152
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah yang beragam itu masih tetap dipakai sebagai alat komunikasi di daerah, bahkan bahasa daerah itu dipelihara oleh Negara seperti tercantum dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 yang menyatakan bahwa “bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat perhubungan oleh masyarakat bahasa setempat dibina dan dipelihara oleh Negara.” Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan manusia, baik sebagai mahluk sosial maupun pribadi. Peranan serta fungsi bahasa yang begitu besar dalam kehidupan manusia ternyata bukan saja menjadi perhatian dari para ahli bahasa, tetapi juga para ilmuan dari berbagai disiplin ilmu lain seperti komunikasi, hukum, politik, filsafat, antropologi, agama, bahkan olahraga. Bahasa adalah media dan sarana yang kokoh dalam kehidupan manusia untuk mengungkapkan ide dan kenyataan yang ada dalam lingkungan manusia itu sendiri. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia dan menjadi pembeda utama umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini. Bahasa itu dinamis, selalu berubah – ubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Bahasa tidak memainkan peranan yang konstan pada situasi –
Universitas Sumatera Utara
152
situasi sosial yang berbeda. Peranan dan fungsi bahasa bergantung kepada situasi dan kondisi, dengan kata lain bergantung kepada konteks. Sebagai alat komunikasi bahasa senantiasa berkembang, demikian halnya dengan bahasa Minangkabau. Oleh karena itu bahasa setiap saat perlu dibahas dan dipelajari supaya benar – benar berarti dalam kehidupan. Dalam fungsinya, sebagai alat pengembangan kebudayaan daerah, bahasa Minangkabau (selanjutnya disingkat menjadi BM) masih dipakai di dalam kesusasteraan daerah Minangkabau seperti dalam upacara tradisional seperti randai, dan kaba. Selanjutnya dalam bidang kesenian daerah seperti musik tradisional yang diiringi dengan saluang, talempong, dan gendang pada umumnya menggunakan BM sebagai bahasa pengiring. Begitu pula dalam upacara – upacara adat lain seperti Tagak Batu (Acara penegakkan batu pertama di kuburan), Anak Pisang (Acara sebelum perkawinan yang digelar di rumah saudara perempuan dari ayah), Tagak Gala (Acara pemberian gelar bagi mempelai pria yang akan melangsungkan pernikahan), Baralek (Perhalatan Perkawinan). Atau dalam kesenian budaya seperti saluang, randai, rabab, dan kaba. Keseluruhan kebudayaan yang dianggap khas daerah berkembang melalui sarana BM. BM hidup dan berkembang di Indonesia. BM memegang peranan penting dalam kehidupan khususnya masyarakat Minangkabau yang tinggal di daerahnya ataupun pada masyarakat perantau yang memiliki latar belakang budaya yang sama dan masih digunakan sebagai media komunikasi baik di bidang pendidikan, sosial, politik, kesehatan, dan sebagainya. Salah satu upaya untuk mewujudkan agar BM
Universitas Sumatera Utara
152
masih digunakan sebagai media komunikasi dapat berkembang ke arah mutu pemakaian yang lebih baik adalah melalui berbagai penelitian. Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) memfokuskan kajiannya pada teks atau wacana. Teks atau wacana menurut LFS dibatasi sebagai unit bahasa yang fungsional dalam konteks sosial. Teks dalam perspektif LFS merupakan produk konteks yang terdiri atas konteks linguistik dan konteks sosial. Dengan kata lain makna teks tergantung pada konteks. Maka analisis yang relevan dengan kajian LFS adalah analisis fungsional. Dengan kajian ini dapat ditunjukkan bahwa makna satu klausa bergantung pada konteksnya. Dengan pendekatan LFS ini peneliti sebagai pembaca teks, harus dapat mengembangkan keterampilan agar bisa memahami posisi ideologi yang diberi tanda, mungkin untuk menolak atau menyatakan ketidaksetujuan kita terhadap teks – teks tersebut. Ini berarti bahwa kita memerlukan cara untuk menyatakan bahwa bahasa tidak hanya untuk mengungkapkan sesuatu tetapi juga secara aktif membangun pandangan kita terhadap dunia. Modalitas adalah bagian dari makna antarpersona. Makna antarpersona merupakan aksi yang dilakukan pemakai bahasa dalam saling bertukar pengalaman linguistik yang terepresentasikan dalam makna pengalaman dengan kata lain makna antarpersona adalah makna yang mempertukarkan pengalaman. Bersamaan dengan melakukan ‘aksi’ dalam pertukaran pengalaman, pemakai bahasa mungkin atau dapat memberi pertimbangan, pendapat pribadi, komentar dalam komoditas yang disampaikan. Semua unsur pertimbangan ini disebut modalitas.
Universitas Sumatera Utara
152
Modalitas adalah pandangan, pertimbangan, atau pendapat pribadi pemakai bahasa terhadap makna paparan pengalaman dalam klausa yang disampaikan dalam interaksi. Di dalam berbahasa banyak terjadi kemungkinan – kemungkinan dan tidak terbatas hanya pada pilihan ‘ya’ dan ‘tidak’ saja. Kemungkinan – kemungkinan tersebut terjadi diantara keduanya yaitu antara batas positif ‘ya’ dan batas negatif ‘tidak’ seperti ‘mungkin’, ‘kadang-kadang’, ‘selalu’, ‘jarang’ dan lain – lain. Kemungkinan – kemungkinan yang terjadi diantara ‘ya’ dan ‘tidak’ inilah yang disebut dengan modalitas (modality). Selanjutnya Saragih (2001:80) menyatakan bahwa “secara garis besar modalitas terdiri atas modalisasi yang merupakan pertimbangan pemakai bahasa terhadap proposisi yaitu informasi yang dinyatakan atau ditanyakan sedangkan modulasi yang merupakan pertimbangan pemakai bahasa terhadap proposal yaitu barang dan jasa yang ditawarkan atau diminta.” Selanjutnya modalisasi terdiri atas probabilitas dan keseringan sedangkan modulasi terdiri atas keharusan dan kecenderungan. Kebudayaan daerah yang beragam diseluruh nusantara sebagai bukti kekayaan budaya bangsa perlu diselamatkan sebagai warisan yang berharga. Salah satu kebudayaan daerah yang berharga di Minangkabau ialah cerita “Bakaba”. Bakaba menjadi sangat penting peranannya dalam perangkat adat Minangkabau, karena ia bukan hanya sekedar sebuah karya seni (seni vokal dan sastra), melainkan ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari struktur adat dan budaya Minangkabau itu sendiri, dan menjadi media transformasi nilai – nilai budaya Minangkabau.
Universitas Sumatera Utara
152
Masalahnya, sebagaimana dialami oleh adat atau unsur- unsur budaya tradisional lainnya, seperti kesenian misalnya, Bakaba sudah mulai kehilangan peminatnya. Berbagai kesenian tradisional kini telah banyak yang dimodifikasi, sehingga berubah dari bentuk aslinya. Bakaba yang selama ini dilaksanakan secara individual oleh tukang kaba tampaknya mulai kehilangan “darah” untuk mempertahankan kehidupannya. Tukang kaba makin langka, dan jumlah tukang kaba yang muda sangat sedikit. Atas pertimbangan di atas, maka inventarisasi bahasa daerah Minangkabau itu penting artinya guna melengkapi data yang sudah ada, baik dari hasil penelitian maupun penulisan yang pernah dilakukan. Dengan demikian peran dan fungsi BM dapat ditingkatkan lagi dalam melayani keperluan komunikasi masyarakat ataupun dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Di dalam mengkaji bahasa di kalangan masyarakat khususnya bahasa daerah, banyak kata – kata yang secara tidak sadar sering diungkapkan ataupun jarang diungkapkan oleh si pembicara. Peneliti mengkaji cerita Kaba “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang. Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha”(selanjutnya disingkat dengan ANTSMJ Episode : KBNKB) ini, karena cerita ini cukup popular di kalangan masyarakat Minang, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tingkat modalitas yang sering dipakai pada cerita Kaba tersebut. Penelitian ini juga mencoba merealisasikan modalitas berdasarkan jenisnya dan merealisasikan jenis modalitas apakah yang paling dominan pada naskah Kaba tersebut, serta mendeskripsikan tingkat keseringan kemunculan modalitasnya.
Universitas Sumatera Utara
152
Mengkaji modalitas di dalam naskah kaba tersebut merupakan suatu cara mempertahankan salah satu tradisi lisan yang ada di Minang yang harus diwariskan pada generasi penerus BM. Kaba berisi pendidikan dan pengajaran, khususnya wanita di Minang yang menganut sistem matrilineal. Di dalam pendidikan dan pengajaran terdapat perintah, ajakan, saran, keharusan. Semua ini merupakan realisasi dari modalitas. Dengan demikian kajian modalitas sangat relevan dan urgen. Berikut ini adalah contoh modalitas pada salah satu teks naskah Kaba ANTSMJ Episode : KBNKB. “ Mulonyo kami ondak balimau, balimau di piriang pocah, mulonyo kami dek maimbau, kok tak bamandeh areh rumah”. (Rosyadi : 11) “ Mulanya kami hendak berlimau, berlimau di piring pecah, mulanya kami hendak memanggil, karena tidak ada ibu di atas rumah.” Kata ondak pada klausa di atas merupakan realisasi modalitas. Oleh karena itu realisasi teks pada naskah kaba tersebut membutuhkan suatu pendekatan yang tepat. Penelitian ini mencoba menganalisis modalitas pada teks naskah Kaba Minangkabau tersebut dan mencoba merealisasikan modalitas berdasarkan jenisnya, serta mendeskripsikan jenis modalitas apakah yang paling dominan dalam teks cerita tersebut dan bagaimanakah realisasinya di dalam setiap teks. Untuk
itu
penulis
memilih
pendekatan
LFS
sebagai
alat
untuk
mendeskripsikan modalitas pada teks naskah Kaba tersebut.
Universitas Sumatera Utara
152
1.2 Pembatasan Masalah Sudjana (2002:112) mengatakan, “Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan pembatasan masalah itu penulis akan lebih bebas memilih halhal yang mudah dikembangkan.” Berdasarkan pendapat ini, pembatasan masalah adalah untuk menghindari pembahasan yang meluas serta pemberi arah pada pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dibatasi hanya pada jenis modalitas yang terdapat di dalam naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha.(1995) Oleh Rosyadi, Mintosih Sri, dan Soeloso.
1.3 Perumusan Masalah Arikunto (2002:26) mengatakan, “Apabila telah diperoleh informasi yang cukup dari studi eksploraritas maka masalah yang diteliti menjadi jelas agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya.” Modalitas dalam masyarakat Minangkabau menyangkut berbagai aspek. Penelitian ini terfokus pada masalah yang dirumuskan sebagai berikut : 1.
Apakah realisasi modalitas dalam naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha ?
Universitas Sumatera Utara
152
2.
Jenis modalitas apakah yang paling dominan dipakai pada naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha ?
3.
Bagaimanakah realisasi modalitas itu dalam setiap teks pada naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha ?
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah, sebagai berikut. 1.
Mendeskripsikan modalitas pada teks naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha.
2.
Menentukankan jenis modalitas yang paling dominan pada naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha.
3.
Menganalisis realisasi modalitas dalam setiap teks pada naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha.
Universitas Sumatera Utara
152
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diharapkan dari temuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Temuan Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sebagai bahan rujukan penelitian sistemik selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan modalitas pada tutur kata masyarakat Minangkabau. 2. Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pakar dan pendidik bahasa dalam hal memperkaya khasanah kepustakaan linguistik bahasa Minangkabau sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia. 3. Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak – pihak tertentu sebagai bahan pertimbangan dalam rangka upaya pembinaan dan pelestarian bahasa Minangkabau sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara