BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Setiap perusahaan saat ini dituntut untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang tinggi dikarenakan semakin tingginya biaya yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk menjalankan roda perusahaan. Parameter yang biasanya digunakan untuk mengukur aspek efisiensi dengan tetap memperhatikan aspek efektivitas pencapaian tujuan adalah produktivitas. Dimana beberapa referensi mendefinisikan produktivitas sebagai rasio output terhadap input, yang juga dapat diartikan sebagai rasio pencapaian efektivitas dari tujuan yang ingin dicapai efisiensi proses dalam
menghasilkan
produk
terhadap
tingkat
tersebut. Untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi tersebut, banyak alternatif strategi dan pendekatan perbaikan yang dapat dikembangkan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkat produktivitas pada bagian produksi adalah penataan tata letak mesin– mesin produksi sehingga area kerja dan tata letak mesin–mesin produksi tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang diinginkan. PT. Nusira Crumb Rubber Medan merupakan salah satu perusahaan yang mencoba memperbaiki produktivitasnya dengan melakukan perubahan tata letak mesin–mesin produksinya. Produk yang dihasilkan perusahaan ini adalah crumb rubber (karet remah). Perubahan tata letak mesin–mesin produksi yang dilakukan, yaitu pada proses pre–cleaning dan milling. Proses pre–cleaning merupakan 20 Universitas Sumatera Utara
tahap awal pembersihan kontaminasi yang juga untuk mereduksi ukuran bahan olah karet rakyat (bokar) hingga memungkinkan kontaminasi yang berada pada bagian dalam karet dapat keluar. Proses milling merupakan proses pengolahan karet sebelum dilakukan pengeringan akhir yang biasanya disebut microblending yang berfungsi untuk homogenisasi dan mengurangi kadar kotoran pada karet. Proses milling sangat berpengaruh terhadap kualitas dan mutu crumb rubber yang dihasilkan seperti white spot (virgin rubber), kadar plastisitas awal (Po), kadar plasticity retention index (PRI), dan mooney viscosity, maka penanganan pada proses ini sangat dibutuhkan ketepatan dalam pengoperasian mesin terhadap bahan baku yang akan diolah serta permintaan crumb rubber yang diinginkan oleh konsumen. Pada tahun 1990 untuk menjalankan aktivitas proses produksi pre–cleaning dan milling tersebut, layout proses produksi pre–cleaning dan milling yang digunakan berbentuk ”U” sehingga penempatan mesin pada proses pre–cleaning dan milling pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan berbentuk ”U”. Jumlah mesin produksi yang digunakan sebanyak 47 jenis mesin, dan menggunakan 17 orang operator produksi pre–cleaning dan milling. Produk (blanket) yang dihasilkan pada mesin terakhir mengalami penumpukan dikarenakan untuk memindahkan blanket ke lift blanket masih menggunakan tenaga operator sebanyak 4 orang dan jarak yang ditempuh cukup jauh. Penggunaan layout proses produksi pre–cleaning dan milling tersebut produktivitas yang dihasilkan karyawan yaitu hasil produksi blanket sebesar 9–10 ton/jam, dan kualitas kadar kotoran (dirt content) blanket pada range kadar kotoran 11 Universitas Sumatera Utara
0,150–0,199 rata–rata diatas 15 %/bulan, sedangkan pada range kadar kotoran 0,100– 0,149 rata–rata diatas 62 %/bulan. Untuk menjaga kondisi mesin produksi pre– cleaning dan milling tetap optimal dan maksimal dilakukan perawatan mesin selama 2 hari. Pada Juni 2008 pembangunan/pembuatan layout proses produksi pre– cleaning dan milling telah selesai dikerjakan. Perubahan yang dilakukan PT. Nusira Crumb Rubber Medan yaitu posisi penempatan mesin pada proses pre–cleaning dan milling berbentuk ”Garis Lurus” sehingga aliran produk berbentuk ”Garis Lurus” (line). Jumlah mesin produksi yang digunakan sebanyak 33 jenis mesin dan menggunakan 11 orang operator produksi pre–cleaning dan milling. Produk (blanket) yang dihasilkan pada mesin terakhir tidak mengalami penumpukan dikarenakan untuk memindahkan blanket ke lift blanket telah menggunakan rel transfer dan 1 orang operator selain itu jarak yang ditempuh cukup dekat. Penggunaan layout proses produksi pre–cleaning dan milling tersebut produktivitas yang dihasilkan karyawan yaitu hasil produksi blanket sebesar 12–13 ton/jam, dan kualitas kadar kotoran (dirt content) blanket pada range kadar kotoran 0,150–0,199 rata–rata dibawah 7 %/bulan, sedangkan pada range kadar kotoran 0,100–0,149 rata–rata diatas 90 %/bulan. Untuk menjaga kondisi mesin produksi pre– cleaning dan milling tetap optimal dan maksimal dilakukan perawatan mesin selama 1 hari.
12 Universitas Sumatera Utara
I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Sejauhmana pengaruh tata letak mesin–mesin produksi yang terdiri dari penempatan mesin, jumlah mesin, dan luas area produksi terhadap produktivitas karyawan pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan. 2. Sejauhmana pengaruh performance mesin dan perawatan mesin terhadap kualitas hasil produksi pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan.
I.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis tata letak mesin–mesin produksi yang terdiri dari penempatan mesin, jumlah mesin, dan luas area produksi terhadap produktivitas karyawan pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh performance mesin dan perawatan mesin terhadap kualitas hasil produksi pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan.
13 Universitas Sumatera Utara
I.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang ilmu manajemen operasi dan produksi, khususnya mengenai pengaruh tata letak mesin–mesin produksi terhadap produktivitas karyawan. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemilik dan manajemen perusahaan PT. Nusira Crumb Rubber Medan terhadap perubahan tata letak mesin–mesin produksi dan produktivitas karyawan. 3. Sebagai menambah khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen. 4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa mendatang.
I.5. Kerangka Berpikir Setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, akan menghadapi persoalan layout. Semua fasilitas untuk produksi baik mesin–mesin, buruh dan fasilitas–fasilitas lainnya harus disediakan pada tempatnya masing–masing, supaya dapat bekerja dengan baik. Setiap susunan dari mesin–mesin dan peralatan produksi di suatu pabrik disebut layout. Jadi layout berhubungan dengan masalah penyusunan mesin dan peralatan produksi dalam pabrik. Persoalannya ialah
14 Universitas Sumatera Utara
bagaimana menyusun mesin–mesin dan peralatan produksi lainnya sehingga dapat menjalankan produksi seefektif mungkin.
15 Universitas Sumatera Utara
Menurut Wignjosoebroto (2000) bahwa, ”Pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik tersebut akan coba memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerak perpindahan material, penyimpanan material (storage) baik bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja dan sebagainya”. Menurut Roberta dan Bernard (2003) bahwa, ”Effective layout also : a) Minimize material handling costs, b) Utilize space efficiently, c) Utilize labor efficiently, d) Eliminate bottlenecks, e) Facilitate communication and interaction between workers, between workers and their supervisor, or between workers and customers, f) Reduce manufacturing cycle time and customer service time, g) Eliminate wasted or redundant movement, h) Facilitate the entry, exit, and placement of material, products, and people, i) Incorporate safety and security meansures, j) Promote product and service quality, k) Encourrage proper maintenance activities, l) Provide a visual control af activities, m) Provide flexibility to adapt to changing conditions, n) Increase capacity”. (Tata letak yang efektif memiliki yaitu : a) Meminumkan cost material handling, b) Menggunakan ruangan secara efisien, c) Menggunakan tenaga kerja secara efisien, d) Mengurangi bottlenecks, e) Memberikan fasilitas komunikasi dan interaksi antara pekerja, antara pekerja dan supervisor, atau antara pekerja dan konsumen, f) Mengurangi waktu manufaktur dan waktu layanan konsumen, g) Mengurangi pergerakan yang berlebih–lebihan, h) Memberikan fasilitas masukan, jalan keluar, dan penggantian dari material, produk, dan orang, i) Keselamatan kerja dan keamanan, j) Mempromosikan kualitas produk dan jasa, k) Mendorong aktivitas– aktivitas maintenance yang sesuai, l) Mempermudah aktivitas supervisi (pengawasan kerja), m) Menyediakan fleksibilitas kepada kondisi yang berubah–ubah, dan n) Peningkatan kapasitas). Menurut Heizer dan Render (2005) bahwa, “Desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk mencapai : a) Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi, b) Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih 16 Universitas Sumatera Utara
baik, c) Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman, d) Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik, e) Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan perlu dirubah)”. Layout yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur dan efisien semua fasilitas pabrik dan buruh (personel) yang ada didalam pabrik. Menurut Wignjosoebroto (2000) bahwa, “Tujuan perencanaan dan pengaturan tata letak pabrik yaitu : a) Menaikkan output produksi, b) Mengurangi waktu tunggu (delay), c) Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling), d) Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan service, e) Pendaya guna yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja dan/atau fasilitas produksi lainnya, f) Mengurangi inventory in–process, g) Proses manufakturing yang lebih singkat, h) Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator, i) Memperbaiki moral dan kepuasan kerja, j) Mempermudah aktivitas supervisi, k) Mengurangi kemacetan dan kesimpang– siuran, l) Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku ataupun produk jadi”. Menurut Pontas (2003) bahwa, ”Tujuan perencanaan tata letak pusat–pusat kerja atau mesin–mesin yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan operasi dan produksi dengan biaya pemindahan bahan yang paling kecil serta diperoleh jumlah dan mutu barang yang sesuai dengan yang diinginkan. Penempatan pusat-pusat kerja atau mesin–mesin tersebut dilakukan dengan mengusahakan agar jarak antara pusat–pusat kerja atau mesin–mesin tersebut menghasilkan biaya dan waktu pemindahan bahan yang paling hemat”. Sistem produksi yang efektif dan efisien perusahaan akan mampu mendayagunakan
segenap
sumber
daya
yang
dimilikinya
sehingga
dapat
meningkatkan produktivitasnya. Hal ini tidak hanya ditunjang oleh faktor teknologi, namun juga berbagai faktor lainnya seperti tanah, modal, tenaga kerja, keahlian, dalam pengorganisasian dan cara pengolahannya. Menurut Chase, Aquilano & Jacobs (2001) bahwa, ”Productivity is a common measure of how wel a country, industry, or business unit is using its resources or factors of production)”.
17 Universitas Sumatera Utara
(Produktivitas adalah satu ukuran umum suatu negara, industri, atau unit usaha yang menggunakan sumber dayanya atau faktor produksi). Menurut Griffin, (2002) bahwa, ”Sebuah perusahaan atau industri meningkatkan produktivitasnya secara umum dapat dibagi kedalam dua katagori luas : memperbaiki operasi dan meningkatkan keterlibatan karyawan”. Menurut Heizer dan Render (2005) bahwa, ”Produktivitas adalah perbandingan antara output (barang dan jasa) dibagi input (sumber daya, seperti tenaga kerja dan modal)”. Menurut Reksohadiprodjo (2003) bahwa, ”Produktivitas adalah peningkatan proses produksi, pembandingan yang membaik antara jumlah sumber daya yang dipergunakan dengan jumlah barang–barang dan jasa–jasa diproduksikan. Karyawan merupakan input paling penting bagi perusahaan, sehingga tingkat produktivitas tenaga kerja sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan perusahaan. Menurut Kussriyanto dalam Nasution (2005), ”Peningkatan produktivitas pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat bentuk atau cara, yaitu sebagai berikut :1) Pengurangan sedikit sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi yang sama, 2) Pengurangan sumber daya sekedarnya untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar, 3) Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar, 4) Penggunaan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah produksi yang jauh lebih besar lagi”. Menurut Waters, (2001) bahwa, ”Produktivitas parsial pada empat tipe sumber daya yaitu : 1) Produktivitas peralatan, seperti unit–unit yang dihasilkan oleh per jam mesin, atau mil jarak yang ditempuh per mobil, 2) Produktivitas buruh, seperti unit–unit yang dihasilkan oleh setiap orang atau jumlah ton yang dihasilkan per shift, 3) Produktivitas modal, seperti unit–unit yang dihasilkan per £1 yang diinvestasikan atau penjualan per unit modal, 4) Produktivitas energi seperti unit–unit output yang dihasilkan per kwh listrik, atau unit yang dihasilkan setiap £1 yang dibelanjakan untuk energi”.
18 Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar, pengaruh tata letak mesin–mesin produksi terhadap produktivitas karyawan dapat digambarkan dalam diagram berikut ini : Tata Letak Mesin–mesin Produksi a. Penempatan Mesin b. Jumlah Mesin c. Luas Area Produksi
Produktivitas Karyawan
Gambar I.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama Penemuan mesin–mesin dan peralatan mesin sebagian dari sejarah peradaban manusia dalam usaha peningkatan produktivitas buruh dan memperbanyak produk baik variasi/ragamnya maupun jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu dalam layout mesin produksi harus mempertimbangkan yaitu penggunaan mesin produksi antara lain meliputi performace mesin dan perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Wignjosoebroto, (2003) bahwa, ”Kemampuan/kinerja mesin atau fasilitas produksi yang terpasang menjadi begitu penting demi kelancaran dan pengendalian produksi”. Semua pabrik akan memerlukan aktivitas pemeliharaan (maintenance) untuk menjaga semua fasilitas yang dimiliki tetap optimal dalam menghasilkan produk. Perawatan (maintenance) merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga dari sistem produksi itu dapat diharapkan menghasilkan output sesuai dengan yang dikehendaki .
19 Universitas Sumatera Utara
Menurut Assauri (1993) bahwa, ”Pemeliharaan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan”. Secara garis besar, pengaruh performace mesin dan perawatan mesin terhadap kualitas hasil produksi dapat digambarkan dalam diagram berikut ini : Performance Mesin Perawatan Mesin
Kualitas Hasil Produksi
Gambar I.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua
I.6. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dalam kerangka berpikir diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Tata letak mesin–mesin produksi yang terdiri dari penempatan mesin, jumlah mesin, dan luas area produksi mempunyai pengaruh terhadap produktivitas karyawan pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan. 2. Performace mesin dan perawatan mesin mempunyai pengaruh terhadap kualitas hasil produksi pada PT. Nusira Crumb Rubber Medan.
20 Universitas Sumatera Utara