1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah batik. Batik juga merupakan produk khazanah budaya yang khas dari Indonesia. Kerajinan batik semakin banyak digunakan oleh masyarakat karena motif-motif yang dihasilkan pengrajin menunjukkan kualitas dan kreativitasnya dalam membuat batik. Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa, „amba‟ yang berarti lebar, luas, kain, dan „titik‟ yang berarti titik atau matik (kata kerja membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah „batik‟, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar. Batik juga mempunyai pengertian segala sesuatu yang berhubungan dengan membuat titik-titik tertentu pada kain mori (Wulandari, 2011:4). Menurut kutipan di atas, batik merupakan suatu nama karya seni berupa rangkaian titik-titik yang membentuk suatu gambar dan dituangkan dengan menggunakan
media kain mori. Salah satu daerah di Jawa Barat yang
memproduksi batik yaitu Cirebon tepatnya di desa Trusmi. Setelah melewati pasar, barulah kita mulai memasuki kawasan sentra Batik Trusmi. Kota Cirebon merupakan salah satu sentra industri batik Nasional. Yang mana terdapat banyak pengrajin batik dengan gaya Cirebonan. Sangat mudah menemukan sentra-sentra batik di kota ini, namun tempat yang dapat di jadikan rujukan sebagai wisata batik adalah Desa Trusmi Kulon dan Desa Trusmi Wetan yang berada di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. Batik dari daerah ini sering disebut dengan Batik Trusmi (Wulandari, 2011:215). Cirebon merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masih memegang erat tradisi dan seni. Khusus untuk kerajinan batik, Cirebon memiliki dua jenis Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
batik, yaitu batik pesisir dan kraton. Oleh karena itu, batik Cirebon dapat dikatakan batik yang memiliki motif tradisi yang cukup banyak. Salah satu batik kraton yang memiliki nilai estetik tinggi yakni Motif Batik Singa Payung. Dalam penelitian ini, penulis mengambil Motif Batik Singa Payung karya Katura A.R. Kata A.R yang berada di belakang nama merupakan kepanjangan dari “Anak Rolas” atau anak ke dua belas. Pemilihan Motif Batik Singa Payung sebagai objek kajian didasarkan pada data yang didapat penulis di awal penelitian. Dari hasil wawancara dengan Katura, dengan adanya akar permasalahan pada Batik Singa Payung yaitu, batik kratonan dengan Motif Singa Payung hampir tersisihkan di pasaran. Hal tersebut dikarenakan permintaan pasar yang terus berubah seiring berkembangnya zaman, dalam artian Batik Cirebon lebih cenderung memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan, sehingga Batik Kratonan kini bisa dibilang jarang sekali peminatnya. Gejalagejala kesenjangan yang penulis lihat di lapangan memang terasa adanya, seperti halnya Motif Batik Singa Payung yang merupakan batik terlaris pada masanya kini mulai surut peminatnya. Padahal apabila dikaji secara mendalam, Batik Singa Payung ini kaya akan makna yang terkandung di dalamnya. Adapula kerugian apabila Motif Batik Singa Payung ini tidak di teliti salah satunya adalah, dengan berkembangnya zaman Motif Batik Singa Payung ini bisa tidak dikenal kembali di mata masyarakat. Namun sebaliknya, keuntungan apabila Motif Batik Singa Payung ini dikaji, setidaknya masyarakat luas masih dapat mengenal rupa Motif Batik Singa Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Payung, mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, mengetahui ragam hias apa saja yang ada di dalamnya, bahkan mungkin Batik Singa Payung ini bisa kembali laris di pasaran. Oleh karena itu, penulis berniat ikut serta melestarikan dan mengangkat kembali nama Batik Kratonan melalui kajian studi deskriptif tentang Motif Batik Singa Payung yang pernah merajai pasaran pada masanya dengan cara memaparkan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya. Selain itu juga penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang makna yang terkandung pada Motif Batik Singa Payung agar bisa saling berbagi pengetahuan. Salah satu perajin batik yang ada di Kabupaten Cirebon tepatnya di daerah Trusmi, yaitu Katura. Beliau lahir di Cirebon pada tanggal 15 Desember 1952. Beliau menggeluti batik sejak kelas 4 SD atau saat beliau berumur 11 tahun dengan mengikuti jejak kedua orang tuanya. Beliau mulai merintis usaha batik pada tahun 1974. Motif yang dihasilkan dari usaha batiknya itu adalah motif batik pesisiran dan kratonan. Alasan penulis memilih Katura karena beliau adalah orang yang sangat peduli dengan batik, orang yang terlibat dalam pengembangan batik sejak lama, beliau juga orang yang baik, ramah, terampil, ulet, telaten, cerdas, penuh kesabaran, dan berdedikasi tinggi terhadap batik. Beliau sosok pengajar yang baik dan tak segan untuk membagi ilmu tentang batik, beliau sangat terbuka terhadap masyarakat yang ingin mempelajari tentang batik. Selain itu Katura juga telah memiliki beberapa prestasi. Tiga di antaranya adalah penganugerahaan piagam penghargaan MURI pembuatan lukisan batik Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
wayang terbesar pada 20 April 2005 di Jakarta, piagam penghargaan UPAKARTI 2009 kategori jasa pelestarian bidang usaha industri, mendapat gelar Honoris Causa dari University of Hawaii sebagai Master Of Art, dan masih ada lagi beberapa penghargaan lainnya. Bahkan dalam salah satu majalah terbitan Jepang tahun 2006 yang berjudul “Jakarta’s First Premium Home” mengatakan bahwa batik Katura ditinjau dari segi motif dan kualitasnya itu nomor satu di Trusmi.
B. PERUMUSAN MASALAH Masalah yang dibahas perlu dirumuskan dan dibatasi agar permasalahan tidak meluas dan terarah pada sasaran yang dituju sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Kajian Estetik Motif Batik Singa Payung Karya Katura di Trusmi Kabupaten Cirebon”. Dengan demikian, masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1.
Bagaimana motif hias yang terdapat pada Batik Singa Payung?
2.
Apa saja makna yang terdapat dalam setiap Motif Batik Singa Payung?
3.
Bagaimana warna yang dipergunakan pada Motif Batik Singa Payung?
4.
Apa saja unsur-unsur visual pada Motif Batik Singa Payung?
C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut. 1.
Motif hias yang terdapat pada Batik Singa Payung.
2.
Makna yang terdapat dalam setiap Motif Batik Singa Payung.
Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
3.
Warna yang muncul pada Motif Batik Singa Payung.
4.
Usur visual pada Motif Batik Singa Payung.
D. MANFAAT PENELITIAN Dengan melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Estetik Motif Batik Singa Payung Karya Katura di Trusmi Kabupaten Cirebon”. Penulis berharap terdapat manfaat yang bisa diambil, baik bagi peneliti khususnya, pembaca, maupun peneliti lain pada umumnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai motif,
warna dan teknik yang ada pada Motif Batik Singa Payung. Selain itu penelitian ini juga secara tidak langsung menambah wawasan serta pengetahuan terhadap kerajinan batik khususnya karya Katura. 2.
Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memupuk rasa kecintaan pembaca terhadap
batik Trusmi. Cirebon sendiri memiliki dua klasifikasi batik sekaligus yakni Pesisir dan Keraton. Dengan keunikan tersebut, pembaca diharapkan dapat terus menggunakan, memahami dan meneliti batik-batik pesisir maupun keraton di Kabupaten Cirebon. 3.
Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada bidang ilmu
Seni Rupa. Batik yang merupakan khasanah budaya Indonesia yang patut untuk Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
dihargai dan terus diteliti perkembangannya. Selain itu, meneliti batik juga dapat memperkaya ilmu seni rupa. 4.
Bagi Dunia Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan ide bagi dunia pendidikan
dalam hal penempatan materi tentang makna dari setiap motif-motif batik. Hal ini dimaksudkan agar para generasi selanjutnya tidak hanya mengenal batik secara umum, namun mengenal batik sampai ke akarnya.
E. METODE PENELITIAN Dalam mengejar maupun membuktikan kebenaran dalam sebuah penelitian pastilah membutuhkan metode. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode berarti “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan” (KBBI: 2008: 952). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010:6). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metodologi deskriptif untuk mengkaji atau menganalisis masalah penelitian yang diajukan. Strategi yang digunakan untuk menganalisis motif hias, warna, teknik, masalah dan data yang diteliti menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu. 1.
Observasi
Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
Observasi dilakukan dengan cara mengadakan kunjungan dan pengamatan ke Sanggar Batik Katura. “Pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan” (Moleong, 2010:128). Jadi, observasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan. Observasi ini dilakukan secara teliti dan dicatat secara sistematis. 2.
Dokumentasi “Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena dalam banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan” (Moleong, 2010:217). Dalam penelitian ini penulis membuat dokumentasi berupa foto, teks (buku) dan hasil wawancara. 3.
Wawancara Selain teks (buku) dan foto, penulis juga menggunakan wawancara sebagai
salah satu teknik pengumpulan data. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2010:186). Jadi, wawancara merupakan teknik yang sangat penting dalam penelitian ini karena Katura A.R. yang merupakan subjek penelitian memiliki peran yang sangat penting.
Menganalisis Batik Singa Payung memerlukan kedalaman ilmu
Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
pengetahuan tentang Batik Singa Payung
pada umumnya dan kebudayaan
Cirebon khususnya.
F. SISTEMATIKA PENELITIAN Untuk memudahkan pembahasan dan penyusunan bab berikut, penulis membagi pokok pembahasan dengan sistematika penulisan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Latar belakang penelitian ini meliputi latar belakang penulis memilih penelitian tentang batik dan latar belakang penulis memilih Batik Singa Payung karya Katura sebagai sumber data. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah berisi tiga msalah yang akan menjadi acuan penulis dalam
melakukan
penelitian.
Pembahasan
masalah
penelitian
akan
diungkapkan dalam bentuk analisis data di bab 4 skripsi ini. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan perumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu bagi mahasiswa, bagi pembaca, bagi peneliti lain, dan bagi dunia pendidikan. E. Metode Penelitian Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif, observasi, dan wawancara. F. Sistematika Penelitian Sistematika penelitian yakni pembagian pokok pembahasan skripsi yang dibuat menjadi 5 bab penelitian.
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Unsur Visual Seni Rupa Berisikan penjelasan mengenai garis, bentuk, ruang, dan pewarna dalam objek yang akan diteliti. B. Ragam Hias Berisikan pengertian motif, pola, dan ornamen yang terdapat dalam objek yang akan diteliti. C. Batik Berisikan teori mengenai pengertian batik, perkembangan batik di Indonesia, jenis batik di Indonesia. D. Kraton Kanoman Berisikan penjelasan tentang Kraton Kanoman yang menjadi sumber ide dalam pembuatan Motif Batik Singa Payung.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
A. Tempat dan Waktu Penelitian Menjelaskan tempat yang digunakan sebagai sumber pencarian data dan waktu yang digunakan selama melakukan penelitian B. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dokumentasi D. Teknik Analisis Data Teknik analisis adalah cara untuk memproses penyusunan agar dapat ditafsirkan dengan cara mengklasifikasikan data, kemudian diinterpretasikan dengan memberikan makna, mencari hubungan antara berbagai konsep yang didapatkan dari studi literatur. E. Proses Analisis Data Proses analisis data dilakukan sebelum, selama, dan setelah selesai di lapangan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A. Hasil Penelitian
Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
Berisikan tentang hasil penelitian yang meliputi biografi Katura dan Batik Singa Payung B. Pembahasan Berisikan penjelasan tentang pembahasan dari hasil penelitian yang meliputi motif hias, warna, makna dan unsur visual yang terdapat pada Motif Batik Singa Payung.
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berisikan kesimpulan dari seluruh jawaban yang terdapat dalam rumusan masalah. B. Saran/Rekomendasi Berisikan saran dari penulis untuk penelitian ini, untuk pembaca, untuk pemerintah Jawa Barat dan bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa.
Fauzann Azhima, 2012 Kajian Studi Deskriptif Motif Batik Singa Payung Karya Katura Di Trusmi Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu