BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perusahaan yang telah melakukan Initial Public Offering (IPO) harus memberikan informasi yang baik kepada publik. Hal ini dikarenakan informasi tersebut dapat menjadi signal yang akan mempengaruhi harga saham baik secara positif ataupun negatif di pasar bursa. Informasi itu pula menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi sehingga mampu meminimalisir risiko ketidakpastian.Informasi berperan penting dalam memproyeksikan harga saham pada pasar sekunder, seperti Bursa efek Indonesia (BEI). Pada peraturan BAPEPAM-LK terpaparkan bahwa jenis informasi yang harus segera diumumkan kepada publik, diantaranya kegiatan-kegiatan perusahaan yang sering disebut corporate action. Terdapat beberapa jenis corporate action yang biasa dilakukan oleh perusahaan, seperti Stock Split, Buy back, Right Issue, saham bonus dan pembagian dividen baik dalam bentuk dividen saham (stock dividend) maupun dividen tunai (cash dividend). Buy back merupakan tindakan yang dilakukan oleh emiten maupun perusahaan publik untuk membeli kembali saham mereka yang telah ditawarkan kepada masyarakat, baik melalui bursa ataupun diluar bursa (BAPEPAM-LK). Buy back dapat dianalogikan sebagai perusahaan melakukan investasi kedalam perusahaan itu sendiri. Namun karena perusahaan tidak dapat menjadi shareholder dari perusahaan itu sendiri maka saham yang telah dibeli kembali oleh perusahaan akan diambil oleh perusahaan sehingga jumlah saham yang beredar di pasar menjadi berkurang.
Di Indonesia perusahaan-perusahaan juga sudah mulai melakukan buy back ini. Yang menjadi alasan utama perusahaan-perusahaan melakukan buy back di Indonesia adalah untuk meningkatkan nilai saham perusahaan melalui peningkatan laba bersih per saham dan deviden. Maxwell dan Stephen (2003) menemukan bahwa pendapatan yang dibayarkan kepada pemegang saham relatife konstan antara 26% hingga 28%.Akan tetapi proporsi pembayaran dari buyback terus meningkat setiap tahunnya. Pada akhir 2008, pemerintah melalui BAPEPAM-LK mengeluarkan satu peraturan baru terkait dengan buy back yaitu peraturan XI.B.3 tentang “Pembelian Kembali Saham Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berpotensi Krisis”. Peraturan tersebut bertujuan untuk melindungi perusahaan jika Index Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bursa efek mengalami penurunan dalam kurun waktu kurang lebih 20 (dua puluh) hari bursa dikarenakan kondisi perekonomian yang tidak mendukung pergerakan harga pasar efek yang wajar. Manager dalam perusahaan-perusahaan yang IPO melakukan buy back pada saat mereka mengetahui bahwa saham perusahaan mereka sedang undervalue Undervalue adalah situasi dimana nilai saham perusahaan mereka sedang berada dibawah nilai seharusnya. Dengan begitu buy back atau pembelian saham kembali memberikan signal positif kepada investor mengenai nilai perusahaan tersebut (Rasbrant, 2011). Hal ini menarik untuk diteliti apakah pengumuman buy back yang dilakukan perusahaan menimbulkan reaksi pada pasar yang digambarkan pada perubahan harga saham. Untuk meneliti dampak suatu kejadian terhadap harga saham maupun return saham, terdapat suatu metode yang sering digunakan yaitu metode event study. Metode event study adalah suatu teknik penelitian empiris yang memungkinkan para peneliti untuk melakukan
penelitian tentang dampak peristiwa-peristiwa terhadap harga saham suatu perusahaan. Dalam menentukan pengaruh tersebut, harus didapatkan Abnormal return yang merupakan selisih antara actual return dan expected return saham tersebut, dimana expected return merupakan return yang diharapkan dari saham tersebut, jika tidak ada kejadian khusus yang terjadi (Bodie, Kane, Marcus, 2008). Sedangkan peristiwa yang dapat mempengaruhi harga saham dapat berupa peristiwa ekonomi maupun non ekonomi. Peristiwa ekonomi adalah seperti pengumuman tingkat laba perusahaan, pengumuman stock split, pengumuman buy back, dan sebagainya. Sedangkan peristiwa non ekonomi adalah seperti peristiwa kenaikan BBM, perisitwa PEMILU, dan peristiwa kenaikan harga kebutuhan pokok. Penelitian mengenai pengaruh pengumuman buy back telah banyak dilakukan di pasar modal Indonesia bahkan di seluruh dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Junizar (2013) dengan menggunakan data 20 return saham di Bursa efek Indonesia selama pengumuman dan melaporkan bahwa average abnormal return (AAR) mencapai 2.3% untuk investor dari perusahaan yang melakukan pengumuman buy back. Ghazwan dan Yunita (2015) meneliti 5 perusahaan BUMN yang melakukan pengumuman buy back di bursa efek Indonesia dan mendapatkan bahwa average abnormal return (AAR) mencapai 1.6%. Sedangkan Chen, Cheng, dan Chen (2001) meneliti 512 return saham di pasar modal Taiwan selama pengunuman tersebut berlangsung. Penelitan tersebut menunjukan bahwa average abnormal return (AAR) mencapai 1,6% untuk investor dari perusahaan yang melakukan buy back. Sedangkan Hardjo Koerniadi (2004) meneliti 37 return di pasar modal New Zealand pada selama penumuman dan mendapatka average aboarmal return mencapai 2.8 % Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukan terjadinya pengaruh pengumuman buy back terhadap pasar modal. Pengaruh tersebut terjadi karena adanya reaksi pasar terhadap
pengumuman tesebut. Reaksi pasar dapat diukur dengan dua cara, yaitu (a) melihat perubahan harga saham yang diukur dengan menggunakan abnormal return selama hari pengamatan dan (b) melihat trading volume activity saham pada hari-hari selama pengamatan. Trading volume dapat dijadikan indikator yang menunjukan besarnya minat investor untuk mendapatkan saham tersebut. Jika investor melihat keputusan buy back sebuah perusahaan adalah sebuah signal positif maka akan timbulnya perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman tersebut Dalam penelitian ini tidak hanya meneliti pengaruh pengumuman buy back dengan melihat perubahan abnormal return semata, namun juga melihat oerubahan trading volume activity pada semua emiten yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan data 36 emiten yang melakukan pengumuman buy back perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) pada periode 1 januari 2010 hingga 31 desember 2014 untuk semua kategori industri yang terdaftar pada Bursa efek Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Kegiatan buy back telah banyak dilakukan oleh perusahaan baik di Indonesia ataupun di luar negeri. Hal tersebut menyebabkan banyak pihak yang telah melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Hasil Maxwell dan Stephen (2003) menyatakan bahwa terdapat peningkatan average abnormal return sebesar 1.72% untuk pemegang saham perusahaan yang melakukan pengumuman buy back. Hasil tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasbrant (2011) dimana penelitian tersebut menghasilkan abnormal return meningkat cukup signifikan setelah adanya pengumuman buy back oleh perusahaan. Namun penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2009) menunjukan hal yang sebaliknya. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukan nilai average abnormal return (AAR) perusahaan yang melakukan buy back tidak mengalami kenaikan return yang cukup signifikan. Namun jika melihat average cumulative abnormal return (ACAR), return yang dihasilkan perusahaan cenderung positif signifikan. Selain melihat abnormal return perusahaan tersebut, peneliti juga mengamati kemungkinan perubahan aktivitas perdagangan dengan menghitung trading volume activity. Penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2010) menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara aktivitas volume perdagangan pada saat sebelum dan sesudah perusahaan melakukan pengumuman buy back tersebut. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto (2009) menunjukan hasil yang berbeda, dimana trading volume activity perusahaan yang melakukan pengumuman buy back tidak mengalami perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman tersebut dilakukan. Berdasarkan hasil penelitan sebelumnya tersebut, maka penulis mengajukan rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah pengumuman informasi buy back memiliki pengaruh terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan pengumuman tersebut di bursa efek Indonesia? 2. Apakah pengumuman informasi buy back memiliki pengaruh terhadap trading volume activity perusahaan yang melakukan pengumuman tersebut di bursa efek Indonesia? 3. Apakah terdapat perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman buy back?
4. Apakah terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman buy back? 1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang terlah disampaikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh pengumuman informasi buy back terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan pengumuman tersebut di bursa efek Indonesia. 2. Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh pengumuman informasi buy back terhadap trading volume activity perusahaan yang melakukan pengumuman tersebut di bursa efek Indonesia. 3. Untuk menganalisis perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman buy back. 4. Untuk menganalisis perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman buy back. 1.4
Manfaat Penelitian
Penulisan ini ditujukan penulis agar bermanfaat sebaik-baiknya bagi berbagai pihak, seperti:
1. Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika perusahaan ingin mengeluarkan pengumuman buy back, apakah akan memberi dampak positif baik bagi perusahaan dan memberikan sinyal positif bagi investor sebelum dan sesudah pengumuman tersebut diterbitkan. 2. Investor Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi investor yang ingin melakukan investasi berbentuk saham pada perusahaan-perusahaan yang akan atau sudah melakukan pengumuman buy back. 3. Akademis Penelitian ini dapat memberi tambahan pengetahuan bagi pembaca mengenai literatur dan informasi tambahan mengenai abnormal return dan trading volume activity pada saat sebelum dan sesudah pengumuman buy back. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian ini meneliti 36 peristiwa buy back dalam rentang waktu 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2014 untuk semua kategori industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan dengan penelitian yang berbeda tahunnya. 2. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan beberapa kriteria. Emiten yang digunakan sebagai sampel pada periode window tidak melakukan corporate action
lainnya selain pemecahan saham untuk menghindari bias. Selain itu emiten tidak dalam kondisi penghentian perdagangan saham sementara (suspend) selama periode window. 1.6 Sitematika Penulisan Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat bab demi bab yang terdapat dalam penulisan ini. Adapun isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab I. PENDAHULUAN Bab ini menerangkan kepada pembaca mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. Pada bab ini akan dibahas secara garis besar mengenai penelitian yang dilakukan. Bab II. LANDASAN TEORI Bab ini membahas mengenai teori-teori yang menjadi acuan peneliti, seperti hasil hasil penelitian terdahulu, kerangka penelitian, dan hipotesis penelitian. Selain itu penulis akan membahas mengenai penjelasan pembelian saham kembali (buy back), signaling theory, return tidak normal (Abnormal return), dan trading volume activity. Bab III. METODE PENELITIAN Bab ini merupakan arahan yang digunakan untuk menghubungkan antara pertanyaan penelitian dengan cara penelitian meliputi desain penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, instrument penelitian, pengumpulan data, dan metode analisis data.
Bab IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini mengemukakan deskripsi data, uraian dari hasil pengujian hipotesis, maupun pemaparan dari jawaban atas masalah penelitian serta keterkaitannya dengan perbandingan hasil penelitian sebelumnya. Bab V. SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saransaran perbaikan yang mungkin bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat dijadikan sarana untuk penelitian berikutnya.