BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Tuntutan bisnis dan dunia usaha membuat perusahaan berlomba-lomba untuk menerbitkan saham dan menjadi perusahaan publik dengan proses yang disebut Initial Public Offering (IPO). Perusahaan publik adalah perusahaan yang menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat, untuk dapat dimiliki oleh masyarakat. Proses menjadi perusahaan publik biasanya diawali dengan kegiatan menawarkan saham perusahaan kepada publik/masyarakat untuk pertama kalinya melalui bursa atau yang disebut sebagai IPO. Alasan utama suatu perusahaan menjadi perusahaan publik dengan menjual saham di pasar modal dan adanya dorongan kebutuhan atas modal yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Pada perusahaan perorangan, biasanya pemilik modal hanya terdiri atas beberapa investor atau pemilik. Penambahan dana oleh investor baru belum tentu akan meningkatkan likuiditas kepemilikan secara langsung. Dalam perkembangannya, bila perusahaan menjadi lebih besar dan semakin membutuhkan tambahan modal untuk memenuhi peningkatan operasionalnya, maka menjual saham merupakan salah satu pilihan (Gumati, 2002: 152). Namun keputusan untuk melakukan IPO merupakan suatu keputusan yang kompleks karena akan memunculkan adanya kerugian dan biaya baru (Gumati, 2002: 171) sehingga hal tersebut pastinya akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang akan melakukan proses go-public
1
harus memenuhi kewajiban akan keterbukaan informasi baik untuk masa sebelum maupun sesudah proses IPO. Sebelum suatu perusahaan menjadi perusahaan publik, pada umumnya pemilik modal (investor) hanya memiliki informasi yang terbatas berkaitan dengan perusahaan emiten (perusahaan yang akan melakukan proses IPO). Keterbukaan informasi sebelum IPO dilakukan dalam bentuk pemenuhan atas syarat-syarat yang yang berisi informasi yang kemudian dipaparkan melalui prospektus. Prospektus merupakan salah satu ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan yang akan melakukan IPO. Prospektus berisi sejumlah informasi akuntansi dan informasi nonakuntansi dari perusahaan yang akan melakukan proses IPO. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non-akuntansi berisi informasi selain laporan keuangan seperti underwriter, penjamin emisi, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya. Setelah menjadi perusahaan publik, maka perusahaan juga wajib mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan oleh otoritas bursa, dalam hal ini adalah Bapepam. Aturan-aturan tersebut adalah harus senantiasa memberikan atau melaporkan setiap kejadian atau transaksi yang material dan harus membuat laporan keuangan yang dilaporkan ke Bapepam atau pemegang saham serta menerbitkannya secara berkala. Hal ini harus dipenuhi selama menjadi perusahaan publik.
2
Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan. Bagi perusahaan-perusahaan yang telah go- public, maka kinerja perusahaan dapat pula diukur melalui perubahan harga dan return sahamnya di bursa efek. Informasi sebelum IPO sebuah perusahaan tercantum dalam prospektus yang berisi laporan keuangan dan laporan non-keuangan perusahaan terkait. Adapun laporan keuangan tersebut diukur melalui rasio-rasio keuangan seperti pertumbuhan penjualan, rata-rata marjin laba operasi, rata-rata rasio penjualan per aktiva tetap, dan rata-rata return on equity. Tidak bisa diabaikan pula bahwa kondisi lingkungan usaha baik yang terkait dengan kondisi perekonomian pada saat dilaksanakan IPO maupun yang secara khusus terkait dengan kondisi bidang usaha/industri tertentu dari perusahaan yang melaksanakan IPO diduga juga dapat mempengaruhi kinerja operasi perusahaan. Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi tanaman yang secara turun temurun digunakan sebagai obat tradisional. Jamu yang merupakan obat tradisional Indonesia, telah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad silam sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan, menambah kebugaran, dan merawat kecantikan. Industri jamu mempunyai prospek yang menjanjikan dengan adanya kekayaan keanekaragaman hayati lebih kurang 30.000 jenis tanaman. Sebanyak 2.500 jenis di antaranya merupakan tanaman obat. Dengan demikian, Indonesia mempunyai potensi pasar yang menjanjikan untuk pengembangan jamu bagi kepentingan kesehatan, produk industri, maupun pariwisata, dengan sasaran
3
pasar dalam negeri maupun internasional. Industri jamu telah masuk ke dalam 10 produk potensial yang perlu dikembangkan karena memiliki potensi pasar menjanjikan di pasar lokal maupun global. Data ekspor produk jamu Indonesia menunjukkan kenaikan dari periode sebelumnya yaitu meningkat dari USD8,3 juta menjadi USD9,7 juta. Industri jamu merupakan industri yang memiliki aspek ekonomi, sosial, dan budaya mengingat 98 persen bahan baku berasal dari dalam negeri dan sisanya dari luar negeri yang saat ini sudah berhasil dibudidayakan. Industri jamu telah banyak memberi manfaat karena terlibatnya ratusan ribu petani, peneliti dari bidang teknologi pangan, bioteknologi, biofarmaka, dan lain-lain. Industri jamu memberikan lapangan pekerjaan kepada sekitar 5 juta tenaga kerja, kemitraan kepada para penjual jamu, serta merangsang tumbuhnya industri bahan baku seperti mesin ekstraktor, pengeringan, dan pengemasan. Saat ini, di Indonesia terdapat 1247 industri obat tradisional yang antara lain terdiri dari 129 industri kecil obat tradisional, sedangkan untuk perusahaannya telah tergabung dalam Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dengan anggota aktif sekitar 800 perusahaan. Beberapa tahun terakhir, permintaan jamu mengalami peningkatan dengan pertumbuhan pangsa pasar yang lebih baik daripada tingkat pertumbuhan industri farmasi. Terdapatnya kecenderungan back to nature mengakibatkan masyarakat semakin menyadari pentingnya penggunaan bahan alami bagi kesehatan dan semakin memahami keunggulan penggunaan obat tradisional, antara lain: harga yang lebih murah, kemudahan dalam memperoleh produk, dan mempunyai efek samping yang minimal terhadap kesehatan. Hal tersebut memberikan peluang
4
pasar yang perlu direspon dengan baik oleh segenap pelaku yang bergerak dalam industri jamu. Di tengah persaingan sektor Industri jamu yang semakin ketat, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul telah berhasil memiliki market share tertinggi dan reputasi yang baik sebagai industri jamu terbesar di Indonesia. Keberhasilan yang telah dicapai saat ini tentunya tidak terlepas dari peran dan pendiri industri ini. Perusahaan yang kini sudah berhasil go public masuk Bursa Efek Indonesia itu sudah melalui perjalanan yang cukup panjang. Berawal dari keinginan pasangan suami istri Siem Thiam Hie bersama istrinya yang bernama Ibu Rakhmat Sulistio, mereka memulai usaha pertamanya dengan membuka usaha Melkrey, yaitu usaha pemerahan susu yang besar di Ambarawa. Tahun 1928, terjadi perang Malese yang melanda dunia. Akibat perang ini di tahun 1930, usaha Melkrey yang dirintis terpaksa gulung tikar dan mengharuskan pindah ke Solo. Tanpa menyerah, pasangan ini kemudian memulai usaha toko roti dengan nama Roti Muncul. Lima tahun kemudian, berbekal kemahiran Ibu Rakhmat Sulistio (Go Djing Nio) dalam mengolah jamu dan rempah-rempah, pasangan ini memutuskan untuk membuka usaha jamu di Yogyakarta. Tahun 1941, mereka memformulasikan Jamu Tolak Angin yang saat itu menggunakan nama Jamu Tujuh Angin. Tahun 1979 terjadi perang kolonial Belanda yang kedua dan mereka mengungsi ke Semarang dan mendirikan usaha jamu dengan nama Sido Muncul, yang artinya impian yang terwujud. Berawal dari tiga orang karyawan, mereka memulai usaha jamu rumahan di Jalan Mlaten Trenggulun No.104, Semarang.
5
Permintaan yang semakin meningkat terhadap kemasan jamu yang lebih praktis akhirnya mendorong mereka untuk memproduksi jamu Tolak Angin dalam bentuk serbuk. Produk ini mendapat tempat di hati masyarakat sekitar dan permintaan akan produk tersebut semakin meningkat. Tahun 1970, dibentuk persekutuan komanditer dengan nama CV Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul. Tahun 1975, bentuk usaha industri jamu berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, dimana seluruh usaha dan aset dari CV Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul digabungkan menjadi satu kesatuan. Dalam perkembangannya, pabrik yang terletak di Jl.Mlaten Trenggulun, Semarang tidak mampu lagi memenuhi kapasitas produksi yang semakin besar. Generasi kedua dari pendiri PT Sido Muncul bernama Desy Sulistio, memutuskan untuk memindahkan pabrik ke Lingkungan Industri Kecil (LIK) di Jalan Kaligawe Semarang di tahun 1984. Sejak saat itu dimulailah pembangunan pabrik yang dilengkapi dengan fasilitas modern, hingga dapat berkembang pesat seperti saat ini dan menjadi pelopor perusahaan jamu dengan standar farmasi Internasional. Demi mengantisipasi kemajuan masa mendatang, PT. Sido Muncul merasa perlu untuk membangun pabrik yang lebih besar dan modern, maka tahun 1997 diadakan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baru di Klepu, Ungaran, oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dan disaksikan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan saat itu. Pabrik baru yang berlokasi di Klepu, Kecamatan Bergas, Ungaran dengan luas sekitar 30 hektar tersebut diresmikan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia pada
6
tanggal 11 November 2000. Bertepatan dengan peresmian pabrik, PT. Sido Muncul menerima 2 sertifikat sekaligus. Kedua sertifikat tersebut adalah Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang setara dengan industri farmasi modern. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas sekitar 8 hektar dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik. Sebagai perusahaan yang telah berdiri sejak 1951, Sido Muncul yang kini merupakan perusahaan herbal bertaraf modern, berupaya memberikan produkproduk yang baik dan menyehatkan bagi seluruh konsumen serta memberikan nilai positif bagi masyarakat. Seiring berjalannya waktu, Sido Muncul mulai mengembangkan bisnis dan divisi makanan di tahun 2004. Produk pertama yang dibuat adalah minuman energi Kuku Bima Energi dengan rasa original. Pengembangan berikutnya adalah Permen Tolak Angin, Permen Jahe Wangi dan Permen Kunyit Asam disusul dengan minuman kesehatan seperti Sido Muncul Vitamin C-1000, Kuku Bima Kopi Ginseng, Kopi Jahe Sido Muncul, Susu Jahe, Alang Sari Plus, dan Colla Mill. Untuk minuman energi Kuku Bima Energi, Sido Muncul mengeluarkan beberapa varian rasa yaitu rasa Anggur, Jambu, Jeruk, Nanas, Kopi, Mangga, Susu Soda serta Kuku Bima Energi Plus Vitamin C. Sampai saat ini, produk-produk yang telah diproduksi oleh Sido Muncul lebih dari 250 jenis produk dengan produk unggulan Tolak Angin, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Kuku Bima Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit, dan Kunyit Asam. Saat ini, produk-produk Sido Muncul berhasil diekspor ke beberapa negara Asia Tenggara (Malaysia, Singapore, Brunei
7
dll), Australia, Korea, Nigeria, Algeria, Hong Kong, USA, Saudi Arabia, Mongolia dan Rusia. Perseroan juga tengah melakukan penjajagan dengan distributor dan perusahaan asal Thailand, Vietnam dan Jepang. Tanggal 18 November 2013, Sido Muncul yang memiliki 109 distributor di seluruh Indonesia melakukan perubahan. Perusahaan keluarga ini memilih naik kelas menjadi perusahaan terbuka dengan tujuan agar perusahaan ini langgeng dan dipercaya oleh masyarakat. Saat ini PT. Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk. telah menjadi Pabrik Jamu terbesar di Indonesia dan masih akan terus berkembang dan kini tercatat dengan Kode saham SIDO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bersama dengan masuknya perusahaan ke pasar modal, muncul kewajiban terhadap kepentingan publik yang tercermin dari peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu pemenuhan terhadap aspek transparency, accountability, responsibility, dan fairness. PT. Sido Muncul dituntut untuk mempublikasikan kinerja mereka yang tercermin dari laporan keuangan setiap tahunnya dengan mengikuti aturan pelaporan akuntansi yang benar dan tidak diperkenankan melakukan segala tindakan yang bersifat mengelabui publik dalam kinerjanya. Semua hal tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan publik kepada perusahaan. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah upaya perusahaan dalam menghasilkan laba. Peningkatan laba akan menciptakan daya saing berkelanjutan sehingga akan berdampak positif pada peningkatan harga saham. Dengan meningkatnya harga saham maka akan memberikan sinyal positif bagi investor
8
dalam melihat kinerja perusahaan dan memudahkan perusahaan untuk mencari dana lagi di pasar modal dengan melakukan penerbitan saham kembali (right issue). IPO bukanlah akhir dari proses penilaian bisnis suatu perusahaan akan tetapi menjadi titik awal bagi perusahaan tersebut untuk semakin berkembang dan menjadi maju dengan semakin dipercaya investor dan masyarakat yang di masa mendatang. Melakukan penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar untuk suatu saham. Harga saham boleh berubah setiap waktu, namun dengan mengetahui nilai wajarnya akan memudahkan analis dalam mengambil keputusan. Nilai intrinsik suatu saham didefinisikan sebagai nilai saat ini dari aliran kas masuk yang akan didapatkan sepanjang umur hidup perusahaan. Nilai saat ini dari uang yang akan didapatkan di masa depan merupakan implementasi dari konsep nilai waktu uang. Valuasi merupakan alat yang sangat penting dalam menilai harga wajar saham suatu perusahaan secara akurat, berdasarkan kondisi perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Investor sangat perlu untuk mengetahui terlebih dahulu nilai intrinsik saham tersebut sebelum mengambil keputusan. Asumsi yang digunakan pada umumnya adalah bahwa dalam jangka panjang, pasar akan berlaku rasional dan ketidakwajaran saham akan dihilangkan melalui mekanisme pasar (arbitrage), sehingga nilai saham pada akhirnya akan kembali pada harga wajarnya. Hasil dari penilaian secara fundamental bisa dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan investasi yang objektif dan rasional.
9
Harga per lembar saham yang ditawarkan pada saat IPO merupakan faktor penting dalam menentukan jumlah dana yang diperoleh PT. Sido Muncul dan dapat menentukan minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Pada dasarnya jika harga saham terlalu tinggi akan membuat dana yang dapat dihimpun oleh perusahaan akan tinggi, namun minat calon investor rendah, dan begitu pula sebaliknya jika terlalu rendah, dana yang dapat dihimpun perusahaan tersebut akan rendah akan tetapi minat calon investor akan tinggi.
Dengan
kondisi seperti itu maka perlu dilakukan penilaian, analisis, dan pengetahuan pasar yang mendalam mengenai kondisi makro, kondisi industri sejenis, pesaing, dan kondisi perusahaan itu sendiri sehingga didapatkan harga wajar saham PT. Sido Muncul. Harga tersebut adalah harga yang paling tepat untuk ditawarkan kepada investor terkait dengan IPO (Initial Public Offering).
1.2 Keaslian Penelitian Secara umum penelitian mengenai estimasi nilai wajar PT. Sido Muncul belum pernah dilakukan sebelumnya, akan tetapi ada beberapa penelitian dengan menggunakan metode yang sama dalam penelitian ini yang pernah dilakukan. Tabel 1.1 memperlihatkan beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan penilaian saham yang akan dilakukan.
10
Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu No
Penulis
Tentang
1
Cassia, et al. (2007)
Penilaian ekuitas
2
Liu, Nissim, and Thomas, (2007)
Apakah metode DCF adalah raja dari penilaian ekuitas?
3
Sellers, Keith, dan Campbell (2008)
Control Tendency dalam penilaian bisnis
4
Alok dan Vaidyanathan (2009)
Determinasi harga pada IPO yang underpricing pada National Stock o Exchange di India
Magni dan Pereja (2009)
Pemakaian potential dividend atau actual cash flows sebagai nilai perusahaan yang paling wajar
Arnold, Tom dan S. North, David (2011)
Terminal value dalam proses penilaian yang sesuai dengan siklus bisnis perusahaan
Metode DCF
5
6
7
8
Mielcarz, dan Wnuzak (2011)
Pengkajian metode DCF dalam penilaian
Nurbiyanto (2011)
Estimasi nilai wajar ekuitas privatisasi PT. Semen Baturaja
PER, DPS, EPS
1. 2. 3. 4. 1. 2.
Arithmetic mean Geometric mean Harmonic mean Median Regresi Statistik Deskriptif
Hasil Enterprise value adalah nilai yang sangat sensitif pada variasi perpetual growth rate. Penilaian yang didasarkan pada laba yang dilaporkan mendekati harga perdagangan saham. Pada nilai negatif, Geometric mean dan Harmonic Mean tidak dapat diaplikasikan. Derajat underpricing untuk nilai saham di India saat IPO berkurang daro tahun ke tahun.
1. Cash Flow to Equity 2. DCF
Nilai asset tergantung dengan dengan as aktual yang diteima oleh calon investor dan bukan kas yang bisa diterima karena ada nilai yang benar.
1. FCFE 2. PER 3. PBV
Menentukan terminal value yang disesuaikan dengan sifat cash flow yang membentuk siklus.
DCF
Memberikan alternatif perhitungan asset yang tidak bias dengan melakukan: adjustment yang menghilangkan faktor ketidakefisienan, dan non operating asset. Menentukan nilai ekuitas dengan masing-masing metode beserta nilai pasarnya setelah direkonsiliasi.
1. 2. 3. 4.
FCFE WACC Market approach Residual Income Method
Beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas menganalisis penentuan nilai wajar atau nilai intrinsik saham perusahaan dalam rangka IPO. Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
11
pendekatan pendapatan dengan metode Discounted Cash Flow to Equity (DCFE) dan relative valuation. Adapun perbedaan dalam penelitian sebelumnya adalah objek penilaian, tanggal penilaian, dan keunikan industrinya.
1.3 Rumusan Masalah Setelah pembahasan latar belakang dan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan masalah bahwa PT. Sido Muncul perlu memiliki acuan nilai wajar saat melakukan IPO. Acaun nilai wajar yang dibutuhkan dimaksudkan agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan berupa kehilangan potensi pengumpulan modal saat IPO. Nilai wajar adalah nilai yang yang tidak underpriced dan tidak overpriced. Jika nilai yang ditawarkan terlalu rendah dari harga pasar, maka perusahaan akan kehilangan potensi pengumpulan modal pada saat IPO dikarenakan dana yang berhasil dikumpulkan lebih sedikit daripada yang semestinya didapatkan. Akan tetapi, apabila pada saat IPO ternyata harga yang ditawarkan terlalu tinggi daripada nilai pasarnya maka akan disebut overpriced yang mengakibatkan keengganan investor untuk berinvestasi sehingga tidak tercapainya terget penerimaan modal yang diinginkan perusahaan. Dengan demikian maka diperlukan acuan penilaian yang bersifat transparan dalam rangka penentuan berapakah nilai wajar ekuitas dari PT. Sido Muncul terkait dengan rencana IPO. Pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Berapakah rentang nilai wajar harga saham PT. Sido Muncul terkait dengan IPO menggunakan metode free cash flow to equity dan relative valuation?
12
2.
Berapakah harga saham PT. Sido Muncul yang dapat dijadikan patokan dalam menentukan nilai wajar harga saham PT. Sido Muncul?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah 1. Untuk mengetimasi dan menganalisis rentang nilai pasar wajar saham PT. Sido Muncul dengan metode free cash flow to equity (DCFE) dan relative valuation. 2. Untuk mengetahui nilai yang dapat dijadikan patokan dalam menentukan nilai wajar harga saham PT. Sido Muncul.
1.5 Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Empiris Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan dan alternatif literatur terkait dengan penelitian, terutama dalam hal penilaian nilai wajar saham khususnya untuk perusahaan dengan industri farmasi (jamu dimasukkan ke dalam kategori farmasi di bursa efek) menggunakan metode Discounted Free Cash Flow to Equity dan relative valuation.
2. Manfaat untuk investor Investor akan dapat mengetahui dasar dan analisis perhitungan nilai pasar wajar PT. Sido Muncul terutama bagi yang ingin melakukan pembelian ataupun penjualan saham tersebut agar terhindar dari kerugian. 1.6 Sistematika Penulisan Hasil dari penelitian ini akan disajikan dalam bentuk laporan penelitian tesis yang sistematis dan dituangkan dalam 5 bab. Bab I Pendahuluan, berisi latar
13
belakang masalah, keaslian penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis yang berisi tentang tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis, dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III Analisis Data yang berisi analisis data yang menjelaskan cara penelitian yang mencakup definisi variabel operasional, cara memperoleh data beserta sumbernya dan pembahasan hasil penelitian, Bab IV Pembahasan yang berisi data, hasil olah data dan pembahasan tentang hasil olah data dan terakhir adalah Bab V berisi Kesimpulan dan Saran yang berisi kesimpulan dan saran atas hasil penelitian beserta keterbatasan penelitian.
14