BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh manajemen kepada pemilik perusahaan yaitu dengan melaporkan perkembangan usaha yang dikelolanya setiap akhir periode akuntansi
dengan menyajikan laporan keuangan. Terdapat dua
kepentingan yang berbeda dari pihak manajemen dan pemilik perusahaan, pihak manajemen menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana sementara pihak pemilik perusahaan ingin memperoleh informasi yang akurat mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen selaku pengelola dana yang diinvestasikan. Dari laporan keuangan yang disusun manajemen perusahaan, pihakpihak
pemakai laporan keuangan dapat mengetahui seberapa besar hasil keija
manajemen dalam mengebla perusahaan. Keandalan dan keakuratan informasi
keuangan yang disajikan pihak
manajemen sangatlah penting bagi pihak pemilik perusahaan maupun pihak luar perusahaan seperti caion krcditur, eaton investor, pemerintah dan lainnya. Untuk menjamin keandalan dan keakuratan laporan keuangan diperluakan jasa pihak yang independen melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas laporan keuangan. Oleh karena itu, jasa pihak ketiga yang independen diharapkan mampu untuk memberikan penilaian yang bebas serta tidak memihak kedua belah pihak yang berkepentingan terse but Pihak independen yang bertugas melakukan pengawasan tersebut adalah auditor. Auditor independen memiliki pandangan profesionalisme tinggi diharapkan
mampu mempertahankan independesinya dalam melaksanakan prosedur audit, sehingga dapat memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh pengambil keputusan. Auditor independen yang tergabung dalam Kantor Akuntan Publik memberikan jasa audit atas lapomn keuangan. Profesi akuntan publik menghasilkan beberapa jasa bagi masyarakat, yang dapat digolongkan kedalam dua kelompok: Jasa
assurance dan jasa nonassurance (Mulyadi, 2002:4). Jasa assurance sebagai jasa professional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan sedangkan Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Proses audit merupakan bagian dari jasa assurance. Suryanita, et al., (2006) menunjukan bahwa meskipun dalam teori dinyatakan secara jelas bahwa audit yang baik adalah yang mampu meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya namun kenyataannya dilapangan berbicara lain. Fenomena perilaku pengurangan kualitas audit (Reduced Audit Quality Behaviors I RAQ Behaviors) semakin banyak terjadi (Raghunathan, 1991; Malone dan Roberts, 1996; Suryanita, 2006). Coram, et al., (2004) menunjukan bahwa pengurangan kualitas dalam audit diartikan sebagai pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan sengaja oleh auditor. Shaperoo, et al., (dalam yuliana, et al.; 2009) menyatakan bahwa salah satu bentuk perilaku pengurangan kualitas audit adalah penghentian prematur atas prosedur audit, tindakan yang dimaksud berkaitan dengan penghentian terhadap prosedur audit yang di syaratkan, tidak melakukan pekerjaan yang lengkap dan
mengabaikan prosedur audit tetapi auditor berani mengungkapkan opini atas laporan keuangan yang di auditnya.
Reduced Audit Quality Behaviors I perilaku pengurangan kualitas audit dideskrepsikan oleh Malone dan Roberts (1996) menunjukan bahwa sebagai tindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan dimana tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit. Salah satu bentuk perilaku pengurangan kualitas audit (Reduced Audit
Quality Behaviors) adalah
penghentian premature atas prosedur audit (Malone dan Roberts, 1996 ; dan Coram, et al., 2004). Raghunathan (1991); Waggoner dan Cashell (1991) menunjukan bahwa praktek penghentian premature atas prosedur audit banyak dilakukan oleh auditor terutama dalam kondisi time pressure. Kondisi time pressure adalah kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari Kantor Akuntan Publik {KAP) tempat auditor bekerja untuk menyelsaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Jansen dan Glinnow (dalam Malone dan Roberts; 1996) menunjukan bahwa perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan faktor situasinnal yang terjadi saat itu akan mendorong seseorang untuk membuat keputusan. Dari pendapat tersebut bahwa perilaku penurunan kualitas audit (RAQ
Behaviors) yang salah satunya adalah penghentian premature atas prosedur audit (premature sign ojj) yang dapat disebabkan oleh faktor karakteristik personal dari auditor (faktor internal) serta faktor situasional saat melakukan audit (faktor ekstemal). Hasil penelitian Suryanita, et al., (2006) menunjukan bahwa dengan jumlah responden sebanyak 79 yang berasal dari KAP di Jawa Tengah dan daerah Istimewa
Yogyakarta diketahui bahwa 13 % melakukan penghentian prosedur audit. Prosedur yang paling sering ditinggalkan adalah pemahaman terhadap bisnis klien sedangkan pemeriksaan fisik merupakan prosedur yang jarang ditinggalkan. Pada penelitian Suryanita, et al., (2006) menunjukan bahwa dapat dibuktikan hubungan yang signifikan antara time pressure, resiko audit, materialitas serta p1osedur review dan control kualitas terhadap penghentian prosedur audit. Hasil dari penelitian Suryanita, et al., (2006) membuktikan bahwa time pressure dan resiko audit berhubungan positif dengan pengehentian prosedur audit, sedangkan materialitas serta prosedur review dan control kualitas berhubungan negatif terhadap perilaku penghentian prosedur audit.
1.2 Rumusan Masalah Berkurangnya kualitas informasi yang dihasilkan dari proses audit dapat terjadi karena tindakan mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumeu klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan dan memberikan opini ketika semua prosedur audit belum dilaksanakan secara lengkap. Berdasarkan Jatar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana urutan prioritas prosedur audit yang dihentikan oleh auditor secara prematur? 2. Apakah time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit? 3. Apakah time pressure, resiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas secara simultan berpengaruh terhadap prematur atas prosedur audit?
5
1.3 Tujuan Penelitian I. Untuk memahami dan mengetahui sebab-sebab prosedur audit yang sering dihentikan auditor. Dengan memahami dan mengetahui prosedur audit yang sering dihentikan auditor diharapkan prosedur audit sesuai yang di syaratkan Standar Propesional Akuntan Publik (SPAP) sehingga dapat meningkatkan kualitas audit. 2. Untuk menguji bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara variabel time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas terhadap perilaku penghentian prematur prosedur audit. Dengan menguji pengaruh variabel time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas diharapkan dapat diketahui perilaku penghentian prematur prosedur audit.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara variabel time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas terhadap perilaku penghentian prematur prosedur audit.
2. Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya praktik
penghentian prematur p!'Osedur audit.
3. Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevalusi prosedur audit dan jangka waktu audit yang ditetapkan.
4. Bagi Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), basil penelitian ini menunjukkan pentingnya acuan prosedur audit yang dapat digunakan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan yang ditunjukkan dalam Standart Profesional Akuntan Publik.
5. Dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.
1.5 Ruang Lingkup Penelitiac
Penelitian ini merupakan pengujian kembali dari penelitian Suryanita, et al., (2006) dengan lokasi penelitian di kota Surabaya karena salah satu kota besar di Indonesia dan memiliki cukup banyak Kantor Akuntan Publik sehingga cukup representativ untuk dilakukannya penelitian ini, serta ingin mengetahui seberapa
besar time pressure yang dihadapi oleh auditor di Surabaya berpengaruh terhadap kinerjannya, karena time pressure yang dihadapi oleh auditor di suatu daerah berbedabeda (Suryanita, et al., 2006). Fokus penelitian ini pada faktor situasional (faktor eksternal) saat melakukan audit seperti: time pressure, resiko audit, materialitas dan prosedur review serta kontrol kualitas.