BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter 1997/1998. Program ini berlanjut hingga saat ini dengan tujuan utama mengurangi beban rumah tangga sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Program yang sebelum tahun 2002 bernama Operasi Pasar Khusus (OPK) ini awalnya merupakan program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun kemudian fungsinya diperluas
menjadi bagian dari
program
perlindungan
sosial, khususnya program penanggulangan kemiskinan klaster pertama (Hastuti, et.al., 2012).
Sebagai program bantuan beras, Raskin merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program ketahanan pangan karena dapat meningkatkan ketahanan pangan dengan cara peningkatan akses baik secara fisik yaitu beras tersedia di titik distribusi, maupun ekonomi yaitu harga jual yang terjangkau kepada rumah tangga sasaran. Selain itu, program Raskin memberikan banyak manfaat yaitu dapat menstabilisasi harga beras di pasaran, sebagai pengendalian inflasi melalui intervensi Pemerintah dengan menetapkan harga beras bersubsidi sebesar Rp 1.600,-/kg, menjaga stok pangan nasional, sebagai pasar bagi hasil usaha tani padi, membantu pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus sebagai mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan (Bulog, 2014).
1 Universitas Sumatera Utara
2
Penentuan rumah tangga penerima Raskin harus didasarkan pada pendekatan kriteria rumah tangga miskin. Adapun kriteria tersebut antara lain (BPS, 2013): 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
Universitas Sumatera Utara
3
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Pelaksanaan program Raskin melibatkan berbagai lembaga di semua tingkat pemerintahan, dengan Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra)
sebagai
penanggungjawab
utama
program.
Secara
teknis,
penanggungjawab pelaksanaan distribusi beras sampai dengan titik distribusi adalah Perum Bulog dan penanggungjawab untuk menyampaikan beras dari titik distribusi ke setiap RTS-PM adalah pemerintah daerah. Namun, sebagai satu entitas program, sosok program Raskin secara keseluruhan jauh lebih kompleks dari gambaran mekanistis tersebut. Di dalamnya antara lain melibatkan dimensi hubungan antar lembaga dan antar tingkat pemerintahan, finansial, dan prosedur administratif (Hastuti, et.al., 2012).
Proses distribusi Raskin pada umumnya selalu mengalami berbagai masalah. Tingkat efektivitas distribusi Raskin sangat rendah hampir di setiap daerah. Pencapaian enam indikator ini sangat penting karena hal itu merupakan tolok ukur kinerja keberhasilan program. Menurut peneliti terdahulu, indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas Raskin tersebut sering tidak memenuhi ketetapan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Keberhasilan program Raskin sangat ditentukan oleh tingkat distribusi Raskin tersebut (Silalahi, 2013).
Universitas Sumatera Utara
4
Adapun jumlah penduduk miskin menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara pada tahun 2011-2013 dapat kita lihat dari Grafik 1. Grafik 1. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 20112013 16 14
12 10 2011 Series1
8
2012 Series2 2013
Series3
6
4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sumber: BPS 2014, (data diolah) Dari Grafik 1 dapat kita lihat bahwa pada tahun 2011-2013 Kota Medan merupakan daerah yang jumlah penduduk miskinnya terbesar dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya di Sumatera Utara, dan hal tersebut merupakan alasan mengapa penulis mengambil wilayah tersebut sebagai daerah penelitian.
Penelitian ini dilakukan terkait dengan masalah keefektifan dalam hal pendistribusian Raskin di Kota Medan. Kajian ini dilakukan untuk menganalisis kesesuaian Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin di Kota Medan dengan kriteria miskin standar BPS, tata cara penentuan rumah tangga miskin yang akan menjadi penerima manfaat Raskin di daerah penelitian, untuk menganalisis tata cara pendistribusian Raskin di daerah penelitian, untuk menganalisis keefektifan program distribusi Raskin berdasarkan indikator enam tepat di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
5
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin di Kota Medan telah sesuai dengan kriteria miskin menurut BPS? 2. Bagaimana mekanisme penentuan rumah tangga miskin yang akan menjadi penerima manfaat Raskin di Kota Medan? 3. Bagaimana sistem pendistribusian Raskin di Kota Medan? 4. Bagaimana keefektifan distribusi Raskin berdasarkan indikator enam tepat di Kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis kesesuaian Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin di Kota Medan sesuai dengan kriteria miskin menurut BPS. 2. Untuk menganalisis mekanisme penentuan rumah tangga miskin yang akan menjadi penerima manfaat Raskin di Kota Medan. 3. Untuk menganalisis sistem pendistribusian Raskin di Kota Medan. 4. Untuk menganalisis keefektifan distribusi Raskin berdasarkan indikator enam tepat di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
6
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan distribusi Raskin khususnya di daerah penelitian. 2. Sebagai referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara