BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu barometer bagi perekonomian nasional (Marantika, 2013). Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 menunjukkan bahwa UMKM dapat bertahan terhadap serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997 terdapat 57,40 juta perusahaan kecil atau 87,62 %, perusahaan sedang sebanyak 7,7 juta atau 11,75 % dan perusahaan besar sebanyak 0,393 juta atau 0,61 %. Pada tahun 1998 terdapat 57,34 juta perusahaan kecil atau 88,66 %, perusahaan sedang sebanyak 6,9 juta atau 10,78 % dan perusahaan besar sebanyak 0,364 juta atau 0,56 %. Saat krisis ekonomi perusahaan kecil mampu bertahan dan menguasai pasar lebih dari 50 %. Saat ini UMKM mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel I.1 Perkembangan UMKM Tahun 2008 – 2012 Tahun
Jumlah UMKM (juta unit)
2008 51 2009 53 2010 54 2011 55 2012 57 Sumber : BPS (diolah, 2015)
Jumlah Tenaga Kerja UMKM (juta orang) 94 96 99 102 108
Dari tabel I.1, jumlah UMKM dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup besar. Jumlah UMKM rata-rata mengalami
peningkatan sebesar 1,2 juta unit setiap tahun. Jumlah tenaga kerja UMKM juga mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2,6 juta orang setiap tahunnya. Jumlah UMKM di Indonesia semakin tinggi tetapi jumlah UMKM di Gunungkidul masih relatif sedikit. Pada tahun 2013 terdapat 260 UMKM di Gunungkidul yang tersebar di 18 kecamatan. Data jumlah UMKM di Gunungkidul adalah sebagai berikut:
Grafik I.1 Data UMKM di Gunungkidul menurut kecamatan Sumber: BPS (diolah, 2014)
Penelitian ini fokus pada UMKM yang berada di Kecamatan Ngawen. Jumlah UMKM di Kecamatan Ngawen masih relatif sedikit dibanding kecamatan lainnya. Jumlah UMKM di kecamatan Ngawen adalah 3,08 % dibawah rata-rata kecamatan lainnya yaitu sebesar 5,55 %. Terdapat banyak hambatan dalam pengembangan UMKM. Salah satu hambatannya adalah masalah permodalan. Masalah permodalan merupakan 2
hambatan yang sering dikeluhkan oleh para pengusaha, baik usaha kecil maupun besar (Enggar dan Hendra, 2012). Menurut Pangestun (2011), di negara maju dan berkembang masalah permodalan menjadi masalah yang penting. Pemerintah mengadakan program bantuan berupa kredit untuk menangani kesulitan modal UMKM. Program bantuan kredit tersebut adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah menyalurkan KUR melalui lembaga keuangan bank. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha
Rakyat, pengertian KUR adalah kredit atau
pembiayaan kepada UMKM-K (Usaha Mikro, Kecil, Menengah-Koperasi) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR merupakan fasilitas kredit yang khusus diberikan kepada kegiatan UMKM serta koperasi yang usahanya cukup layak namun tidak memiliki agunan yang cukup sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak perbankan. Pemerintah memfasilitasi sarana penjamin KUR melalui PT Askrindo dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Pemerintah tidak menunjuk semua bank dalam penyaluran KUR. Bank nasional yang ditunjuk pemerintah dalam menyalurkan KUR adalah Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Bukopin, Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah). Tabel Realisasi dan NPL Penyaluran KUR bank nasional pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
3
Tabel I.2 Realisasi dan NPL Penyaluran KUR tahun 2014 No
Bank
1 2 3 4 5 6 7 8
BNI BRI (KUR Ritel) BRI (KUR Mikro) Bank Mandiri BTN Bukopin Bank Syariah Mandiri BNI Syariah Total Sumber: Komite-KUR, 2014
Platfond (Rp triliun) 15,24 20,09 89,97 16,86 4,57 1,81 3,87 0,31 153,53
Realisasi Penyaluran KUR Rata-rata Debitur Outstanding kredit (ribu (Rp triliun) (Rp Juta) orang) 3,48 215,18 70,8 7,62 114,59 175,4 23,23 10.901,10 8,3 6,65 382,12 44,1 1,72 25,10 181,9 0,53 12,11 149,5 1,28 59,16 65,4 0,14 1,38 222,4 44,65 11.710,74 13
NPL (%) 3,8 3,4 2,0 3,9 11,9 5,4 20,0 2,9 3,6
Penelitian ini fokus pada KUR yang disalurkan oleh BRI Unit Ngawen. BRI merupakan penyalur KUR terbesar dengan total platfond mencapai Rp110,06 triliun yang terdiri dari Rp20,09 triliun di sektor ritel dan Rp89,97 triliun di sektor mikro. Jumlah debitur sektor ritel adalah 114.591 UMKM dan 10.901.101 UMKM untuk sektor mikro. Selain itu, BRI merupakan bank yang fokus pada segmen mikro (Sunarso, 2015). I.2. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Fokus obyek penelitian adalah KUR BRI Unit Ngawen. b. Variabel yang digunakan adalah pendapatan UMKM di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul sebelum dan sesudah menrima KUR.
4
I.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah jumlah pendapatan UMKM di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul mengalami perbedaan sebelum dan sesudah mengikuti program KUR BRI Unit Ngawen? 2. Bagaimana persepsi responden terhadap KUR yang disalurkan oleh BRI Unit Ngawen? I.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perbedaan jumlah pendapatan UMKM di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul sebelum dan sesudah mengikuti program KUR BRI Unit Ngawen. 2. Menganalisis persepsi responden mengenai KUR yang disalurkan BRI Unit Ngawen. I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak, berikut ini penulis uraikan beberapa manfaat dari penelitian ini: 1. Bagi penulis Sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi BRI Unit Ngawen a. Mengetahui persepsi nasabah terhadap KUR yang disalurkannya. 5
b. Menjadi salah satu bahan referensi untuk pengambilan kebijakan pemberian KUR dalam pegembangkan UMKM di Kecamatan Ngawen. I.6. Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan ke dalam lima bab yaitu: 1. BAB I : Pendahuluan Pendahuluan memuat latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian
dan,
sistematika penulisan. 2. BAB II : Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka memuat landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka berfikir, dan hipotesis. 3. BAB III : Metode Penelitian Metode Penelitian memuat obyek dan subyek penelitian, sampel, teknik pengambilan sampel, jenis data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data. 4. BAB IV : Hasil dan Pembahasan Hasil dan Pembahasan memuat hasil analisis data, pembuktian hipotesis, pembahasan hasil dan jawaban penelitian. 5. BAB V : Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan saran memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk penelitian lebih lanjut.
6