300.000,-
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditranfer ke gudang Persediaan Produk Jadi
Rp.6.200.000,-
BDP-BB (2000 x Rp.400,-)
Rp. 800.000,-
BDP - BP (2000 x Rp.200,-)
Rp. 400.000,-
BDP – BTK (2000 x Rp.1000,-)
Rp.2.000.000,-
BDP – BOP (2000 x Rp.1.500,-)
Rp.3.000.000,-
6. Jurnal untuk mencata harga pokok produk masuk dalam proses Persediaan produk dalam proses
Rp.850.000,-
BDP – Biaya bahan baku
Rp.200.000,-
BDP – Biaya bahan penolong
Rp.100.000,-
BDP – Biaya tenaga kerja
Rp.250.000,-
BDP – Biaya overhead
Rp.300.000,-
Dept. Accounting - 54 –
E. Metode Harga Pokok Proses, Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Tanpa Barang Dalam Proses Awal. Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen, maka perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat komulatif, sebab harga pokok produksi departemen sebelumnya akan menambah harga pokok pada departemen berikutnya. Untuk menentukan harga pokok produk setelah departemen pertama terdiri atas biaya-biaya sebagai berikut : 1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya 2. Biaya produksi yang ditambahkan pada departemen produksi setelah deparemen produksi sebelumnya.. Contoh : PT YAMONAH adalah perusahaan industri yang mengolah produknya melalui dua departemen produksi dan dalam menentukan harga pokok produk menerapkan metode harga pokok proses. Data yang diperoleh dari bagian produksi selama bualan Agustus 2008 adalah sebagai berikut : Departemen I Jumlah produk masuk dalam proses
22.000 unit
Produk selesai dikirim ke Dept II
20.000 unit
Produk selasai dikirim ke gudang
-
Produk Dalam proses akhir
Departemen II 19.000 unit
2.000 unit
1.000 unit
Biaya yang dikeluarkan selama bualan Agustus 2008 Biaya bahan baku
Rp.11.000.000,-
Rp. 0
Biaya tenaga kerja
Rp.14.840.000,-
Rp.15.560.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp.15.900.000,-
Rp.17.505.000,-
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir Biaya bahan baku Biaya konversi
100%
-
60%
45%
Diminta : 1. Perhitungan biaya produksi 2. Laporan harga pokok produksi bulan agustus 2005 Dept. Accounting - 55 –
3. Jurnal untuk mencatat transaksi selama bulan agustus 2005 4. Bagan alur biaya produksi departemen I Jawab : 1. Untuk mengetahui harga pokok produk selesai departemen I ditranfer ke departemen II dan juga harga pokok produk dalam proses akhir departemen I pada akhir agustus 2005, maka harus dihitung dahulu biaya per init yang telah dikeluarkan oleh departemen I sebagai berikut : Data Biaya Produksi (Rp.) Jenis Biaya Bahan Baku
Jml. Biaya Unit Ekuivalen 11.000.000,- 20.000 + 100% x 2000 = 22.000
Biaya/unit 500,-
Tenaga Kerja
14.840.000,- 20.000 + 60% x 2000 = 21.200
700,-
Overhead Pabrik Jumlah
15.900.000,- 20.000 + 60% x 2000 = 21.200 41.740.000,-
750,1.950,-
Setelah biaya per unit dihitung, maka harga pokok produk selesai di departemen I yang di transfer ke departemen II dan harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan Agustus 2005 di departemen I dapat dihitung : Harga pokok produk selesai ditransfer ke departemen II 20.000 x Rp.1.950,-
Rp.39.000.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir : Biaya bahan baku = 100% x 2000 x Rp.500,-
= Rp.1.000.000,-
Biaya tenaga kerja = 60% x 2000 x Rp.700,-
= Rp. 840.000,-
Biaya overhead pabrik = 60% x 2000 x Rp.700,-= Rp. 840.000,- + Jumlah biaya produksi departemen I
Rp. 2.740.000,Rp.41.740.000,-
2. Laporan harga pokok produksi departemen I PT YAMONAH LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPARTEMEN I Periode Agustus 2005 Data Produksi: Dept. Accounting - 56 –
Produk masuk dalam proses
22.000 unit
Produk selselesai ditransfer ke departemen II Produk dalam proses akhir
20.000 unit 2.000 unit + 22.000 unit 0
Biaya produksi (Rp) yang dibebankan di departemen I selama bulan Agustus 2005 Jenis Biaya Bahan baku Tenaga kerja Overhead pabrik Jumlah
Jumlah 11.000.000,14.840.000,15.900.000,41.740.000,-
Unit cost 500,700,750,1.950,-
Perhitungan biaya Harga pokok produk jadi yang ditransfer Ke deparetemen II = 20.000 x Rp.1.950,-
Rp.39.000.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir : Biaya bahan baku = 100% x 2000 x Rp.500,-
= Rp.1.000.000,-
Biaya tenaga kerja = 60% x 2000 x Rp.700,- = Rp. 840.000,Biaya overhead pabrik = 60% x 2000 x Rp.700,-
= Rp. 840.000,- +
Jumlah biaya produksi departemen I
Rp. 2.740.000,Rp.41.740.000,-
3. Jurnal untuk mencatat biaya produksi departemen I Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku BDP – Biaya BB Dept. I
Rp.11.000.000,-
Persediaan BB
Rp.11.000.000,-
Jurnal untuk mencatat baiaya tenaga kerja BDP – BTK Dept. I Rp.14.840.000,Gaji dan upah Rp.14.840.000,Jurnal untuk mencata Biaya overhead pabrik BDP – BOP Dept I
Rp.15.900.000,-
BOP sesungguhnya
Rp.15.900.000,-
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer 0leh departemen I ke departemen II Dept. Accounting - 57 –
BDP – BB department II Rp.39.000.000,BDP – BB departemen I (20.000 x Rp.500,-) BDP – BTK departemen I (20.000 x Rp.700,-) BDP – BOP departemen I (20.000 x Rp.750,-)
Rp.10.000.000,Rp.14.000.000,Rp.15.000.000,-
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir pada departemen I Persediaan Barang dalam proses akhir departemen I
Rp.2.740.000,-
BDP – BB departemen I
Rp.1.000.000,-
BDP – BTK departemen I
Rp. 840.000,-
BDP – BOP departemen I
Rp. 900.000,-
4. Alur Biaya Produksi (000) Persd. BB
BDP-BB Dept.I
BDP-BB Dept.II
11.000
11.000. 10.000 1.000
39.000
Gaji dan Upah 14.840
BDP - BTK 14.840 14.000 840
Biaya Overhead 15.900
BDP – BOP
Persd. Barang Dalam Proses
15.900 15.000 900
2.740
Perhitungan harga pokok produk departermen II Produk jadi yang ditransfer dari departemen I ke departemen II adalah 20.000 unit telah membawa jumlah biaya produksi dari departemen I sebesar Rp.39.000.000,- Untuk mengolah produk yang diterima dari departemen I ternyata di departemen II perlu biaya tambahan yang berupa biaya tenaga kerja sebesar Rp.15.560.000,- dana biaya overhead pabrik Rp.17.505.000,produk yang diolah di departemen II 20.000 unit teteapi yang menjadi produk selesai dan transfer ke gudang 19.000 unit sedang yang 1.000 unit masih dalam proses pada akhir periode akuntansi dengan tingkat penyelesasian biaya konversi 45%. Dept. Accounting - 58 –
Perhitungan biaya yang ditambahkan di departemen II sebagai berikut : Jenis Biaya Tenaga Kerja
Jml. Biaya Unit Ekuivalen 15.560.000,- 19.000 + 45% x 1000 = 19.450
Biaya/unit 800,-
Overhead Pabrik Jumlah
17.505.000,- 19.000 + 45% x 1000 = 19.450 33.065.000,-
900,1.700,-
Harga pokok produk jadi di departemen II sebagai berikut : Harga pokok produk dari departemen I = 20.000 x Rp.1.950,-
= Rp.39.000.000,-
Biaya yang ditambahkan di deparemen II = 19.000 x Rp.1.700,-
= Rp.32.300.000,-
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
= Rp.71.300.000,-
Harga Pokok Produk dalam proses akhir : Harga pokok dari departemen I = 2.000,- x Rp.1.950,-
= Rp.3.900.000,-
Biaya yang ditambahkan di departemn II Biaya tenaga kerja
= 45% x 1.000 x Rp.800,-
Rp.360.000,-
Biaya overhead pabrik = 45% x 1.000 x Rp.900,-
Rp.405.000,- + Rp. 765.000,- +
Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir
Rp.2.715.000,-
Perhitungan harga pokok per unit Departemen II Jenis Biaya Hp.Produk Dept I (20.000) Biaya yang ditambah di departemen II Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Jumlah biaya yang ditambah di departemen II Jumlah biaya prod. komulatif di departemen 2 Perhitungan biaya :
Jml. Biaya 39.000.000,-
Biaya per unit 1.950,-
15.560.000,17.505.000,33.065.000,72.065.000,-
800,900,1.700,3.650,-
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang = 1.900 x Rp.3.650,= Rp.69.350.000,Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir Harga pokok dari departemen I = 1.0000 x Rp.1.950,- Rp.1.950.000,Biaya yang ditambahkan di departemen II Biaya tenaga kerja Rp. 360.000,Biaya overhead pabrik Rp. 405.000,- Rp. 2.715.000,Jumlah biaya komulatif yang dibebankan di departemen II Rp.72.065.000,PT YAMONAH LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPARTEMEN II Periode Agustus 2005 Data Produksi: Dept. Accounting - 59 –
Produk masuk dalam proses Produk yang diterima dari departemen I Produk dalam proses akhir
20.000 unit 19.000 unit 1.000 unit + 20.000 unit 0
Biaya yang dibebankan Departemen II selama bualan Agustus 2005 Jenis Biaya Hp.Produk Dept I (20.000) Biaya yang ditambah di departemen II Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Jumlah biaya yang ditambah di departemen II Jumlah biaya prod. komulatif di departemen 2
Jml. Biaya 39.000.000,-
Biaya per unit 1.950,-
15.560.000,17.505.000,33.065.000,72.065.000,-
800,900,1.700,3.650,-
Perhitungan biaya : Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
= 1.900 x Rp.3.650,-
= Rp.69.350.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir Harga pokok dari departemen I = 1.0000 x Rp.1.950,- Rp.1.950.000,Biaya yang ditambahkan di departemen II Biaya tenaga kerja
Rp. 360.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp. 405.000,- Rp. 2.715.000,-
Jumlah biaya komulatif yang dibebankan di departemen II
Rp.72.065.000,-
Jurnal untuk mencatat biaya produksi pada departemen II berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporanharga pokok produksi departemen II, maka biaya yang terjadi dalam departemen II dicatata dalam jurnal sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen I BDP – Biaya bahan baku departemen II
Rp. 39.000.000,-
BDP – Biaya bahan baku departemen I
Rp.10.000.000,-
BDP – Biaya tenaga kerja departemen I
Rp.14.000.000,-
BDP – Biaya overhead pabrik departemen I
Rp.15.000.000,-
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja. BDP – Biaya tenaga kerja departemen II
Dept. Accounting - 60 –
Rp.15.560.000,-
Gaji dan upah
Rp.15.560.000,-
BDP – Biaya overhead pabrik departemen II Rp.17.505.000,BOP sesungguhnya
Rp.17.505.000,-
Jurnal untuk mencata produk jadi yang ditransfer ke gudang Persediaan produk jadi
Rp.69.350.000,-
BDP – Biaya BB departemen II (19.000 x Rp1.950,-)
Rp.37.050.000,-
BDP – Biaya TK departemen II (19.000 x Rp.800,-)
Rp.15.200.000,-
BDP – BOP departemen II (19.000 x Rp.900,-)
Rp.17.100.000,-
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir Persediaan produk dalam proses
Rp.2.715.000,-
BDP – Biaya BB departemen II
Rp.1.950.000,-
BDP – Biaya TK departemen II
Rp. 360.000,-
BDP – Biaya overhead departemen IIRp. 405.000,Catatan : Jiaka menggunakan rekening transfer departemen, maka jurnal untuk produk jadi dan barang dalam proses adalah : 1. Jurnal produk jadi Persediaan produk jadi Rp.69.350.000,Transfer departemen I (19.000 x Rp.1.950,-) Rp.37.050.000,BDP – BTK departemen II (19.000 x Rp.800,-) Rp.15.200.000,BDP – BOP departemn II (19.000 x Rp.900,-) Rp.17.100.000,2. Jurnal untuk mencatat produk dalam proses akhir Persediaan barang dalam proses Rp.2.715.000,Trsnsfer deparetemen I (1.000 x 1.950) Rp.1.950.000,BDP – BTK dept. II (1.000 x 45% x 800) Rp. 3.60.000,BDP – BOP dept II (1.000 x 45% x 900) Rp. 405.000,F. Metode Harga Pokok Proses Biala Terdapat Barang Dalam Proses Awal Pada perusahaan industri yang menerapkan metode harga pkok proses sering menemui beberapa masalah, masalah tersebut antara lain disebabkan karena adanya hal-hal sebagai berikut : 1. Persediaan awal produk dalam proses 2. produk hilang pada waktu proses produksi 3. produk ada yang rusak dan dicatat pada waktu proses produksi 4. Penambahan bahan baku stelah departemen pertama Dept. Accounting - 61 –
Bila pada akhir periode akuntansi ada sebagian produk yang belum selesai, maka produk tersebut akan merupakan persediaan awal produk dalam proses pada periode berikutnya. Persediaan produk dalam proses ini telah mempunyai harga pokok per satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang mungkin berbeda dengan harga poko per satuan pada periode berikutnya. Dengan demikian, akan menimbulkan masalah dalam perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang maupun harga poko produk dalam proses akhir pada periode tersebut. Untuk mengatasi maalah tersebut, maka penentuan harga pokok dapat dilakukan dengan dua metode yaitu harga poko rata-rata (Average Costing Method) dan metode FIFO. 1. Metode Rata-rata (Average Cost) Dalam metode rata-rata harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambhakan kepada biaya produksi sekarang dan jumlahnya dibagi dengan unit ekuivalen produk sehingga ketemu harga pokok rata-rata. Contoh : PT SEGAR MENGI memproduksi satu jenis produk melalui satu departemen produksi, selama bualan September 2005 telah melakukan kegiatan sebagai berikut: Persediaan produk dalam proses awal memiliki tingkat penyelesaian bahan baku dan bahan penolong 100% dan biaya konversi 60%
300 unit
Produk masuk dalam proses bulan September 2005
1.000 unit
Produk selesai ditransfer ke gudang
1.100 unit
Produk dalam proses akhir dengan tingkat penyelesaian bahan baku dan bahan penolong 100% dan biaya konversi 75%
200 unit
Data biaya : Harga pokok produk dalam proses awal periode : Bahan baku
Rp .60.000,-
Bahan penolong
Rp. 20.000,-
Tenaga kerja
Rp. 50.000,-
Overhead pabrik
Rp. 15.000,-
Jumlah
Rp.145.000,-
Biaya produksi yang terjadi selama bulan September 2005 adalah Bahan baku
Rp. 395.000,-
Dept. Accounting - 62 –
Bahan penolong Rp. 266.000,Tenaga kerja Rp. 406.000,Overhead pabrik Rp. 352.000,Jumlah Rp.1.421.000,Dengan menggunakan metode harga pokok rata-rata, maka perhitungan harga pokok (Rp) sebagai berikut : Jenis Biaya Bahan baku Bahanpenolong Tenaga kerja Overhead pabrik
Unit Ekuivalen 1100+100%x200 =1300 1100+100%x200 =1300 1100+75%x200 =1250 1100+75%x200 =1250 Jumlah
HP. BOP awal 60.000,20.000,50.000,15.000,145.000,-
B. bln. Sept’05 395.000,266.000,406.000,352.000,1.421.000,-
Total Biaya 455.000,286.000,456.250,368.750,1.566.000,-
Hp/unit 350,220,365,295,1.230,-
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
= 1.100 x Rp.1.230,-
= Rp.1.353.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir Bahan baku 100% x 200 x Rp.350,-
Rp. 70.000,-
Bahan peonolong 100% x 200 x Rp.220,-
Rp. 44.000,-
Biaya tenaga kerja 75% x 200 x Rp.365,-
Rp. 54.750,-
Biaya overhead pabrik 75% x 200 x Rp.295,-
Rp. 44.250,-
Jumlah biaya produksi bulan September 2005
= Rp. 213.000,Rp.1.566.000,-
PT SEGAR MENGI LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI Periode September 2005 Data Produksi: Produk masuk dalam proses tingkat penyelesaian Bahan baku dan bahan penolong 100% dan biaya knversi 75% Produk masuk dalam proses
300 unit 1.000 unit
Jumlah produksi bulan September
1.300 unit
Produk jadi yang ditransfer ke gudang
1.100 unit
Produk dalam proses akhir dengan Tk penyelesaian Bahan baku dan bahan penolong 100%, B. konversi
200 unit 1.300 unit 0
Perhitungan Biaya (Rp) selama bualan September 2005 Jenis Biaya
Jml. Biaya
Dept. Accounting - 63 –
HP per unit
Biaya yang dibebankan bulan September 2005 Biaya yang yang melekat pada BDP awal Biaya bahan baku Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Jumlah Biaya yang dikeluarkan bualan September 2005 Biaya bahan baku Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Jumlah biaya produksi
60.000,20.000,50.000,15.000,33.065.000,395.000,266.000,406.000,353.750,1.421.000,-
350,220,365,295,1.230,-
Perhitungan biaya : Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang = 1.100 x Rp.1.230,-
= Rp.1.353.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir Biaya bahan baku Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik
Rp. 70.000,Rp. 44.000,Rp. 54.000,Rp. 44.000,-
Rp. 213.000,Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp.1.566.000,Metode harga pokok proses, bila harga pokok produksi memakai metode rata-rata, produk diolah melalui lebih dari satu departemen dan terdapat persediaan awal produk dalam proses. Contoh : Perusahaan MEKEH-MEKEH meproduksi produknya melalui dua departemen produksi yaitu Departemen produksi A dan Departemen Produksi B. data biaya dan data produksi selama bulan Okrtober 2009 pada kedua departemen produksi tersebut adalah : Data Produksi Produk dalam proses awal pada tingkat penyelesaian BBB 100%, BK 40% Produk dalam proses awal dengan tingkat penyelesaian BTK 30%, BTK 60% Produk masuk proses Produk ditransfer ke departemen B Produk yang diterima dari departemen A Produk jadi ditransfer ke Gudang Produk dalam proses akhir dengan tingkat penyelesaian BBB 100%, BK 40%, BTK 40%, BOP 75% Harga pokok produk dalam proses awal Harga pokok produk dari departemen A Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik
Dept. Accounting - 64 –
Departemen A
Departemen B
2000 kg
3000 kg
20.000 kg 19.000 kg 19.000 kg 21.000 kg 3.000 kg 1.000 kg Rp. 500.000,Rp. 660.000,Rp. 555.000,-
Rp.3.025.000,Rp.1.980.000,Rp.2.325.000,-
Biaya produksi dalam bulan oktober 2009 Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik
Rp.5.000.000,Rp.5.400.000,Rp.5.000.000,-
Rp.16.210.000,Rp.19.425.000,-
Dari data diatas untuk bisa menghitung harga pokok produk jadi harus dibuat perhitungan biaya pada departemen A terlebih dahulu. Pada departemen A biaya produksi yang harus diperhitungkan adalah biaya yang melekat pada produk dalam proses awal dan biaya yang dikeluarkan oleh departemen A pada bulan Oktober 2009. Biaya yang melekat pada produk dalam proses awal adalah biaya yang berasal dari periode sebelumnya sehingga peritungan biaya tampak sebagai berikut : Biaya yang melekat pada produk dalam
Jenis Biaya
Biaya yang ditam bahkan bln Okt.09
Jumlah Biaya ( 2+3)
Unit cost Unit ekuivalen
(4:5)
proses awal 1
2
3
4
Bahan baku Biaya tenaga Kerja
Rp
500,000
Rp
5,000,000
Rp 5,500,000
Rp
660,000
Rp
6,060,000
Rp 6,720,000
Biaya Overhead
Rp
525,000
Rp
5,000,000
Rp 5,525,000
Rp
1,685,000
Rp
16,060,000
Rp 17,745,000
Total
5 19000+100%x3000 = 22000 19000+40%x3000 = 20200 19000+40%x3000 = 20200
6 Rp
250
Rp
300
Rp
275
Rp
825
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B = 19.000 x Rp.825.000 =
Rp.15.675.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir : Biaya bahan baku 100% x 3.000 x Rp.250,-
Rp.750.000,-
Biaya tenaga kerja 40% x 3.000 x Rp.300,-
Rp.360.000,-
Biya overhead pabrik 40% x 3.000 x Rp.275,-
Rp.330.000,Rp. 1.440.000,-
Jumlah biaya porduksi yang dibebanklan ke Departen A
Rp.17.115.000,-
Dari perhitungan tersebut bila disajikan dalam bentuk laporan harga pokok produksi tempak sebagai berikut : PERUSAHAAN MEKEH-MEKEH Laporan Harga Pokok Produksi Departemen A Periode Oktober 2009 Data produksi : Produk dalam proses awal Produk masuk proses
2.000 kg 20.000 kg
Dept. Accounting - 65 –
Jumlah produksi bulan oktober 2009
22.000 kg
Produk ditransfer ke departemen B
19.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan oktober Jumlah produk yang dihasilkan
3.000 kg 22.000 kg
Biaya yang dibebankan dalam departemen A Jenis Biaya Biaya Bahan baku Biaya Tenaga kerja Biaya Overhead Pabrik Jumlah biaya yang dibebankan Dep.A
Total Biaya Rp. 5.500.000,Rp. 6.060.000,Rp. 5.555.000,Rp.17.115.000,-
Perhitungan biaya : Harga pokok produk jadi Departemen B Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B 19.000 x Rp.825,Harga pokok produk dalam proses akhir Bahan baku Rp.750.000,Biaya tenaga kerja Rp.360.000,Biaya overhead pabrik Rp.330.000,Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen A
H. Pokok/Kg Rp.250,Rp.300,Rp.275,Rp.825,-
Rp.15.675.000,-
Rp. 1.440.000,Rp.17.115.000,-
Perhitungan biaya produksi pada departemen B 19.000 x Rp.825,-
Rp.15.675.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir Biaya bahan baku
Rp.750.000,-
Biaya tenaga kerja
Rp.360.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp.330.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan dalam department A
Rp. 1.440.000,Rp.17.115.000,-
Perhitungan biaya produksi di departemen B Perlu diingat bahwa harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen B adalah harga pokok yang besifat komulatif yaitu merupakan penjumlahan harga pokok produk yang berasal dari departemen A ditambah harga pokok dari departemen B sendiri kemudian dihitung harga ratarata untuk setiap satuan produk. Perhitungan harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya. Hp.Produk dalam proses awal Hp.Produk yang di dari dept sebelumnya + transfer dept Sblm Hp. Produk dari Dept. sebelumnya = Dept. Accounting - 66 –
Produk dalam proses awal
+ Produk yang ditrans Fer dept sblm Perhitungan harga pokok per satuan yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama. Biaya BB yang melekat pada Biaya BB yang ditambah Produk dalam proses awal + dalam periode berjalan 1. Biaya B Baku per unit = Unit ekuivalen biaya bahan baku Biaya TK yang melekat Produk dalm proses awal
Biaya TK yang ditambah + kan pada periode berjalan
2. biaya tenaga kerja per unit = Unit ekuivalen biaya Biaya tenaga kerja Biaya BB yang melekat pada Biaya BB yang ditambah Produk dalam proses awal + dalam periode berjalan 3. B O P per unit
= Unit ekuivalen biaya Biaya tenaga kerja
Dari contoh diatas bila dihitung biaya produksi per unit dalam departemen B adalah sebagai berikut : Jenis Biaya
Biaya yang melekat
Biaya yang ditam
pada produk dalam
bahkan bln Okt.09
Jumlah Biaya ( 2+3)
Unit cost Unit ekuivalen
(4:5)
proses awal 1
2
HPP dari Dep.A Biaya tenaga Kerja
Rp Rp
Biaya Overhead
3
3,025,000 1,980,000
Rp
2,325,000
Rp
15,675,000
4
5
6
Rp 18,700,000
19000+100%x3000 = 22.000
Rp
850 850
Rp
16,210,000
Rp 18,190,000
21000+40%x1000 = 21.400
Rp
Rp
19,425,000
Rp 21,750,000
21000+75%x1000 = 21.750
Rp 1,000
Total
Rp 58,640,000
Rp 2,700
Perhitungan biaya Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 21.000 x Rp.2.700,-
Rp. 56.700.000,-
Harga pokok produk dalam proses Harga pokok yang berasal dari Dept. A = 1000x Rp.850,- = Rp.850.000,Tambahan biaya Departemen B Biaya tenaga kerja = 40% x 1000 x Rp.850,-
Rp.340.000,-
Dept. Accounting - 67 –
Biaya overhead pabrik = 75% x 1000 x Rp.1.000,-
Rp.750.000,Rp. 1.940.000,Rp.58.640.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan di Departemen B PERUSAHAAN MEKEH-MEKEH Laporan Harga Pokok Produksi Departemen B Periode Oktober 2009 Data produksi : Produk dalam proses awal Produk diterima dari Depatermaen A
3.000 kg 19.000 kg
Jumlah produk dalam proses Produk ditransfer ke Gudang Produk dalam proses akhir
22.000 kg 21.000 kg 1.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan
22.000 kg 0
Biaya yang dibebankan dalam departemen B Jenis Biaya Biaya produk dari departemen A Biaya yang ditambahkan di Depratemen B Biaya Tenaga kerja Biaya Overhead Pabrik Jumlah biaya yang dibebankan Dep.B
Total Biaya Rp. 18.700.000,-
H. Pokok/Kg Rp. 850,-
Rp. 18.190.000,Rp. 21.750.000,Rp.58.640.000,-
Rp. 850,Rp.1.000,Rp.2.700,-
Perhitungan biaya : Harga pokok produk jadi Departemen B Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B 19.000 x Rp.825,Harga pokok produk dalam proses akhir Bahan baku Rp.750.000,Biaya tenaga kerja Rp.360.000,Biaya overhead pabrik Rp.330.000,Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen A
Rp.15.675.000,-
Rp. 1.440.000,Rp.17.115.000,-
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang 21.000 x Rp.2.700,-
Rp.15.675.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir HP.Produk dari Dept A =1000xRp.850,-
Rp.750.000,-
Biaya yang ditambahkan di Departemn B Dept. Accounting - 68 –
Biaya tenaga kerja
Rp.340.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp.750.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan dalam department B
Rp. 1.440.000,Rp.58.640.000,-
BAB V HARGA POKOK BERSAMA DAN HARGA POKOK PRODUK SAMPINGAN Pendahuluan Metode harga pokok bersama pada dasarnya sama dengan harga pokok proses, yaitu harga pokok yang baru diketahui steleh proses produksi. Pada harga pokok bersama penelusuran biaya produksi sangat sulit untuk diketahui, karena dari suatu proses produksi dengan bahan baku dan factor produksi yang sama dihasilkan beberapa jenis produk yang berbeda. Contoh alur produksi : Input BB BTK BOP
Ouput Produk A Produk B Produk C
Proses Produksi
Proses lebih lanjut
Dalam pemrosesan lebih lanjut produk yang telah dihasilkan pada proses produksi bersama kadang –kadang perlu pengolahan lebih lanjut, karena produk yang dihasilkan tersebut memililiki nilai jual yang relative kecil. Dengan diolahnya produk tersebut akan terjadi penambahan biaya sehingga harga prokok produk tersebut juga meningkat. Contoh pada industri minyak kacang. Ampas kacang akan diolah lebih lanjut untuk menjadi oncom.
Dept. Accounting - 69 –
Perhitungan harga pokok produk tersebut, penetapan besarnya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrikyang melekat produk A, B dan C sulit untuk ditelusuri, sehingga penetapan harga pokok produk tersebut harus menggunakan beberapa metode dengan asumsi dan dasar pembebanan yang berbeda. Berhubungan dengan kasus diatas, akan dibahas hal-hal berikut : 1. Pengertian biaya bersama. 2. Akuntansi produk bersama 3. Akuntansi produk sampingan 4. Penerapan perhitungan harga pokok bersama dan produk sampingan
I. Pengertian Produk Bersama dan Sampingan Dalam perusahaan industri sering dujumpai terjadinya kegiatan proses produksi dari satu jenis bahan baku yang secara serentak menghasilkan beberapa jenis produk. Jika terjadi hal demikian, produk yang dihasilkan tersebut dinamakan produk bersama ( Joint product) atau sebagai produk sampingan (By Product) Contoh . Industri penggilingan padi mengolah gabah menjadi beras, menir, bekatul,dedak dan sekam. Pertamina mengolah minyak mentah menjadi premix, bensin, solar, aspal dansebagainya. Suatu industri yang mengolah bahan baku yang sama, tetapi menghasilkan beberapa jenis produk akan menimbulkan suatu masalah yaitu bagaimana cara mengalokasikan (membebankan) biaya bersama kepada setiap jenis produk yang dihasilkan secara bersama. Hal ini dikarenakan alokasi biaya bersama untuk kepentingan penentuan harga pokokpersediaan dan penentuan laba. Disamping itu dari hasil produksi tersebut dapat dilihat mana yang termasuk produk bersama dan mana yang termasuk produk sampingan 1. Produk bersama Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi scara serentak dalam serangkaian proses produksi. Beberapa macam produk tersebut biasanya mempunyai nilai jual yanh relative sama. Ciri-ciri produk bersama antara lain : Dept. Accounting - 70 –
a. Produk bersama diolah dan dihasilkan secara serantak, jika produk yang satu bertambah maka produk yang lain ikut bertambah. b. Mempunyai nilai jual yang relative sama c. Pada waktu terjadi titik pisah dalam proses produksi stiap jenis produk memperlihatkan identitas yang sama d. Produk bersama merupakan tujuan utama dari kegiatan produksi e. Produk tidak dapat menghindarkan diri jika hanya menghasilkan satu jenis produk bersama. 2. Produk Sampingan Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan secara serentak dengan produk bersama dalam serangkaian proses produksi, tetapi produk sampingan mempunyai nilai jual lebih rendah dari pada produk bersama. Dari pengertian tersebut, maka untuk membedakan antara produk bersama dengan produk sampingan dasarnya adalah nilai jual. Produk sampingan terdiri atas dua produk antara lain : i.
Produk sampingan setelah terpisah dari produk bersama tanpa diolah lebih lanjut dan laku terjual.
ii.
Produk sampingan setelah terpisah dari produk bersama dengan melalui pengolahan lebih lanjut baru laku dijual
II. Akuntansi Produk Bersama Mengingat produk bersama diolah dari bahan baku yang sama dan secara serentak maka biaya yang timbul dalam pengolahan produksi bersama disebut sebagai biaya bersama. Jadi biaya bersama adalah biaya-biaya yang terjadi sejak mengolah bahan baku sampai dengan masing-masing produk bersama memperlihatkan identitasnyamenjadi produk jadi. Biaya bersama tidak sama dengan biaya bergabung. Sedang biaya bergabung adalah biaya untuk memproduksi beberapa macamproduk secara terpisah, tetapi dilakukan pada waktu yang sama dan fasilitas yang sama menghasilkan barang. Contoh perusahaan textile dan perusahaan garment. Biaya bersama sulit ditelusuri melekatnya pada produk sehinggabila dbagikan secara tegas kepada produk tidak bisa. Oleh karena itu untuk mengalokasikan kepada produk digunakan metode harga jual relatif, satuan fisik, rata-rata biaya per unit dan rata-rata tertimbang. Dept. Accounting - 71 –
1. Metode Nilai Jual Relatif. Dalam metode nilai jual relatif dasar pembebanan biaya bersama pada setiap jenis produk yang dihasilkan adalah harga jual setiap jenis produk yang bersangkutan. Jika salah satu jenis produk dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dari produk yang lainnya, maka produk tersebut akan mendapatkan alokasi biaya bersama yang lebih tinggi dari produk lainnya. Dasar pemikiran metode ini adalah harga jual suatu produk yang merupakan perwujudan biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk. Alokasi Juml. nilai jual setiap produk Biaya Bersama setiap = x Juml. Biaya bersama Jenis produksi Juml. nilai jual semua jenis produk Menurut nilai jual relatif pada saat terjadi titik pisah ada dua kemungkinan yaitu produk langsung dapat diketahui nilai jualnya dan produk tidak langsung dapat diketahui nilai jualnya. a. Pada waktu titik pisah produk diketahui nilai jualnya Contoh : Biaya
bersama
yang
dikeluarkan
Perusahaan
selama
periode
akuntansi
Rp.10.100.000,- biaya bersama tersebut dapat menghasilkan produk : Produk A 10.000 unit Produk B
8.000 unit
Produk C
7.000 unit
Pada waktu titik pisah harga jual, Produk A Rp.1.000,- , Produk B Rp.750,- , Produk C Rp.600,Diminta ; 1. Buat alokasi biaya bersama dan hitung harga pokok per unit setiap jenis produk 2. Hitung berapa % laba kotor setiap jenis produk jika produk A dapat terjual 9000 unit Produk B 7.500 unit dan Produk C 5.000 unit Jawab : 1. Menghitung alokasi biaya bersama Jenis
Juml
Produk
unit
Harga/Unit
Jml Harga
1
2
1x2
A
10,000
1,000
10,000,000
Alokasi Biaya Bersama
Jual Relatif
4 10.000.000 X 10.100.000 = 5.000.000
Dept. Accounting - 72 –
HP/unit
4:1 50
0
20.200.000 B
2,000
750
37
6.0000 X 10.100.000 = 3.000.000
1,500,000
5
20.200.000 C
7,000
600
30
4.2000 X 10.100.000 = 2.100.000
4,200,000
0
20.200.000
2. Menghitung laba kotor masing-masing produk A 9,000
Produk B 7,500
C 5,000
Hasil penjualan (Rp)
9,000,000
5,625,000
3,000,000
17,625,000
HP.Penjualan (Rp)
4,500,000
2,812,500
1,500,000
8,812,500
Laba Kotor
4,500,000
2,812,500
1,500,000
8,812,500
50%
50%
50%
Unit yang dijual
% Laba kotor
Hasil penjualan Produk A = 9000 x Rp.1000,-
= Rp.9.000.000,-
Produk B = 7.500 x Rp.750,-
= Rp.5.625.000,-
Produk C = 5.000 x Rp.600,-
= Rp.3.000.000,-
Harga pokok penjualan Produk A = 9000 x Rp.500,-
= Rp.4.500.000,-
Produk B = 7.500 x Rp.375,-
= Rp.2.812.000,-
Produk C = 5.000 x Rp.300,-
= Rp.1.500.000,-
Laba kotor Produk A Hasil penjualan
= Rp.9.000.000,-
Harga pokok penjualan
= Rp.4.500.000,- (-)
Laba kotor
Rp.4.500.000,-
Dept. Accounting - 73 –
Jumlah 21,500
50%
Produk B Hasil penjualan
= Rp.5.625.000,-
Harga pokok penjualan
= Rp.2.812.000,- (-)
Laba kotor
Rp. 2.812.000,-
Produk C Hasil penjualan
= Rp.3.000.000,-
Harga pokok penjualan
= Rp.1.500.000,- (-)
Laba kotor
Rp. 1.500.000,-
% Laba kotor Produk A = 4.500.000 x 100% = 50% 9.000.000 Produk B = 2.812.000 x 100% = 50% 5.625.000 Produk C = 1.500.000 x 100% = 50% 3.000.000 b. Pada titik pisah produk tidak diketahui nilai jualnya Produk bersama pada saat terjadi titik pisah belum bisa diketahui harga jualnya. Produk bersama tersebut baru bisa diketahui harga jual relatifnya bila diolah lebih lanjut samapai produk bersama tersebut siap untuk dijual. Yang dimaksud harga jual hipotesis adalah harga jual produk setelah diolah lebih lanjud sampai produk siap dijual dikurangi biaya pengolahan setelah titik pisah. Contoh : Biaya bersama selama satu periode akuntansi yang telah dikeluarkan oleh PT berama sebesar Rp.6.700.000,-. Biaya bersama tersebut menghasilkan produk bersama 18.000 unit yang terdiri atas tiga produk berikut : Produk A 5.000 unit Produk B 6.000 unit Produk C 7.000 unit Setelah titik pisah produk tersebut diolah lebih lanjut dengan biaya tamabahan Produk A Rp.300,-/unit, Produk B Rp.400,-/unit, Produk C tidak perlu diolah lebih lanjut. Harga jual produk tersebutmasing-masing Produk A Rp.1.200,- Produk B Rp.950,dan Produk C Rp.800,Diminta : Dept. Accounting - 74 –
1. Hitung harga pokok per unit setiap jenis produk 2. Buat alokasi biaya bersama untuk setiap jenis produk Jawab : 1. Harga pokok per unit setiap jenis produk Produk A = 2.250.000 x Rp.1,- = Rp.450,5.000 Biaya pengolahan lebih lanjut = Rp.300,Rp.750,Produk B = 1.650.000 x Rp.1,- = Rp.275,5.000 2. Harga Pokok per unit Produk Jenis Produk
Harga per unit
Biaya Pengl lebih lanj.
1
2
Harga jual
Jml.output
Hara jual
(unit)
hipotesis 3x4
hipotesis 1-2
3
Alokasi Biaya Bersama 6
A
1,200
300
900
5,000
4,500,000
4.500.000 x 6.700.000 = 2.250.000 13.400.000
B
950
400
550
6,000
3,300,000
3.300.000 x 6.700.000 = 1.650.000 13.400.000
C
800
0
800
7,000
5,600,000
5.600.000 x 6.700.000 = 2.800.000 13.400.000
2. Metode Satuan Fisik Menurut metode satuan fisik biaya bersama dialokasikan kepada setiap produk berdasarkan perbandingan kuantitas bahan yang dipakai oleh setiap produk. Kuantitas bahan yang harus dinyatakan dengan satuan ukuran dan berat yang yang sama, apabila ukurannya berbeda harus disamakan terlebih dahulu. Demikian pula produk yang dihasilkan juga harus dapat dinyatakan dengan ukuran yang sama. Contoh : PT AJI MUMPUNG dalam satu periode akuntansi menghasilkan produk bersama berupa : Produk E = 4.000 unit Produk F = 5.000 unit Produk G = 3.500 unit Bahan yang dipakai untuk Produk E = 2.700 unit Produk F = 3.600 unit Produk G = 3.700 unit Biaya bersama yang terjadi selama periode akuntansi sebesar Rp.27.000.000,Diminta : Buat alokasi biaya bersama dan hitung harga pokok per unit untuk setiap produk : Jawab : Jenis
Output
Pemakaian
% Pemakaian bahan
Produk
unit
bahan (Kg)
(%)
Alokasi Biaya Bersama (Rp)
Dept. Accounting - 75 –
HP/unit (Rp)
1
2
3
A
4,000
2,700
2.700 x 100% = 27% 10.000
B
5,000
3,600
3.600 x 100% = 36%% 10.000
C
3,500
3,700
3.700 x 100% = 37% 10.000
10,000
100%
Jumlah
4 27 x 27000.000 = 7.290.000 100 36 x 27000.000 = 9.720.000 100 37 x 27000.000 = 9.990.000 100
5 1,882.50 1,944.00 2,854.28
3. Metode rata-rata biaya bersama. Metode ini dapat digunakan oleh perusahaan bila produk bersama yang dihasilkan dapat diukur dalam satuan yang sama, walaupun kwalitasnya berbeda. Harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai proporsi jumlah produksi. Jadi harga pokok setiap produk dapat dihitung dengan rumus : Harga pokok setiap senis produk = Jumlahproduk dikalikan dengan harga pokok produk rata-rata per satuan Harga pokok setiap satuan = Jumlah biaya bersama yang dibebankan dibagi jumlah seluruh Produk
Contoh : Perusahaan Textil Atmatex dalam satu periode akuntansi menghasilkan produk bersama sebagai berikut : Textil No.1
1.000 yard
Textil No.2
1.500 yard
Textile No.3
1.750 yard
Biaya bersama yang telah dikeluarkan untuk membuat textile tersebut Rp.11.687.500 Diminta : Membuat alokasi biaya bersama sehingga setiap jenis produk bersana dapat diketahui harga pokoknya. Jawab : Jumlah biaya bersama
Rp.11.687.500,-
Jumlah seluruh produk
4.250 yard
Harga pokok per unit
= 11.687.500 = Rp.2.750,4.250 Tabel harga pokok tiap jenis produk : No. 01
Jml (Yard ) 1,000
Hp.Unit Rp
2,750
Total Harga Rp
2,750,000
Dept. Accounting - 76 –
02 03
1,500 1,750 4,250
Total
Rp Rp
2,750 2,750
Rp Rp Rp
4,125,000 4,812,500 11,687,500
4. Metode Rata-rata tertimbang Dalam metode rata-rata tertimbang setiap jenis produk yang dihasilkan secara bersama ditentukan dahulu angka penimbangnya (bobot) Dasar untuk menentukan angka penimbangan (bobot) diantaranya : 1. Jumlah bahan yang dipakai 2. Tingkat kesulitan dalam membuat produk 3. Kuantitas tenaga kerja yang diperlukan 4. Waktu yang diperlukan dan harga jual masing-masing produk. Bila setiap jenis produk sudah ditentukan angka penimbangnya kemudian dikalikan kuantitas setiap jenis produk, hasilnya baru dipakai dasar alokasi Contoh : Biaya bersama yang dikeluarkan selama periode akuntansi Rp.16.800.000,Produk bersama yang dihasilkan : Jenis Produk
A B C
Unit Produk Angka Penimbang Yang dihasilkan Berdasarkan Tingkat Kesulitan
50,000 60,000 40,000
4 3 1
Diminta : Membuat alokasi biaya bersama dan hitung harga pokok per unit untuk setiap jenis produk. Jawab : Harga pokok masing-masing jenis produk dapat dihitung dengan cara berikut, diketahui biaya bersama sebesar Rp.16.800.000,Jenis Produk
Produk Angka Yang dihasilkan Penimbang
Jumlah
Alokasi Biaya Bersama
A
50,000
4
Rp 200,000 200.000/420000 X 16.800.000
Rp 8,000,000
B
60,000
3
Rp 180,000 180.000/420000 X 16.800.000
Rp 7,200,000
C
40,000
1
Rp
Rp 1,600,000
TOTAL
Rp
40,000 40.000/420000 X 16.800.000 420,000
Dept. Accounting - 77 –
Rp 16,800,000
III.Akuntansi Produk Sampingan Pada akuntansi produk bersama telah dibahas bagaimana cara mengalokasikan biaya bersama ke setiap produk jenis bersama yang dihasilkan. Dalam pembahasan produk sampingan akan dikemukakan bagaimana cara memperlakukan hasil penjualan produk sampingan, mengingat produk sampingan tersebut nilainya relatif murah dari pada produk utama. Alokasi produk bersaba kepada produk sampingan kadang-kadang tidak perlu. Oleh karena itu , akuntansi produk sampingan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu metode tanpa harga pokok dan metode harga pokok. 1. Metode Tanpa Harga Pokok Metode tanpa harga pokok adalah metode yang hanya mencatat hasil penjualan produk sampingan tanpa mengalokasikan biaya bersma kepada produk sampingan sehingga produk sampngan tidak mempunyai harga pokok. Hasil penjualan produk sampingan dapat diperlukan sebagai : a. Pendapatan diluar usaha b. Tamabahan pendapatan terhadap hasil penjualan produk bersama c. Pengurang harga pokok penjualan d. Pengurang jumlah biaya produksi Contoh : Perusahaan dalam satu periode akuntansi telah menghasilkan beberapa produk sebagai berikut :
a. Produk utama sebanyak30.000 unit
Produk sampingan sebanyak 10.000 unit
Produk utama yang lakun terjual 25.000 unit @ Rp.1.000,- dan harga pokok produk utama Rp.625,-/ unit.
Produk sampingan dijual laku Rp.500.000,-
Jumlah biaya produksi sebesar Rp.18.750.000,-
Biaya pemasaran produk utama Rp.2.500.000,-
Biaya administrasi dan umum Rp.3.250.000,-
Diminta : Membuat laporan laba-rugi berdasarkan empat prinsip diatas. Dept. Accounting - 78 –
Jawab : a. Penggunaan Prinsip Pendapatan di luar Usaha Dalam prinsip pendapatan hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan di luar usaha. Bentuk laporan yang menggunakan prinsip tersebut diuraikan dalam laporan laba-rugi kelompok pendapatan diluar usaha. Bentuk laporan laba-rugi dengan mnggunakan prinsip pendapatan diluar usaha. H asil penjualan produk utama (25.000 x Rp.1.000,-)
Rp.25.000.000,-
Harga pokok penjualan Jumlah biaya produksi
Rp.18.750.000,-
Persediaan produk jadi akhir (5.000 x Rp.625,-) Rp. 3.125.000,- (-) Harga pokok penjualan
Rp.15.625.000,-
Laba Kotor
Rp. 9.375.000,-
Biaya operasi : Biaya pemasaran
Rp.2,500.000,
Biaya administrasi dan umum
Rp.3.250.000,- (+)
Jumlah biaya operasi
Rp. 5.750.000,-
Laba bersih Usaha
Rp. 3.625.000,-
Hasil penjualan produk sampingan Laba bersih seblum pajak (EBT)
Rp.
500.000,-
Rp. 4.125.000,-
b. Penggunaan Prinsip Tambahan Pendapatan Pada prinsip tambahan pendapatan untuk mendapatkan laba kotordapat diperoleh dari pendapatan penjualan semua produk baik produk utama maupun produk sampingan dikurangi biaya produksi. Dalam hal ini hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan pendapatan terhadap penjualan produk utama. Bentuk laporan laba-rugi dengan menggunakan prinsip tamabahan pendapatan : Penjualan : Produk utama Rp.25.000.000,Produk sampingan Rp. 500.000,Jumlah penjualan Rp. 25.500.000,Harga pokok penjualan Jumlah biaya produksi Rp.18.750.000,Persediaan produk jadi akhir (5.000 x Rp.625,-) Rp. 3.125.000,- (-) Harga pokok penjualan Rp.15.625.000,Dept. Accounting - 79 –
Laba Kotor Biaya operasi : Biaya pemasaran Rp.2,500.000, Biaya administrasi dan umum Rp.3.250.000,- (+) Jumlah biaya operasi Laba bersih Usaha Hasil penjualan produk sampingan Laba bersih seblum pajak (EBT) c. Penggunaan Prinsip Pengurangan Harga Pokok Penjualan
Rp. 9.375.000,-
Rp. 5.750.000,Rp. 3.625.000,Rp. 500.000,Rp. 4.125.000,-
Dalam prinsip pengurangan harga pokok penjualan, penjualan produk sampingan diperlukan sebagai pengurang harga pokok penjualan. Oleh karena itu untuk mendapatkan laba kotor diperoleh dengan cara mengurangi hasil penjualan produk sampingan dengan harga pokok penjualan. Bentuk laporan laba-rugi dengan menggunakan prinsip pengurangan harga pokok penjualan : Hasil penjualan produk utama (25.000 x Rp.1.000,-)
Rp.25.000.000,-
Harga pokok penjualan Jumlah biaya produksi
Rp.18.750.000,-
Persediaan produk jadi akhir (5.000 x Rp.625,-) Rp. 3.125.000,- (-) Harga pokok penjualan
Rp.15.625.000,-
Penjualan produk sampingan
Rp.
500.000,- (-) Rp.15.125.000,-
Laba Kotor
Rp. 9.875.000,-
Biaya operasi : Biaya pemasaran
Rp.2,500.000,
Biaya administrasi dan umum
Rp.3.250.000,- (+)
Jumlah biaya operasi
Rp. 5.750.000,-
Laba bersih seblum pajak (EBT)
Rp. 4.125.000,-
d. Penggunaan Prinsip Pengurangan Jumlah Biaya Produksi Dalam prinsip pengurangan jumlah biaya produksi hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang jumlah biaya produksi. Untuk membuat laporan laba-rugi pada metode tersebut, yang pertama dilakukan adalah pengurangan dari jumlah biaya produksi untuk mendapatkan produk sampingan, sehingga biaya produksi turun dari Rp.18.750.000,- menjadi Rp.18.250.000,Dept. Accounting - 80 –
Hal tersebut berpengaruh terhadap harga pokok per unit produk utama turun dari Rp.625,- menjadi Rp.608,33 (18.250.000 : 30.000), maka nilai persediaan akhir produk utama adalah Rp.3.041.650,- (5.000 x Rp.608,33) Bentuk laporan laba-rugi sebagai berikut : H asil penjualan produk utama (25.000 x Rp.1.000,-)
Rp.25.000.000,-
Hasil penjualan produk utama (25.000 x Rp.1.000,-)
Rp.25.000.000,-
Harga pokok penjualan Jumlah biaya produksi
Rp.18.750.000,-
Hasil penjualan produk sampingan
Rp.
500.000,-
Rp. 18.250.000,Persediaan produk jadi akhir (5.000 x Rp.608,33)Rp. 3.041.650,- (-) Harga pokok penjualan
Rp.15.208.350,-
Laba Kotor
Rp. 9.791.650,-
Biaya operasi : Biaya pemasaran
Rp.2,500.000,
Biaya administrasi dan umum
Rp.3.250.000,- (+)
Jumlah biaya operasi
Rp. 5.750.000,-
Laba bersih Usaha
Rp. 4.041.650,-
Hasil penjualan produk sampingan Laba bersih seblum pajak (EBT)
Rp.
500.000,-
Rp. 4.125.000,-
Pada umumnya perusahaan menggunakan prinsip tanpa harga pokok karena : 1. Nilai produk sampingan tidak begitu penting 2.
Produk sampingan saat terpisah dari produk utama tidak jelas
3. Penggunaan prinsip yang telah teliti memerlukan biaya yang tidak sebanding dengan manfaatnya. 4. Apabila harga pokok produk sampingan dibebankan kepada produk utama, maka perbedaannya tidak begitu tampak. Akan tetapi, dengan mengunakan prinsip metode tersebut, juga terdapat beberapa kelemahan : 1. Karena tidak ada harga pokok, maka sulit dikontrol dan menimbulkan peluang yang kurang baik. Dept. Accounting - 81 –
2. Produk sampingan setelah selesai diproduksi tidak dilakukan pencatatan dan baru diadakan pencatatan pada saat penjualan, jika penjualan tidak sama dengan waktu produk sampingan diproduksi, maka akan mengakibatkan penghasilan dan biaya yang tidak seimbang pada akhir peiode. 3. Sulit untuk menentukan nilai persediaan produk sampingan pada akhir periode. Selain keempat metode diatas masih ada metode lain yaitu metode nilai pasar. Metode nilai pasar sebenarnya sama dengan metode pengurangan jumlah biaya produksi. Perbedaanya 3. Metode Harga Pokok Produk Sampingan Meteode harga pkokok adalah metode yang mengalokasikan biaya bersama kepada produk sampingan, sehingga produk sampingan mempunyai harga pokok. Metode harga pokok biasanya diterapkan oleh perusahaan yang produk sampingannya dipakai didalam pabrik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Harga pokok produk sampingan yang berlaku di pasar, harga pokok produk ini kemudian dikreditkan pada perkiraan BDP untuk bahan baku. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku) berkurang, hal ini mengakibatkan harga pokok per unit persediaan akhir produk utama mejadi lebih rendah. Contoh : Peruahaan TAHU dalam bulan september 2005 menghasilkan 2000 unit produk utama. Biaya produksi yang telah dikeluarkan Rp.360.000,-. Produk utama tersebut bahan bakunya adalah produk sampingan dengan nilai pengganti Rp.24.000,Produk utama terjual 1.800 unit @ Rp.450.,Biaya penjualan Rp.200.000,Biaya administrasi dan umum Rp.110.000,Persediaan akhir produk utama 200 unit Diminta : Membuat laporan laba-rugi bulan september 2005 Jawab : Penjualan produk utama 1.800 x Rp.450,Rp. 810.000,Harga pokok penjualan : Biaya produksi Rp.360.000,Biaya pengganti produk sampingan Rp. 24.000,- (+) Rp.336.000,Persediaan produk akhir produk utama = 336.000 x 200 Rp. 33.600,2.000 Harga Pokok Penjualan Rp.302.000,- (-) Dept. Accounting - 82 –
Laba kotor
Rp.507.600,-
Biaya Operasi: Biaya penjualan Rp.200.000,Biaya administrasi dan umum Rp.110.000,Jumlah Biaya Operasi Laba bersih sbelum pajak
Dept. Accounting - 83 –
Rp.310.000,- (-) Rp.197.600,-
BAB VI PERHITUNGAN BIAYA STANDAR DAN ANALISIS SELISIH A.
Pendahuluan. Biaya standar adalah biaya-biaya yang ditetapkan terlebih dahulu untuk memproduksi satu unit produksi selama periode tertentu dimasa yang akan datang. Biaya standar mempunyai dua komponen : Biaya dan Standar. Standar menyerupai norma dan segala hal yang dianggap normal pada umumnya dapat diterima sebagai standar. Sebagai contoh perusahaan mebuler dalam membuat meja terdapat tolok ukur secara kuantitas maupun kualitas yang mana standar ini akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Standar dapat ditunjukkan sebagai norma dalam satuan ukuran tertentu seperti jumlah produk dalam unti, waktu kerja yang dieprlukan dan persentase kapasitas pabrik yang diperguanakan. Dalam Perusahaan, standar dapat dugunakan untuk jangka waktu yang lama. Perubahan standar dilakukan apabila metode produksi atau produksinya sendiri sydah ketinggalan atau tidak dibutuhkan lagi.
B.
Keguanaan Biaya Standar Sistem biaya standar membantu perencanaan dan pengendalian operasional serta memberi gambaran manajerial terhadap tingkat biaya dan laba. Biaya standar dapat digunakan sebagai : 1. Menetapkan anggaran 2.
Mengendalikan biaya, motivasi dan mengukur efisiensi
3.
Memperbesar kemungkinan pengurangan biaya
4.
Menyederhanakan prosedur penetapan biaya dan mempercepat penyajian laporan penyajian biaya.
5.
Membebankan biaya ke persediaan bahan, barang dalam proses dan produk jadi
6.
Memberikan dasar untuk penetapan tender dan kontrak dan menetapakan harga jual.
Standar berlaku sebagai tolok ukur yang mengarahkan perhatian pada variasi-variasi biaya, para pimpinan dan penyelia perusahaan menjadi sadar akan pentingnya biaya, jika mereka
Dept. Accounting - 84 –
tahu akibat – akibatnya. Kesadaran akan pentingnya biaya ini cenderung mendorong untuk lebih berhemat dan meningkatkan efisiensi pada semua tahapan perusahaan. Penggunaan biaya standar untuik keperluan akauntansi akan menyederhanakan prosedur perhitungan biaya, dengan mengurangi biaya pencatatan dan administrasi. Sistem biaya standar yang lengkap biasanya selalu disertai dengan standar operasi perusahaan. Produksi standar yang mengharuskan adanya standar jumlah produk dan kegiatan pekerja yang spesifik dipersiapkan sebelum produksi dimulai. Permintaan bahan, kartu jam kerja dan kartu operasi juga dapat dipersiapkan sebelum produksi dimulai, sehingg biaya standar dapat dirangkaikan. Apabila ada pesanan yang masuk ke perusahaan, maka jumlah permintaan bahan, proses pengolahan dan biaya bisa langsung diterapkan. Semakin standar proses produksi semakin sederhana proses pencatatannya. Laporan-laporan dapat disusun secara sistimatis untuk penyajian informasi yang lengkap mengenai standar, biaya yang sebenarnya terjadi dan berbagai selisih (variance). Arsip biaya standar yang lengkap untuk setiap bagian dan operasi perusahaan akan menyederhanakan cara pembebanan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses dan produk jadi. Penggunaan biaya standar menstabilakan pengaruh dari biaya-biaya bahan. Upaya untuk mengajukan tender, memenangkan kontrak dan menetapkan harga jual akan sangat dipermudah dengan adanya biaya standar yang andal dan pengkajian biaya standar secara kontinyu. C.
Perbandingan Anggaran dengan Standar Anggaran adalah satu metode untuk mendapatkan informasi yang andal dan langsung berkaitan dengan biaya operasi dan pengendalian Perusahaan. Bila anggaran pabrikasi disusun berdasarkan standar bahan, upsh pekerja dan overhead pabrik, maka terciptalah suatu sarana yang mantap untuk pengendalian dan pengurangan biaya. Standar bisa dikatakan sebagai hal yang mutlak perlu dalam penyusunan anggaran. Standar dan anggaran mempunyai tujuan yang sama yaitu pengendalian manajerial sehingga kerap kali dirasakan keduanya sama dan tidak dapat berfungsi sendiri-sendiri. Pendapat ini didukung oleh kenyataan keduanya menggunakan biaya yang ditetapkan dimuka untuk
Dept. Accounting - 85 –
periode mendatang. Hal ini memungkinkan dilakukannya pengendalian manajerial dengan melakukan perbandingan antara biaya yang sebenarnya terjadi dengan biaya standar. Perbedaan pokok antara anggaran dengan biaya standar terletak pada ruang lingkupnya. Anggaran yang merupakan ikhtisar dari biaya yang diperkirakan, berlaku sebagai patokan untuk mengarahkan perusahaan agar bergerak sesuai dengan arah yang sudah ditentukan. Biaya standar tidak menyatakan biaya yang akan terjadi tetapi menekankan pada seberapa besar biaya itu nantinya, jika pretasi kerja tercapai. Anggaran menekankan volume bisnis dan tingkat biaya yang harus diupayakan apabila perusahaan ingin beroperasi seperti yang diharapkan. Sedangkan standar menekankan pada tingkat pengurangan biaya yang harus diusahakan. Apabila biaya dapat diturunkan pada tingkat tertentu, laba akan meningkat. D.
Biaya Standar dan Selisih Penetapan biaya standar didasarkan fisik yang biasa digunakan adalah : 1. Standar dasar (Basic Standat) 2. Standar yang berlaku (Current Standart) Standar dasar adalah tolok ukur yang digunakan sebagai patokan pembanding untuk orientasi kerja yang diharapkan dan yang sesungguhnya. Standar yang berlaku terdapat tigenis :
Standar yang sebenarnya diaharapkan yaitu standar yang ditetapkan untuk tingkat operasi dan efisiensi yang diharapkan akan terjadi. Standar ini merupakan estimasi yang wajar dari hasil yang sebenarnya.
Standar normal yaitu standar yang untuk tingkat operasi dan efisiensi yang normal, yang dimaksud untuk tingkat operasi dan efisiensi yang normal, maksudnya sebagai tantangan yang bisa dicapai.
Standar teoritis yaitu standar yang ditetapkan untuk tingkat operasi dan efisiensi yang ideal atau maksimum. Standar ini merupakan sasaran dan bukan sebagai orientasi kerja yang harus dicapai pada saat ini.
Biaya ban dan upah tenaga kerja dihitung berdasarkan kondisi saat ini, dengan memperhatikan kemungkinan perubahan harga bahan dan tarif upah serta pengaruh efisiensi yang diharapkan. Biaya overhead didasrkan pada kondisi efisiensi dan volume normal. Dept. Accounting - 86 –
Standar harus ditetapkan untuk periode tertentu agar efektif dalam pengendalian dan menganalisis biaya. Lazimnya standar dihitung untuk jangka waktu satu semester atau satu tahun bahkan ada kalanya digunakan untuk waktu yang lebih panjang. Walaupun standar telah ditetapkan, juga perlu menyediakan kartu biaya standar yang tepat yang memperlihatkan Pos-pos biaya untuk setiap unsur biaya itu sendiri baik biaya bahan, biaya tenaga kerja maupun biaya overhead. Biaya sebenarnya (actual cost) untuk bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik untuk setiap departemen produksi dibandingkan dengan biaya standar untuk masingmasing biaya. Dari perbandingan ini dianalisis dan diidentifikasi sebagai selisih untuk masing-masing biaya. Apabila biaya sebenarnya melebihi biaya standar, maka selisih biaya ani tidak menguntungkan/ rugi karena hal ini akan mengurangi laba. Sebaliknya apabila biaya standar melebihi biaya sebenarnnya maka selisih biayanya disebut menguntungkan karena hal ini akan memperbesar laba. Namun, berbagai analisis tersebut tidak berakhir dengan pengidentifikasian saja. Selisih yang menjadi pertanyaan, bukan jawabannya. Alasan terjadinya selisih harus ditentukan dan tindakan manajemen yang tepat harus diambil agar dapat dilakukan pengendalian biaya yang dikehendaki. E.
Satandar Biaya Bahan Terdapat dua jenis standar yang harus disusun untuk biaya bahan : 1. Standar harga bahan 2. Standar kuantitas bahan Standar dan Selisih Harga bahan digunakan untuk : 1. Menguji operasi kerja departemen pembelian dan pengaruh berbagai faktor internal dan eksternal. 2. Mengukur dari naik-turunnya harga terhadap laba perusahaan. Penentuan harga atau biaya yang akan digunakan sebagai biaya standar seringkali sulit, karena harga yang digunakan lebih banyak digunakan oleh faktor-faktor eksternal, bukan oleh manajemen Perusahaan. Harga yang dipilih harus mencerminkan harga dasar yang berlaku dan umumnya digunakan sepanjang periode fiscal yang akan datang
Dept. Accounting - 87 –
Apabila harga sebenarnya lebih besar atau lebih kecil dari harga standar, timbullah selisih harga. Naik-turunnya harga yang terjadi selama tahun berjalan dicatat dalam rekening selisih harga bahan. Harga standar diperbaiki pada saat dilakukan pemeriksaan persediaan atau biala terdapat perubahan besar dalam pasar bahan baku atau suku cadang yang sangat diperlukan. Contoh : Perushaan menetapkan standar bahan untuk produksnya sebagai berikut : Satandar bahan per unit
2 kg @ Rp.250,-
Pembelian bahan
5000 kg @ Rp.247,-
Pemakaian bahan sesungguhnya
3.550 kg
Unit yang dihasilkan
1.750 unit
Standar kuantitas/ pemakaian bahan
........?
Diminta : hitung selisih harga bahan Rumus : Standar pemakaian bahan = standar bahan x unit yang dihasilkan Unit yang diahsilakan per unit Untuk selisih harga bahan bisa dihitung pada saat pembelian maupun pemakaian bahan dalam proses produksi. Selisih harga pembelian = (HSb – HSt) x KBB Selisih harga pemakaian = (HSb – HSt) x KBp Keterangan : HSb
= Harga sebenarnya
KBB
= Kuantitas Bahan yang dibeli
HSt
= Harga standar
KBp
= Kuantitas Bahan yang Dipakai
Standar pemakaian bahan = 2 kg x 1.750 unit
= 3.500 kg
a) Selisih harga pembelian
= (Rp.247 – Rp.250) x 5.000 kg
= Rp.15.000,- (L)
b) Selisih harga pemakaian
= Rp.247 – Rp.250) x 3.500 kg
= Rp.10.650,- (L)
2. Standar dan selisih kuantitas bahan Satandar kuantitas = Standar pemakaian Selisih kapasitas ini menunjukkan spesifikasi dasar mengenai jenis, kuantitas dan kuantitas bahan yang diperlukan.
Dept. Accounting - 88 –
Selsisih kuantitas bahan dihutng dengan membandingkan kuantitas standard an dihitung dengan biaya standar. Rumus : Selisih Kuantitas Bahan = (KBSb – KBSt) x HSt Keterangan : KBSb = kuantitas bahan sebenarnya KBSt = kuantitas bahan standar HSt = harga standar Selisih kuantitas bahan = (3.550 kg – 3.500 kg) x Rp.250,- = Rp. 12.500,- (R) Selisih hasil bahan : Selisih harga bahan
= Rp.15.000,- (L)
Selisih kuantitas bahan
= Rp.12.500,-(R)
Selisih hasil bahan F.
= Rp. 2.500,- (L)
Standar Biaya Tenaga Kerja Utnuk biaya standar tenaga kerja, terdapat dua jenis standar yang harus ditetapkan terlebih dahulu : 1. Standar tarif upah 2. Standar efisiensi tenaga kerja Standar dan Selisih Tarif Upah. Standar tenaga kerja umumnya ditetapkan berdasarkan tari upah yang merupakan hasil perundingan kolektif untuk menetapkan upah per jam, tarif upah per unit dan bonus maupun insentif yang akan deberikan. Apabila tidak ada sarekat pekerja, tarif upah dihitung berdasarkan tarif pendapatan yang ditentukan melalui persetujuan antara pekerja dengan departemen personalia. Oleh karena tarif upah umumnya didasarkan pada persetujuan bersama, maka selisish tarif upah tenaga kerja jarang terjadi. Walaupun ada hal ini disebabkan oleh adanya hal-hal luar biasa dalam pabrik yang sifatnya jangka pendek. Contoh : Perushaan menetapkan standar bahan untuk produksnya sebagai berikut : Tarif upah per unit
3 jam @ Rp.250,-
Jam kerja sesungguhnya
1.880 jam @ Rp.950,-
Unit yang dihasilkan
530 unit
Jam kerja standa
........?
Dept. Accounting - 89 –
Diminta : selisih tarif upah tenaga kerja Rumus : Standar pemakaian bahan = jam keja standar x unit yang dihasilkan Unit yang diahsilakan per unit Selisih tarif upah = (TUSb – TUSt) x JKSb
Keterangan : TUSb = tarif upah sebenarnya TUSt = tarif upah standar JKSb = jam kerja sesungguhnya Jam kerja untuk unit yang dihasilkan = 3 jam x 530 unit
= 1.590 unit
Selisih tarif upah
= Rp.94.000,- (R)
= (Rp.950 – Rp.900) x 1.880 jam
Standar dan Selisih Efisiensi Tenaga Kerja Standar efisiensi tenaga kerja ini biasanya ditetapkan oleh para insinyur dengan menggunakan telaah waktu dan gerak. Telaah ini didasarkan pada pelaksanaan kerja sesungguhnya oleh pekerja atau sekelompok pekerja yang memiliki ketrampilan rata-rata yang sama, ketika melaksanakan pekerjaan yang normal atau pekerja yang menggunakan mesin pada kodisi normal. Sementara penetapan standar waktu memerlukan telaah terinci sehubungan dengan operasi pabrik. Standar waktu ini memliki keguanaan terbatas, apabila waktu operasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar kendali manajemen ataupun output yang menggunakan banyak mesin, sangat ditentukan oleh waktu dan kecepatan mesin dibandingkan dengan jam kerja yang tersedia. Selisih efisiensi tenaga kerja dihitung pada akhir setiap periode (harian, mingguan atau bulanan) dengan membandingkan jam kerja sebenarnya terhadap jam kerja standar yang telah ditetapkan, yang keduanya dihitung berdasarkan tarif upah standar per jam kerja. Angka jam kerja standar dihitung dengan mengalikan jumlah jam kerja standar untuk menghasilkan satu init barang dengan jumlah unit sebenarnya yang daihasilkan. Rumus : Selisih efisiensi tenaga kerja = (JKSb – JKSt) x TUSt
Keterangan : JKSb = jam kerja sebenarnya JKSt = jam kerja standar TUSt = tarif upah standar Selish efisiensi tenaga kerja = (1.880 jam – 1.590 jam) x Rp.900 Dept. Accounting - 90 –
= Rp.261.000,-
Selisih hasil tenaga kerja : 1. Selisih tarif upah 2. Selisih efisiensi tenaga kerja Selisih hasil tenaga kerja
G.
Rp. 94.000,- (R) Rp.261.000,- (R) Rp.355.000,- (R)
Standar Biaya Overvead Pabrik (BOP) Terdapat dua jenis anggaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tarif BOP, yaitu anggaran BOP anggaran fleksibel. Anggaran BOP menunjukkan jumlah anggaran untuk tingkat kegiatan tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu, sedangkan anggaran fleksibel menyediakan jumlah anggaran untuk berbagai tingkat kegiatan. Kerdua jenis anggaran tersebut ditujukan untuk mengendalikan BOP. Pengendalian ini akan berhasil apabila biaya sebenarnya masih berada pada rentang anggaran yang ditetapkan. Batas maksimal dari rentang anggaran tersebut adalah jumlah yang ditetapkan dalam anggaran fleksibel, namun untuk menentukan biaya atas pekerjaan atau produk perlu ditetepakan tarif BOP normal yang didasarkan pada taksiran BOP kapasitas normal. Pengaruh volume produksi terhadap BOP per unit dapat digambarkan seagai berikut : Volume produksi (unit) Biaya overhead pabrik : Tetap Variabel Jumlah BOP per unit : Tetap Variabel Jumlah
800
900
1000
Rp.1.120.000 Rp. 500.000 Rp.1.720.000
Rp.1.260.000 Rp. 600.000 Rp. 1.860.000
Rp.1.400.000 Rp. 600.000 Rp.2.000.000
Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp.
1.400 750 2.150
1.400 666,67 2.066,67
1.400 600 2.000
Pola dasar perilaku biaya overhead pabrik, untuk BOP tetap jumlahnya tidak dipengaruhi oleh vulume produksi sedangkan biaya per unit (unit cost) berubah artinya semakin besar volume produksi maka biaya per unit akan semakin rendah, sedangkan BOP variabel jumlahnya akan dipengaruhi oleh perubahan volume produksi artinya besarnya biaya overhead ini akan berjalan sebanding dengan beasarnya volume produksi akan tetapi biaya per unit tetap dalam renatang yang relevan. H. Dept. Accounting - 91 –