BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk materiil. Keuntungan yang diperoleh perusahaan berasal dari produksi barang atau jasa. Tingkat produksi suatu barang atau jasa ini juga memiliki parameter untuk menentukan apakah sudah mampu memenuhi target perusahaan. Target ini ditentukan sebagai batas apakah perusahaan mampu memenuhi kondisi aman guna menghasilkan keuntungan tertentu sehingga dapat dipastikan perusahaan tersebut tetap bertahan dan tidak mengalami kerugian yang dapat mengganggu stabilitas perusahaan. Target perusahaan ini dapat dicapai dengan usaha peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas dapat dikatakan berperan sebagai penggerak ekonomi dan keuntungan perusahaan. Perhitungan produktivitas ini dapat mengindikasikan apakah proses produksi yang dilakukan sudah sesuai dan cukup berdayaguna sehingga mampu meningkatkan jumlah produksi dan keuntungan pun meningkat. Analisa ini akan membantu perusahaan untuk mengefisienkan input guna memperoleh output optimal dan sesuai target. Dalam perhitungan produktivitas metode ini melibatkan pula pengukuran produktivitas parsial, produktivitas total dan produktivitas faktor total. Aneka Kerajinan Alami Roni atau “AKAR” adalah salah satu industri yang mengolah serat alami
1
khususnya eceng gondok untuk dijadikan kerajinan tangan (handycraft). Bahan baku eceng gondok ini merupakan salah satu hasil alam. Eceng gondok dikenal sebagai tanaman gulma di perairan tawar. Keberadaannya mengganggu kehidupan organisme lain karena menutupi permukaan air sehingga mengganggu aliran air selain itu mengganggu fotosintesis biota air. Dengan adanya industri ini, eceng gondok diolah menjadi produk dengan nilai tambah sehingga dapat lebih bermanfaat. Dalam pengolahan produk kerajinan tangan ini terdapat input tenaga kerja, bahan baku, modal, serta energi. Masing-masing input ini memiliki peran dalam penentuan tinggi rendahnya produktivitas. Tingkat produktivitas input yang rendah sudah pasti akan mengurangi jumlah produk yang dihasilkan dan akan berimbas pada finansial perusahaan. Produktivitas memiliki peran penting karena melalui pengukuran ini diketahui seberapa besar pengaruh suatu input pada periode dasar dan periode tertentu. Dari pengukuran ini dapat diketahui input mana yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu pada karya ilmiah ini akan dibahas mengenai pengukuran produktivitas menggunakan metode rasio
output input.
Penggunaan metode ini dinilai mudah untuk diaplikasikan dan cukup sederhana penggunaannya. Melalui pengukuran ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh suatu input pada periode dasar berbanding dengan periode tertentu. Selain itu dapat dilakukan perbaikan pada input tertentu yang mengalami penurunan produktivitas. Pengukuran produktivitas ini juga
2
diharapkan mampu menjadi tolak ukur untuk peningkatan produktivitas di masa mendatang.
B. Perumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan produktivitas rasio output input? 2. Mengapa pengukuran produktivitas penting dalam suatu perusahaan? 3. Bagaimana tingkat produktivitas industri Aneka Kerajinan Alami Roni pada periode tertentu dibanding periode sebelumnya, apakah meningkat atau menurun?
C. Batasan Masalah 1. Pengukuran produktivitas ini berlaku untuk periode tahun 2012 dan 2013 dimana data pada tiap periode bersifat tahunan. 2. Tahun
2012
dijadikan
periode
dasar
pada
perhitungan
indeks
produktivitas karena di pada tahun tersebut perekonomian lebih stabil dibanding tahun 2013 dimana pada tahun 2013 terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak. 3. Input bahan baku yang digunakan hanya bahan baku eceng gondok. 4. Input energi yang digunakan meliputi listrik, bensin, kayu bakar, dan gas. 5. Data output pada laporan ini berdasarkan data penjualan industri pada tahun 2012 dan 2013.
3
D. Tujuan 1. Mengukur produktivitas parsial input yang digunakan. 2. Mengukur produktivitas faktor total. 3. Mengukur produktivitas total. 4. Mengevaluasi produktivitas di Industri Aneka Kerajinan Alami Roni.
E. Manfaat 1. Memberikan kontribusi, bantuan dan solusi yang tepat terhadap timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan produktivitas
di industri Aneka
Kerajinan Alami Roni. 2. Memberikan
saran
kepada
perusahaan
dalam
usaha
perbaikan
produktivitas perusahaan. 3. Mencegah terjadinya pemanfaatan sumber daya yang berlebihan dan tidak efektif yang dapat mengakibatkan peningkatan biaya produksi. 4. Sebagai motivasi perbaikan kinerja perusahaan.
4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemanfaatan Eceng Gondok Tidak banyak yang tahu kalau tanaman eceng gondok yang selama ini dikenal sebagai tanaman parasit, ternyata bisa dimanfaatkan. Masyarakat kurang pengetahuan dan kurang informasi yang lebih spesifik tentang pemanfaatan eceng gondok. Untuk itu perlu adanya semacam pemberitahuan atau sosialisasi kreativitas terhadap masyarakat, khususnya kreativitas dalam pemanfaatan enceng gondok. Eceng gondok dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan beberapa kerajinan tangan. Beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia telah mengembangkan usaha dalam memproduksi beberapa jenis kerajinan tangan dengan menggunakan eceng gondok sebagai bahan dasarnya (Anonim, 2014). Eceng gondok sendiri bernama latin Eichornia crassipes merupakan tanaman air yang memiliki kemampuan tinggi berkembang biak yang memiliki fungsi positif maupun negatif di perairan yang berdampak pada ekosistem perairan. Pemanfaatan eceng gondok di Sumatera Selatan khususnya di Kota Palembang antara lain sebagai kompos, makanan ternak dan juga cukup potensial digunakan sebagai bahan kerajinan tangan (industri rumah tangga). Upaya tersebut merupakan salah satu alternatif penanganan perairan dan mengatasi masalah lingkungan dan sekaligus dapat menunjang usaha kecil menengah. Eceng gondok merupakan serat alam yang ramah
5
lingkungan sehingga aman digunakan sebagai bahan dasar kerajinan. Kerajinan berbahan dasar eceng gondok cukup memberikan beberapa perubahan bagi lingkungan dan juga masyarakat yang telah mengolah tumbuhan eceng gondok sebagai bahan dasar kerajinan. Beberapa manfaat dari tumbuhan eceng gondok telah dirasakan sendiri para pengrajin yang mengelola kerajinan eceng gondok (Nurlaely dkk, 2007). Produk kerajinan relatif lebih awet dibandingkan dengan makanan, sehingga pembuatan dalam jumlah banyak untuk stok dapat dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menjaga permintaan mendadak dalam jumlah yang besar. Dikarenakan bisnis kerajinan ini juga mudah ditiru pesaing, perlu dilakukan inovasi-inovasi sehingga produk yang dihasilkan terkesan selalu baru, baik bahan maupun model. Pebisnis dituntut untuk terus kreatif dalam mendesain (Tinaprilla dan Martawijaya, 2008). Di Indonesia aneka kerajinan dari eceng gondok mulai banyak diminati, terutama untuk produk tas, sandal, taplak meja, dan sebagainya. Hasil kerajinan eceng gondok ini tidak hanya diminati oleh pasar lokal, tapi juga pasar global atau mancanegara (Gerbono dan Siregar, 2005). Selain di Jogja sendiri, kerajinan serat alami eceng gondok ini juga telah dikembangkan di Cirebon dan Malang (Jurnalistik Kompas, 2010).
B. Pengertian Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai rasio antara hasil (output) dengan masukan (input) pada ukuran waktu tertentu yang menunjukkan
6
kualitas sama atau meningkat. Aspek input sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja sedangkan aspek output diukur dalam kesatuan fisik dan nilai. Secara konseptual lebih lanjut Simanjuntak mendefinisikan produktivitas sebagai pemanfaatan sumber daya yang dipergunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang terdiri dari berbagai faktor seperti tenaga kerja, tanah dan modal, termasuk mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, tenaga listrik, kemajuan teknologi dan lainnya (Tjiptoheriyanto dan Nagib, 2008). Produktivitas secara umum dinyatakan sebagai perbandingan output terhadap input, tetapi ternyata terdapat banyak masalah yang timbul pada pengukuran rasio ini. Perbandingan total faktor produktivitas adalah salah satu cara terbaik yang digunakan jika ingin menggambarkan produktivitas nasional, karena meliputi semua input yang digunakan untuk proses produksi. Perbandingan atau rasio produktivitas nasional secara khusus dinyatakan dengan index terhadap waktu. Perbandingan dari satu periode dibandingkan dengan periode dasar untuk mendapatkan persentase dari peningkatan atau pengurangan (Sumayang, 2003).
C. Input dan Output Pada dasarnya input dalam sistem produksi dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap didefinisikan sebagai suatu input bagi sistem produksi yang tingkat penggunaan input itu tidak tergantung pada jumlah output yang akan diproduksi. Sedangkan input variabel didefinisikan sebagai suatu input bagi sistem produksi yang tingkat
7
penggunaan input itu tergantung pada jumlah output yang akan diproduksi. Dalam sistem produksi terdapat beberapa input baik variabel maupun tetap, sebagai berikut (Gaspersz, 1998) : 1. Tenaga kerja (labour). Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi manusia dan orang-orang yang terlibat dalam proses sistem produksi dianggap sebagai input tenaga kerja (labour). 2. Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Berbagai macam fasilitas peralatan, mesin-mesin produksi, bangunan pabrik, gudang, dan lain-lain dapat dianggap sebagai barang modal. 3. Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur, diperlukan material atau bahan baku. Dalam hal ini material diklasifikasikan sebagai input variabel. 4. Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik lainnya membutuhkan energi untuk menjalankan aktivitas itu. Berbagai macam bahan bakar, minyak pelumas, tenaga listrik, air untuk keperluan pabrik, dan lain-lain, dianggap sebagai input energi. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem produksi modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional. Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut : 1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan utuh.
8
2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/ atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. 3. Mempunyai aktivitas, berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien. 4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimasi pengalokasian sumber-sumber daya.
D. Pengaruh Produktivitas Dewasa ini kesadaran akan perlunya peningkatan produktivitas semakin meningkat karena adanya suatu keyakinan bahwa perbaikan produktivitas akan memberikan kontribusi positif dalam perbaikan ekonomi. Suatu industri dikatakan mempunyai produktivitas tinggi jika dapat memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien. Efisien dapat diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber daya yang maksimal, sedangkan efektif lebih ditekanakan pada pencapaian hasil/keluaran. Secara garis besar produktivitas kerja banyak dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor teknis dan faktor sumber daya manusia (tenaga kerja) (Purnomo, 2004). 1. Faktor teknis Yang dimaksud dengan faktor teknis di sini adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya (selain sumber daya manusia) dalam suatu proses produksi yang bertujuan untuk mencapai tingkat produksi yang lebih baik. Termasuk disini adalah penggunaan fasilitas
9
produksi yang lebih modern, penerapan metoda kerja yang lebih efektif dan efisien, penjadwalan produksi serta pengaturan bahan baku dengan lebih ekonomis. Pada perusahaan-perusahaan yang berorientasi padat modal dengan lebih mengandalkan pada penggunaan fasilitas produksi yang lebih modern, faktor teknis ini sangat berpengaruh terhadap usaha perbaikan tingkat produktivitas. 2. Faktor manusia Selain faktor teknis, faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor manusia itu sendiri. Pada bidang-bidang tertentu dimana pengaruh pengembangan kemampuan teknologi relatif kecil, sedangkan faktor manusia sebagai unsur utama dan penentu justru lebih besar peranannya dalam sistem produksi, maka usaha perbaikan produktivitas akan lebih ditekankan pada faktor manusia. Pengukuran produktivitas dapat dilakukan untuk setiap masukan secara terpisah atau secara total untuk keseluruhan masukan yang digunakan dalam menghasilkan keluaran. Pengukuran produktivitas untuk satu masukan pada suatu saat disebut dengan pengukuran produktivitas parsial (partial productivity measurement). Pengukuran produktivitas untuk seluruh masukan pada suatu saat disebut dengan produktivitas total. Produktivitas sebagai pengukur kinerja manajer memiliki keunggulan berikut ini (Mulyadi, 2001) : 1. Memungkinkan manajer memusatkan usahanya terhadap penggunaan masukan tertentu saja.
10
2. Memudahkan karyawan operasional menentukan kinerja produktivitasnya. Karyawan operasional hanya dapat mengendalikan masukan tertentu, sehingga ukuran produktivitas parsial yang memberikan umpan balik mengenai hubungan antara keluaran dengan masukan tertentu mudah mereka pahami. 3. Untuk kepentingan pengendalian operasional, sering kali standar kinerja bersifat jangka pendek, yang diukur dengan membandingkan produktivitas parsial batch sekarang dengan batch sebelumnya. Faktor-faktor pada tingkat makro yang dapat mempengaruhi terjadinya produktivitas yang rendah meliputi (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007) : 1. Kondisi perekonomian : reit pajak yang rendah, tabungan dan investasi yang meningkat, regulasi yang berlebihan, tingkat inflasi tinggi, fluktuasi ekonomi, harga energi tinggi, keterbatasan bahan baku, perlindungan berlebihan dan keterbatasan kuota, dan subsidi berlebihan yang menimbulkan inefisiensi. 2. Kondisi industri : kurangnya riset dan pengembangan serta regulasi antimonopoli berlebihan. 3. Regulasi Pemerintah : birokrasi panjang, produktivitas pemerintahan rendah, pemborosan pemerintah dan tingkat korupsi tinggi. 4. Karakteristik angkatan kerja : standar pendidikan rendah, reit melek huruf rendah, etos kerja rendah, pergeseran ke sektor jasa, reit kriminal tinggi, pergeseran sistem nilai dan sikap.
11
Faktor-faktor mikro yang dapat mempengaruhi terjadinya produktivitas yang rendah meliputi : 1. Organisasi : pabrik-pabrik tua, mesin-mesin tua, kekurangan alat dan pabrik, riset dan pengembangan kurang dan kondisi fisik tempat kerja kurang nyaman. 2. Manajemen : kurang perhatian terhadap kelebihan staf pegawai, spesialisasi pekerjaan yang berlebihan, kurang perhatian terhadap faktorfaktor manusia, perhatian terhadap isu legal yang berlebihan, kurangnya perhatian terhadap pelatihan dan pengembangan sementara gaji karyawan tidak memadai, resisten terhadap perubahan penurunan perhatian terhadap resiko kerja, sikap bermusuhan terhadap serikat pekerja, manajemen kepemimpinan otoriter. 3. Karyawan : lebih senang dengan waktu santai, resisten terhadap perubahan, tidak bangga dengan pekerjaan, kekerasan karena alkohol dan obat-obatan terlarang, pengalaman kerja kurang, etos kerja yang kurang, rendahnya pengetahuan keterampilan sikap dan perilaku, kondisi kesehatan yang kurang dan kemampuan komunikasi yang kurang.
E. Pengukuran Produktivitas Ada tiga macam tipe pengukuran produktivitas yaitu (Suvianti, 2002): 1. Produktivitas parsial, merupakan perbandingan keluaran terhadap salah satu faktor masukan
12
2. Produktivitas faktor total, merupakan perbandingan antara keluaran bersih terhadap masukan tenaga kerja dan modal. Keluaran bersih merupakan selisih antara output total dengan jumlah barang dan jasa yang dibeli 3. Produktivitas total, merupakan perbandingan antara keluaran dengan jumlah seluruh faktor-faktor masukan produktivitas ini menunjukkan pengaruh bersama seluruh masukan dalam menghasilkan keluaran. Produktivitas total merupakan rasio dari output terhadap input total (semua input yang digunakan dalam proses produksi). Adapun pengukuran produktivitas adalah ditujukan sebagai berikut (Herjanto, 2008) : Produktivitas Parsial Tenaga Kerja = Output/ Tenaga Kerja Produktivitas Faktor Total = Output Bersih/ Input Tenaga Kerja + Modal Output Bersih = Output Total – material dan jasa yang digunakan Produktivitas Total = Output Total/ Input Total Pengukuran produktivitas terutama berguna didalam membandingkan hasil yang dicapai antara satu periode dengan periode yang lain dari suatu unit yang sama, atau produktivitas yang dicapai antara dua atau beberapa negara, departemen, bagian, atau perseorangan dalam suatu periode yang sama. Karena produktivitas dapat diukur dalam berbagai cara, sering digunakan indeks untuk mempermudah perbandingan. Dalam menghitung indeks produktivitas, indeks pada periode dasar diberi nilai 100. Sedangkan indeks periode yang lain dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
13
Indeks Produktivitas =
x 100
Tidak ada aturan dalam menentukan periode dasar, tetapi disarankan untuk memilih periode yang kondisinya normal, tidak ada gejolak ekonomi makro atau mikro maupun perubahan organisasi yang besar (Herjanto, 2008).
F.
Upaya Peningkatan Produktivitas Peningkatan produktivitas melalui mengelola pertumbuhan akan efektif apabila permintaan pasar sedang meningkat, sehingga output yang diproduksi perlu ditambah. Dalam situasi ini peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan output dalam kuantitas yang lebih besar sesuai permintaan pasar dengan meningkatkan penggunaan input dalam kuantitas yang lebih kecil. Jadi berarti output meningkat lebih banyak, sedangkan input meningkat lebih sedikit. Program peningkatan produktivitas melalui mengelola pertumbuhan berarti suatu investasi baru atau penambahan biaya yang dilakukan akan menghasilkan lebih banyak output daripada investasi itu, sehingga angka rasio output terhadap input akan meningkat. Peningkatan penggunaan modal atau kapital dan teknologi, desain ulang sistem produksi, meningkatkan aktivitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, desain kerja, desain dan pengembangan organisasi merupakan aktivitas-aktivitas aktual dalam mengelola pertumbuhan (Gasperz, 1998).
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat kerja praktek
: Industri Aneka Kerajinan Alami Roni
Alamat
: Jalan Wates KM. 24 Ngramang Kedungsari, Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta : 04 Agustus – 30 Agustus 2014
Waktu
B. Ruang Lingkup Kajian 1. Pengumpulan Data a. Data Primer Data yang diperoleh secara langsung dari tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian. Data primer meliputi sejarah industri, lokasi industri, struktur organisasi, dan proses produksi yang mencakup tahapan proses pengolahan produk, peta proses operasi, dan spesifikasi produk. Data primer didapat melalui : i. Metode wawancara Metode ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung terkait dengan industri kepada pembimbing, karyawan maupun pihak manajemen perusahaan. Data yang didapat meliputi sejarah industri, profil industri, struktur organisasi, tahapan proses
15
pengolahan produk, spesifikasi bahan baku maupun produk, kapasitas produksi serta proses distribusi. ii. Metode observasi Metode observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Data yang diperoleh melalui metode observasi yaitu tahapan proses pengolahan produk. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi yang memiliki hubungan dengan objek penelitian. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini : i. Data internal Data internal merupakan data-data dari perusahaan berupa catatan dan
laporan, buku-buku maupun dokumentasi dari perusahaan,
meliputi data hasil penjualan produk yang mewakili data output, input bahan baku, input tenaga kerja, input energi, dan input modal. ii. Data eksternal Data eksternal merupakan data yang diambil dari luar perusahaan berupa referensi, studi pustaka dan media internet yang memiliki hubungan dengan objek penelitian dan mendukung identifikasi objek penelitian.
16
2. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan menggunakan metode rasio output input yang meliputi : a. Menentukan jumlah output total, didapatkan dengan
mengkalikan
kuantitas dan harga pada periode tersebut. b. Menentukan output bersih pada tiap periode. Output bersih = output – (input bahan baku + input energi) ........... (3.1.) c. Menentukan input tenaga kerja dengan mengkalikan kuantitas dan harga pada periode tersebut. d. Menentukan input modal dengan mengkalikan kuantitas dan harga pada periode tersebut. e. Menentukan input energi dengan mengkalikan kuantitas dan harga pada periode tersebut. f. Menentukan input tenaga kerja dan modal dengan menjumlah kedua input tersebut. g. Menentukan input total dengan menjumlahkan input tenaga kerja, input bahan baku, input modal dan input energi. h. Menghitung produktivitas parsial pada tiap periode. Produktivitas parsial merupakan perbandingan antara output total dengan input tertentu pada periode tertentu. Produktivitas parsial =
............................................ (3.2.)
Produktivitas parsial bahan baku =
17
................. (3.3.)
............. (3.4.)
Produktivitas parsial tenaga kerja =
Produktivitas parsial energi
=
...................... (3.5.)
Produktivitas parsial modal
=
...................... (3.6.)
i. Menghitung produktivitas faktor total Produktivitas faktor total merupakan perbandingan antara output bersih dengan input tenaga kerja dan modal pada tiap periode. Produktivitas faktor total periode x
....................................... (3.7.)
= j. Menghitung produktivitas total
Produktivitas total merupakan perbandingan output total dengan input total pada periode tertentu. Hal ini menunjukan pengaruh keseluruhan input terhadap seluruh output. Produktivitas total periode x = k. Menghitung
indeks
............................. (3.8.) produktivitas
dengan
rumus
x 100 ........................................... (3.9.) Periode yang dijadikan periode dasar yaitu periode 2012 karena pada periode tersebut perekonomian lebih stabil dibanding periode 2013 dimana pada tahun 2013 terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak. Melalui indeks produktivitas ini dapat dibandingkan produktivitas tahun 2012 dengan 2013, apakah mengalami peningkatan atau penurunan.
18
C. Tahapan Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan kerja praktek digambarkan sebagai berikut :
Mulai
Observasi Masalah
Identifikasi Masalah Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan
Studi pustaka dan studi lapangan
1. 2. 3. 4. 5.
Pengumpulan data Output Produk Input Bahan Baku Input Tenaga Kerja Input Energi Input Modal
Menghitung Produktivtas Parsial, Produktivitas Faktor Total dan Produktivitas Total tiap periode
Analisis dengan membandingkan hasil penghitungan tiap periode
A
19
A
Pembahasan Kesimpulan dan Saran
Selesai Gambar 3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
D. Analisis dan Evaluasi Pengambilan data dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan acuan literatur yang berkaitan dengan pengukuran produktivitas menggunakan pendekatan rasio output input. Dimulai dengan menghitung banyaknya output yang dihasilkan dan input yang digunakan pada industri tersebut berdasarkan laporan keuangannya. Selanjutnya melakukan perhitungan produktivitas faktor total kemudian produktivitas total. Hasil perhitungan kemudian dianalisa sehingga dapat diketahui tingkat produktivitasnya dan diketahui pula faktor yang mempengaruhi produktivitas Industri Aneka Kerajinan Alami Roni. Dari faktor yang dianalisa tersebut, dapat disimpulkan perbaikan apa yang perlu dilakukan guna meningkatkan produktivitas perusahaan.
20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Industri Aneka Kerajinan Alami Roni atau „AKAR‟ merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang kerajinan tangan berbasis bahan dari alam dan berdiri pada tahun 1999. Produk utama yang dihasilkan dari industri ini yaitu produk berbahan eceng gondok. Selain itu ada juga produk yang dipadukan dengan bahan lain seperti mendong atau pelepah pisang yang dikeringkan. Industri ini terletak di Jalan Wates Km. 24 Ngramang, Kedungsari, Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta. Eceng gondok diolah menjadi produk anyaman berupa keranjang, placemat, tas, dan berbagai bentuk lainnya sesuai permintaan pemesan. Produk yang dihasilkan juga memiliki ukuran bermacam-macam. Semakin rumit pembuatannya dan semakin banyak bahan yang digunakan, maka harga produk semakin tinggi. Konsumen dari produk kerajinan Industri Aneka Kerajinan Alami Roni adalah perusahaan ekspor yang mengekspor produk kerajinan serat alami ke luar negeri. Eceng gondok basah dipasok langsung dari Ambarawa. Pemasok di Ambarawa mengumpulkan eceng gondok dari petani sekitar. Dalam sebulan, AKAR membutuhkan 175000 kg eceng gondok basah. Kemudian eceng gondok basah tersebut dijemur selama lima hari di Pantai Congot sehingga massa nya menyusut menjadi 17500 kg. Dengan demikian scrap
21
yang dihasilkan yaitu 157500 kg berupa air. Menurut Achmad Bagir dan Gigih Eka Pradana (2011), eceng gondok mengandung kadar air 90% berat dengan tingkat reduksi berat dari 10 kg basah menjadi 1 kg eceng gondok kering. Dalam sebulan kapasitas produksi industri AKAR bisa mencapai 8000 produk setengah jadi dengan asumsi dalam satu produk menggunakan 2 kg eceng gondok kering. Pembuatan produk di industri AKAR dilakukan sesuai dengan banyaknya permintaan dari pemesan. Pembuatan produk kerajinan eceng gondok ini dimulai dengan proses penjemuran eceng gondok basah selam lima hari di Pantai Congot Kulon Progo. Jika cuaca tidak mendukung maka proses penjemuran bisa mencapai seminggu. Setelah lima hari, eceng gondok kering dibawa ke gudang penyimpanan kemudian ditimbang dan diantar ke rumah pengrajin untuk selanjutnya dianyam. Setelah dianyam, produk diproses lebih lanjut di industri yaitu disikat, dijemur, dilem, dijemur lagi, kemudian diwarnai dan kemudian dijemur kembali sampai proses terakhir yaitu pemasangan asesoris.
B. Input Pada pengukuran produktivitas ini, data input yang digunakan yaitu data pada tahun 2012 dan 2013. Tahun 2012 dijadikan periode dasar pada perhitungan indeks produktivitas karena pada tahun 2012 keadaan ekonomi lebih stabil dibanding tahun 2013 dimana pada tahun 2013 terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak yang berpengaruh pada kenaikan harga barang dan
22
bahan yang diperlukan dalam proses produksi. Data input ini merupakan data per tahun. Pada pengukuran produktivitas rasio output input, dibutuhkan data input berupa input bahan baku, input tenaga kerja, input energi, dan input modal. Melalui banyak sedikitnya penggunaan input-input tersebut dan dihadapkan pada output yang dihasilkan, akan diketahui tingkat produktivitas input pada masing-masing periode. Banyak sedikit input yang digunakan juga berpengaruh terhadap output yang dihasilkan dan berdampak pada tingkat produktivitasnya.
1. Tenaga Kerja Industri Aneka Kerajinan Alami Roni (AKAR) adalah industri yang masih memanfaatkan secara maksimal tenaga manusia karena industri ini bergerak di bidang kerajinan tangan. Tenaga kerja menjadi salah satu input penting yang mempengaruhi tingkat produktivitas. Industri AKAR ini adalah salah satu industri padat karya. Sebagian besar pekerjanya bekerja sebagai pengrajin produk. Pengrajin ini bekerja di rumah masing-masing dengan sistem target dimana dalam seminggu tiap pengrajin bisa menyelesaikan tiga sampai empat produk. Sebelumnya pengrajin AKAR dilatih dahulu agar memiliki keterampilan dasar dalam mengayam. Data input tenaga kerja 2012 dapat dilihat pada tabel 4.1. dan data input tenaga kerja 2013 dapat dilihat pada tabel 4.2.
23
Tabel 4.1. Input Tenaga Kerja periode 2012 Tahun 2012 Item Input
Waktu Kerja (bulan)
Gaji/ Orang (Rp)
Jumlah (Rp)
12
135.000,00
972.000.000,00
12
700.000,00
25. 200. 000, 00
12
600.000,00
324.000.000,00
Pengrajin 600 orang Pekerja bagian keuangan dan pemasaran 3 orang Pekerja bagian produksi 45 orang Total
1.321.200.000,00
Sumber : Aneka Kerajinan Alami Roni
Tabel 4.2. Input Tenaga Kerja periode 2013
Item Input Pengrajin 620 orang Pekerja bagian keuangan dan pemasaran 3 orang Pekerja bagian produksi 46 orang Total
Tahun 2013 Waktu Kerja Gaji /Orang (bulan) (Rp)
Jumlah (Rp)
12
150.000,00
1.116.000.000,00
12
750.000,00
270. 000.000,00
12
650.000,00
358.800.000,00 1.744.800.000,00
Sumber : Aneka Kerajinan Alami Roni
Berdasarkan tabel tersebut, dapat terlihat bahwa jumlah pengrajin bertambah dari 600 pada tahun 2012 menjadi 620 orang pada tahun 2013. Jumlah pengrajin yang bertambah ini akan berpengaruh pada tingkat output yang dihasilkan. Upah kerja per bulan yang didapat tiap pengrajin
24
sebesar Rp 135.000. Upah per bulan pengrajin tersebut disumsikan berdasarkan upah mingguan yang didapat yaitu berkisar antara Rp. 11.000 sampai Rp. 12.000 per produk yang dihasilkan. Sedangkan dalam seminggu seorang pengrajin mampu menghasilkan produk sebanyak 3 buah. Namun besarnya upah yang didapat per produk juga bergantung pada jenis produk yang dibuat. Semakin sulit pembuatannya, maka upah yang didapat semakin besar. Kemudian pada tahun 2013 upah pengrajin naik menjadi Rp 150.000, hal ini akan berpengaruh pada peningkatan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Sistem penggajian untuk pengrajin dan pekerja bagian produksi adalah per minggu. Untuk pekerja bagian produksi berjumlah 45 orang pada tahun 2012 dan menjadi 46 orang pada tahun 2013. Upah pekerja bagian produksi pada tahun 2012 adalah Rp. 600.000 per bulan dengan asumsi tiap minggu mendapatkan upah sebesar Rp. 150.000. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan upah menjadi Rp. 650.000 per bulan. Selanjutnya untuk pekerja bagian keuangan dan pemasaran menerima upah tiap dua minggu sekali yaitu saat awal bulan dan akhir bulan. Pada tahun 2012 upah yang diterima yaitu Rp. 700.000 per bulan sehingga dapat diartikan tiap dua minggu pekerja menerima upah Rp. 350.000. Sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan upah menjadi Rp. 750.000 per bulan sehingga upahnya menjadi Rp. 375.000 per dua minggu. Pengrajin dan pekerja di industri ini bersifat tidak tetap karena upah dibayar berdasarkan kehadiran pekerja dan produk yang dihasilkan.
25
Upah kerja dari pengrajin terbilang lebih kecil dibanding dengan pekerja bagian lainnya karena pengrajin mengerjakan produk di rumah masingmasing dan cenderung fleksibel mengenai waktu pengerjaan asalkan dapat memenuhi target yang telah disepakati. Sedangkan pekerja bagian keuangan dan pemasaran berjumlah 3 orang. Peningkatan upah yang dilakukan ini dinilai karena makin lama makin tinggi jumlah permintaan sehingga pihak industri dituntut untuk menyelesaikan permintaan dengan waktu yang lebih singkat. Pengerjaan produk dengan waktu singkat ini juga sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja sehingga upah tinggi menjadi salah satu alternatif untuk mempertahankan pekerja. Selain itu peningkatan upah ini juga terjadi karena adanya faktor kenaikan harga bahan bakar minyak.
2. Bahan Baku Eceng gondok merupakan bahan alami yang rentan terhadap kerusakan. Oleh sebab itu perlu dilakukan perlakuan khusus untuk menjaga keadaan bahan agar tetap berkualitas. Eceng gondok dibeli dalam keadaan basah dan masih hijau untuk kemudian dijemur sehingga warnanya menjadi kecoklatan dan tekstur nya kering. Walaupun kadar airnya sudah berkurang, eceng gondok tetap masih rentan terhadap kerusakan
terutama
terhadap
tumbuhnya
jamur.
Pihak
industri
menyiasatinya dengan tetap menjaga kelembaban gudang penyimpanan dan membersihkannya. Selain itu bahan baku yang digunakan adalah
26
bahan baku yang lebih dulu disimpan di gudang. Spesifikasi bahan eceng gondok yang digunakan yaitu yang memiliki panjang antara 50 sampai 70 cm dengan diameter 1 sampai 2 cm. Bahan baku juga merupakan salah satu input penting dalam proses produksi. Persediaan bahan baku yang memadai akan menjaga keberlangsungan proses produksi. Jumlah bahan baku yang mampu memenuhi permintaan produk akan mendukung terselesaikannya produk dalam waktu yang telah ditargetkan karena tidak perlu menunggu lagi datangnya bahan baku dari pemasok. Kebutuhan bahan baku tidak selalu tetap, tergantung permintaan produk dari pemesan. Seiring berjalannya waktu harga bahan baku juga mengalami peningkatan. Peningkatan harga bahan baku ini diiringi dengan kenaikan jumlah permintaan produk sehingga seiring biaya produksi yang meningkat, pemasukan industri pun meningkat. Data input bahan baku 2012 dapat dilihat pada tabel 4.3. dan input bahan baku 2013 dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.3. Input Bahan Baku periode 2012 Tahun 2012 Item Input Bahan baku eceng gondok
Kuantitas (kg)
Total
165342,25
Harga (Rp)
165342,25
4.000, 00
Jumlah (Rp) 661.369.000 661.369.000
Sumber : Aneka Kerajinan Alami Roni
27
Tabel 4.4. Input Bahan Baku periode 2013 Tahun 2013 Item Input Bahan baku eceng gondok (harga lama) Bahan baku eceng gondok (harga baru)
Kuantitas (kg)
Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
86421,93
4.000, 00
345.687.720
81615,55
4.750, 00
387.673.863
168037,48 Total Sumber : Aneka Kerajinan Alami Roni
733.361.583
Pada tabel 4.4. terdapat input bahan baku eceng gondok. Data tersebut adalah data bahan baku eceng gondok per tahunnya. Sedangkan untuk bahan tambahan lainnya seperti mendong dan pelepah pisang kering tidak didapatkan datanya dari industri. Pada bulan Juli 2013 harga bahan baku eceng gondok mengalami kenaikan harga. Bahan baku mengalami kenaikan harga dari Rp 4.000 menjadi Rp 4.750. Dengan adanya kenaikan harga tersebut, walaupun kuantitas bahan baku yang dibutuhkan lebih sedikit, tetap saja mengakibatkan peningkatan biaya input bahan baku.
3. Energi Dalam berjalannya suatu industri, tidak hanya dibutuhkan input berupa bahan baku, tenaga kerja, dan modal saja. Energi merupakan salah satu input yang mendorong berjalannya proses produksi. Energi merupakan bahan yang berperan sebagai penghasil daya untuk melancarkan suatu fungsi alat tertentu. Pada industri AKAR ini, energi
28
yang digunakan yaitu listrik, bensin, dan kayu bakar serta gas. Data kebutuhan input energi tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.5. dan data kebutuhan energi tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.5. Input Energi periode 2012
Item Input
Tahun 2012 Biaya/ bulan Jangka waktu (Rp) (bulan)
Jumlah (Rp)
Listrik
1.200.000,00
12
14.400.000,00
Bensin Kayu bakar dan gas
6.900.000,00
12
82.800.000,00
420.000,00
12
5.040.000,00
Total
102.240.000,00
Sumber : Aneka Kerajinan Alami Roni Tabel 4.6. Input Energi periode 2013
Item Input Listrik Bensin Kayu bakar dan gas Total
Tahun 2013 Biaya/ bulan Jangka waktu (Rp) (bulan) 1.500.000,00 12 10.000.000,00
12
1.150.000,00
12
Jumlah (Rp) 18.000.000,00 120.000.000,00 13.800.000,00 151.800.000,00
Sumber : Aneka Kerajinan Alami Roni
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa biaya kebutuhan energi meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2013 yaitu Rp 102.240.000 menjadi Rp 151.800.000. Semua input energi mengalami peningkatan penggunaan. Hal ini sebanding pula dengan meningkatnya permintaan produk dari konsumen yang mengharuskan aktivitas produksi menjadi lebih padat. Dengan meningkatnya aktivitas produksi, maka penggunaan peralatan produksi juga lebih sering dan energi yang digunakan akan semakin besar.
29
Selain itu pada tahun 2013 juga terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak yang berimbas pada kenaikan harga energi. Dapat dilihat pada data bahwa bensin mengalami peningkatan biaya yang paling besar dibanding energi lainnya. Energi merupakan salah satu input yang rentan mengalami kenaikan harga karena penentunya tidak berasal dari industri tapi dari pemerintah. Seperti harga listrik dan bensin misalnya, kenaikan cenderung akan terjadi sesuai dengan kebijakan pemerintah. Industri hanya dapat mengendalikan melalui banyak sedikitnya penggunaan energi.
4. Modal Modal merupakan input yang pasti ada dalam pembangunan sebuah usaha. Besar kecilnya modal yang dikeluarkan bergantung pada seberapa besar perusahaan yang akan dibangun. Input modal Industri AKAR tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut. Tabel 4.7. Input Modal Item Input
Modal per tahun Tahun 2012 (Rp)
Tahun 2013 (Rp)
Kendaraaan
130.000.000
220.000.000
Mesin dan
14.000.000
15.000.000
3.000.000
4.000.000
300.000.000
300.000.000
890.000
890.000
447.890.000
539.890.000
peralatan Maintenance Gedung Pajak
Bumi
dan Bangunan Total
Sumber : Aneka Kerajinan Alami Roni
30
Tabel diatas merupakan rincian modal industri AKAR. Karena adanya keterbatasan data dari narasumber, maka untuk rincian modal terdapat asumsi dari penulis. Untuk modal kendaraan berupa mobil pick up di tahun 2012 seharga Rp. 130.000.000. Mesin dan peralatan yang digunakan yaitu neraca digital, kompresor, sprayer dan berbagai peralatan tambahan lainnya seperti sikat dan sarung tangan sehingg keseluruhannya berjumlah Rp. 14.000.000. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan biaya karena jumlah permintaan meningkat sehingga memerlukan alat tambahan untuk mendukung proses produksi sehingga biaya yang dikeluarkan meningkat menjadi Rp. 15.000.000. Penulis mengasumsikan biaya pendirian bangunan sebesar Rp. 300.000.000 dan pajak bumi dan bangunan yang harus dibayar didapat dari perhitungan manual yang telah di atur dalam Perda Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 tahun 2013 (lampiran 3) sebesar Rp. 890.000 per tahun. Selanjutnya untuk tahun 2013 industri menambah kendaraan mobil pick up sehingga biaya modal bertambah menjadi Rp. 220.000.000. Secara keseluruhan industri mengeluarkan modal yang lebih besar di tahun 2013, dimana pada tahun 2012 modal yang dikeluarkan sebesar Rp 447.890.000 dalam setahun, sedangkan pada tahun 2013 modal yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 539.890.000. Modal yang meningkat ini seiring dengan peningkatan harga BBM sehingga menyebabkan peningkatan harga barang.
31
C. Output Industri Aneka Kerajinan Alami Roni menghasilkan berbagai macam produk kerajinan. Jenis produk yang dihasilkan disesuaikan dengan permintaan pemesan. Produk kerajinan ini memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran serta harga yang berbeda-beda. Makin sulit pembuatannya dan makin banyak bahan yang digunakan, maka harganya semakin tinggi. Berdasarkan data penjualan dari industri AKAR, maka didapatkan output produk yang dihasilkan padaperiode 2012 yang dapat dilihat pada tabel 4.8. dan data output produk periode 2013 ada pada tabel 4.9.
Tabel 4.8. Data Output Produk periode 2012 No.
Bulan
Kuantitas (buah)
Jumlah (Rupiah)
1.
Januari
7.754
326.259.500
2.
Februari
3.511
177.913.000
3.
Maret
7.017
236.130.100
4.
April
5.791
222.480.050
5.
Mei
10.577
359.717.800
6.
Juni
5.233
243.966.150
7.
Juli
7.242
309.668.650
8.
Agustus
3.127
124.250.450
9.
September
11.920
281.256.050
10.
Oktober
12.606
305.124.850
11.
November
14.386
306.654.150
12.
Desember
14.122
374.828.650
Jumlah 103.286 Sumber : Aneka Kerajinan Alami Roni
32
3.268.249.400
Tabel 4.9. Data Output Produk periode 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Kuantitas (buah) Januari 16.650 Februari 9.826 Maret 8.494 April 6.000 Mei 3.033 Juni 5.136 Juli 9.669 Agustus 7.700 September 6.647 Oktober 11.050 November 8.335 Desember 13.332 Jumlah 105.872 Sumber : Aneka Kerajinan Alami Roni
Jumlah (Rupiah) 656.128.000 242.235.500 327.292.500 235.259.000 130.135.500 208.659.850 269.407.175 204.012.500 235.652.500 386.039.500 385.011.000 453.857.000 3.733.690.025
Dari kedua tabel tersebut, terlihat bahwa kuantitas produk yang dijual meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2013. Data produk di atas merupakan data dari berbagai macam jenis dan ukuran produk. Masingmasing jenis produk memiliki harga yang berbeda. Produk dengan jenis sama namun ukuran berbeda pun memiliki harga yang berbeda pula. Angka rupiah dari tabel diatas didapat dari perkalian antara kuantitas produk dan harga produk jenis tersebut. Maka sebelumnya perlu dilakukan pengelompokkan produk sesuai dengan jenis dan ukuran yang sama.
D. Pengukuran Produktivitas periode 2012
1. Produktivitas Parsial a. Produktivitas Tenaga Kerja Berdasarkan rumus 3.3. maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut : 33
= 2,47
b. Produktivitas Bahan Baku Berdasarkan rumus 3.4. maka diapat hasil perhitungan sebagai berikut : = 4,9
c.
Produktivitas Energi Berdasarkan rumus 3.5. maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut : = 31,97
d. Produktivitas Modal Berdasarkan rumus 3.6. maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut : = 7,29
Dari hasil tersebut menunjukan nilai produktivitas tiap input yang digunakan meliputi input tenaga kerja, bahan baku, energi, dan modal. Nilai produktivitas parsial tenaga kerja yang diperoleh yaitu 2,47. Hal ini menunjukan bahwa setiap penggunaan input tenaga kerja sebesar Rp 1 juta akan menghasilkan output sebesar Rp 2,47 juta, demikian pula pada nilai produktivitas parsial lainnya dapat diinterpretasikan dengan cara tersebut.
34
2. Produktivitas Faktor Total Berdasarkan rumus 3.1. maka didapat hasil perhitungan output bersih sebagai berikut : 3.268.249.400 – (661.369.000 + 102.240.000) = 2.504.640.400 Sehingga perhitungan produktivitas faktor total yang didapat berdasar rumus 3.7. adalah : = 1,42
Nilai produktivitas faktor total periode 2012 adalah sebesar 1,42. Berdasarkan hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap penggunaan input tenaga kerja dan modal secara bersamaan sebesar Rp 1 juta maka akan dihasilkan output bersih sebesar Rp 1,42 juta. 3. Produktivitas Total Berdasarkan
rumus
3.8.
maka
didapatkan
perhitungan
produktivitas total sebagai berikut : = 1,29
Nilai produktivitas total periode 2012 adalah sebesar 1,29. Berdasarkan hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap penggunaan input total sebesar Rp 1 juta maka akan dihasilkan output total sebesar Rp 1,29 juta.
35
E.
Pengukuran Produktivitas periode 2013 1. Produktivitas Parsial
a. Produktivitas Tenaga Kerja = 2,14 b. Produktivitas Bahan Baku = 5,09 c. Produktivitas Energi = 24,59 d. Produktivitas Modal = 6,92 Dari hasil tersebut dapat terlihat nilai produktivitas tiap input yang digunakan meliputi input tenaga kerja, bahan baku, energi, dan modal. Nilai produktivitas parsial tenaga kerja yang diperoleh yaitu sebesar 2,14. Hal ini menunjukan bahwa setiap penggunaan input tenaga kerja sebesar Rp 1 juta akan menghasilkan output sebesar Rp 2,14 juta, demikian pula pada nilai produktivitas parsial lainnya dapat diinterpretasikan dengan cara tersebut.
2. Produktivitas Faktor Total Berikut adalah perhitungan output bersih : 3.733.690.025 – (733.361.583 + 151.800.000) = 2.848.528.442
36
Sehingga perhitungan produktivitas faktor total yang didapat adalah : = 1,25
Nilai produktivitas faktor total periode 2013 adalah sebesar 1,25. Berdasarkan hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap penggunaan input tenaga kerja dan modal secara bersamaan sebesar Rp 1 juta maka akan dihasilkan output bersih sebesar Rp 1,25 juta. 3. Produktivitas Total = 1,18
Nilai produktivitas total periode 2013 adalah sebesar 1,18. Berdasarkan hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap penggunaan input total sebesar Rp 1 juta maka akan dihasilkan output total sebesar Rp 1,18 juta. Data penggunaan input dan output yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10. Ringkasan ata Output-Input tahun 2012 dan 2013 No.
Item
Tahun 2012 (Rp)
Tahun 2013 (Rp)
1.
Output
3.268.249.400
2.
2.504.640.400
3.
Output bersih Input Tenaga Kerja
3.733.690.025 2.848.528.442
1.321.200.000
1.744.800.000
4.
Input Modal
447.890.000
539. 890.000
5.
102.240.000
151.800.000
7.
Input Energi Input Tenaga Kerja dan Modal Input Bahan Baku
8.
Input Total
2.532.699.000
6.
1.769.090.000
2.284.690.000
661.369.000
733.361.583
37
3.169.851.583
F. Indeks Produktivitas Dari hasil perhitungan produktivitas parsial masing-masing input pada tahun 2012 dan 2013, maka dapat dilakukan perhitungan indeks produktivitas guna mengetahui ada tidaknya perubahan sehingga dapat diidentifikasi apakah antara dua tahun tersebut terjadi peningkatan atau penurunan produktivitas.
Indeks
produktivitas
merupakan
perbandingan
antara
produktivitas periode tertentu dengan produktivitas periode dasar dikalikan seratus persen. Pada perhitungan indeks produktivitas ini, tahun yang dijadikan periode dasar adalah tahun 2012 karena pada tahun 2012 ini perekonomian lebih stabil dibandingkan tahun 2013 dimana pada tahun 2013 terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak. Berdasarkan rumus 3.9. maka didapatkan perhitungan indeks produktivitas tahun 2012 sebagai berikut : 1. Indeks Tenaga Kerja
2. Indeks Bahan Baku
3. Indeks Energi
4. Indeks Modal
38
Sedangkan perhitungan indeks produktivitas tahun 2013 adalah sebagai berikut : 1. Indeks Tenaga Kerja
2. Indeks Bahan Baku
3. Indeks Energi
4.Indeks Modal
Berdasarkan hasil perhitungan indeks pada tahun 2012 dan 2013 menunjukan bahwa terjadi penurunan produktivitas pada input tenaga kerja, energi dan modal dari tahun 2012 ke 2013. Sedangkan input bahan baku mengalami peningkatan produktivitas. Pada produktivitas tenaga kerja mengalami penurunan sebesar 13,36%. Lalu pada produktivitas pada produktivitas energi mengalami penurunan 23,08%. Sedangkan produktivitas bahan baku mengalami peningkatan sebesar 3,04% dan produktivitas modal mengalami penurunan sebesar 6,45%. Nilai perbandingan indeks produktivitas antara tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini.
39
Indeks Produktivitas
120
100 80 Tenaga Kerja
60
Bahan Baku
40
Energi
20
Modal
0 2012
2013
Tahun
Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Indeks tahun 2012 dan 2013 Berdasarkan nilai indeks produktivitas tersebut dapat diketahui adanya penurunan produktivitas pada input tenaga kerja, energi, dan modal dari tahun 2012 ke tahun 2013. Input tenaga kerja menurun dari 100% menjadi 86,64%. Input energi menurun dari 100% menjadi 76,92% dan input modal menurun dari 100% menjadi 93,55%. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan bahan bakar minyak. Kenaikan tersebut berimbas pada harga input energi yang digunakan.
Selain
itu
modal
yang dikeluarkan
bertambah
dengan
meningkatnya harga barang karena pada tahun 2013 pembelian alat-alat tambahan seperti sikat dan sarung tangan meningkat dibarengi dengan meningkatnya permintaan. Pada tahun 2013 pun industri menambah jumlah pengrajin sebanyak 20 orang dan menaikkan upah masing-masing pekerja sehingga biaya tenaga kerja mengalami peningkatan. Dihadapkan pada adanya kenaikan harga tersebut yang mempengaruhi harga input, industri tidak melakukan penaikan harga produk karena dinilai dari penjualan yang dilakukan industri masih mendapatkan keuntungan sebab jumlah permintaan
40
meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan input bahan baku mengalami peningkatan dari 100% menjadi 103,04%. Salah satu kriteria produktivitas yang meningkat adalah apabila output dan input sama-sama meningkat, namun kenaikan output harus lebih besar daripada input. Berdasarkan data bahan baku dan output, kedua item tersebut menunjukkan peningkatan kuantitas, dan output mengalami peningkatan yang lebih besar dibanding bahn baku sehingga bisa dikatakan bahwa produktivitas bahan baku mengalami peningkatan.
41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Produktivitas input tenaga kerja tahun 2012 sebesar 2,47 yang mengindikasikan bahwa setiap penggunaan input tenaga kerja sebesar Rp 1 juta akan menghasilkan output sebesar Rp 2,47 juta. Produktivitas input bahan baku sebesar 4,94. Kemudian input energi sebesar 31,97 sedangkan input modal sebesar 7,18 yang dapat diinterpretasikan dengan cara yang sama seperti input tenaga kerja. Kemudian produktivitas input tenaga kerja tahun 2013 yaitu 2,14. Lalu input bahan baku sebesar 5,09 sedangkan input energi sebesar 24,59 dan input modal sebesar 6,82. Produktivitas parsial tenaga kerja dan energi mengalami penurunan sedangkan bahan baku dan modal mengalami peningkatan. 2. Produktivitas faktor total yang didapat pada tahun 2012 sebesar 1,41 dimana setiap penggunaan Rp 1 juta input tenaga kerja dan modal bersamaan akan menghasilkan output sebesar Rp 1,41 juta. Sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 1,24. 3.
Produktivitas total tahun 2012 sebesar 1,29 dimana setiap penggunaan input total sebesar 1 juta maka akan menghasilkan output sebesar 1,29 juta. Sedangkan produktivitas total pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 1,18.
42
4. Adanya penurunan produktivitas pada beberapa input dan penurunan produktivitas faktor total dan total merupakan akibat dari pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak. Selain itu dikarenakan pada input tenaga kerja dilakukan penambahan pekerja dan penaikan upah. Namun pihak industri tidak melakukan penaikan harga produk karena dinilai sudah mendapat keuntungan dengan meningkatnya jumlah permintaan.
B. Saran 1. Sebaiknya industri memperbaiki perekapan data mengenai berbagai input yang digunakan serta output yang dihasilkan. Selain itu rekapan data setiap input dipisah (tenaga kerja, modal, energi,dan bahan baku). Pendataan
yang baik
ini
akan
memberikan kemudahan dalam
mengidentifikasi ada tidaknya kesalahan dalam aktivitas produksi. Selain itu ketransparansian segala aspek terutama keuangan juga lebih terjamin karena adanya bukti berupa data tertulis. 2. Sebaiknya
penggunaan
energi
lebih
dikendalikan
lagi
terutama
penggunaan bensin untuk transportasi dan listrik. Sebaiknya peralatan listrik segera dimatikan jika tidak digunakan lagi.
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Kerajinan Tangan dari Limbah Eceng Gondok. http://jurnalasia.com/2014/02/26/kerajinan-tangan-dari-limbah-ecenggondok/. diakses pada hari Kamis, 17 Juli 2014 pukul 13.05 WIB Bagir, A. dan Pradana G. E. 2011. Pemanfaatan Serat Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Pembuatan Komposit. eprints. undip. ac. id. diakses pada hari Rabu tanggal 21 Januari 2015 pukul 05.44 WIB
Gasperz, V. 1998. Manajemen Produktivitas Total. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Gerbono, A. dan Djarijah, A.S. 2005. Kerajinan Eceng Gondok. Kanisius. Yogyakarta
Herjanto, E. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta
Jurnalistik Kompas. 2010. Jelajah Musi, Eksotika Sungai di Ujung Senja. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta Mangkuprawira, S. dan Hubeis, V. A. 2007. Manajemen Mutu SDM. PT Ghalia Indonesia. Bogor Mulyadi. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Salemba Empat. Jakarta
Nurlaely, I., Zulkifli, H. dan Arita, S. 2007. Penggunaan H2O2 sebagai Bahan Pemutih Eceng Gondok dalam Industri Kerajinan untuk Menunjang Pendapatan Pengrajin Kecamatan Seberang Ulu Kota Palembang dalam Jurnal Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Daya Alam. Program Studi Pengelolaan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Palembang
44
Purnomo, H. 2004. Pengantar Teknik Industri. Graha Ilmu. Yogyakarta
Sumayang, L. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Operasi. Salemba Empat. Jakarta
Suvianti, V. 2002. Skripsi Analisis Produktivitas Tenaga Kerja di UD POT Sri Haryanto. FTP UGM. Yogyakarta Tinaprilla, N. dan Martawijaya, E.I. 2008. Punya Bisnis Sendiri Itu Nikmat. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta Tjiptoheriyanto, P. dan Nagib, L. 2008. Pengembangan Sumber Daya Manusia. LIPI Press. Jakarta
45
LAMPIRAN
46
Lampiran 1. Tabel Perbandingan Indeks Produktivitas tahun 2012 dan 2013
Tahun t Indeks 2012
2013
Tenaga Kerja
100 %
86,64 %
Bahan baku
100 %
103,04 %
Energi
100 %
76,92 %
Modal
100 %
93,55 %
47
Lampiran 2. Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan Perda Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2013 Untuk NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
Wajib Pajak A mempunyai objek pajak berupa : - Tanah seluas 700 m² dengan harga jual Rp. 700.000,00/m²; - Bangunan seluas 400 m² dengan nilai jual Rp. 1.000.000,00/m²; Besarnya pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut : NJOP Bumi : 700 m² x Rp. 700.000,00 = Rp. 490.000.000,00 NJOP Bangunan 400 m² x Rp. 1000.000,00 = Rp. 400.000.000,00 Jumlah NJOP Bumi dan Bangunan = Rp. 890.000.000,00 Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah adalah 0,1% PBB-P2 terutang = 0,1 % x Rp. 890.000.000,00 = Rp. 890.000,00
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69