BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bengkulu merupakan salah satu provinsi pemekaran dari SUMBAGSEL
(Sumatra bagian selatan)1. Provinsi Bengkulu terletak di barat provinsi Sumatra Selatan, utara provinsi Lampung, selatan provinsi Sumatra Barat dan di barat berbatasan langsung dengan samudra Hindia. Provinsi Bengkulu memiliki sembilan kabupaten dan satu kota madya. Bengkulu memiliki banyak suku dan bahasa. Bukan hanyak suku dan bahasanya saja yang banyak, namun memiliki budaya yang banyak pula. Tabot, merupakan salah satu budaya yang dimiliki warga kota Bengkulu. Prosesi ritual Tabot dilaksanakan setiap tanggal 1 muharram dalam kalender islam, guna mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad Saw yang tewas perang di Padang Karbala. Tabot dilaksanakan setiap satu tahun sekali, dan menyambut tahun baru islam. Tabot merupakan salah satu kebudayaan turun-menurun rakyat kota Bengkulu. Namun sekarang sudah menjadi Festival tahunan kota atau provinsi guna mengundang pelancong untuk berwisata. Masyarakat sekarang hanya memandang Tabot sebagai festival tahunan, dan ajang pertunjukan budaya sebagai pariwisata. Namun Tabot tetaplah Tabot, tidak melupakan tujuan utamanya sebagai budaya luhur yang diturunkan turun-temurun. Perayaan Tabot hanya ada dua daerah di Pulau Sumatera, yaitu Bengkulu dan Pariaman (Sumatera
1
Buku yang berjudul Sejarah Bengkulu karya Prof. Dr. Hajji Abdullah Siddik.
1
2
Barat). Perayaan Tabot di Pariaman dikenal dengan sebutan Tabui’k, dan di Bengkulu dikenal dengan Tabot atau Tabut. Namun Tabot yang ada di Bengkulu merupakan perayaan terbesar di antara kedua daerah tersebut. Tabot berasal dari bahasa Arab yaitu Tabut yang secara harfiah bermakna kotak atau peti. Asal mula perayaan Tabot terkait pada kisah perjuangan cucu Nabi Muhammad SAW yang bernama Husein (anak dari Siti Fathimah Azzahroh binti Muhammad), Husein gugur dalam peperangan di Padang Karbela melawan kaum Kawarij (kaum yang keluar dari islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib). Tradisi perayaan Tabot Bengkulu sudah menjadi sebuah event pariwisata budaya daerah Provinsi Bengkulu yang tercatat dalam kalender pariwisata Nasional sejak tahun 1990. Seiring lahirnya kebijakan Promosi pariwisata nasional melalui tahun kunjungan wisata indonesia maka Tabot Bengkulu mempunyai nilai jual tersendiri bagi para wisatawan. Seiring berjalannya waktu, perayaan Tabot di Bengkulu sekarang hanya sekedar menjadi daya tarik wisata dan lapangan pekerjaan sementara bagi masyarakat. Masyarakat kurang peduli apa makna dari nama-nama ritual upacara Tabot. “Selamo sepuluh hari itu”, itulah sepenggalan lagu dari Tabot. Selama sepuluh hari tersebut masyakat kurang peduli dengan prosesi yang dilaksanakan para kaum Keturunan Keluarga Tabot. Bahkan dalam dunia pendidikan belum ada yang mengajarkan makna dari semua upacara ritual Tabot. Bukan hanya para pelajar wargapun tidak banyak yang tahu, jika ditanya mereka menjawab festival, tempat mencari uang sementara, dan ada yang mengatakan sebagai ajang rekreasi.
3
Tidak ada yang bisa menyalahkan dari pihak mana yang disalahkan oleh persoalan ini. Masyarakat di pulau Sumatra tidak seperti di Pulau Jawa yang mencintai dan mengajarkan untuk melestarikan kebudayaan kepada anak cucu mereka. Fokus penelitian ini adalah memaparkan serta menjelaskan makna Upacara Tabot dan makna nama-nama upacara yang dilaksanakan selama sepuluh hari tersebut. Upacara Tabot hampir sama seperti upacara-upacara adat yang sering kita jumpai. Kembang, air, dan kemenyan tak luput dari upacara Tabot, tetapi penelitian ini hanya menganalisis dari nama-namanya saja. Dalam Semantik akan dijelaskan semua makna dan referensi dari prosesi ritual upacara Tabot. Dalam Semiotik akan dijelaskan makna dari nama-nama ritual upacara Tabot. Di mata masyarakat upacara ini tidak lah penting. Masyarakat hanya tahu Tabot sebagai sebuah festival setiap tahunnya. Kenyataannya, upacara yang dilaksanakan sering menjadi sorotan berbagai pihak. Pengamat budaya, agama, maupun peneliti sering mengomentari rangkaian upacara tersebut. Kecaman dan kritik sering kali terlontarkan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kesalah pahaman makna dan referensi dari ritual tersebut membuat rancu sehingga menjadi topik pembicaraan yang cukup tidak enak didengar. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk menambahkan wawasan untuk tidak hanya sekedar tahu tetapi memahami budaya luhur yang dimiliki. Sangat disayangkan budaya yang luhur seperti Tabot tidak dilestarikan. Penelitian mengenai analisis semantis nama-nama prosesi ritual upacaral masih jarang dilakukan, terutama nama-nama prosesi ritual upacara Tabot di
4
Provinsi Bengkulu. Penelitian mengenai nama-nama prosesi ritual upacara Tabot di Bengkulu hingga saat ini belum ada sama sekali yang membahas secara lebih dalam. Sebagian besar hanya membahas tabot secara keseluruhan saja, baik di bidang pariwisata, keagamaan, ekonomi dan budaya saja, akan tetapi tidak ada yang membahas makna dan makna dari nama-nama prosesi ritual upacara Tabot. Maka dari itu, skripsi ini ditulis guna untuk menjadi sumber referensi dan pengetahuan. Penting untuk melestarikan kebudayaan sehingga tidak hanya menjadi cerita belaka dan tontonan yang tidak diketahui apa makna-maknanya. Saya berharap skripsi yang saya tulis dan saya teliti dapat bermanfaat.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang tersebut maka terdapat beberapa
permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud upacara Tabot, dan apa saja nama-nama ritual yang ada di upacara Tabot? 2. Bagaimana analisis semantis pada nama-nama ritual upacara Tabot? 3. Bagaimana analisis semiotis pada nama-nama ritual upacara Tabot?
1.3
Ruang Lingkup Penelitian Pembahasan dalam penelitian ini yaitu deskripsi asal usul Tabot dan nama-
nama ritual upacara Tabot, serta analisis semantik dan semiotik dari nama-nama ritual. Dalam penelitian ini, pembahasan difokuskan pada analisis nama-nama
5
ritual upacara Tabot dengan menggunakan analisis semantis dan semiotis. Oleh karena itu, analisis penelitian ini menggunakan data nama ritual upacara Tabot.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini ada dua, yaitu: tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah memperkenalkan nama-nama Ritual Upacara Tabot. Selain itu, untuk mengetahui seberapa penting Tabot bagi masyarakat sekarang. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menyajikan analisis nama-nama Upacara Ritual Tabot dari segi semantis dan semiotis, sehingga hasil analisis tersebut dapat diketahui wujud elemen makna yang terkandung di dalam nama-nama upacara ritual Tabot.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan dalam ilmu Linguistik, khususnya bidang samantik dan semiotik. Pada bidang semantik dan semiotik, kita dapat mengetahui makna yang terkandung di dalam Nama-nama Ritual Upacara Tabot. Penelitian ini juga memiliki manfaat praktis yakni membantu melestarikan warisan budaya, karena saat ini banyak masyarakat luas yang kurang mengetahui bahkan tidak mengetahui tentang nama-nama ritual upacara Tabot. Manfaat yang lain juga sekaligus memberikan informasi dibidang pendidikan. Siswa harus lebih mengenal secara mendalam tentang Tabot, yaitu mengenai sejarah munculnya
6
Tabot, eksistensi Tabot, serta makna dari setiap ritual yang dilaksanakan pada upacara Tabot.
1.6
Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa penelitian mengenai Tabot, khususnya dalam
kebudayaan pada aspek agama dan tradisi. Berikut adalah penelitian-penelitian mengenai Tabot yang sudah ditinjau oleh peneliti. Pada tahun 2006, Bambang Indarti dari Universitas Islam Negeri Yogyakarta menyelesaikan penelitian yang berjudul Ritual Budaya Tabot Sebagai Media Penyiaran Dakwah Islam di Bengkulu. Penelitian tersebut menyajikan gambaran umum masyarakat Bengkulu, asal-usul Tabot, penyebaran agama melalui budaya Tabot, serta peyiaran dakwah dalam media Tabot. kemudian Bambang Indarti juga mengatakan Tabot
terbukti mampu menjadi media
penyebaran agama Islam. Berdasarkan penelitian di atas, belum menyinggung atau pun membahas mengenai makna nama-nama prosesi upacara Tabot. Selanjutnya, M. Nur Rokhman, M.Pd dari Universitas Negeri Yogyakarta menyelesaikan penelitian yang berjudul Pergeseran tradisi Tabot di Provonsi Bengkulu pada masa orde baru dan reformasi pada tahun 2013. Pada penelitian ini dijelaskan bagaimana asal mula munculnya upacara Tabot di Bengkulu, bagaimana proses ritual tradisi Tabot di Bengkulu, bagaimana simbolisasi perlengkapan, pelaksanaan upacara Tabot di Bengkulu, bagaimana ritual upacara Tabot masa orde baru, bagaimana ritual upacara Tabot masa reformasi, bagaiamana pergeseran upacara Tabot pada tradisi upacara Tabot tersebut.
7
Berdasarkan penelitian di atas hanya menyinggung prosesi ritual saja namun tidak pada ranah makna nama-nama ritual upacara Tabot. Kemudian, Syuplahan Gumay dari jurusan kesejahteraan Universitas Bengkulu menyelesaikan penelitian yang berjudul Tradisi Tabot sebagai medium pemersatu masyarakat kelurahan Berkas kecamatan kota Bengkulu pada tahun 2011. Pada penelitian ini dijelaskan tentang tradisi Tabot sebagai pemersatu masyarakat kelurahan Berkas. Kehidupan bermasyarakat, kelas sosial, dan hubungan masyarakat antar kelurahan. Dengan kata lain Syuplahan Gumay menempatkan Tabot sebagai media sosial pemersatu di masyarakat dalam kelurahan dan kecamatan. Berdasarkan penelitian diatas Tabot hanya dijelaskan sebagai media sosial pemersatu. Syuplahan Gumay tidak menyinggung atau membahas tentang nama-nama ritual upacara Tabot beserta maknanya. Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ditinjau di atas, tampaknya penelitian mengenai gambaran umum seperti sejarah, keagaam, media sosial pemersatu masyarakat dan sebagai media dakwah penyebaran agama Islam sudah dilakukan beberapa peneliti. Akan tetapi, penelitian mengenai analisis nama-nama ritual upacara Tabot melalui pendekatan semantik dan semiotik belum pernah dilakukan. Dengan kata lain, penelitian ini original dan perlu untuk dilanjutkan.
1.7
Landasan Teori Teori yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah teori semantik-
semiotik. Semantik adalah bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara, sistem dan
8
penyelidikan makna dan makna dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya (Kridalaksana, 2008:216). Analisis makna leksikal adalah analisis makna yang sesuai dengan referennya (Chaer, 2009:8). Nama-nama ritual upacara Tabot akan dianalisis menggunakan teori semantis leksikal. Secara semantis leksikal, leksem nama-nama ritual upacara Tabot diartikan menurut kamus, akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya penjelasan lain yang didapat dari informan untuk memperjelas pembahasan. Nama-nama ritual upacara Tabot terlebih dahulu diketahui leksem atau unsur pembentuknya. Leksem adalah istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebut satuan bermakna yang membentuk kata (Kridalaksana, 2008:141). Semantik dibagi menjadi semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah penyelidikan makna bahasa dalam tataran gramatikal (Kridalaksana, 2008:217). Semantik gramatikal disebut juga makna struktural karena proses dan satuan-satuan gramatikal berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Sedangkan semantik leksikal adalah penyelidikan makna unsurunsur kosakata suatu bahasa pada umumnya. Nama-nama ritual upacara Tabot dianalisis menggunakan analisis semantik leksikal, yaitu dengan mengetahui makna dari tiap kata menurut referennya. Analisis semantis dalam penelitian ini menguraikan nama-nama upacara Tabot dianalisis secara leksikal menggunakan pendefinisian logis. Nama-nama ritual upacara Tabot pertama-tama dianalisis secara leksikal. Setelah mendapatkan makna leksikal dari nama-nama tersebut, nama-nama tersebut diuraikan menggunakan definisi logis. Nama-nama ritual upacara Tabot memiliki makna
9
yang berbeda-beda, sehingga untuk mengetahui makna-makna tersebut data dianalisis dengan menggunakan analisis denotatif (makna sebenarnya). Semiotik adalah sebuah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda (van Zoest, 1993:1). Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Ahli sastra Teew (1984:6) mendefenisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun. Analisis semiotis dalam penelitian ini akan menguraikan nama-nama upacara Tabot berdasarkan analisis semantis leksikal sebelumnya. Analisis semiotis dalam penelitian ini akan menguraikan makna-makna yang muncul dalam analisis samantis leksikal.
1.8
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu; metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian data.
1.8.1
Metode pengumpulan data Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data.
Pertama, data diperoleh dari membaca buku yang memuat tentang budaya pada
10
umumnya dan tentang Tabot pada khususnya. Dalam buku Sejarah Kesenian Indonesia tulisan Saripin memuat dan menjelaskan nama-nama ritual Tabot. Pengumpulan data ini disebut dengan teknik penelitian kepustakaan. Data tersebut kemudian akan dicek di daerah penelitian. Teknik ini disebut teknik penelitian lapangan, yaitu usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua data yang telah dikumpulkan (Keraf, 2004:183). Kedua, setelah berada di lapangan peneliti menggunakan teknik wawancara, yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau seorang ahli atau seorang yang berwenang dalam suatu masalah (Keraf, 2004:182). Wawancara dilakukan langsung terhadap ketua Keluarga Kerukunan Tabot Bengkulu, yaitu bapak Ir. Achmad Syiafril Syahboeddin. Ketiga dan yang terakhir, informasi yang diperoleh dari informan tersebut dianggap dapat memenuhi semua data yang dibutuhkan oleh penulis. Pada saat wawancara, peneliti mempergunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, namun tidak semata-mata tergantung pada daftar pertanyaan tersebut. Bila ada informasi lebih lanjut, maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan baru di luar daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Di samping itu, peneliti juga menggunakan teknik simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik simak libat cakap yaitu peneliti berpartisipasi dan menyimak pembicaraan informan, sehingga peneliti terlibat langsung dalam dialog. Teknik rekam merupakan kegiatan merekam sumber data ketika melakukan wawancara. Peneliti
11
menggunakan telepon genggam untuk merekam hasil wawancara dan kamera untuk mendokumentasikan gambar-gambar upacara ritual yang diperlukan, dan terakhir adalah teknik catat. Teknik catat dilakukan setelah semua data telah didapat yang selanjutnya dilakukan dengan klasifikasi data (Sudaryanto, 1988:45).
1.8.2 Metode analisis data Data yang telah terkumpul, selanjutnya akan dianalisis secara leksikal. Nama-nama ritual upacara Tabot akan dijelaskan secara semantik leksikal. Katakata tersebut akan dianalisis menggunakan kamus satu persatu. Data akan diartikan menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk mengartikannya ke bahasa Indonesia. Selanjutnya nama-nama ritual upacara Tabot tersebut dianalisis secara semiotis, untuk mengungkapkan makna dari nama-nama Ritual Upacara Tabot.
1.8.3
Metode penyajian data Setelah dilakukan analisis data maka langkah selanjutnya ialah penyajian
hasil analisis data. Metode penyajiannya adalah sebagai berikut, dengan cara penyajian data verbal, yaitu penyajian hasil penelitian dengan menggunakan katakata atau kalimat berupa narasi dalam menyajikan data. Lalu penyajian data visual, yaitu penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel dan gambar. Penyajian visual adalah sebagai pelengkap dari penyajian verbal.
12
1.9
Sistematika Penulisan Sistematika penyajian hasil penelitian ini terdiri dari empat bab: Bab
pertama merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasaan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua memaparkan deskripsi Upacara Tabot di Kota Bengkulu. Yang membahas mengenai gambaran umum Upacara Tabot dan nama-nama ritual upacara Tabot, serta alat musik pengiring yang digunakan dalam prosesi Upacara Ritual Tabot. Bab tiga merupakan analisis semantis data yang sudah dikumpulkan dari nama-nama ritual upacara Tabot. Bab empat merupakan analisis semiotis data yang sudah dikumpulkan dari nama-nama ritual upacara Tabot. Bab lima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari bab dua, bab tiga dan bab empat, kemudian saran. Hasil akhir juga dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran daftar narasumber, serta dokumentasi data yang sudah dikumpulkan di lapangan.