Murabahah Leni Rusilawati
(20120730002)
Alvionita
(20120730010)
Jamal Zulkifli
(20120730066)
Intan C Tyas
(20120730135)
Laili A’Yunina W
(20120730150)
Maulida Masruroh
(20120730218)
PENGERTIAN MURABAHAH
Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat
amanah. Definisi murabahah (secara fiqh) adalah akad jual-beli atas barang tertentu dimana dalam jua-beli tersebut penjual
menyebutkan dengan jelas barang yeng diperjual belikan termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil.
Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah bertindak
sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika
telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
DASAR HUKUM
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. Al Baqarah ayat 275)
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka” (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hiban)
Hadits Dari Sahabat r.a. Bahwa Rasulullah : “Tiga hal yang didalamnya terdapat
keberkatan yaitu: 1. Jual beli secara tangguh. 2. Muqaradhah (Mudharabah) dan. 3. Mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga bukan
untuk dijual. (HR. Ibnu Majah)
RUKUN & SYARAT MURABAHAH
RUKUN 1. Ada penjual. 2. Ada pembeli. 3. Ada obyek yg akan dijual-belikan (tangible) 4. Ada harga jual yg disepakati kedua belah pihak. 5. Akad jual beli.
SYARAT 1. Pembeli dan penjual dlm keadaan cakap hukum. 2. Barang yg dijual tidak termasuk kategori yg diharamkan. 3. Barang yg dijual sesuai dgn spesifikasi pembeli. 4. Barang yg dijual scr hukum syah dimiliki penjual.
Perkembangan operasional murabahah Awalnya transaksi murabahah adalah transaksi jual beli sederhana yang dipraktekkan dengan
kerelaan penjual untuk menyampaikan harga pokok dan laba yang diinginkan. Dengan
persyaratan tertentu, kemudian jual beli ini dimasukkan kedalam jual beli amanah.
Beberapa hal yang merupakan bentuk perkembangan dari jenis jual beli murabahah 1. Tipe murabahah dalam prakteknya dapat dilakukan langsung oleh penjual dan
pembeli tanpa melalui pemesanan. Begitu juga dapat pula dilakukan dengan cara melibatkan pihak ketiga (supplier) yaitu
pemesan.
Lanjutan… 2.Murabahah dengan bayar tangguh; saat ini banyak dipraktekan oleh masyarakat, dimana murabahah
bukan hanya sekedar jual beli dengan penyebutan harga diawal dan laba yang diinginkan oleh penjual, namun juga mengakomodasikan murabahah yang dilakukan dengan melahirkan transaksi hutang piutang
bagi
pembeli
membayarnya secara cash.
yang
tidak
mampu
Lanjutan… 3. Munculnya jaminan dari pembeli terhadap penjual. Jaminan ini muncul sebagai akibat dari praktek murabahah yang melakukan pembayaran tangguh/ cicil maka munculnya jaminan menjadi sangat perlu untuk menjaga agar calon pembeli tidak main-main dengan barang yang sudah dalam kesanggupan calon penjual kepadanya.
Lanjutan… Itulah beberapa perkembangan dalam jual beli murabahah. Transaksi bisa sangat dinamis
sesuai dengan dinamika zaman. Meskipun mengalami dinamika, akan tetapi karakteristik
dari jenis jual beli murabahah harus tetap ada, sebagai ciri yang membedakannya dengan jenis jual beli lainnya.
JENIS-JENIS MURABAHAH 1. Murabahah Modal Kerja (MMK), yang digunakan untuk pembelian barang-barang yang akan digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja adalah jenis pembiayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk operasi sehari-hari. 2. Murabahah Investasi (MI), adalah pembiayaan jangka
menengah atau panjang yang tujuannya untuk pembelian barang modal yang diperlukan untuk rehabilitas, perluasan, atau pembuatan proyek baru.
3.
Murabahah
Konsumsi
(MK),
adalah
pembiayaan perorangan untuk tujuan nonbisnis,
termasuk
pembiayaan
pemilikan rumah, mobil. Pembiayaan konsumsi
biasanya
digunakan
untuk
membiayai pembelian barang konsumsi
dan barang tahan lama lainnya.
SKEMA MURABAHAH TEKNIK PERBANKAN (berdasarkan pesanan)
1. Negoisiasi
NASABAH
2. Akad Jual Beli
5. Terima barang dan dokumen
6. Bayar kewajiban
BANK
dokumen
3. Beli barang tunai
4. Kirim barang
PEMASOK
Dari gambar diatas dapat dijelaskan proses pembiayaan murabahah adalah:
1. Negoisasi atau pesyaratan, pada tahap ini melakukan negosiasi kepada pihak bank yang berhubungan dengan spesifikasi produk yang diinginkan oleh nasabah, harga jual dan harga beli, jangka waktu pembayaran
atau
pelunasan
serta
persyaratan-
persyaratan lainnya yang haru dipenuhi oleh nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada bank syariah.
2. Bank membeli produk/barang yang sudah disepakati dengan nasabah tersebut. Bank biasanya membeli ke supplier. 3. Akad jual beli, setelah benak membeli produk sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan nasabah, maka selanjutnya bank menjualnya kepada nasabah disertai dengan penandatanganan akad jual beli antara bank dan nasabah, pada akad tersbut dijelaskan halhal yang berhubungan dengan jual beli murabahah. Rukun dan syarat harus terpenuhi. 4. Supplier mengirim barang yang dibeli oleh bank ke alamat nasabah, atau sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh bank dan
nasabahnya sebelumnya.
5. Tanda termina barang dan dokumen, ketika barang sudah sampai ke alamat nasabah, maka nasabah harus menandatangani surat tanda terima barang, dan mengecek kembali kelengkapan dokumen barang tersebut. 6. Proses selanjutnya adalah nasabah membayar harga produk/ barang yang dibelinya dari bank, biasanya pembayaran dilakukan secara angsuran/cicilan dalam waktu tertentu yang telah disepakati sebelumnya.
Ketentuan Murabahah Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)
Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah 1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba 2) Barang yang diperjual-belikan tidak diharamkan oleh syariah Islam
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya 4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba 5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang .
Lanjutan… 6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati 8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah. 9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip, menjadi milik bank
Ketentuan murabahah: (Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2004)
1.
Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset kepada bank.
2.
Jika bank menerima => ia harus membeli terlebih dahulu asset yang
dipesannya secara sah dengan pedagang. 3.
Bank menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli) nya, karena secara hukum perjanjian tesebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus melakukan kontrak jual beli.
4.
Bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5.
Jika nasabah menolak membeli barang, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
Ketentuan murabahah (lanjutan..): (Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2004)
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. 7. Bank boleh meminta jaminan kepada nasabah sebagai bentuk keseriusan dari akad yang akan dilakukan. 8. Jika uang muka memakai kotrak „urbun sebagai alernatif dari uang muka, maka: a. Jika nasabah membeli => ia tinggal membayar sisa harga.
b. Jika nasabah batal membeli => menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian bank, dan jika tidak mencukui, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
Ketentuan Murabahah (Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)
Jaminan dalam murabahah 1. Jaminan dalam murabahah Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. 2. Bank
dapat
meminta
nasabah
untuk
menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
Ketentuan Murabahah (Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)
Hutang Dalam Murabahah Secara
prinsip,
penyelesaian
hutang
nasabah
dalam
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan oleh nasabah dengan pihak ketiga atas barang
tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank.
Ketentuan Murabahah (Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)
Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib melunasi seluruh angsurannya. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai
kesepakatan
awal.
pembayaran
angsuran
diperhitungkan.
Ia
tidak atau
boleh meminta
memperlambat kerugian
itu
Ketentuan Murabahah Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)
Penundaan pembayaran dalam murabahah 1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya 2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah
satu
pihak
tidak
menunaikan
kewajibannya,
maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Bangkrut dalam murabahah Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
Ketentuan Diskon Murabahah (Fatwa DSN No : 16/DSN-MUI/IX/2000) 1. Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah 2. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan 3. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah 4. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad
5. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani
Ketentuan Sanksi (denda) (Fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000) 1. Sanksi dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menundanunda pembayaran dng sengaja 2. Nasabah yang tidak mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi 3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan / atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi 4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta‟zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam
melaksanakan kewajibannya 5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. 6. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana social.
Ketentuan potongan pelunasan (Fatwa DSN No: 23/DSN-MUI/III/2002)
1. Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjian dalam akad 2. Besarnya
potongan
sebagaimana
dimaksud
diserahkan pada kebijakan dan pertimbangan LKS
diatas
TERIMA KASIH WASSALAM..