Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
1 KINERJA KEUANGAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN LQ 45 Jeffry Dwiyanto Panggau
[email protected] Tri Yuniati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the difference of financial performance before and after the Initial Public Offering (IPO) at LQ-45 companies in Indonesia Stock Exchange. The samples are 10 companies which perform Initial Public Offering from 2004 to 2011. Based on the financial ratio analysis it has been found that the average of company financial performance after IPO has been performed tend to decrease except current ratio and quick ratio. It has been found the paired sample ttest that 9 ratios from 10 companies which perform Initial Public Offering only debt to total assets ratio which has significant difference before and after the Initial Public Offering. From the decrease of activity ratio and profitability ratio after IPO has been performed, the company should reevaluate their policy to increase capital by issuing new stocks, so the addition of new capital does not incrrease the burden for the company in the future. Keywords: Financial Performance, Initial Public Offering, LQ-45 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah Initial Public Offering (IPO) pada perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering pada tahun 2004 sampai 2011, yaitu sebanyak 10 perusahaan. Berdasarkan analisis rasio keuangan dapat diketahui bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan sesudah melakukan IPO cenderung mengalami penurunan kecuali current ratio dan quick ratio. Dari analisis uji t sampel berpasangan juga dapat diketahui bahwa dari 9 rasio yang diteliti dari 10 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering ternyata hanya debt to total asset ratio yang mempunyai perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah Initial Public Offering. Dari adanya penurunan rasio aktivitas dan profitabilitas setelah melakukan IPO, sebaiknya perusahaan mengevaluasi kembali kebijakan untuk menambah permodalan dengan menerbitkan saham baru, agar penambahan modal baru tidak menambah beban bagi perusahaan di kemudian hari. Kata kunci: kinerja keuangan, initial public offering, LQ45 PENDAHULUAN Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mencari sumber dana sekaligus sebagai sarana bagi investor untuk menanamkan modalnya. Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan eknomi. Di banyak negara terutama negara-negara maju yang menganut sistem ekonomi pasar terbuka, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena pasar modal merupakan suatu wahana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilitas dana baik dari luar atau dalam negeri. Munculnya pasar dapat memperbanyak dana bagi perusahaan di masa depan khususnya dalam waktu jangka panjang bagi perusahaan-perusahaan karena pasar modal merupakan sumber alternatif di samping bank
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
2 LQ45 adalah kelompok saham unggulan yang ada di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari 45 saham perusahaan yang dipilih berdasarkan seleksi dari kinerja keuangan yang terbaik. Komposisi saham-saham tersebut dievaluasi dan direvisi setiap 6 (enam) bulan sekali. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia mengenai perusahaan LQ45, diketahui bahwa dalam rentang waktu 2004 sampai 2011 terdapat 10 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) untuk menambah jumlah saham berupa Seasoned Equity Offerings (SEO) atau penawaran ekuitas tambahan yang dilakukan oleh perusahaan publik setelah perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adanya Initial Public Offering (IPO) beberapa perusahaan tersebut berupa Seasoned Equity Offerings (SEO) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan publik membutuhkan tambahan modal dari investor di Bursa Efek Indonesia dengan cara menawarkan saham baru. Beberapa perusahaan LQ45 yang melakukan Seasoned Equity Offerings (SEO) tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1 Perusahaan LQ45 yang Melakukan Seasoned Equity Offerings (SEO) Antara Tahun 2004-2011 No. Perusahaan Tahun PT Sentul City Tbk (BKSL) 1 2009 PT Global Mediacom Tbk (BMTR) 2 2007 PT Bumi Resources Tbk (BUMI) 3 2007 PT XL Axiata Tbk (EXCL) 4 2011 PT Indomobil Sukses Makmur Tbk (IMAS) 5 2011 PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) 6 2005 PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) 7 2004 PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) 8 2004 PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) 9 2006 10 PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) 2005 Sumber: Bursa Efek Indonesia Keterbukaan dalam penyampaian informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dimaksudkan agar setiap pihak yang ada di dalam perusahaan maupun pihak yang ada di luar perusahaan dapat memperoleh informasi mengenai laporan keuangan yang akurat, lengkap dan tepat waktu. Tetapi laporan keuangan saja tidak dapat memberikan informasi yang berarti sebelum melakukan analisis atas laporan keuangan tersebut. Alat analisis yang digunakan biasanya adalah analisa laporan keuangan yang berupa rasio-rasio laporan keuangan (Darsono dan Ashari, 2010:62). Rasio keuangan ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dari berbagai aspek kinerja. Ukuran kinerja pertama yang diukur adalah ukuran likuiditas. Likuiditas mengukur kinerja perusahaan dari aspek kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran kinerja kedua adalah solvabilitas atau leverage. Solvabilitas mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Ukuran ketiga adalah profitabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sumber daya yang dimiliki. Dan ukuran keempat adalah aktivitas yang mengukur efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan aktiva, selain itu terdapat juga ukuran investasi yang mengukur profitablitas investasi yang dilakukan perusahaan. Dari uraian di atas, maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antara Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) Pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia”. Dengan rumusan masalah “Apakah ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah Initial Public Offering(IPO) pada perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?”
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
3 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah Initial Public Offering(IPO) pada perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Pengertian Pasar Modal (Bursa Efek) Tandelilin (2010:26) menjelaskan pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas disebut bursa efek. Oleh karena itu bursa efek merupakan arti pasar modal secara fisik. Macam-Macam Pasar Modal Jenis-jenis pasar modal adalah sebagai berikut, Sunariyah (2010:12) : a)Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut dipasarkan di pasar sekunder, b. Pasar sekunder adalah perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Harga saham dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antar pembeli dan penjual, c. Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market-OTC) atau disebut juga bursa paralel. Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh BAPEPAM, d. Pasar Keempat (fourth market)Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Manfaat Pasar Modal Manfaat pasar modal bagi para investor adalah sebagai berikut, Sartono (2006:27) : a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut akan tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain, b. Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden, dan sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga setiap tahun, c. Bagi pemegang saham memperoleh hak suara dalam RUPS, dan hak suara pada RUPO bagi pemegang obligasi, d. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi sehingga dapat mengurangi resiko dan meningkatkan keuntungan, e. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam berbagai instrumen-instrumen untuk memperkecil resiko secara keseluruhan dan memaksimumkan keuntungan. Pengertian Initial Public Offering (IPO) atau Go Public Initial Public Offering ( IPO) adalah proses perusahaan untuk pertama kalinya menjual sekuritas. Sedangkan Initial Public Offering (IPO) atau go public menurut Inayah (2011) dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham perusahaan ditawarkan atau dijual kepada public, Tandelilin (2010:26) . Manfaat Go Public Inayah (2011) menjelaskan manfaat go public yaitu : a) Memperoleh sumber pendanaan baru, b) Memberikan competitive advantage untuk pengembangan usaha, c) Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru, d) Peningkatan kemampuan going concern. Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
4 kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun, e) Meningkatkan citra dan nilai perusahaan. Dengan go public, perusahaan akan selalu mendapat perhatian dari media dan komunitas keuangan. Kinerja Keuangan Jumingan (2006:239) menjelskan kinerja keuangan sebagai gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan yaitu sebagai laporan yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, Darsono dan Ashari (2010:4). Adapun bentuk laporan keuangan menurut PSAK No 1 yaitu : a. Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan. Tujuan dari neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal. b. Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. c. Laporan arus kas, laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. d. Laporan perubahan ekuitas, laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak milik yang melekat pada perusahaan. e. Catatan atas laporan keuangan. Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi. Analisis Laporan Keuangan Manfaat analisis laporan keuangan menurut Harahap (2009:195) yaitu : a) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa, b) Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan, c)Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan, d) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan, e) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan, f) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan, g) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis, h) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya, i) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, j) Dapat memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan menurut Ross et al (2009:78) yaitu hubungan yang dihitung dari informasi keuangan sebuah perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan. Menurut Hanafi dan Halim (2010:77) analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam 5 macam kategori, yaitu: a) Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, b) Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
5 sejauhmana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset, c) Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya, d) Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba, e) Rasio Pasar yaitu rasio yang melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Penggunaan Analisis Rasio Keuangan Munawir (2007:101) menyatakan bahwa dalam analisa, angka-angka rasio yang diperoleh dapat dianalisa dengan membandingkan angka rasio tersebut dengan : a) Standard rasio atau rata-rata dari seluruh industri semacam di mana perusahaan yang data keuangannya dianalisis menjadi anggotanya, b) Rasio yang telah ditentukan oleh budget perusahaan yang bersangkutan, c) Rasio-rasio yang semacam di waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan, d) Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya. Pengertian Rasio Likuiditas Menurut Hanafi dan Halim (2010:77) rasio likiuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Cara Mengukur Rasio Likuiditas Menurut Hanafi dan Halim (2010:79) ada 2 rasio likuiditas yang sering digunakan yaitu rasio lancar dan rasio quick (acid test ratio). a. Rasio Lancar atau Current Ratio Rasio lancar atau current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar b. Quick Ratio Quick ratio atau acid test ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaanya (Munawir, 2007:74). Quick ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Aktiva Lancar – Persediaan Quick ratio = Hutang Lancar Pengertian Rasio Solvabilitas Menurut Hanafi dan Halim (2010:83) Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Cara Mengukur Solvabilitas Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas. a. Debt to Total Assets Ratio (DAR) Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Total Kewajiban Debt to Total Assets Ratio = Total Aktiva
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
6 b. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rumusnya adalah : Total Kewajiban Debt to Equity Ratio = Total Ekuitas c. Equity Multiplier (EM) Rasio ini menunjukkan kamampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Rumus Equity Multiplier sebagai berikut: Total Aktiva Equity Multiplier = Total Ekuitas Semakin kecil rasio Equity Multiplier, berarti porsi pemegang saham semakin besar sehingga kinerjanya semakin baik karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil. d. Interest Coverage (IC) atau Time Interest Earned Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba untuk membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Rumusnya adalah: EBIT Interest Coverage = Biaya Bunga Pengertian Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2010:85) adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Cara Mengukur Rasio Profitabilitas Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas. a. Profit Margin Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis commonsize untuk laporan laba-rugi (baris paling akhir). Rasio ini bisa dihitung dengan rumus : Laba Bersih Profit Margin = Penjualan b. Return On Asset (ROA) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment). Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut : Laba Bersih ROA = Total Aktiva Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti efisiensi manajemen. c. Return On Equity (ROE) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Laba Bersih ROE = Total Ekuitas
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
7
Pengertian Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melihatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Cara Mengukur Rasio Aktivitas a. Receivable Turn Over Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. Rumusnya adalah: Penjualan bersih Receivable Turn Over = Rata-rata Piutang Dagang Darsono dan Ashari (2010:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 – 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. b. Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP) Dengan melihat rasio ini, bisa dilihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa menjadi kas atau ditagih. Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Rumusnya adalah: 365 Rata-Rata Penerimaan Piutang = Receivable Turn Over c. Inventory Turn Over (ITO) Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Rumusnya adalah: Harga Pokok Penjualan Inventory Turn Over = Rata-rata persediaan Barang d. Lama Persediaan Mengendap (LPM) Rasio ini berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang menganggur terlalu lama. Rumusnya adalah: 365 Rata-Rata Penerimaan Piutang = Receivable Turn Over e. Total asset turn over Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dengan melihat rasio ini, dapat diketahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rumusnya adalah: Penjualan Bersih Total asset turn over = Rata-rata Total Aktiva Hubungan antara Kinerja Keuangan dengan Initial Public Offering Penilaian keuangan setelah perusahaan menjadi perusahaan publik juga penting dilakukan, sebab apabila kinerja keuangan perusahaan setelah menjadi perusahaan publik kurang, maka akan berpengaruh pada harga saham yang beredar di pasar sekunder atau bursa efek. Perusahaan publik dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya secara terusmenerus agar para pemegang saham atau investor aktif dalam memperdagangkan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
8 sahamnya di pasar modal yang pada akhirnya harga saham perusahaan yang bersangkutan bisa bersaing secara kompetitif. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus (case study), yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari objek tertentu yang diteliti, yaitu mengenai Initial Public Offering (IPO) dan kinerja keuangan. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu pemilihan sampel yang didasarkan atas kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang listing dalam daftar saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. 2. Perusahaan LQ-45 yang melakukan Initial Public Offering pada tahun 2004 sampai 2011. Berdasarkan kriteria tersebut maka perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 2 Perhitungan Jumlah Sampel No. Keterangan Jumlah Perusahaan 1. Perusahaan di BEI 464 2. Perusahaan non LQ45 419 3. Perusahaan LQ45 45 4. Perusahaan LQ45 yang tidak melakukan SEO antara tahun 2004-2011 35 5. Perusahaan LQ45 yang melakukan SEO antara tahun 2004-2011 10 Sumber: www.idx.co.id Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berasal dari dokumentasi yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu tahun 2003 sampai 2012, serta data lainnya berupa sejarah, profil dan ruang lingkup usaha dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), serta dari situs www.idx.co.id, Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Variabel dan Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah: 1. Initial Public Offering adalah kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham perusahaan ditawarkan atau dijual kepada publik. 2. Seasoned Equity Offerings (SEO) adalah penawaran ekuitas tambahan yang dilakukan oleh perusahaan publik setelah perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio keuangan yaitu:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
9 4. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian ini rasio likuiditas terdiri dari current ratio dan quick ratio. 5. Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Dalam penelitian ini rasio aktivitas terdiri dari total asset turnover dan receivable turn over. 6. Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Dalam penelitian ini rasio solvabilitas terdiri dari debt to total asset dan debt to equity ratio. 7. Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas terdiri dari profit margin, return on assets dan return on equity. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis statistika menggunakan paired t-test untuk uji signifikansi. Langkah-langkah paired t-test adalah sebagai berikut: 1. Menghitung rasio keuangan yang terdiri dari: a. Rasio Likuiditas Aktiva Lancar Current ratio = Hutang Lancar Quick ratio =
Aktiva Lancar- Persediaan Hutang Lancar
b. Rasio Aktivitas Penjualan Rata-rata Total Aktiva
Total asset turn over =
Penjualan Rata-rata Piutang
Receivable Turn Over = c. Rasio Solvabilitas Debt to total asset ratio =
Debt to Equity ratio =
Total Hutang Total Aktiva
Total Hutang Total Modal
d. Rasio Profitabilitas Laba Bersih Profit margin = Penjualan Return On Assets =
Laba Bersih Total Aktiva
Return On Equity =
Laba Bersih Modal Sendiri
2. Merumuskan uji hipotesis dengan langkah:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
10 Ho: µ1=µ2, tidak ada perbedaan terhadap kinerja keuangan sebelum dan sesudah Initial Public Offering (IPO). Hi: µ1≠µ2, ada perbedaan terhadap kinerja keuangan sebelum dan sesudah Initial Public Offering (IPO). 3. Menggunakan level of significant (α) 5% 4. Pengujian dengan menggunakan nilai signifikansi. 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. Pembahasan Analisis Rasio Keuangan Dalam penelitian ini dilakukan analisis rasio keuangan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan satu tahun sebelum melakukan Initial Public Offering dan satu tahun sesudah melakukan Initial Public Offering. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering pada tahun 2004 sampai 2011, yaitu: Tabel 3 Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Perusahaan Kode Tahun IPO 1. PT Sentul City Tbk BKSL 2011 2. PT Global Mediacom Tbk BMTR 2007 3. PT Bumi Resources Tbk BUMI 2010 4. PT XL Axiata Tbk EXCL 2011 5. PT Indomobil Sukses Makmur Tbk IMAS 2011 6. PT Kalbe Farma Tbk KLBF 2005 7. PT Lippo Karawaci Tbk LPKR 2011 8. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP 2004 9. PT Pakuwon Jati Tbk PWON 2006 10. PT Surya Semesta Internusa Tbk SSIA 2005 Sumber: www.idx.co.id Rasio Likuiditas 1. Current Ratio Current ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar Perhitungan current ratio sebelum dan sesudah Initial Public Offering dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Rata-Rata No Ratio Keterangan Sebelum Sesudah Current ratio 1 185,711% 222,360% Meningkat Sumber: www.idx.co.id Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa current ratio sebelum IPO yang tertinggi adalah PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yaitu sebesar 556,857%, sedangkan yang terendah adalah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
11 PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yaitu sebesar 36,255%, dan rata-rata current ratio sebelum IPO sebesar 185,711%. Current ratio sesudah IPO yang tertinggi adalah PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yaitu sebesar 559,882%, sedangkan yang terendah adalah PT. XL Axiata Tbk (EXCL) yaitu sebesar 41,865%, dan rata-rata current ratio sesudah IPO sebesar 222,360%. 2. Quick Ratio Quick ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibankewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaanya. Quick ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Quick Ratio =
Aktiva Lancar – Persediaan Hutang Lancar
Perhitungan quick ratio sebelum dan sesudah Initial Public Offering dapat dilihat pada tabel 6 dan 7 sebagai berikut: Tabel 5 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Rata-Rata No Ratio Keterangan Sebelum Sesudah Quick ratio 1 122,996% 147,793% Meningkat Sumber: www.idx.co.id Dari tabel 5 juga dapat diketahui bahwa quick ratio sebelum IPO yang tertinggi adalah PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yaitu sebesar 313,213%, sedangkan yang terendah adalah PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yaitu sebesar 31,192%, dan rata-rata quick ratio sebelum IPO sebesar 122,996%. Quick ratio sesudah IPO yang tertinggi adalah PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) yaitu sebesar 369,880%, sedangkan yang terendah adalah PT. XL Axiata Tbk (EXCL) yaitu sebesar 41,295%, dan rata-rata quick ratio sesudah IPO sebesar 147,793%. Rasio Aktivitas 1. Total asset turn over Total asset turn over merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Rumusnya adalah: Penjualan Total asset turn over = Rata-rata Total Aktiva Perhitungan total asset turn over sebelum dan sesudah Initial Public Offering dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 6 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering No
Ratio
Total asset turn over 1 Sumber: www.idx.co.id
Rata-Rata Sebelum Sesudah 0,623 0,619
Keterangan Menurun
Dari tabel 6 juga dapat diketahui bahwa total asset turn over sebelum IPO yang tertinggi adalah PT. Indomobil Sukses Makmur Tbk (IMAS) yaitu sebesar 1,672, sedangkan yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
12 terendah adalah PT. Sentul City Tbk (BKSL) yaitu sebesar 36,255%, dan rata-rata total asset turn over sebelum IPO sebesar 0,623. Total asset turn over sesudah IPO yang tertinggi adalah PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) yaitu sebesar 1,312, sedangkan yang terendah adalah PT. Sentul City Tbk (BKSL) yaitu sebesar 0,109, dan rata-rata total asset turn over sesudah IPO sebesar 0,619. 2. Receivable Turn Over Receivable turn over merupakan rasio yang menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Rumusnya adalah: Penjualan Rata-rata Piutang Perhitungan receivable turn over sebelum dan sesudah Initial Public Offering dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 7 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Rata-Rata No Ratio Keterangan Sebelum Sesudah Receivable turn over 1 14,415 13,250 Menurun Sumber: www.idx.co.id Receivable Turn Over =
Dari tabel 7 juga dapat diketahui bahwa receivable turn over sebelum IPO yang tertinggi adalah PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yaitu sebesar 42,829, sedangkan yang terendah adalah PT. Sentul City Tbk (BKSL) yaitu sebesar 2,692, dan rata-rata receivable turn over sebelum IPO sebesar 14,415. Receivable turn over sesudah IPO yang tertinggi adalah PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yaitu sebesar 35,856, sedangkan yang terendah adalah PT. Sentul City Tbk (BKSL) yaitu sebesar 1,671, dan rata-rata receivable turn over sesudah IPO sebesar 13,250. Rasio Solvabilitas 1. Debt to Total Assets Ratio (DTAR) Debt to total assets merupakan rasio yang menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus sebagai berikut: Debt to Total Assets =
Total Hutang x 100% Total Aktiva
Perhitungan debt to total assets ratio sebelum dan sesudah Initial Public Offering dapat dilihat pada sebagai berikut: Tabel 8 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Rata-Rata No Ratio Keterangan Sebelum Sesudah Debt to total asset 1 65,232% 51,613% Menurun Sumber: www.idx.co.id Dari tabel 8 juga dapat diketahui bahwa debt to total assets ratio sebelum IPO yang tertinggi adalah PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON) yaitu sebesar 95,238%, sedangkan yang terendah adalah PT. Sentul City Tbk (BKSL) yaitu sebesar 14,335%, dan rata-rata debt to total assets ratio sebelum IPO sebesar 65,232%. Debt to total assets ratio sesudah IPO yang tertinggi adalah PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) yaitu sebesar 84,034%, sedangkan yang terendah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
13 adalah PT. Sentul City Tbk (BKSL) yaitu sebesar 21,738%, dan rata-rata debt to total assets ratio sesudah IPO sebesar 51,613%. 2. Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rumus yang digunakan adalah: Debt to Equity Rasio =
Total Hutang x 100% Total Modal
Perhitungan debt to equity ratio sebelum dan sesudah Initial Public Offering dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 9 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Rata-Rata No Ratio Keterangan Sebelum Sesudah Debt to equity ratio 1 565,060% 156,410% Menurun Sumber: www.idx.co.id Dari tabel 9 juga dapat diketahui bahwa debt to equity ratio sebelum IPO yang tertinggi adalah PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON) yaitu sebesar 2000,087%, sedangkan yang terendah adalah PT. Sentul City Tbk (BKSL) yaitu sebesar 16,805%, dan rata-rata debt to equity ratio sebelum IPO sebesar 565,060%. Debt to equity ratio sesudah IPO yang tertinggi adalah PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) yaitu sebesar 526,326%, sedangkan yang terendah adalah PT. Sentul City Tbk (BKSL) yaitu sebesar 27,776%, dan rata-rata debt to equity ratio sesudah IPO sebesar 156,410%. Rasio Profitabilitas 1. Profit Margin Rasio profit margin merupakan rasio yang mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Profit Margin =
Laba Bersih x 100% Penjualan
Perhitungan profit margin sebelum dan sesudah Initial Public Offering dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 10 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Rata-Rata No Ratio Keterangan Sebelum Sesudah Profit margin 1 28,020% 15,797% Menurun Sumber: www.idx.co.id Dari tabel 10 juga dapat diketahui bahwa profit margin sebelum IPO yang tertinggi adalah PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON) yaitu sebesar 179,753%, sedangkan yang terendah adalah PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yaitu sebesar -7,894%, dan rata-rata profit margin sebelum IPO sebesar 28,020%. Profit margin sesudah IPO yang tertinggi adalah PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yaitu sebesar 40,300%, sedangkan yang terendah adalah PT.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
14 Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yaitu sebesar 1,963%, dan rata-rata profit margin sesudah IPO sebesar 15,797%. 2. Return On Assets Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Return On Assets
=
Laba Bersih x 100% Total Aktiva
Perhitungan Return On Assets sebelum dan sesudah Initial Public Offering dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 11 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering No
Ratio
Return on assets 1 Sumber: www.idx.co.id
Rata-Rata Sebelum Sesudah 8,951% 6,495%
Keterangan Menurun
Dari tabel 11 juga dapat diketahui bahwa Return On Assets sebelum IPO yang tertinggi adalah PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON) yaitu sebesar 37,950%, sedangkan yang terendah adalah PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yaitu sebesar -4,660%, dan rata-rata Return On Assets sebelum IPO sebesar 8,951%. Return On Assets sesudah IPO yang tertinggi adalah PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) yaitu sebesar 14,630%, sedangkan yang terendah adalah PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yaitu sebesar 1,596%, dan rata-rata Return On Assets sesudah IPO sebesar 6,495%. 3. Return On Equity Return On Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Return On Equity =
Laba Bersih x 100% Total Ekuitas
Perhitungan Return On Equity sebelum dan sesudah Initial Public Offering dapat dilihat pada tabel, sedangkan perbandingan Return On Equity sebelum dan sesudah Initial Public Offering adalah sebagai berikut: Tabel 12 Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering No
Ratio
Return on equity 1 Sumber: www.idx.co.id
Rata-Rata Sebelum Sesudah 119,735% 15,002%
Keterangan Menurun
Dari tabel 12 juga dapat diketahui bahwa Return On Equity sebelum IPO yang tertinggi adalah PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON) yaitu sebesar 796,984%, sedangkan yang terendah adalah PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yaitu sebesar -23,422%, dan ratarata Return On Equity sebelum IPO sebesar 119,735%. Return On Equity sesudah IPO yang tertinggi adalah PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yaitu sebesar 31,622%,
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
15 sedangkan yang terendah adalah PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yaitu sebesar 3,625%, dan rata-rata Return On Equity sesudah IPO sebesar 15,002%. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan uji beda sampel berpasangan untuk melihat signifikansi perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah Initial Public Offering sebagai berikut: 1. Analisis Perbedaan Current Ratio a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 13 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Nilai Penolakan / No Rasio Keuangan p value Keterangan Sig Penerimaan Ho 1 Current Ratio 0,094 0,05 Ho Diterima Tidak Berbeda Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,094. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai signifikansi 0,094 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik current ratio sebelum dan sesudah Initial Public Offering tidak berbeda secara signifikan. d. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada current ratio antara sebelum dan sesudah IPO, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan current ratio yang terjadi bukan peningkatan yang signifikan. 2. Analisis Perbedaan Quick Ratio a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 14 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Nilai Penolakan / No Rasio Keuangan p value Keterangan Sig Penerimaan Ho 1 0,146 0,05 Ho Diterima Tidak Berbeda Quick Ratio Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,146. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
16 c. Keputusan Karena nilai signifikansi 0,146 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik quick ratio sebelum dan sesudah Initial Public Offering tidak berbeda secara signifikan. d. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada quick ratio antara sebelum dan sesudah IPO, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan quick ratio yang terjadi bukan peningkatan yang signifikan. 3. Analisis Perbedaan Total Assets Turn Over a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 15 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Nilai Penolakan / No Rasio Keuangan p value Keterangan Sig Penerimaan Ho 1 Total Asset Turn Over 0,939 0,05 Ho Diterima Tidak Berbeda Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,939. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai signifikansi 0,939 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik total assets turn over sebelum dan sesudah Initial Public Offering tidak berbeda secara signifikan. d. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada total assets turn over antara sebelum dan sesudah IPO, hal ini menunjukkan bahwa penurunan total assets turn over yang terjadi bukan penurunan yang signifikan. 4. Analisis Perbedaan Receivable Turn Over a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 16 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Nilai Penolakan / No Rasio Keuangan p value Keterangan Sig Penerimaan Ho 1 Receivable Turn Over 0,441 0,05 Ho Diterima Tidak Berbeda Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,441. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
17 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai signifikansi 0,441 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik receivable turn over sebelum dan sesudah Initial Public Offering tidak berbeda secara signifikan. d. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada receivable turn over antara sebelum dan sesudah IPO, hal ini menunjukkan bahwa penurunan receivable turn over yang terjadi bukan penurunan yang signifikan. 5. Analisis Perbedaan Debt To Total Assets a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 17 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Nilai Penolakan / No Rasio Keuangan p value Keterangan Sig Penerimaan Ho 1 Debt to Total Asset Ratio 0,031 0,05 Ho Ditolak Berbeda Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,031. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai signifikansi 0,031 < 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa secara statistik debt to total assets sebelum dan sesudah Initial Public Offering berbeda secara signifikan. d. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada debt to total assets antara sebelum dan sesudah IPO, hal ini menunjukkan bahwa penurunan debt to total assets yang terjadi adalah penurunan yang signifikan. 6. Analisis Perbedaan Debt To Equity Ratio a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 18 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Nilai Penolakan / No Rasio Keuangan p value Keterangan Sig Penerimaan Ho 1
Debt to Equity ratio Sumber: www.idx.co.id
0,107
0,05
Ho Diterima
Tidak Berbeda
Berdasarkan tabel 18 diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,107. b. Kriteria keputusan:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
18 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai signifikansi 0,107 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik debt to equity ratio sebelum dan sesudah Initial Public Offering tidak berbeda secara signifikan. d. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada debt to equity ratio antara sebelum dan sesudah IPO, hal ini menunjukkan bahwa penurunan debt to equity ratio yang terjadi bukan penurunan yang signifikan. 7. Analisis Perbedaan Profit Margin a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 19 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Nilai Penolakan / No Rasio Keuangan p value Keterangan Sig Penerimaan Ho 1 Profit Margin 0,487 0,05 Ho Diterima Tidak Berbeda Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,487. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai signifikansi 0,487 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik profit margin sebelum dan sesudah Initial Public Offering tidak berbeda secara signifikan. d. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada profit margin antara sebelum dan sesudah IPO, hal ini menunjukkan bahwa penurunan profit margin yang terjadi bukan penurunan yang signifikan. 8. Analisis Perbedaan Return On Assets a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut : Tabel 20 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Nilai Penolakan / No Rasio Keuangan p value Keterangan Sig Penerimaan Ho 8 Return On Assets 0,533 0,05 Ho Diterima Tidak Berbeda Sumber: www.idx.co.id
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
19 Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,533. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai signifikansi 0,533 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik return on assets sebelum dan sesudah Initial Public Offering tidak berbeda secara signifikan. d. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return on assets antara sebelum dan sesudah IPO, hal ini menunjukkan bahwa penurunan return on assets yang terjadi bukan penurunan yang signifikan. 9. Analisis Perbedaan Return On Equity a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 21 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Nilai Penolakan / No Rasio Keuangan p value Keterangan Sig Penerimaan Ho 1 Return On Equity 0,226 0,05 Ho Diterima Tidak Berbeda Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan tabel 21 diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,226. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai signifikansi 0,226 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik return on equity sebelum dan sesudah Initial Public Offering tidak berbeda secara signifikan. d. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return on equity antara sebelum dan sesudah IPO, hal ini menunjukkan bahwa penurunan return on equity yang terjadi bukan penurunan yang signifikan. SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1)Berdasarkan perbandingan rasio keuangan dapat diketahui bahwa rata-rata rasio likuiditas perusahaan sesudah melakukan IPO yang diukur dengan current ratio dan quick ratio mengalami peningkatan, 2)Berdasarkan perbandingan rasio keuangan dapat diketahui bahwa rata-rata rasio aktivitas perusahaan sesudah melakukan IPO yang diukur dengan total asset turn over dan receivable turn over mengalami penurunan, 3)Berdasarkan perbandingan rasio keuangan dapat diketahui bahwa rata-rata rasio solvabilitas perusahaan sesudah melakukan IPO yang diukur dengan debt to total asset dan debt to equity ratio mengalami penurunan, 4)Berdasarkan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 8 (2014)
20 perbandingan rasio keuangan dapat diketahui bahwa rata-rata rasio profitabilitas perusahaan sesudah melakukan IPO yang diukur dengan profit margin, return on assets, dan return on equity mengalami penurunan, Saran Saran hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1)Dari adanya penurunan rasio aktivitas dan profitabilitas setelah melakukan IPO, sebaiknya perusahaan mengevaluasi kembali kebijakan untuk menambah permodalan dengan menerbitkan saham baru, agar penambahan modal baru tidak menambah beban bagi perusahaan di kemudian hari, 2)Dari ada atau tidak adanya perbedaan yang signifikan beberapa rasio keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan Initial Public Offering antara sebelum dan sesudah IPO hendaknya dapat menjadi masukan bagi perusahaan lain untuk mempertimbangkan tentang keputusan untuk melakukan IPO, 3)Dari ada atau tidak adanya perbedaan yang signifikan beberapa rasio keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan Initial Public Offering antara sebelum dan sesudah IPO dapat menjadi pertimbangan bagi investor yang akan menginvestasikan dananya sesuai dengan kecenderungannya dalam melihat kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan, DAFTAR PUSTAKA Darsono dan Ashari. 2010. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan (Tips Bagi Investor, Direksi, dan Pemegang Saham). Penerbit Andi. Yogyakarta. Hanafi, M dan A. Halim. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Penerbit UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Harahap, S. 2009. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Penerbit PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Inayah, N. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Go Public (Studi Kasus pada PT. Jasa Marga Tbk). Jurnal Ekonomi. Universitas Brawijaya Malang Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Keempat belas. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Ross, Stephen A. Randolph W dan Nradford D Jordan. 2009. Pengantar Keuangan Perusahaan Terjemahan. Edisi 8. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Sartono, A. 2006. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasinya. Edisi ketiga. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Sunariyah. 2010. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan : Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama. Cetakan 4. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta. Tandelilin, E. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta ●●●