BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Internet merupakan salah satu wujud perkembangan teknologi yang membawa pengaruh signifikan dalam kehidupan masyarakat. Saat ini masyarakat menjadikan fasilitas online sebagai alternatif dari dunia nyata untuk melakukan berbagai aktivitas seperti berkomunikasi, belajar, bersosialisasi, berbisnis dan kegiatan rekreatif (Seraj, 2012). Berdasarkan statistik yang ditunjukkan oleh situs wearesocial.sg, pada Agustus 2015 jumlah pengguna internet aktif di dunia telah mencapai angka 3175 miliar pengguna dari total populasi 7.357 miliar orang. Dari total 3.175 miliar pengguna internet aktif tersebut, 2.206 miliar diantaranya adalah pengguna yang aktif dalam media sosial. Data tersebut menunjukkan bahwa 43% penduduk di dunia merupakan pengguna internet. Jumlah pengguna internet aktif ini mengalami peningkatan sebesar 7,6% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di Indonesia jumlah pengguna internet aktif pada Desember 2014 mencapai 73.000.000 pengguna yaitu mencapai 28,5% dengan pengguna yang terdaftar pada sosial media Facebook sebanyak 51.096.860 pengguna (Internet World Stats, 2015). Perkembangan internet yang pesat saat ini memberikan banyak kemudahan bagi para penggunanya. Internet dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan salah satunya untuk menjalin komunikasi interpersonal. Sebuah studi oleh Kraut dkk (1999) menunjukkan bahwa pemanfaatan internet untuk komunikasi interpersonal yang dilihat berdasarkan penggunaan aplikasi email lebih banyak dan stabil dibanding sebagai media informasi yang dilihat dengan penggunaan web. Meningkatnya penggunaan internet sebagai sarana komunikasi interpersonal mengakibatkan semakin banyak orang-orang yang bertemu secara online bahkan menjalin hubungan romantis (Huels, 2011). Sebuah penelitian mengenai sikap terkait pembentukan hubungan romantis melalui internet menunjukkan bahwa responden yang merupakan lulusan universitas menanggapi secara positif pembentukan hubungan romantis melalui internet bahkan sampai bertemu di dunia nyata
1
(Donn & Sherman, 2002).
2 Perkembangan ini menunjukkan bahwa pengguna internet menunjukkan trust yang tinggi terhadap pengguna lain meskipun mereka tidak saling kenal secara langsung. Trust yang ditunjukkan oleh para pengguna internet ini juga diperkuat dengan artikel oleh Suler (2004) berjudul “The Online Disinhibition Effect”. Artikel ini menyebutkan bahwa ketika online, orang-orang akan lebih membuka diri dan bertindak dengan lebih sering dan intens dibandingkan ketika di dunia nyata. Terkadang orang-orang akan membagikan hal-hal yang bersifat sangat personal tentang diri mereka, menunjukkan emosi-emosi, ketakutan dan harapan yang bersifat rahasia. Mereka juga menunjukkan sikap baik dan dermawan yang tidak seperti biasanya bahkan berusaha menolong orang lain. Hal ini disebut dengan benign disinhibition (Suler, 2004). Ternyata hal di atas tidak berhenti pada interaksi online. Salah satu situs internet memberikan fasilitas untuk bertemu secara langsung dengan orang-orang asing yang dikenal melalui internet. Situs tersebut adalah Couchsurfing.com. Couchsurfing merupakan komunitas global yang membantu para traveler dalam berkoordinasi untuk bertemu, berbagi informasi dan tempat tinggal selama melakukan perjalanan (Couchsurfing, 2016). Penelitian oleh Rosen, Lafontaine, & Hendrickson (2011) menunjukkan bahwa trust dalam komunitas couchsurfing akan meningkat ketika couchsurfer semakin sering menjadi tuan rumah untuk couchsurfer lain. Ketika menjadi tuan rumah, seorang couchsurfer akan lebih rentan terhadap risiko dan kemampuan memback-up dari institusi seperti polisi terbatas karena sulit untuk melacak keberadaan seseorang yang melakukan perjalanan, sehingga para tuan rumah lebih banyak mengandalkan trust (Rosen, Lafontaine, & Hendrickson, 2011). Selain itu, mengubah sebuah relasi dari online menjadi offline membutuhkan sebuah proses pembentukan trust dan simpati (Kunz & Seshadri, 2015). Keinginan untuk saling bertukar informasi, menjalin hubungan pertemanan dan memperoleh dukungan sosial mendorong orang-orang untuk bergabung dalam sebuah komunitas virtual (Ridings & Gefen, 2004). Komunitas virtual adalah kumpulan orang-orang dengan kesamaan tujuan atau minat yang melakukan interaksi secara berkala menggunakan media komunikasi elektronik sebagai media utama (Dennis, Pootheri, & Natarajan, 1998).
3 Anggota komunitas virtual tertentu rela meluangkan banyak waktu untuk berkomunikasi dalam komunitas dan berusaha mengembangkan komunitas virtualnya meskipun mereka tidak memperoleh keuntungan secara material. Komunitas virtual ini menjadi semacam rumah untuk kembali bagi para anggotanya, tempat berbagi informasi, dan mendapatkan dukungandukungan emosional yang tidak didapatkan di dunia nyata (Kurikko & Touminen, 2012). Di satu sisi, interaksi antar individu yang terjadi dalam komunitas virtual akan mengarah kepada relasi interpersonal yang lebih kompleks. Sebuah relasi interpersonal yang mungkin terbentuk dari interaksi yang terjadi dalam sebuah komunitas virtual akan dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti simpati dan saling percaya (Kunz & Seshadri, 2015). Di sisi lain, dalam berinteraksi di dunia virtual tidak jarang terjadi kriminalitas dan penipuan. Tindak kejahatan dan penipuan yang paling banyak terjadi adalah pemalsuan identitas dan banyaknya akun-akun palsu terutama di media sosial dan forum. Pada tahun 2014 diperkirakan terdapat kasus kejahatan dunia maya melalui sosial media Facebook yang dilaporkan kepada polisi setiap 40 menit dan diperkirakan terdapat 12.300 kasus yang dilaporkan sepanjang tahun 2013 (Sharingvision, 2015) Banyaknya kejahatan dunia maya ternyata tidak menghalangi para pengguna internet untuk terus berinteraksi dengan komunitas virtual yang diikutinya. Interaksi antar anggota dalam komunitas virtual terjadi seakan-akan mereka adalah sekelompok orang yang sudah saling mengenal dalam jangka waktu lama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yohana dan Wulandari (2014) mengenai perilaku berkomunikasi komunitas online Kaskus Regional Riau, menunjukkan bahwa meskipun di Kaskus terdapat jenjang atau tingkatan pada masingmasing pengguna, komunitas ini memiliki kenyamanan tersendiri di dalamnya. Para pengguna (kaskuser) dapat membagi dan memperoleh informasi yang diinginkan, berbagi cerita apapun tak hanya melalui media online tetapi juga di dunia nyata. Dalam Komunitas Online Kaskus Regional Riau ini terdapat kebebasan dalam berpendapat dan memberikan saran, setiap kaskuser juga antusias terhadap apa yang ia kerjakan untuk komunitasnya. Para anggota komunitas ini juga menerima tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kewajibannya dan kewajiban bersama. Komunitas ini menunjukkan kohesivitasnya melalui
4 adanya tradisi yang baik dalam berinteraksi antar anggota, adanya tugas-tugas khusus bagi para anggota sehingga para anggota memahami fungsinya dalam komunitas. Selain itu ada keterikatan terhadap komunitas yang terbangun karena interaksi dan komunikasi antar anggota (Yohana & Wulandari, 2014) . Berdasarkan pengamatan peneliti mengenai salah satu komunitas virtual, kegiatan pertemuan secara langsung merupakan hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang sebelumnya hanya saling kenal secara online. Meskipun hanya saling mengenal secara online, mereka tidak khawatir untuk bertemu di dunia nyata bahkan saling membantu seperti menjemput atau menyediakan tempat menginap bagi teman online yang berasal dari luar kota. Tindakan-tindakan ini menunjukkan bahwa telah terbentuk trust antar anggota komunitas tersebut melalui interaksi-interaksi yang dilakukan secara online. Rasa saling percaya yang bahkan terkadang tidak bisa terbentuk pada orang-orang yang saling mengenal di dunia nyata ini ternyata dapat terbentuk dari interaksi yang terjadi tanpa pertemuan fisik di komunitas virtual. Berdasarkan penjabaran di atas, diketahui banyak terdapat indikasi rasa saling percaya pada komunitas virtual. Jarvenpaa et al.(2004) menyatakan bahwa trust interpersonal akan memberikan pengaruh yang berbeda pada komunitas online dengan situasi dan konteks yang berbeda. Komunitas online dengan konteks bisnis atau komersial akan berbeda dengan komunitas online nonkomersial. Di Indonesia banyak terdapat komunitas virtual nonkomersil yang terbentuk karena kesamaan minat. Dalam penelitian ini, komunitas yang diteliti adalah komunitas The Otaku Network. Komunitas ini merupakan salah satu komunitas virtual berbasis Facebook group yang beranggotakan orang-orang dengan kesamaan minat yaitu konten hiburan dari Jepang seperti anime, manga, novel, game, idol dan semacamnya yang menyebut diri mereka sebagai otaku. Komunitas ini dipilih karena komunitas ini menunjukkan adanya trust yang kuat antar anggotanya dan diharapkan dapat menjelaskan pertanyaan penelitian yaitu proses terbentuknya trust dalam komunitas virtual. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul "Proses Trust-Building pada Komunitas Virtual: Studi Netnografi Komunitas The Otaku Network".
5 B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjabaran di atas, diketahui bahwa dalam lingkup komunitas virtual, terdapat bahaya yang mungkin muncul apabila menjalin relasi dengan seseorang yang dikenal secara online. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak orang tetap memilih untuk menjalin relasi online dan offline dengan orang-orang asing yang mereka kenal melalui internet. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana proses trust-building dalam komunitas virtual tersebut. Selain itu, sebagian besar penelitian mengenai trust pada komunitas virtual lebih berfokus pada komunitas yang bersifat komersial. Sehingga penting untuk dilakukan penelitian mengenai proses trust-building khususnya pada komunitas virtual nonkomersial. C.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci mengenai proses trust-building dalam komunitas virtual serta mengetahui bagaimana budaya dalam sebuah komunitas memberikan pengaruh pada proses trust building tersebut.
D.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1.
Manfaat teoritis: untuk memberi pemahaman terkait proses terbentuknya trust dalam komunitas virtual dan memperkaya pengetahuan dalam bidang psikologi sosial mengenai trust terutama dalam lingkup komunitas virtual
2.
Manfaat
praktis:
untuk
membantu
pihak-pihak
yang
ingin
mendirikan
atau
mengembangkan komunitas virtual dalam merancang sistem yang tepat sehingga dapat memperlancar proses trust building dan pembentukan relasi antar anggota komunitas