BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Investasi dapat dilakukan pada beberapa sektor, diantaranya sektor perbankan, pasar modal, sektor riil. Sektor perbankan, aset yang di perjual belikan cenderung bersifat mempunyai risiko yang relatif kecil, jatuh temponya pendek dan likuiditasnya cukup tinggi, berbeda dengan sektor perbankan, sektor pasar modal asset yang diperjualbelikan cenderung mempunyai sifat jangka panjang. Aktiva yang diperjualbelikan dipasar modal umumnya berupa saham atau obligasi perusahaan maupun pemerintah. Sektor pasar modal, risiko yang ditawarkan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan sektor yang lain, namun pada sektor pasar modal keuntungan (return) yang ditawarkan juga lebih tinggi. Investor dalam melakukan investasi tidak saja hanya menggunakan estimasi atas prospek instrumen investasi, tetapi faktor psikologi sudah ikut menentukan investasi tersebut. Berbagai pihak menyatakan bahwa faktor psikologi investor ini mempunyai peran yang paling besar dalam berinvestasi. Faktor psikologi tersebut mempengaruhi berinvestasi dan hasil yang akan dicapai. Analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan dikenal dengan tingkah laku atau perilaku keuangan (Behaviour Finance).
1 Universitas Sumatera Utara
Senada dengan itu Nofsinger (2001), mendefinisikan perilaku keuangan yaitu mempelajari perilaku manusia secara aktual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan (a financial setting). Khususnya, mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan. Kedua konsep yang diuraikan secara jelas menyatakan bahwa perilaku keuangan merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia melakukan investasi atau berhubungan dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor psikologi. (Manurung, 2012). Pembahasan teori perilaku keuangan ini sedikit agak lebih hati-hati karena sudah memasukkan analisis faktor psikologi dalam membahas keputusan dalam bidang keuangan. Manusia dalam mengambil keputusan berperilaku menurut ilmu psikologi. Pengambilan keputusan kondisi berisiko dapat dipandang sebagai sebuah pilihan antara prospek atau gambles yang memberikan alternatif analisis dalam bidang ekonomi dan keuangan (Manurung, 2012). Investor yang rasional pada prinsipnya merupakan investor yang mengharapkan keuntungan semaksimal mungkin dengan risiko tertentu atau keuntungan tertentu dengan risiko seminimal mungkin. Toleransi investor terhadap risiko berbeda-beda, seperti pada beberapa penelitian yang telah di lakukan diantaranya penelitian mengenai faktor psikologi juga mempengaruhi dimana pria cenderung overconfidence dibandingkan dengan investor wanita (Nofsinger, 2005). Preferensi investor terhadap risiko, maka perilaku investor dapat dikelompokan menjadi investor yang risk seeker (menyukai risiko), investor yang risk neutrality (investor yang netral terhadap risiko), dan investor yang risk
Universitas Sumatera Utara
averter (menghindari risiko). Terkadang investor yang risk seeker diakibatkan oleh keadaan psikologi dan pengetahuan yang investor miliki tentang investasi. Sehingga investor tersebut menjadi overconfidence, dan tanpa sadar melakukan kesalahan dalam berinvestasi. Overconfidence adalah perasaan percaya pada dirinya sendiri secara berlebihan. Overconfidence terkadang membuat investor overestimate terhadap pengetahuan yang di miliki, underestimate terhadap risiko dan melebih-lebihkan kemampuan dalam hal melakukan kontrol atas apa yang terjadi (Nofsinger, 2005). Investor cenderung melakukan tindakan berdasarkan judgement yang jauh menyimpang dari asumsi rasionalitas. Ritter (2003) mengemukakan bahwa behavioral finance terdiri dari dua bagian besar yakni psikologi kognitif dan batasan dalam melakukan arbitrasi. Daniel (1998) mengungkapkan bahwa psikologi mempengaruhi perilaku investor. Lebih jauh lagi, Daniel menjelaskan bahwa pendekatan psikologi berkaitan dengan feeling, temperamen dan motivasi. Pendekatan tersebut mengungkapkan bahwa investor sebagai pelaku pasar memiliki feeling, temperamen dan motivasi yang tiap saat dapat berubah. Fraser (2003) menguji rasionalitas investor dan efisiensi pasar dan untuk menyediakan fakta mengenai mekanisme yang memiliki karakteristik ekspektasi yang terbaik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data survey ekspektasi investor di Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Indeks Saham Nikkei. Peneliti melakukan penelitian pada bursa Amerika Serikat dan Jepang selama periode waktu 1989-1999. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspektasi investor baik di Amerika Serikat maupuan di Jepang selama periode 1989-1999
Universitas Sumatera Utara
adalah bias (investor memiliki prediksi yang salah/forecast errors) dan investor merupakan predictor yang tidak efisien. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa ekspektasi investor secara ilmiah adalah bias sehingga analis harus berhatihati dalam menggunakan alat analisa keuangan dan juga adanya perubahan kerangka berpikir empiris mengenai asumsi rasionalitas dan ekspektasi investor. Teori psikologis mengatakan bahwa seseorang akan selalu didorong oleh kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yang mana terbentuk dari pengaruh lingkungan dimana seseorang berada atau bertempat tinggal. Faktor-faktor psikologis dapat membentuk perilaku keuangan (behavioral finance) investor dalam melakukan transaksi. Premis dari behavioral finance adalah bahwa teori keuangan konvensional mengabaikan bagaimana sebenarnya manusia mengambil keputusan dan bahwa setiap orang membuat keputusan yang berbeda (Barberis dan Thaler, 2003). Behavioral finance menggunakan model dimana sebagian agen tidak sepenuhnya rasional baik dikarenakan preferensi mereka ataupun kepercayaan yang salah. Behavioral finance, pendekatan teori investasi tidak lagi dipandang sebagai teori yang kurang fleksibel, melainkan teori yang mengikutkan aspek psikologi yang mempengaruhi seorang investor dalam membuat keputusan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan investasi investor yaitu behavioural motivation yang dapat dilihat dari variabel demografi seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan dan gaya hidup mempengaruhi pilihan investor untuk keuntungan yang diinginkan (Lewellen, Lease dan Schlarbaum, 1977).
Universitas Sumatera Utara
Memahami perilaku investor, perlu kiranya mengenal siapa investor itu sebenarnya. Bailard, Biehl & Kaiser (sebuah lembaga investasi di California, Amerika) mengatakan bahwa pada dasarnya ada lima macam investor di pasar modal yang sering disebut dengan the Five-Way Models. Kelompok pertama disebut kelompok petualang atau adventurers. Orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini pada umumnya tidak mempedulikan risiko, bahkan cenderung untuk menyukainya (risk takers). Akibatnya, sebagai investor mereka cenderung untuk tidak mempedulikan para penasehat keuangannya karena berbeda pandangan terhadap risiko, sehingga dapat dibayangkan bila kelompok ini dalam jumlah yang cukup besar akan sangat mempengaruhi harga logam mulia. Kelompok kedua dinamakan dengan kelompok celebrities. Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang selalu ingin tampil, menonjol dan menjadi pusat perhatian. Mereka tidak peduli dengan perhitungan untung ruginya investasi, asalkan keputusan mereka membeli dapat publikasi yang luas dan didengar oleh orang banyak. Kelompok ini juga cenderung risk takers. Kelompok ketiga disebut sebagai kelompok individualist. Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang cenderung untuk bekerja sendiri dan tidak peduli pada keputusan investasi orang lain (cenderung tidak mengikuti arus). Kelompok ini berusaha menghindari risiko yang tinggi dan tidak keberatan untuk menghadapi risiko yang moderat. Kelompok
keempat
disebut kelompok
guardians. Kelompok
ini
beranggotakan investor yang lebih ‘matang’, lebih berpengalaman serta berpengetahuan relatif luas. Mereka cenderung untuk sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Kelompok ini selalu mendiskusikan keputusan
Universitas Sumatera Utara
investasinya dengan financial advisors sebagai partner, jika dalam pengambilan keputusan terjadi kesalahan mereka tidak akan mengkambinghitamkan orang lain sebab semua sudah didiskusikan secara mendalam. Sedangkan kelompok kelima adalah kelompok yang tidak bisa secara tegas dimasukkan ke salah satu dari empat kelompok tersebut, 2 kelompok ini sering disebut sebagai kelompok straight arrows. Investasi emas merupakan investasi yang aman bagi pemula, investasi emas berupa Logam Mulia (LM) adalah yang paling mudah disamping return yang bagus resikonya juga lebih kecil dan bisa sebagai lindung nilai saat krisis. Namun untuk melakukan investasi LM investor memerlukan biaya awal yang tidak sedikit, setidaknya untuk membeli LM 10 gram investor harus menyiapkan dana sebesar Rp5.690.250. Dana tersebut akan terasa berat bagi investor pemula yang baru akan memulai investasi LM. Bank Syariah meluncurkan produk cicil emas guna mengatasi masalah tersebut. Melalui Surat Edaran BI (SE BI) Nomor 14/7/DPbS tanggal 29 Februari 2012 tentang Produk Qardh Beragun Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS), BI berupaya mengurangi unsur spekulasi dan risiko atau permasalahan yang mungkin timbul dalam bisnis gadai emas dan investasi emas. Berdasarkan keputusan Bank Indonesia tersebut, Investasi emas hanya dapat dilakukan di Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS). Investasi emas di perbankan syariah mulai dirilis sejak awal 2013. Hal ini dikarenakan adanya peraturan baru dari Bank Indonesia yaitu Surat Edaran BI Nomor 14/7/DPBS yang membatasi pembiayaan maksimal gadai hanya 250.000.000,- per nasabah. Perbankan syariah merilis investasi emas dengan skema murabahah.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu Bank Syariah yang menawarkan produk investasi emas LM adalah Bank Syariah Mandiri. Investasi emas di Bank Syariah Mandiri launching sejak Maret 2013. Produk ini diharapkan dapat menjadi salah satu produk unggulan BSM dan menjadi salah satu pilihan berinvestasi calon nasabah. Bank Syariah Mandiri (BSM) meluncurkan produk BSM Cicil Emas (iB). Produk cicil emas tersebut merupakan produk kepemilikan emas kepada masyarakat. BSM Cicil Emas (iB) memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memiliki emas batangan dengan cara mencicil. Akad yang digunakan pada pembiayaan kepemilikan emas adalah murabahah dengan jaminan diikat dengan rahn (gadai). BSM membiayai jenis emas batangan dengan berat minimal sepuluh gram hingga 250 gram. BSM Cicil Emas (iB) hadir untuk menjawab animo masyarakat yang sangat tinggi terhadap kepemilikan emas. BSM menyediakan produk cicil emas dengan cara aman, mudah, dan terjangkau. Gejala kemungkinan penyimpangan sebagai tempat spekulasi sudah dianalisis. Untuk itu BI mengeluarkan pembatasan bisnis gadai emas, di antaranya, tidak boleh lebih dari Rp 250.000.000,- dan maksimal pembiayaan 80 persen. Selain itu, bank syariah dilarang memfasilitasi gadai emas untuk tujuan spekulasi. Nilai pembiayaan jenis emas batangan maksimal 80 persen dari harga beli dengan uang muka 20 persen. Jangka waktu pembiayaan dua hingga lima tahun. Nilai maksimal pembiayaan adalah Rp150.000.000,-. Hal ini lantas dimanfaatkan BSM demi menjawab kebutuhan masyarakat akan produk investasi. Emas merupakan barang dengan demand yang tinggi, baik untuk proteksi aset, kepentingan berjaga, kebutuhan tabungan haji, maupun investasi. Harga emas di
Universitas Sumatera Utara
dunia dalam jangka panjang cenderung naik. Hampir setiap lima tahun, harga emas naik minimal 100 persen. Calon nasabah produk cicil emas cukup menyediakan uang muka sebesar 20% dari total harga beli LM, yang sisanya dapat dicicil maksimum selama 5tahun. Dengan adanya produk cicil emas yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri investor tidak perlu menabung lama untuk melakukan investasi LM, dan hal ini tentu saja menarik minat calon investor untuk melakukan investasi melalui Bank Syariah Mandiri. Cara pembayaran diangsur dengan total pembayaran sesuai harga awal dan tidak ada perubahan harga. Tapi, pelunasan BSM Cicil Emas (iB) tidak boleh kurang dari setahun. Keuntungan dari produk BSM Cicil Emas dibanding bank-bank syariah lainnya yaitu, tarif BSM kompetitif, lebih ringan dari produk cicil emas bank lain. Keuntungan lainnya, antara lain, emas diasuransikan, layanan profesional, dan likuid (dapat diuangkan dengan cara diuangkan atau digadai). Produk BSM Cicil Emas (iB) bisa diakses di 590 outlet Kantor Cabang (KC) dan kantor cabang pembantu (KCP) BSM. Bagi BSM, produk ini melengkapi
sekitar
80-an
produk
dan
jasa
yang
sudah
ada.
(www.syariahmandiri.co.id) Guna menarik minat masyarakat luas, BSM kerap melakukan kegiatan promo, salah satunya adalah melakukan promo gratis biaya administrasi (sampai dengan Juni 2013) yang mencakup free biaya administrasi, free biaya asuransi jaminan,
free
biaya
materai,
dan
free
biaya
pengiriman
emas.
(http://bisnis.liputan6.com/read/544286/beli-emas-batangan-bisa-dicicil-lewatbank-syariah-mandiri). Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi
Universitas Sumatera Utara
emas, karena harga emas sedang mengalami penurunan. Berikut grafik harga emas dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.
Sumber: http://devinorizki.com/grafik-harga-emas/, 2013.
Tujuan dari para investor mencicil emas di BSM adalah untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin. Keuntungan yang diperoleh investor atas dananya yang diinvestasikan berupa batangan logam mulia dan selisih harga jual emas dengan harga belinya (capital gain). Keuntungan dari capital gain diperoleh setiap kali terjadi transaksi jual beli logam mulia. Transaksi jual beli dapat menimbulkan dua kemungkinan yang akan terjadi, jika harga jual lebih tinggi dibanding harga belinya investor akan memperoleh keuntungan yang disebut capital gain dan jika harga jualnya lebih rendah dibanding harga beli investor akan menderita kerugian atau capital loss. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis perilaku keuangan
Universitas Sumatera Utara
terhadap keputusan investasi emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Kampung Baru”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah faktor psikologi yang terdiri dari overconfidence, data mining, emotion, mental accounting, familiarity dan faktor demografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan gaya hidup berpengaruh terhadap keputusan investasi emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Kampung Baru?”.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis “Pengaruh faktor psikologi
yang terdiri dari overconfidence, data mining,
emotion, mental accounting, familiarity dan faktor demografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan gaya hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Kampung Baru”.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi PT Bank Syariah Mandiri untuk lebih memberikan perhatian terhadap produk investasi emas dalam kaitannya dengan keputusan investasi emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Kampung Baru.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, tesis ini merupakan tambahan kekayaan hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai rujukan dan untuk dikembangkan lebih lanjut 3. Bagi Penulis, menambah wawasan secara ilmiah dalam bidang manajemen keuangan, khususnya berkenaan dengan keputusan berinvestasi emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Kampung Baru. 4. Bagi Pembaca atau Peneliti berikutnya hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan juga akan memberikan tambahan referensi maupun pengetahuan si pembaca, dan menjadi sumbangan rujukan bagi peneliti berikutnya yang mungkin ingin menggunakan judul yang masih berkaitan atau bahkan sama dengan penelitian ini sendiri.
Universitas Sumatera Utara