BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun yang merupakan pabrik tepung terbesar di dunia dalam satu lokasi. Sejarah Bogasari dimulai pada tanggal 29 November 1971 dengan peresmian pabrik yang pertama di Tanjung Priok Jakarta Utara. Pabrik tersebut didirikan oleh Soedono Salim, Djuhar Sutanto, Ibrahim Risjad dan Sudwikatmono. Setahun kemudian, pada tgl 10 Juli 1972, pabrik yang kedua dioperasikan di Tanjung Perak Surabaya. Pada saat ini, Bogasari menjadi divisi perusahaan dari kelompok usaha pangan PT. Indofood Sukses Makmur. Selama hampir empat dekade, Bogasari telah melayani kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan merek tepung terigunya yang sudah dikenal luas, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, Kunci Biru dan Lencana Merah. Keempat jenis produk ini digunakan secara luas oleh industri mie, roti dan biskuit, baik yang berskala besar, dan kecil serta rumah tangga. Bogasari memiliki dua buah pabrik tepung terigu, yaitu di Jakarta dan Surabaya, yang masing-masing dibangun dengan area seluas 29 ha dan 13ha. Pabrik tepung terigu tersebut memiliki fasilitas penggilingan (milling), penyimpanan (storage), dan dermaga/terminal (jetty) yang modern dan terpadu. Proses produksi dari perusahaan ini dimulai dari pembongkaran gandum dari kapal
1
ke wheat silo, dilanjutkan dengan pengiriman gandum dari wheat silo ke milo, proses selanjutnya pembersihan gandum pada mill yang menyangkut pembersihan
pendahuluan,
pembersihan
pertama,
pengkondisian,
pembersihan kedua, dan proses yang keempat yaitu proses penggilingan gandum, yang meliputi proses penghancuran, proses reduksi, proses pengayakan, proses pengecilan ukuran. Setiap Perusahaan pada hakikatnya merupakan organisasi yang mengatur tiap-tiap divisi dengan cara tertentu untuk mencapai target yang diinginkan terutama untuk keberlangsungan produksinya, seperti divisi penggilingan, penyedia bahan baku dan lain-lain. Implikasinya, perusahaan harus terus mencermati divisi dan dampak dari setiap aktivitas yang dijalankan bagi setiap divisi. Dengan penggunaan metode pengukuran kerja dan kegiatan operasional yang baik, perusahaan dapat terus mempertahankan efektivitas kinerja karyawan. Untuk dapat menjalankan strategi dan kegiatan operasional yang baik, diperlukan suatu mekanisme perusahaan, sehingga sasaran target produksi beserta target yang sudah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Salah satu cara dari menjaga efisiensi dan ergonomi kerja para karyawan, yaitu melakukan studi tentang musculoskeletal disorder yang mana hal tersebut dibutuhkan juga pada berbagai jenis industri tidak terkecuali perusahaan Bogasari. Keluhan yang sering muncul dari para pekerja adalah keluhan otot bagian pinggang (low back poin) dan bahu. Masalah ini biasanya
2
berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam pekerjaannya yang menetap. Pekerjaan dengan beban yang berat dan pengoperasian alat yang tidak ergonomis mengakibatkan pergerakan tenaga yang berlebihan dan postur yang salah seperti memutar dengan membungkuk dan membawa beban adalah merupakan resiko terjadinya keluhan musculoskeletal dan kelelahan dini. Yang mana dapat mengurangi efektifitas kerja dan konsentrasi dalam kerja. Jika saja terjadi kesalahan akibat keluhan tersebut lini setelahnya akan terganggu dan perusahaan mengalami kerugian. Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh letak fasilitas yang kurang sesuai dengan postur pekerja sehingga mempengaruhi kinerja pekerja. Postur kerja yang tidak alami misalnya postur kerja yang selalu berdiri, jongkok, membungkuk, dan mengangkat dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan nyeri pada salah satu anggota tubuh. Kondisi sikap kerja di perusahaan Bogasari pada bagian ruang produksi pastilah berbedabeda berat beban kerjanya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi ketidak nyamanan kerja pastilah setiap perusahan wajib memperhatikan tentang kesehatan dan keselamatan bagi pekerjanya, dengan penyesuaian antara pekerja dengan metode kerja, proses kerja dan lingkungan kerja yang sesuai. Pada penjabaran ini akan dibahas mengenai suatu metode yang diterapkan dalam menjaga kenyamanan pekerja. Metode-metode yang dapat digunakan untuk pengukuran postur kerja yaitu OWAS, REBA dan RULA. Menurut Andini 2015, OWAS (Ovako Working Analysis System) adalah suatu metode
3
untuk mengevaluasi beban postur (postural load) selama bekerja. Metode OWAS didasarkan pada sebuah klasifikasi yang sederhana dan sistematis dari postur kerja yang dikombinasikan dengan pengamatan dari tugas selama bekerja. Prosedur OWAS dilakukan dengan observasi untuk mengambil data postur, beban tenaga, dan fase kerja untuk kemudian dibuat kode berdasarkan data tersebut. Evaluasi penilaian didasarkan pada skor dari tingkat bahaya postur kerja yang ada dan selanjutnya dihubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil. Postur dasar OWAS disusun dengan kode yang terdiri empat digit, dimana empat digit tersebut disusun secara berurutan mulai dari punggung, lengan, kaki dan berat beban yang diangkat ketika melakukan penanganan material secara manual. Klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisis dan dievaluasi adalah sikap punggung, lengan, kaki, beban kerja, dan fase kerja. Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (Fatimah, 2012).
4
Serta pengukuran metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) pada seorang pekerja di ruang produksi produk. RULA merupakan metode penilaian postur kerja untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas. Metode ini menggunakan diagram dari postur kerja dan 3 tabel skor dalam menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor beban eksternal yaitu jumlah pergerakan, kerja otot statik, tenaga/kekuatan, penentuan postur kerja oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat yaitu kondisi pekerja merasa nyaman, cocok dan mampu berinteraksi dengan fasilitas kerjanya. Ketiga metode tersebut, memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing, untuk kelebihan dari RULA yaitu spesifik untuk postur tubuh bagian atas. Menyediakan perhitungan yang mudah. Menyediakan skor tunggal untuk masing-masing tugas sebagai satu bidikan. Sedangkan kekurangan RULA
yaitu
banyak
digunakan
untuk
proses
perancangan
dan
pengembangan. Perlu adanya pelatihan pendahuluan dan perlu dipadukan dengan metode lain. Kelebihan dari metode REBA yaitu untuk menilai tipe postur kerja yang tidak dapat diprediksi. Hasil skor REBA dapat menunjukkan tingkat resiko dan pentingnya tindakan yang perlu dilakukan. Diaplikasikan untuk seluruh tubuh yang bekerja. Postur statis, dinamis, cepat berubah atau tidak stabil. Sedangkan kekurangan dari REBA yaitu, Hanya alat analisis untuk menilai animasi load handling. Kelebihan dari metode OWAS yaitu mudah dipelajari dan digunakan dengan tingkat reliabilitas yang relatif tinggi. Hasilnya dapat dibandingkan
5
dengan metode yang berbeda untuk menetapkan prioritas yang diintervensi. Skor dari masing-masing bagian tubuh dapat digunakan untuk sebelum dan sesudah perbandingan untuk evaluasi efektivitas intervensi. Skor dari masingmasing bagian tubuh dapat digunakan untuk studi epidemiologi. Relatif mudah menyesuaikan dengan sistem sesuai kebutuhan pengguna yang lebih spesifik, sedangkan kekurangan dari OWAS yaitu kategori postur untuk trunk dan bahu kurang spesifik. Tidak menilai faktor durasi dari postur. Tidak memisahkan bagian tangan/kaki menjadi sebelah kanan atau kiri. Tidak menilai postur pada bagian siku dan pinggang, padahal berat beban yang diangkat beresiko terhadap postur siku dan pinggang. Belum memiliki faktor resiko ergonomi dari lingkungan. Berdasarkan dari kelebihan dan kekurangan ketiga metode pengukuran postur kerja yang telah disebutkan diatas, penulis lebih memilih metode RULA dalam penilaian postur kerja pada lantai produksi tepung Premix Chesa Pancake, karena metode RULA lebih aplikatif dari pada metode REBA dan OWAS, lebih sesuai dengan kondisi pekerja PT ISM Bogasari Flour mills, dengan dasar pandangan metode RULA lebih spesifik untuk postur tubuh bagian atas pekerja. Menyediakan skor tunggal untuk masing-masing tugas bagian tubuh.
6
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang akan dibahas adalah tentang penilaian postur kerja para pegawai dengan menggunakan metode RULA di bagian lantai produksi tepung premix Chesa Pancake Perusahaan Bogasari. Para pegawai tersebut bekerja dengan cara berdiri, duduk, dan sebagainya. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan frekuensi pengulangan yang cukup tinggi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit atau nyeri pada bagian tubuh khususnya bagian otot pinggang.
C. Batasan Masalah Batasan masalah yang akan dibahas yaitu pada pengukuran postur pekerja. Dengan metode pengukuran yang dinilai yaitu metode RULA, dengan postur pekerja yang diukur dan dinilai yaitu pada elemen kerja : 1. Filling tepung 2. Sealing alfo 3. Penekukan dan Pengeleman 4. Pemasukan dalam karton* 5. Pengemasan dalam kardus* 6. Sealing mesin* 7. Print expired date** Keterangan :* Penilaian postur pekerja dengan data tunggal. ** Tidak dilakukan pengukuran RULA.
7
D. Tujuan Mengetahui postur kerja pekerja pada lantai produksi tepung Premix Chesa Pancake di perusahaan Bogasari dengan menggunakan RULA. E. Manfaat 1. Bagi Perusahaan a. Mengetahui penilaian pengukuran RULA yang telah dilakukan oleh Kerja Praktek Mahasiswa. b. Saran perbaikan untuk menjaga penerapan metode kerja yang berlaku di perusahaan. 2. Bagi Mahasiswa a. Mampu
menambah
pengetahuan
dan
ketrampilan
dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di perkuliahan. b. Mampu menilai postur kerja para pekerja dengan menggunakan metode pengukuran postur kerja RULA.
8