BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap entitas bisnis didirikandengan tujuan memperoleh laba, bertumbuhdan melanjutkan operasinya secara terus menerus. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan sumber daya manusia dengan kemampuan manajerial yang handal untuk mengelola sumber daya perusahaan. Pada entitas dengan skala kecil seperti sole proprietorship biasanya peran ini dilakukan oleh pemilik. Tetapi pada entitas dengan skala besar seperti Perseroan Terbatas, peran ini tidak bisa dilakukan pemilik sendiri dikarenakan perusahaan dihadapkan pada kompleksitas bisnis yang lebih luas dan persaingan yang lebih ketat. Kondisi ini menyebabkan beberapa pemilik mempercayakan pengelolaan perusahaan kepada orang-orang yang memiliki kemampuan manajerial yang profesional dan handal yang dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan dengan biaya yang efisien. Pemisahan peran ini didalam ilmu ekonomi disebut dengan istilah agency theory. Agency theory merupakan suatu teori yang menjabarkan mengenai kontrak kerjasama antara pemilik dengan manajemen dan dalam kontrak tersebut pemilik mendelegasikan
wewenangnya
kepada
manajemen
untuk
menjalankan
perusahaan. Manajemen sebagai agen dari pemilik diberi tugas untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang pada akhirnya juga akan memaksimalkan kekayaan principal. Namun dalam prakteknya manajemen tidak bisa sepenuhnya menjalankan amanat dari pemilik dikarenakan manajemen sebagai agen dari pemilik juga termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Utomo dan Bachruddin (2005) berasumsi bahwa suatu individu akan bertindak untuk
i
memenuhi kebutuhannya sendiri dan berakibat pada tindakan agen untuk mempengaruhi informasi terkait dengan kinerjanya serta pertanggung jawabannya yang tercermin dalam laporan laba akuntansi. Salah satu tolok ukur yang digunakan oleh pemilik dalam menilai keberhasilan dari manajemen dalam mengelola perusahaan adalah dengan melihat laba akuntansi yang dihasilkan. PSAK 23 (2012) mendefinisikan laba akuntansi sebagai laba atau rugi bersih selama satu periode yang disusun dengan menggunakan dasar akrual. Laba akuntansi sering digunakan oleh pihak eksternal seperti calon investor, kreditor maupun pemegang saham sebagai acuan dalam pengambilan keputusan ekonomi seperti investasi, pinjaman, dan kompensasi manajemen. Keputusan-keputusan ini memiliki hubungan yang erat dengan kepentingan manajemen sehingga ada tendensi dari manajemen untuk mempengaruhi keputusan tersebut dengan menaikan dan menurunkan laba yang dilaporkannya. Tindakan untuk menaikan dan menurunkan laba yang dilakukan manajemen ini sering disebut dengan istilah manajemen laba. Manajemen laba dapat dilakukan oleh manajemen dengan memanfaatkan kondisi asimetri informasi (Amin, 2007). Asimetri informasi terjadi karena manajemen sebagai pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibanding dengan investor atau pemilik. Manajemen juga memiliki kuasa atas informasi didalam laporan keuangan karena laporan tersebut disusun oleh manajemen. Penguasaan atas informasi ini akhirnya menciptakan suatu peluang bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba.
2
Manajemen laba pada umumnya dilakukan dengan memainkan komponen discretionary accruals. Amin (2007) mendefinisikan discretionary accrual sebagai suatu kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan pada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel. Discretionary accrual menyebabkan peningkatan laba menjelang penawaran saham perdana, memuncak pada saat penawaran dan menurun setelah penawaran dan dalam jangka panjang akan berdampak pada penurunan kinerja keuangan perusahaan. Penggunaan discretionary accrual disatu sisi menguntungkan manajemen karena menaikan kinerja perusahaan di mata pemilik. Namun disisi lain discretionary accrual menjadi suatu jebakan bagi pemilik karena bisa menyebabkan pemilik dan calon investor salah dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amin (2007), telah membuktikan bahwa discretionary accrual akan berdampak pada penurunan kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang yang pada hakikatnya akan merugikan pemilik dan calon investor. Penurunan kinerja keuangan tersebut didukung dengan teori accrual reverse yang dikemukakan oleh Kusumawardhani dan Siregar (2009). Jika perusahaan
mencatat akrual dalam jumlah tertentu pada tahun ini sehingga
mengakibatkan nilai laba menjadi lebih tinggi, maka pada periode-periode selanjutnya nilai akrual tersebut akan berbalik dan menjadikan laba perusahaan mengecil. Dengan kata lain discretionary accrual hanya akan melakukan penundaan pencatatan laba yang lebih kecil dengan melakukan percepatan pengakuan pendapatan atau penundaan pengakuan beban. Penurunan kinerja ini
akan berdampak pada reaksi negatif investor terhadap saham perusahaan di pasar modal yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan return saham di bursa. Penjelasan di atas didukung oleh hasil penelitian Widyastuti (2007) yang menemukan bukti bahwa kenaikan perilaku manajemen laba akan berdampak pada penurunan return saham yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan oleh Suyudi (2009), Primanita & Setiono (2006) dan Achmad, dkk. (2007) telah menjabarkan mengenai motivasi yang dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba yang diantaranya adalah motivasi hutang (debt hypothesis) dan motivasi biaya politik (political cost hypothesis) Debt hypothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki debt ratio atau leverage yang lebih besar biasanya akan berusaha menaikan laba akuntansinya supaya kinerjanya terlihat bagus di mata kreditor. Debt ratio menunjukan
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar
hutang
dengan
menggunakan aktivanya. Semakin tinggi debt ratio maka citra perusahaan di mata kreditor akan semakin menurun karena tingginya debt ratio juga akan meningkatkan risiko gagal bayar perusahaan. Sehingga untuk menaikan citranya di mata kreditor manajemen akan berusaha untuk menaikan labanya dengan melakukan manajemen laba. Hasil penelitian Widyaningdyah (2001) menunjukan bahwa leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan leverage yang tinggi akan berusaha untuk menaikan labanya di mata kreditor untuk memberikan bargaining position yang lebih baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang utang perusahaan.
4
Political cost hypothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran yang besar akan berusaha untuk mengurangi laba akuntansinya supaya tidak menarik perhatian regulator setempat. Namun menurut Handayani dan Rachadi (2009), perusahaan sedang dan besar justru akan berusaha untuk melakukan manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba positif. Hal ini dikarenakan perusahaan berukuran sedang dan besar mendapatkan tekanan yang lebih kuat dalam memenuhi ekspektasi dari shareholder-nya. Sehingga perusahaan berukuran besar dan sedang akan berusaha untuk menghindari penurunan laba dan earning losses. Siregar dan Utama (2005) melalui penelitiannya telah menemukan bukti bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan tersebut akan melakukan praktik manajemen laba dengan cara mengecilkan laba yang dilaporkannya. Salah satu hal yang dilakukan untuk meminimalisasi tindakan manajemen laba adalah dengan mengubah struktur kepemilikan. Motivasi dan peluang untuk melakukan manajemen laba pada awalnya bersumber dari pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Untuk mengurangi motivasi dan kesempatan manajemen tersebut maka biasanya perusahaan akan menambah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional didalam perusahaan. Utama dan Siregar (2005) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai jumlah presentase saham yang dimiliki oleh institusi seperti bank dan asuransi. Peningkatan kepemilikan institusional ini dianggap dapat meningkatkan pengawasan atas aktivitas manajemen dalam mengelola perusahaan sehingga dapat meminimalkan tindakan manajemen laba. Tetapi, dalam Passive hands
hypothesis dijabarkan bahwa terdapat investor institusi yang berorientasi pada jangka pendek yang sering disebut myopic investor. Myopic investor lebih berfokus pada pelaporan laba jangka pendek dibandingkan pelaporan laba jangka panjang yang menyebabkan manajemen menjadi termotivasi untuk melakukan manajemen laba dengan lebih agresif. Widyastuti (2008) melalui penelitiannya menemukan bahwa kepemilikan Institusional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Selain kepemilikan institusional, terdapat kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial menunjukan proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen. Peningkatan kepemilikan manajerial dianggap dapat mendorong terjadinya penyatuan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja manajemen demi kepentingan pemegang saham dan dirinya sendiri (Palestin, 2009). Tetapi disisi lain, kepemilikan manajerial yang tinggi dapat meningkatkan kecenderungan manajemen untuk memanipulasi laba. Kepemilikan manajerial yang tinggi akan mengurangi tekanan pihak luar yang dihadapi oleh manajemen dalam menyajikan laporan keuangan yang akurat. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk memilih kebijakan-kebijakan akuntansi yang dapat mencerminkan kepentingan pribadi mereka. Melalui Penelitiannya, Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Selain berdampak terhadap return saham melalui tindakan manajemen laba, leverage, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan juga dapat
6
berpengaruh langsung terhadap return saham. Leverage menunjukan kontribusi modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Penggunaan leverage memiliki sisi positif dan negatif. Dampak positifnya, dengan menggunakan hutang dalam struktur modal perusahaan akan meningkatkan laba per saham (Gitman, 2009). Susilowati dan Turyanto (2011) menyatakan bahwa peningkatan laba per saham akan meningkatkan harga atau return saham. Namun, disisi lain leverage yang terlalu tinggi akan menyebabkan financial distress atau meningkatkan risiko kebangkrutan. Financial distressakan meningkatkan risiko yang ditanggung investor sehingga sebagian investor akan menjadi takut berspekulasi dalam penanaman saham ke perusahaan tersebut (Solechan, 2009). Melalui hasil penelitiannya, Susilowati dan Turyanto (2011) menemukan bukti bahwa leverage memiliki pengaruh positif dan signifikant terhadap return saham. Selain leverage, ukuran perusahaan juga terbukti memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap return saham. Lebih lanjut lagi Widjaja (2009) berpendapat bahwa perusahaan yang berukuran besar dan sudah mencapai tahap maturity akan berusaha untuk mendanai investasi yang menguntungkan yang akan meningkatkan prospek pertumbuhan earning dan dividen di masa yang akan datang. Hal ini akan mempengaruhi penilaian investor terkait prospek ekonomi perusahaan dan pada akhirnya akan tercermin melalui return saham. Akan tetapi tidak selamanya return perusahaan besar akan selalu mengungguli return perusahaan kecil (size effect). Size effect merupakan fenomena dimana perusahan berukuran kecil menghasilkan return yang lebih besar dibanding perusahaan berukuran besar terutama pada bulan januari. Menurut Kumar dan Sehgal (2004)
hal ini disebabkan karena jika dibandingkan dengan perusahaan besar, perusahaan kecil memiliki informasi publik yang lebih sedikit dan saham yang kurang likuid. Hasil penelitian yang dilakukan Widjaja (2009) memberikan bukti bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Salah satu masalah yang menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor maupun calon investor dalam keputusan berinvestasi adalah agency cost. Agency cost menjadi beban tersendiri diakibatkan agen tidak dapat mengelola entitas secara optimal sehingga tidak dapat memaksimalkan kekayaan yang dimiliki pemegang saham. Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi biaya agen yang ditanggung oleh principal adalah dengan mengubah struktur kepemilikan. Menurut Zou dan Adams (2008), peningkatan kepemilikan institusional akan meningkatkan monitoring yang dilakukan terhadap manajemen sehingga dapat meningkatkan kualitas keputusan strategis perusahaan dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan yang tercermin melaluipeningkatan harga saham. Monitoring ini biasanya dilakukan dengan menominasikan direktur yang mewakili mereka, mempengaruhi strategi bisnis perusahaan serta mengendalikan dan memonitor keputusan bisnis yang dibuat oleh manajemen. Hasil penelitian Widyastuti (2007) menemukan bukti bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham. Peningkatan kepemilikan manajerial juga diharapkan dapat mempengaruhi return saham. Incentives alignment hypothesis menyatakan peningkatan kepemilikan manajerial akan menyebabkan kepentingan ekonomi manajer dan
8
pemegang
saham
menjadi
searah
sehingga
manajer
akan
berusaha
memaksimalkan kekayaannya melalui peningkatan nilai saham perusahaannya (Haruman, 2008). Sedangkan pada entrenchment hypothesis, peningkatan kepemilikan manajerial akan menyebabkan manajer lebih berhati-hati dalam memilih investasi yang berisiko dikarenakan manajer juga akan ikut menanggung perbuatannya sendiri. Menurut Zou dan Adams (2008) perubahan sikap ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan berdampak pada harga saham. Widyastuti (2007), melalui penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa variabel kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan manajemen laba yaitu motivasi utang, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial serta dampak dari tindakan manajemen laba terhadap return saham. Selain itu pergerakan return saham juga tidak hanya dipengaruhi oleh manajemen laba tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional serta kepemilikan manajerial. Dalam melakukan penelitian ini peneliti juga mengacu pada penelitian Widyastuti (2008) dengan pengembangan-pengembangan sebagai berikut : 1. Peneliti tidak memasukan variabel profitabilitas sebagai variabel independen yang mempengaruhi manajemen laba dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Assih, dkk (2005), Ujiyantho dan Pramuka (2007), dan Bangun dan Vincent (2008) menyatakan bahwa
profitabilitas adalah variabel yang justru dipengaruhi oleh manajemen laba bukan mempengaruhi manajemen laba. 2. Menambahkan variabel return saham sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh tindakan manajemen laba
dan karakteristik
perusahaan. Hal ini dikarenakan hasil penelitian Ardiati, dkk. (2005) yang menemukan bahwa tindakan manajemen laba berdampak pada return saham perusahaan. Joni dan Jogihayanto (2009) juga menemukan bahwa
tindakan manajemen laba memiliki pengaruh
signifikan
return
terhadap
saham
dengan
mempertimbangkan
kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi. 3. Objek penelitian merupakan perusahaan Go Public yang termasuk dalam sektor manufaktur menurut JASICA selama tiga periode berturut-turut dari tahun 2009 sampai 2011 Dengan demikian berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini diberi judul: “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Return Saham dan Manajemen Laba: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011” B. Batasan Penelitian Dalam mengukur variabel manajemen laba peneliti menggunakan formula yang digunakan Ujiyantho dan Pramuka (2007) dalam penelitiannya yaitu model modified Jones. Selain itu dalam mengukur variable ukuran perusahaan peneliti menggunakan total asset. Sedangkan proksi yang digunakan untuk mengukur
10
variabel return saham adalah realized return. Dalam mengukur leverage peneliti juga akan menggunkan total debt to asset ratio C. Rumusan Masalah 1. Apakah
leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba ? 2. Apakah manajemen laba memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham? 3. Apakah leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap return saham? D. Tujuan Penelitian: 1. Memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial baik secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba 2. Memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh manajemen laba terhadap return saham 3. Memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial baik secara parsial maupun simultan terhadap return saham
E. Manfaat Penelitian : 1. Bagi para pemakai laporan keuangan Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengguna laporan keuangan didalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi seperti keputusan kredit atau keputusan investasi. 2. Bagi perusahaan yang telah go public Diharapkan dapat membantu perusahaan dalam meminimalisasi tindakan manajemen laba yang dapat menurunkan kualitas laporan keuangan. 3. Bagi peneliti selanjutnya dan akademisi Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
referensi bagi penelitian
selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi akademisi untuk menambah wawasan khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba dan dampak dari manajemen laba terhadap return saham. F. Sistematika Penulisan 1. Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan 2. Bab II : Telaah Literatur Bab ini berisi tentang penjelasan dan pembahasan secara terperinci mengenai leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, manajemen laba dan return saham perusahaan 12
yang diambil dari berbagai literatur dan rumusan mengenai hipotesis yang akan diuji. 3. Bab III : Metode Penelitian Bab ini berisi mengenai gambaran umum dari objek penelitian, metode penelitian, penjabaran mengenai variable penelitian, teknik-teknik yang akan digunakan dalam pengambilan sampel dan pengumpulan data serta teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis. 4. Bab IV : Hasil Pembahasan Bab ini berisi tentang pengujian hipotesis serta analisa dan pembahasannya 5. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisa dan saran untuk peneliti selanjutnya.