BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Initial public offering (IPO), dapat juga disebut dengan istilah go public, adalah proses penawaran saham perdana kepada investor umum atau masyarakat. Dengan proses ini, sebuah perusahan privat menjadi perusahaan publik atau terbuka. Perusahan yang melakukan IPO biasanya akan disebut sebagai emiten. IPO merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dalam rangka pembiayaan dan pengembangan usahanya. Selain mendapatkan dana tambahan untuk pembiayaan maupun pengembangan usaha, keuntungan lain yang didapat emiten dari proses go public adalah nama emiten menjadi dikenal lebih luas di masyarakat sekaligus pemacu bagi emiten untuk lebih profesional dalam bertindak. Hal ini disebabkan karena emiten akan mendapatkan banyak pengawasan dari pihak luar seperti bursa efek, analis, serta para pemegang saham itu sendiri. Pada umumnya, dana yang diperoleh emiten dari proses IPO akan digunakan untuk melakukan ekspansi atau pengembangan, memperbaiki struktur modal, meningkatkan investasi di anak perusahaan, melunasi utang, hingga menambah modal kerja. Di lain pihak, Hartono (2000) berpendapat ada 3 poin utama yang menjadi kerugian dari melakukan proses IPO. Poin yang pertama adalah meningkatnya biaya laporan. Untuk perusahaan yang sudah go public setiap bulan hingga tiap tahun harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator, dan tentu saja untuk melakukannya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Poin yang kedua adalah masalah disclosure atau keterbukaan. Manajer dan
pemilik perusahaan biasanya cenderung enggan untuk mengungkapkan informasi mengenai keadaan internal perusahaan karena risiko yang besar. Poin yang ketiga adalah ketakutan akan pengambilalihan. Manajer dengan hak veto kecil khawatir dapat apabila perusahaan go public sebab pada umumnya mereka diganti dengan manajer baru saat terjadi pengambilalihan. Sebelum menerbitkan saham di pasar perdana, pihak manajemen emiten dan underwriter akan melakukan evaluasi untuk memperkirakan seberapa banyak lembar saham yang akan diterbitkan kemudian menentukan kisaran harganya. Sedangkan harga yang terjadi di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar yang telah ada melalui kekuatan permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana menginginkan agar harga saham perdananya tinggi dengan harapan emiten dapat memperoleh dana sebesar yang diharapkan dan secara otomatis dapat merealisasikan proyek ekspansi yang akan dilakukan. Namun tidak demikian halnya dengan underwriter yang berusaha untuk meminimalkan risiko penjaminan yang menjadi tanggung jawabnya dengan menentukan harga yang lebih dapat diterima oleh para investor di pasar modal dengan harapan semua saham perdana yang ditawarkan dapat terjual (Handayani, 2008). Hal itu bertujuan supaya tidak ada kewajiban bagi underwriter untuk membeli saham yang ternyata tidak laku terjual dengan harga yang sama dengan harga IPO sebagai bentuk dari tanggung jawab penjaminannya. Perbedaan yang terjadi akibat perbedaan harga di pasar perdana dan pasar sekunder disebut dengan underpricing atau overpricing. Apabila penentuan harga saham pada saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang
terjadi di pasar sekunder di hari pertama maka terjadi underpricing (Kim, Krinsky dan Lee, 1995). Takarini, Nurjanti, dan Kustini (2007) mengungkapkan bahwa fenomena underpricing tidaklah menguntungkan bagi emiten, karena dana yang diperoleh emiten tidak maksimal sebab emiten tidak memperoleh dana yang lebih besar yang mungkin bisa didapatkan untuk mendanai ekspansinya. Sehingga harapan tentang besarnya dana yang diinginkan emiten melalui IPO tidak terpenuhi secara maksimal karena fenomena underpricing yang terjadi. Tetapi di lain pihak, para pemegang saham diuntungkan karena mereka bisa menikmati initial return dari pembelian saham yang dilakukannya (Kurniawan, 2007). Initial return adalah selisih harga saham atau keuntungan yang didapat pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga jual saham yang bersangkutan di pasar sekunder hari pertama. Para pemilik perusahaan ingin meminimalisir situasi underpricing, karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer of wealth, atau transfer kesejahteraan, dari pemilik kepada para pemegang saham karena para pemegang saham menikmati initial return (Beatty, 1989). Sebaliknya jika terjadi overpricing, maka pemegang saham akan merugi karena mereka tidak mendapatkan initial return. Di penelitian lain, Basana (2004) menyatakan bahwa kondisi underpricing yang terjadi di pasar saham perdana menyebabkan terjadinya positive initial return. Dengan kata lain, positive initial return dari sebuah saham dapat menjadi proksi akan adanya fenomena underpricing terhadap saham tersebut di pasar perdana. Beberapa penelitian terdahulu memberikan hasil bahwa informasi-informasi yang terkandung dalam prospektus memberikan pengaruh yang signifikan terhadap initial return dalam pasar perdana (Beatty, 1989; Kim et al. , 1995; Carter, Dark, dan
Singh, 1998; Trisnawati, 1999; Daljono, 2000; Nasirwan, 2000; Durukan, 2002; Kim, Kish, dan Vasconcellos, 2002; Melnik dan Thomas; 2003; Ardiansyah, 2004; Sulistio, 2005; Yolana dan Martani, 2005). Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa informasi-informasi yang terkandung dalam prospektus memengaruhi harga saham setelah masuk ke dalam pasar sekunder, baik dalam periode yang singkat hingga periode yang jauh lebih panjang (Carter dan Manaster, 1990; Chisty, Hasan, dan Smith, 1996; Carter et al., 1998; Trisnawati, 1999; Chandradewi, 2000; Nasirwan, 2000; Durukan, 2002; Ardiansyah, 2004; Cheng, 2006). Penelitian ini akan mencoba menganalisa fenomena underpricing dan return di pasar sekunder (return 7 hari setelah IPO) berdasarkan beberapa variabel. Periode pengamatan 7 hari setelah IPO digunakan untuk meneliti apakah informasi dalam prospektus juga berpengaruh pada return saham di pasar sekunder. Pemilihan waktu 7 hari, yang juga digunakan dalam penelitian Chandradewi (2000) dan Kurniawan (2007), adalah karena didasari banyaknya kinerja saham setelah 7 hari setelah IPO yang mengalami perubahan (Kurniawan, 2007). Penelitian ini akan mereplikasi beberapa penelitian sebelumnya dan berfokus pada variabel keuangan, seperti return on equity (ROE), dan total assets turnover (TATO), dan variabel non keuangan, seperti persentase penawaran saham, reputasi underwriter, dan reputasi auditor, sebagai variabel independen yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel dependen seperti initial return dan return 7 hari setelah IPO. Variabel-variabel independen tersebut dipilih karena dari berbagai penelitian terdahulu masih banyak ketidakkonsistenan hasil penelitian, baik yang dilakukan di Indonesia maupun yang dilakukan di negara lain.
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka penulis mengambil judul skripsi,”ANALISIS
PENGARUH
VARIABEL
KEUANGAN
DAN
NON
KEUANGAN TERHADAP INITIAL RETURN DAN RETURN 7 HARI SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) STUDI EMPIRIS DI PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG MENDAFTAR DI BEI PERIODE 2007-2011”.
Perumusan Masalah Penelitian mengenai initial return sudah banyak dilakukan, akan tetapi seperti disebutkan sebelumnya masih banyak ketidakkonsistenan pada hasilnya. Penelitian Kurniawan (2007) menyatakan bahwa ROE berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Namun hasil penelitian tersebut inkonsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2007) yang menyatakan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Martani, Mulyono dan Khairurizka (2009) menemukan hasil bahwa TATO memiliki hubungan yang signifikan terhadap performa saham. Sedangkan Razafindrambinina dan Kwan (2013) menemukan bahwa TATO tidak memiliki hubungan yang signifikan baik terhadap tingkat underpricing maupun performa saham. Pengaruh variabel non keuangan pun masih memiliki beragam kesimpulan. Hasil penelitian Sulistio (2005) menyatakan bahwa persentase penawaran saham berpengaruh signifikan positif terhadap initial return. Akan tetapi hasil lain ditunjukkan oleh penelitian Trisnawati (1999) yang menyatakan bahwa persentase
penawaran saham tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Penelitian Trisnaningsih (2005) dan Sandhiaji (2004) menyatakan bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Namun hasil penelitian tersebut inkonsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyatmin (2006) yang menyatakan bahwa variabel reputasi underwriter tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Hasil lain dari penelitian Suyatmin (2006) menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Namun hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandhiaji (2004) yang menyatakan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap underpricing. Underpricing merupakan fenomena yang terjadi secara umum di berbagai negara, tanpa terkecuali juga di Indonesia. Oleh karena itu, banyak penelitian yang dilakukan mengenai IPO dan anomali yang terkait. Meskipun sudah banyak penelitian mengenai kinerja saham saat IPO, masalah ini masih menarik untuk diteliti sebab hasil temuan penelitian-penelitian tersebut tidak selalu konsisten dan masih banyak variabelvariabel, baik keuangan maupun non keuangan, yang mungkin mempengaruhi tingkat initial return atau kinerja saham setelah IPO yang belum diteliti. Berdasar penjelasan masalah di atas, perumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana pengaruh variabel keuangan, seperti return on equity (ROE), dan total assets turnover (TATO), dan variabel non keuangan, seperti persentase penawaran saham, reputasi underwriter, dan reputasi auditor, pada initial return dan return 7 hari setelah IPO. Sedangkan pertanyaan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah return on equity (ROE) berpengaruh pada initial return? 2. Apakah total assets turnover (TATO) berpengaruh pada initital return?
3. Apakah persentase penawaran saham berpengaruh pada initial return? 4. Apakah reputasi auditor berpengaruh pada initial return? 5. Apakah reputasi underwiter berpengaruh pada initial return? 6. Apakah return on equity (ROE), total assets turnover (TATO), persentase penawaran saham, reputasi auditor, dan reputasi underwiter secara bersamasama berpengaruh pada initial return? 7. Apakah return on equity (ROE) berpengaruh pada return 7 hari setelah IPO? 8. Apakah total assets turnover (TATO) berpengaruh pada return 7 hari setelah IPO? 9. Apakah persentase penawaran saham berpengaruh pada return 7 hari setelah IPO? 10. Apakah reputasi auditor berpengaruh pada return 7 hari setelah IPO? 11. Apakah reputasi underwiter berpengaruh pada return 7 hari setelah IPO? 12. Apakah return on equity (ROE), total assets turnover (TATO), persentase penawaran saham, reputasi auditor, dan reputasi underwiter secara bersamasama berpengaruh pada return 7 hari setelah IPO?
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh return on equity (ROE), total assets turnover (TATO), persentase penawaran saham, reputasi underwiter, dan reputasi auditor terhadap initial return dan kinerja saham 7 hari setelah IPO dari perusahaan sektor non keuangan di Indonesia dalam periode 2007-2011. Rincian tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menguji pengaruh return on equity (ROE) terhadap initial return perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 2. Menguji pengaruh total assets turnover (TATO) terhadap initital return perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 3. Menguji pengaruh persentase penawaran saham terhadap initial return perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 4. Menguji pengaruh reputasi auditor terhadap initial return perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 5. Menguji pengaruh reputasi underwiter terhadap initial return perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 6. Menguji pengaruh secara bersama-sama antara return on equity (ROE), total assets turnover (TATO), persentase penawaran saham, reputasi auditor, dan reputasi underwiter terhadap initial return perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 7. Menguji pengaruh return on equity (ROE) terhadap return 7 hari setelah IPO perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 8. Menguji pengaruh total assets turnover (TATO) terhadap return 7 hari setelah IPO perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 9. Menguji pengaruh persentase penawaran saham terhadap return 7 hari setelah IPO perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 10. Menguji pengaruh reputasi auditor terhadap return 7 hari setelah IPO perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 11. Menguji pengaruh reputasi underwiter terhadap return 7 hari setelah IPO
perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). 12. Menguji pengaruh secara bersama-sama antara return on equity (ROE), total assets turnover (TATO), persentase penawaran saham, reputasi auditor, dan reputasi underwiter terhadap return 7 hari setelah IPO perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO).
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu akademisi, perusahaan, dan investor. a. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk referensi penelitian selanjutnya mengenai underpricing dan kinerja saham dari perusahaan yang melakukan IPO, khususnya penelitian yang berkaitan dengan rasio profitabilitas (ROE), rasio aktifitas (TATO), persentase penawaran saham, reputasi auditor, dan reputasi underwiter.
b. Bagi Emiten Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan bagi perusahaan mengenai variabel-variabel apa saja yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan IPO supaya dapat meminimalisir atau bahkan mencegah terjadinya underpricing. c. Bagi Investor Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi calon investor yang ingin menanamkan modalnya pada perusahaan yang melakukan IPO.
Sistematika Penelitian Penulisan skripsi ini disajikan dalam lima bab, dimana tiap-tiap bab akan disusun secara sistematis sehingga menggambarkan hubungan antara satu bab dengan bab lainnya, yaitu: BAB I
:
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dari skripsi ini. BAB II
:
TINJAUAN
LITERATUR
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang didapat dari literaturliteratur serta bahasan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis. Dasar-dasar teori yang diperoleh tersebut, akan digunakan sebagai penentuan hipotesis dan
kerangka teoritis pada permasalahan yang akan diteliti. BAB III
:
METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan mengenai jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi operasional dari variabel yang penulis gunakan dalam penelitian, dan metode yang digunakan untuk menganalisis data. BAB IV
:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas secara deskriptif variabel-variabel yang berkaitan dengan masalah penelitian, analisis dan data yang digunakan, serta pembahasan mengenai masalah yang diteliti. BAB V
:
PENUTUP
Bab ini menyajikan kesimpulan akhir yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, keterbatasan penelitian ini, dan saran-saran yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan atas hasil penelitian.