1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan semakin mendominasi mengingat semakin berkembangnya zaman maka akan semakin beragam pula kebutuhan masyarakat, sehingga kebutuhan jasa keuangan semakin meningkat dan peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat (Kasmir, 2003:27). Perkembangan ekonomi berbasis syariah di tanah air semakin terlihat, yaitu mencapai 40 persen setiap tahunnya, jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi konvensional yang hanya mencapai 19 persen setiap tahunnya (Firmanzah, 2013). Berdasarkan
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
perbankan. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 (untuk selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) ada 2 (dua) bentuk bank, yaitu bank umum dan bank pengkreditan rakyat, sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat, yaitu Bank yang berdasarkan pada prinsip syariah (untuk selanjutnya disebut bank syariah). Pada dasarnya sistem perbankan Syariah sebenarnya dapat dikemukakan dengan sederhana, Sistem Perbankan Syariah berbeda dengan bank konvensional
2
yang pada intinya meminjam dan dengan membayar bunga, sedangkan bank syariah tidak ada bunga dan juga menggunakan sistem bagi hasil (Latifa dan Mervyn, 2001:64). Cara pengoperasian antara bank syariah dengan bank konvensional memiliki perbedaan yang signifikan, dimana pada bank konvensional menggunakan sistem bunga, sedangkan pada bank syariah sistem yang digunakan adalah sistem bagi hasil (profit sharing). Pada sistem bagi hasil, kinerja bank syariah akan menjadi transparan kepada nasabah, sehingga nasabah bisa memonitor kinerja bank syariah atas jumlah bagi hasil yang diperoleh. Apabila jumlah keuntungan meningkat, maka bagi hasil yang diterima nasabah juga akan meningkat, demikian pula sebaliknya, apabila jumlah keuntungan menurun, bagi hasil ke nasabah juga akan menurun, sehingga semua menjadi adil. Berbeda dengan bank konvensional yang menerapkan sistem bunga, nasabah tidak dapat menilai kinerja bank bila hanya dilihat dari bunga yang diperoleh. (Evi Natalia, Dzulkirom, dan Sri Mangesti, 2014).
Peningkatan tingkat bagi hasil pada bank syariah terjadi dikarenakan adanya pertumbuhan pada bank syariah itu sendiri yang diperoleh dari peningkatan profitabilitas bank syariah, dengan demikian menjadi cukup penting bagi bank syariah untuk tetap menjaga pertumbuhan bank syariah dan kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada nasabahnya, nasabah penyimpan dana akan selalu mempertimbangkan tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi pada bank syariah. Dalam hal ini, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil adalah tingkat profitabilitas, karena profitabilitas mencerminkan
3
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Pada kenyataannya bank syariah mengalami peningkatan profitabilitas mencapai 0,2% - 0,5% dan pertumbuhan bank syariah selama 5 tahun terakhir mencapai 41,6%, namun nilai tingkat bagi hasil mengalami penurunan pada 5 tahun terakhir mencapai 1% - 1,5% di setiap tahunnya, hal ini dikhawatirkan terjadinya penurunan minat nasabah kepada bank syariah karena nasabah selalu mempertimbangkan tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi pada bank syariah, karena jika bank syariah memiliki nilai tingkat bagi hasil yang terlalu rendah, maka kemungkinan nasabah akan memindahkan dananya ke bank konvensional. (M.Taufikul Basari, 2013). Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh pada kontrak Mudharabah salah satunya bergantung pada pendapatan bank, untuk mengetahui pendapatan bank peneliti menggunakan Rasio Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio Return On Asset (ROA)
mengukur
kemampuan suatu perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan,asset,modal saham yang tertentu (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2000:84). Dari data Statistik Perbankan Syariah, Pada tahun 2012 rendahnya ROA bank syariah 2,14 persen, kemudian terjadi penurunan menjadi 2,00%, rendahnya ROA ini mengakibatkan rendahnya pendapatan laba yang tentunya membuat turunnya tingkat bagi hasil, karena Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Data Statistik
4
Perbankan Syariah BI). Sedangkan Rasio biaya efisiensi (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dahlan Siamat, 2004:104). Dari data Statistik Perbankan Syariah memperlihatkan bahwa rasio BOPO Perbankan Nasional mengalami peningkatan, yaitu pada periode 2008 sebesar 81,75,% meningkat menjadi 84,89% pada periode 2009, hal tersebut mengakibatkan ketidakefisienan mengukur biaya perusahaan yang membuat menurunnya laba perusahaan dan berdampak pada rendahnya tingkat bagi hasil (Data Statistik Perbankan Syariah BI). Menurut (Rangkuti, 1997) dalam kutipan (Andriyani dan Kunti, 2012) Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas, dimana rasio ini untuk mengetahui pendapatan bank yang mempengaruhi besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh dari kontrak mudharabah. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul ”Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Biaya Operaional Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah”.
5
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis mengidentifikasikan masalah yang akan menjadi pokok pemikiran dan pembahasan adalah sebagai berikut: 1.
Seberapa Besar Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah?
2.
Seberapa Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah?
3.
Seberapa Besar Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah mengumpulkan data dari berbagai informasi yang terkait dengan Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. yang kemudian akan diolah dan dianalisa untuk mencapai hasil yang diharapkan.
6
1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui seberapa besar Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah?
2.
Untuk mengetahui seberapa besar Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah?
3.
Untuk mengetahui seberapa besar Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah?
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan kegunaan : 1.
Kegunaan Pengembangan Ilmu Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan berfikir, menambah kemampuan intelektual, dan mengembangkan ilmu
berkenaan
dengan Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.
7
2.
Kegunaan Operasional Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan untuk perbaikan kinerja perusahaan di masa yang akan datang.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis mengambil data sekunder melalui website 3 Bank Umum Syariah (PT.Bank Mega Syariah, PT. BRI Syariah, dan PT. Bank Syariah Mandiri) yang menjadi observasi penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai dengan selesai.