BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sastra merupakan ciptaan sosial yang memunculkan sebuah gambaran (cermin) kehidupan. Kehidupan itu merupakan suatu kenyataan sosial yang mencakup hubungan antarmasyarakat, antarmanusia, dan antarperistiwa (Damono, 1979:1). Seorang pengarang memiliki wewenang atas apa yang dihasilkan berupa karya. Karya sastra adalah untaian perasaan dan realitas sosial (semua aspek kehidupan) yang telah tersusun baik dan indah dalam bentuk benda konkret (dalam Sangidu, 2004:38). Salah satu bentuk sebuah karya sastra adalah novel. Novel merupakan salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977: 6), novel merupakan bagian dari sejarah atau cerita yang memuat biografi dan persoalan kronis dalam masyarakat yang memiliki hubungan antara bentuk novel itu dengan struktur dalam masyarakat sosial yang membangunnya. Novel juga dapat disebut sebagai fakta sejarah, yaitu gabungan antara fakta sosial di masyarakat dengan pemikiran (imajinatif) seorang pengarang. Proses penulisan seorang pengarang tidak lepas dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Fakor tersebut ialah faktor lingkungan dan asal seorang pengarang. Oleh karena itu, karya sastra (novel) dapat dikatakan sebagai cermin kehidupan. Hal itu yang menyebabkan lingkungan sangat mempengaruhi hasil karya sastra pengarang. Karya sastra (novel) yang baik tidak hanya memberikan kenikmatan batin, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan dapat menggambarkan kejadian pada
1
2
masa tertentu dengan baik. Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari menarasikan sistem pemerintahan pada masa Orde Baru. Ahmad Tohari merupakan pengarang yang produktif menciptakan sebuah karya sastra. Ia selalu menuangkan kegelisahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya melalui karya dan ia senantiasa mengalami “hamil sastra”1. Maksud “hamil sastra” ialah mengandung (timbul) inspirasi-insipasi yang besar (banyak) untuk menulis sebuah karya sastra. Ia juga selalu mengalami kondisi batin yang memaksa dan harus menulis karya sastra agar jiwanya tidak tersiksa. Setelah menulis sebuah karya, ia tidak terlalu memikirkan bagaimana dampak sosialnya terhadap masyarakat. Yang lebih penting, ia telah melaksanakan kewajiban sebagai penulis atau pengarang. Ahmad Tohari lahir di Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah pada 13 Juni 1948. Ia seorang pengarang fenomenal yang memiliki karya-karya terbaik di Indonesia. Karya-karya Ahmad Tohari diterima baik oleh masyarakat, seperti novel Ronggeng Dukuh Paruk yang diterbitkan berbagai bahasa dan diangkat dalam layar lebar berjudul Sang Penari. Selain itu, ia pernah mendapatkan Hadiah Hiburan Sayembara Kincir Emas pada tahun 1975 yang diselenggarakan oleh Radio Nederlands Wereldomroep. Pada tahun 1995, Ahmad Tohari juga menerima Hadiah Sastra Asean “Sea Write Award” dan tahun 2007 ia menerima Hadiah Sastera Rancage. Tahun 2015 Ahmad Tohari meraih penghargaan cerpen terbaik “Kompas 2015” lewat karya cerpen “Anak Ini Mau Mengencingi Jakarta?” Karya-karya Ahmad Tohari, antara lain novel Kubah (1980), novel Di Kaki Bukit Cibalak (1986), kumpulan cerpen Senyum Karyamin (1989), novel 1
“Hamil Sastra” pernah diucapkan oleh Ahmad Tohari pada Seminar Bulan Bahasa di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret pada tahun 2014
3
Bekisar Merah (1993), novel Lingkar Tanah Lingkar Air (1995), kumpulan cerpen Nyanyian Malam (2000), novel Belantik (2001), novel Orang-Orang Proyek (2002), kumpulan cerpen Rusmini Ingin Pulang (2004), dan novel berbahasa Jawa Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (2006) meraih Hadiah Sastera Rancage (2007). Novel Orang-Orang Proyek layak diteliti karena mencerminkan sistem pemerintahan yang otoriter, serta gagalnya sebuah sistem demokrasi pada masa Orde Baru. Novel ini berkisah tentang pelaksanaan proyek pembangunan sebuah jembatan di Sungai Cibawor. Kabul sebagai tokoh utama harus menghadapi pemimpin yang selalu mementingkan partai politiknya, korupsi bahan baku bangunan, serta penyimpangan-penyimpangan lainnya. Kabul juga harus menerima kenyataan bahwa kualitas jembatan Cibawor tidak sesuai dengan mutu bangunan yang baik. Walaupun banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lingkungan proyek, Kabul tetap mempertahankan idealismenya sebagai insinyur. Novel Orang-Orang Proyek pada awal mulanya adalah cerita bersambung di harian Suara Merdeka Semarang bulan Februari-April 2002. Kemudian, cerita bersambung itu dibukukan oleh penerbit Jendela di Yogyakarta dengan 287 halaman yang mewadahi lima episode. Novel ini mengisahkan tentang kegiatan proyek pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, bendungan, waduk. Pembangunan ini berlangsung dalam 20-30 tahun terakhir pada masa Orde Baru. Pada masa Orde Baru, pembangunan fisiklah yang paling mudah dilihat oleh masyarakat, sedangkan pembangunan nonfisik cenderung tersisih dan jauh dari perhatian masyarakat (publik).
4
Melalui novel Orang-Orang Proyek, Ahmad Tohari mengungkap peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat masa Orde Baru. Di sisi lain, novel ini juga mengungkap penguasa Orde Baru yang “menyetir” secara otoriter kepada masyarakat dengan adanya kebijakan-kebijakan baru dan masyarakat dituntut untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Novel Orang-Orang Proyek merupakan novel yang mencerminkan adanya keterlibatan politik di dalam sistem demokrasi, sama halnya dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk. Novel Ronggeng Dukuh Paruk merupakan novel yang dibuat oleh Ahmad Tohari sebelum novel OrangOrang Proyek. Kedua novel tersebut mencerminkan masalah politik sebuah negara yang dikuasai oleh penguasa. Menurut Yudiono (2003: 25), novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan masyarakat peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru karena mencerminkan sudut pandang kebudayaan dibandingkan politik. Di lain pihak novel Orang-Orang Proyek lebih mencerminkan sistem demokrasi dan politik yang dominan pada masa Orde Baru. Oleh sebab itu, novel Orang-Orang Proyek dipilih untuk dijadikan bahan penelitian. Menurut Budiarjo (1993:50) demokrasi merupakan hal terpenting bagi sebuah negara terutama bagi bangsa Indonesia. Berdasarkan UUD 1945 Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi dan secara hierarki rakyatlah pemegang kekuasaan tertinggi. Hal ini yang menyebabkan adanya pemilihan umum untuk memilih sebuah pemimpin negara yang disebut presiden. Penguasa dan sistem politik yang otoriter pada masa Orde baru membuat masyarakat tidak dapat menjalankan sistem demokrasi dengan baik karena aspirasi rakyat Indonesia pada masa itu terabaikan. Semua oknum penguasa menjalankan kepemimpinan
5
sesuai perintahnya dan rakyat harus mengikuti semua perintah. Hal ini yang menyebabkan gagalnya sebuah sistem demokrasi pada Masa Orde Baru. Kegagalan demokrasi membuat masyarakat menjadi tidak mandiri, muncul bibit-bibit korupsi kecil-kecilan, serta muncul rasa mementingkan diri sendiri (egois). Sebuah sistem yang dibuat hanyalah sebuah formalitas penguasa. Masyarakat hanya menjadi boneka dalam sistem pemerintahannya. Novel OrangOrang Proyek memuat fenomena sosial yang terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru. Novel ini menceritakan demokrasi bangsa yang semakin merosot dan dampak bagi masyarakat. Fenomena masyarakat ini dirasakan oleh seorang pengarang, dari ide seorang pengarang maka terwujudlah sebuah karya sastra (novel). Menurut Ratna (2003:20), hubungan antara pengarang dengan karya sastra sering disinggung melalui kajian sosiologi sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena kegagalan demokrasi yang terdapat pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. Penelitian dilakukan menggunakan kajian sosiologi sastra. Novel tersebut mencerminkan permasalahan yang terjadi di masyarakat pada masa Orde Baru. Gaya pemerintahan yang otoriter, penguasa menggunakan istilah “politik” sebagai alat untuk membuat peraturan demi tujuan tertentu. Hal ini yang menyebabkan gagalnya sebuah demokrasi bangsa dan memberikan dampak buruk bagi masyarakat.
6
B. Batasan Masalah Novel Orang-Orang Proyek merupakan novel yang mencerminkan sistem demokrasi pada masa Orde Baru di Indonesia. Sebuah sistem demokrasi terdapat konsep dan bentuk. Akan tetapi, demokrasi ada kalanya akan mengalami kegagalan. Oleh sebab itu, fokus analisis penelitian ini fenomena kegagalan demokrasi. C. Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana deskripsi kegagalan sistem demokrasi yang tercermin dalam novel Orang-Orang Proyek? 2. Bagaimana situasi sosial dan politik pada masa Orde Baru dalam novel Orang-Orang Proyek?
D. Tujuan 1. Mengetahui bagaimana deskripsi kegagalan sistem demokrasi yang tercermin pada novel tersebut. 2. Mengetahui latar sosial dan politik saat novel diciptakan.
7
E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian harus mempunyai manfaat bagi pembacanya. Ditinjau dari segi kemanfaatan, penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.
Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis sebagai berikut. a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan wawasan sebuah karya satra dan ilmu sastra dengan pendekatan sosiologi sastra. b. Menambah
khazanah
penelitian
sosiologi
sastra
Alan
Swingewood dan Diana Laurenson. 2.
Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi mengenai sistem demokrasi pada masa Orde Baru yang tercermin dalam novel Orang-Orang Proyek. b. Mampu memberikan informasi kepada peneliti lain tentang kegagalan sistem demokrasi yang terjadi pada masa Orde Baru serta terbelenggunya suara masyarakat pada masa itu.
8
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini, akan dibagi sebagai berikut. Bab I Pendahuluan yang berisi (1) latar belakang masalah; (2) pembatasan masalah; (3) perumusan masalah; (4) tujuan penelitian; (5) manfaat penelitian; dan (6) sistematika penulisan. Berbagai hal tersebut akan menjadi langkah awal bagi penulis untuk menentukan arah penelitian agar diperoleh analisis yang spesifik sesuai tujuan penelitian. Bab II terdiri dari kajian pustaka, landasan teori, dan kerangka pikir. Kajian Pustaka meliputi kajian terdahulu tentang penelitian yang sejenis, kerangka teoritis untuk menyelesaikan dan mengupas permasalahan yang ada, yaitu teori sosiologi sastra oleh Alan Swingewood dan Diana Laurenson mengenai karya sastra sebagai refleksi sosial dan sejarah karya sastra. Kerangka pikir yaitu berisi gambaran alur pemikiran penulis untuk menyelesaikan permasalahan. Bab III mengenai metode penelitian yang terdiri atas; jenis penelitian, pendekatan, objek penelitian, data, sumber data, dan teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penarikan kesimpulan. Bab IV merupakan inti dari penelitian, yaitu analisis data. Dari analisis dapat didapatkan hasil penelitian menjawab permasalahan yang terdapat pada bab pertama. Bab V Penutup berisi tentang simpulan dan saran. Simpulan merupakan hasil temuan penelitian dan merupakan jawaban dari rumusan masalah. Saran berisi tentang masukan yang diberikan oleh penulis berdasarkan analisis data.