BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Jual beli melalui internet (online) telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat Indonesia dan juga masyarakat dunia. Dampak kemudahan berkomunikasi dan akses informasi ini membuka peluang yang besar bagi masyarakat yang ingin menggeluti dunia usaha, berbisnis dengan media internet. Saat ini, akitivitas jual beli tidak mensyaratkan adanya tatap muka antara penjual dengan pembeli. Hanya dengan modal perangkat dan sambungan internet, orang-orang bisa menghasilkan uang. Salah satu jenis jual beli melalui internet adalah dropshipping online, atau dinamakan juga dropshipment. Serguei Netessine dan Nils Rudi mengatakan bahwa dropshipping adalah a practice where the wholesaler stocks and owns the inventory and ships products directly to customers at retailers’ request.1 Artinya, sebuah praktik dimana pedagang grosir (supplier) menyediakan dan memiliki persediaan barang dan mengirim barang secara langsung kepada pembeli atas permintaan pengecer (dropshipper).
1
Serguei Netessine dan Nils Rudi, “Supply Chain Choice on the Internet”, Management Science, Vol.52 No.6, Juni 2006, hlm.844.
2
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa dropshipping adalah suatu skema jual beli yang melibatkan tiga pihak utama, yaitu Dropshipper, Supplier dan Pembeli. Dropshipper menurut Black’s Law Dictionary, adalah a wholesaler who arranges to have goods shipped directly from a manufacturer to a customer.2 Dapat diartikan bahwa dropshipper ialah pedagang yang mengorganisasi supaya barang dikirim langsung dari produsen (supplier) kepada pembeli. Hal ini menunjukkan bahwa bukan dropshipper yang mengirim barang kepada pembeli,
melainkan
supplier.
Dropshipper
hanyalah
pihak
yang
mengiklankan dan menjual produk melalui toko online miliknya meskipun tidak memiliki barang tersebut. Supplier, menurut Black’s Law Dictionary, adalah: A person engaged, directly or indirectly, in the bussiness of making a product available to consumers. “The supplier may be the seller, the manufacturer, or any one else in the chain who makes the product available to the consumer.” 1 Julian B. McDonnel & Elizabeth J.Coleman, Commercial and Consumer Warranties 6.06[2], at 6-33 (1991).3 Artinya, seseorang yang terlibat langsung maupun tidak langsung, dalam bisnis membuat produk tersedia untuk konsumen. Supplier bisa jadi adalah penjual, produsen, atau siapapun di dalam rangkaian alur transaksi yang membuat produk tersedia untuk konsumen. 2
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, 8th Edition, West Publishing Co., United States, 2004, hlm.535 3 Ibid. hlm.1480.
3
Dalam konteks dropshipping online, supplier adalah pemilik barang yang mengirimkan barang langsung kepada pembeli.4 Sehingga Supplier itu tidak terbatas hanya produsen (manufacturer) saja, namun pedagang grosir bahkan pedagang eceran sangat dimungkinkan untuk menjadi supplier. Sedangkan pembeli adalah pihak yang membeli barang dengan melakukan transaksi lewat toko online milik dropshipper. Adapun alur dropshipping online adalah sebagai berikut: 1. Pembeli membeli barang dari toko online milik dropshipper dengan melakukan pembayaran dan mengirimkan sejumlah uang kepada dropshipper. 2. Dropshipper membeli barang yang diinginkan oleh konsumen tersebut ke perusahaan rekanan. 3. Perusahaan rekanan akan mengirim barang tersebut ke pembeli yang membeli dari toko online milik dropshipper, sedangkan barang yang dikirim diatasnamakan toko online milik dropshipper.5 Perusahaan rekanan yang dimaksud adalah pihak supplier, karena antara supplier dengan dropshipper telah diadakan perjanjian keagenan 6 yang memperjanjikan bahwa dropshipper bertindak sebagai agen dari supplier. 4
A. Syaikhoni Mansah, “Ternyata Dropship Itu Berbahaya!”, 2015, http://www.onino.web.id/2015/08/4-keuntungan-sistem-dropship.html diakses 29 Februari 2016 5 Feri Sulianta (a), Terobosan Berjualan Online ala Dropshipping, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2014, hlm.3-4. 6 Perjanjian ini tidak selalu bernama Perjanjian Keagenan, terkadang juga dinamakan perjanjian rekanan, perjanjian kerjasama, agency agreement, contract of agency dan lain sebagainya.
4
Keagenan (Agency) menurut John Bouvier dalam The Law Dictionary adalah an relation beetween two or more persons, by which one party, usually called agent or attorney, is authorized to do certain acts for, or in relation to the rights or property of the other, who is denominated the principal, constituen, or employer.7 Artinya, Keagenan adalah hubungan antara dua orang atau lebih, dimana salah satu pihak, biasanya disebut agen atau kuasa, berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk, atau dalam kaitannya dengan hak atau harta benda pihak yang lain, yang dinamakan prinsipal (kepala), pengutus atau majikan. Pertanyaan yang timbul, dalam bisnis dropshipping online, apakah setiap dropshipper harus merupakan agen dari supplier. Bagaimana hubungan hukum dan keabsahan dropshipping online ketika antara supplier dan dropshipper tidak ada perjanjian keagenan. Sebagai contoh, dapat dilihat pada sebuah situs jual beli online, dimana seorang supplier dengan nama toko “Pretty Yeoja Shop” menyatakan bahwa bagi yang berminat menjadi dropshipper dari toko miliknya dapat langsung melakukan pemesanan tanpa daftar atau deposit terlebih dahulu. 8 Artinya tidak ada perjanjian keagenan antara dropshipper dengan supplier. Dropshipper dapat langsung memulai berjualan. Setelah pembeli membeli dari 7
“Agency”, http://thelawdictionary.org/agency diakses pada 29 Februari 2016 Pretty Yeoja Shop, https://www.tokopedia.com/prettyyeojashop/note/25625/wajib-baca-sebelum -order-hanya-1-menit diakses pada 16 April 2016 8
5
toko online milik dropshipper, barulah dropshipper membeli dari supplier tersebut. Setelah itu, supplier akan mengirimkan barang tersebut langsung kepada pembeli toko online dropshipper. Barang akan dikirim oleh Online Shop ini dengan nama di paket tetap menggunakan nama toko online milik dropshipper.9 Konsekuensi logis dari sistem semacam ini, dropshipper tentu akan mengambil gambar produk dari situs milik supplier, kemudian memasangnya di toko online miliknya agar pembeli dapat melihat produknya. Pembeli akan menganggap toko online yang diaksesnya adalah pemilik barang dari produk tersebut.
10
Padahal kenyataannya, dia hanyalah seorang dropshipper,
kemudian pembeli tersebut membeli barang dari toko online milik dropshipper. Dropshipping online termasuk salah satu transaksi e-commerce.11 Dalam transaksi e-commerce, kesepakatan telah tercapai pada saat konsumen atau pembeli meng-klik suatu ilustrasi “setuju”. 12 Pada saat itu pula lahir perjanjian jual beli, dasarnya adalah Pasal 1458 KUHPerdata yang berbunyi: “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah 9
Ibid. dotCommunity, Sukses Berbisnis Online Dropshipping, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta, 2011, hlm.v. 11 E-Commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (consumers), manufaktur (manufactures), service providers dan pedagang perantara (intermediateries) dengan menggunakan jaringan-jaringan komputer (computer network). (Niniek Suparni, Cyberspace Problematika & Antisipasi Pengaturannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm.30.) 12 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm.vii. 10
6
orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar”. Perbuatan pembeli meng-klik suatu ilustrasi “setuju” tersebut merupakan tanda bahwa saat itu kedua pihak telah sepakat mengenai barang tersebut berserta harganya, saat itulah perjanjian jual beli lahir. Permasalahannya, saat perjanjian jual beli tersebut lahir, dropshipper belum menjadi pemilik barang, karena barang masih menjadi milik supplier. Apakah ini berarti dropshipper telah menjual barang yang tidak dimilikinya? Usaha dropshipping online ini juga menimbulkan pertanyaan lain, yaitu tentang perbedaan antara dropshipping dan jual beli inden. Definisi inden adalah “pembelian barang dengan cara memesan dan membayar lebih dahulu”.13 Sekilas keduanya terlihat sama, karena pada keduanya pembeli mengeluarkan uang dimuka dan pada saat perjanjian lahir, penjual belum memiliki barang. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengangkat serta menganalisis lebih lanjut permasalahan terkait dropshipping online melalui sebuah penelitian hukum yang berjudul “Analisis Yuridis Usaha Dropshipping Online Dengan dan Tanpa Perjanjian Keagenan antara Dropsihpper dan Supplier.”
13
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Balai Pustaka. Jakarta, 2002, hlm.429.
7
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hubungan hukum yang terjadi dalam dropshipping online baik dalam keadaan tidak adanya perjanjian keagenan antara dropshipper dan supplier, maupun dalam keadaan adanya perjanjian tersebut?
C. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini memiliki satu tujuan yang ingin dicapai, yaitu: 1. Untuk mengetahui dan mengkaji hubungan hukum yang terjadi dalam dropshipping online baik dalam keadaan tidak adanya perjanjian keagenan antara dropshipper dan supplier, maupun dalam keadaan adanya perjanjian tersebut.
D. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di perpustakaan Fakultas Hukum UGM, penulis menemukan beberapa penulisan hukum yang membahas mengenai transaksi e-commerce secara generalisasi dan yang membahas tentang jual beli secara online, namun belum ada yang membahas mengenai dropshipping. Beberapa penulisan hukum tersebut adalah: 1. Keabsahan Transaksi E-Commerce Menurut Hukum Perjanjian Dan Hukum Informasi Dan Transaksi Elektronik Di Indonesia. Tesis pada
8
Program Magister Hukum FH UGM yang ditulis oleh Tina Megahwati pada tahun 2015 yang mana rumusan masalahnya adalah: 1) Bagaimanakah keabsahan transaksi e-commerce menurut hukum perjanjian dan hukum informasi dan transaksi elektronik di Indonesia? 2) Akibat apakah yang dapat terjadi pada transaksi e-commerce di Indonesia?14 Tesis tersebut membahas tentang transaksi e-commerce secara umum dan menghasilkan kesimpulan diantaranya yaitu bahwa agar transaksi e-commerce sah, wajib tunduk pada Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, kemudian menjelaskan hambatan-hambatan dalam transaksi e-commerce berupa kejahatan-kejahatan di dunia maya. E-commerce adalah suatu istilah yang sangat luas dan mencakup jenis-jenis perjanjian yang beragam. Penulisan hukum ini membahas tentang dropshipping secara khusus. Hal tersebut tentunya akan menghasilkan hasil penelitian dan kesimpulan yang berbeda dengan penelitian tesis tersebut.
2. Legalitas Perjanjian Jual Beli Melalui Internet (E-Commerce) Yang Terjadi di Propinsi Yogyakarta Ditinjau Dari Perspektif Kuhperdata.
14
Tina Megahwati, Keabsahan Transaksi E-Commerce Menurut Hukum Perjanjian Dan Hukum Informasi Dan Transaksi Elektronik Di Indonesia, Tesis pada Program Magister Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2015, hlm.4.
9
Skripsi ditulis oleh Fourit Rohmatullah pada tahun 2006, bidang konsentrasi hukum perdata FH UGM, rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jual beli melalui internet di Yogyakarta? 2) Apakah
hubungan hukum atau transaksi yang dilakukan secara
elektronik tersebut sah dan dapat mengikat pata pihak?15 Fokus penelitian skripsi tersebut adalah mencari tahu bagaimana pelaksanaan perjanjian jual beli melalui internet pada beberapa instansi di Yogyakarta, serta bagaimana keabsahannya. Penulisan hukum yang penulis lakukan memiliki objek yang berbeda dengan penulisan diatas dan tidak meneliti pada instansi tertentu, sehingga berbeda dengan penulisan skripsi yang dilakukan oleh penulis tersebut.
3. Pelaksanaan Perjajian Jual Beli Online Melalui Facebook Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata Pada Komunitas Online Shop Regional Yogyakarta. Skripsi oleh Zulaikha Ayu Febriani pada tahun 2010, bidang konsentrasi hukum perdata pada FH UGM, yang mana rumusan masalahnya adalah: 1) Mengapa pelaksanaan perjanjian jual beli online melalui Facebook rentan terhadap pembatalan perjanjian?
15
Fourit Rohmatullah, Legalitas Perjanjian Jual Beli Melalui Internet (E-Commerce) Yang Terjadi di Propinsi Yogyakarta Ditinjau Dari Perspektif Kuhperdata, Skripsi pada Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2006, hlm.10.
10
2) Mengapa penjual/seller dalam pelaksanaan perjanjian jual beli online melalui facebook seringkali salah dan terlambat mengirim barang? 16 Fokus Permasalahan pada skripsi tersebut adalah perjanjian jual beli dua pihak, yang terdiri dari pembeli dan penjual, melalui situs Facebook pada komunitas online shop regional Yogyakarta, sedangkan penulisan hukum yang penulis lakukan membahas tentang rangkaian alur jual beli yang melibatkan tiga pihak, antara pembeli, dropshipper dan supplier yang disebut dengan Dropshipping. Sehingga perbedaan objek penelitian sudah cukup membedakan penulisan hukum tersebut dengan penulisan hukum yang penulis lakukan. Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penulisan hukum ini asli dan layak untuk diteliti. Penulisan hukum ini diharapkan dapat melengkapi penulisan hukum yang sudah ada sebelumnya.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum khususnya di bidang jual beli dan menjadi rujukan bagi penelitian lain berkaitan dengan jual beli secara online.
16
Zulaikha Ayu Febriani, Pelaksanaan Perjajian Jual Beli Online Melalui Facebook Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata Pada Komunitas Online Shop Regional Yogyakarta, Skripsi pada Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010, hlm.6.
11
2. Manfaat bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau informasi mengenai dropshipping online dan menjadi pertimbangan masyarakat dalam bertransaksi secara online. 3. Manfaat bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam membuat regulasi yang berkaitan dengan dropshipping online maupun jual beli online di Indonesia, sehingga lebih baik lagi kedepannya.