1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Globalisasi dan perkembangan teknologi yang relatif dinamis mempengaruhi
kegiatan dan kinerja perusahaan. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara efisien sehingga dapat menunjang peningkatan kinerja perusahaan. Salah satu indikator yang mencerminkan kinerja perusahaan adalah laporan keuangan yang harus dibuat oleh pihak manajemen secara periodik dan konsisten. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan memiliki tujuan untuk memberikan informasi mengenai posisisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK No. 1, 2012). Sehubungan dengan hal tersebut informasi yang terkandung dalam laporan keuangan haruslah mengandung konten yang relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. Baridwan (1997) menyatakan bahwa informasi laporan keuangan yang relevan haruslah mempunyai nilai prediktif (predictive value). Nilai prediktif ini merupakan
kemampuan informasi historis dalam memberikan ramalan posisi keuangan di masa depan. Laporan keuangan terdiri atas laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (PSAK No 1, 2012). Melalui SFAS No.95, pelaporan keuangan mulai mewajibkan adanya pelaporan arus kas. Di Indonesia hal ini diimplementasikan melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 yang menyatakan perusahaaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan. Informasi dari laporan arus kas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas atau setara kas dalam satu periode. Laporan arus kas dapat dipisahakan menjadi tiga kompenen: arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan. Ketiga komponen tersebut bersama informasi laporan keuangan lainnya memungkinkan para pengguna informasi untuk dapat mengembangkan model guna membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (Christiawan dan Yuwana, 2014). Laporan keuangan, khusunya laporan laba rugi komprehensif dan laporan arus kas, sampai saat ini masih menjadi indikator yang handal bagi penggunanya untuk mengurangi adanya risiko ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Komponen laporan keuangan utama yang digunakan dalam mengurangi risiko tersebut memberikan informasi atas laba dan arus kas yang dihasilkan perusahaan pada periode
tertentu. Kedua informasi tersebut digunakan sebagai prediktor dari arus kas masa depan. Farshadfar et al (2008) menyatakan bahwa pembuktian akan relevansi dari keinformatifan dan kemampuan prediktif dari arus kas dan laba merupakan hal yang cukup signifikan dan penting bagi pengguna laporan keuangan. Kemampuan prediktif ini menjadi salah satu indikator yang menjadi perhatian bagi pengguna laporan keuangan dan regulator, seiring dengan tingginya kebutuhan akan tingkat kualitas dan kegunaaan pengukuran akuntansi, khusunya yang berkaitan dengan kinerja perusahaan yang dicerminkan melalui arus kas di masa mendatang. Menurut Lorek dan Willinger (2006) prediksi akan arus kas juga dapat dilaksanakan untuk memberikan gambaran keadaan perusahaan di masa depan dan penilaian resiko yang mungkin terjadi. Prediksi arus kas masa depan merupakan hal yang cukup penting dilaksanakan bagi berbagai pihak, Hal ini dikarenakan adanya manfaat yang akan didapatkan baik bagi pihak internal ataupun eksternal perusahaan. Bagi pihak internal, seperti manajerial dan auditor internal, prediksi ini bermanafaat guna mengevaluasi aktivitas perusahaan sekarang dan di masa yang akan datang guna menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa sumber pendanaan eksternal. Sedangkan bagi pihak eksternal, seperti kreditor berguna untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek. Prediksi arus kas masa depan melalui informasi laba dan arus kas dilaksanakan melalui analisis seri waktu. Analisis ini memanfatkan pola sistemik dalam perilaku data
seri selama beberapa waktu pada saat meramalkan nilai berikutnya. Pada penelitian ini digunakanan analisis seri waktu yang didukung dengan ketersedian data arus kas dan laba perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada jangka waktu 2010 hingga 2012. Penelitian mengenai kemampuan prediktif informasi laba dan arus kas telah banyak dilakukan, namun terdapat beberapa perdebatan mengenai informasi mana yang mengandung nilai prediktif yang lebih baik, antara informasi laba yang berbasis akrual atau informasi arus kas yang berbasis kas. Penelitian sebelumnya dilaksanakan oleh Dechow, et al. (1998) yang membandingkan informasi dalam laporan laba dan laporan arus kas di New York Stock Exchange. Penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang fundamental dalam mengetahui kemampuan informasi laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas di masa depan. Penelitian dilaksanakan pada 1.337 perusahaan pada periode 1963-1992 dan menyatakan bahwa laba historis memiliki kemampuan lebih baik dalam memprediksi arus kas masa depan. Barth et al. (2001), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa laba memiliki kemampuan lebih baik dalam memprediksi arus kas masa depan dibandingkan dengan arus kas itu sendiri. Penelitian yang serupa telah dilaksanakan pula oleh Kim dan Kross (2002) yang menyimpulkan bahwa laba memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi masa depan dan akan memiliki kemampuan yang lebih baik daripada arus kas jika laba dipecahkan dalam komponen akrual. Dan kemampuan laba dalam memprediksi arus kas akan meningkat sepanjang waktu.
Ebaid (2011) menguji kemampuan prediksi laba dan arus kas dengan model cross sectional regression. Selain itu ia menguji kemungkinan disagregasi laba menjadi komponen akrual dan arus kas dalam meningkatkan kemampuan prediksi arus kas masa depan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa laba agrerat memiliki kemampuan lebih baik dalam memprediksi arus kas masa depan. Serta disagregasi akrual menjadi komponen utama seperti; perubahan dalam piutang dagang, utang dagang, depresiasi, amortisasi dan akrual lainnya, secara signifikan meningkatkan kemampuan prediksi laba. Shubita (2013) memperkuat kemampuan prediktabiltas laba dengan melaksanakan penelitian atas 362 perusahaan Yordania dengan periode tahun 20062011. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa laba bersama beban depresiasi dan amortisasi memiliki kemampuan prediksi lebih baik dibandingkan arus kas operasi terlapor. Dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan dalam menguatnya kemampuan prediksi laba tersebut. Walaupun Dechow, et al. (1998), Barth et al. (2001), Kim dan Kross (2002), Ebaid (2011), dan Shubita (2013) secara umum menyetujui bahwa informasi laba merupakan variabel yang baik dalam memprediksi arus kas di masa depan. Penelitian Finger (1994) dan Farshadfar et al. (2008) memiliki hasil yang berbeda, Finger menyimpulkan ketika memprediksi arus kas dalam jangka pendek, informasi arus kas akan lebih baik dibandingkan dengan laba. Ketika memprediksi laba dalam jangka panjang, kedua variabel memiliki kemampuan prediktif yang relatif sama. Finger juga menganalisi variabel yang baik dalam memprediksi laba di masa depan. Hasil analisis
menyatakan bahwa informasi laba merupakan variabel yang lebih baik dibandingkan arus kas dalam meprediksi laba di masa depan. Dalam penelitian lainnya, Farshadfar et al. (2008) telah membagi informasi arus kas dalam komponen yang lebih rinci dalam bentuk penelitian mengenai kemampuan prediktif laba, arus kas operasi, dan pengukuran tradisional arus kas atas 323 perusahaan Australia yang terdaftar dalam Australian Stock Exchange periode 1992-2004. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa arus kas operasi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memprediksi arus kas masa depan dibandingkan dengan pengukuran arus kas secara tradisional. Pada penelitian ini dinyatakan pula bahwa kemampuan prediksi laba dan arus kas operasi dipengaruhi oleh ukuran dan skala perusahaan, semakin besar perushaan semakin kuat kemampuan arus kas operasi dalam memprediksi arus kas masa depan. Untuk memberikan tanggapan terhadap penelitian sebelumnya, penelitian ini dilaksanakan untuk membandingkan informasi mana antara arus kas dan laba yang mememiliki nilai prediktif lebih baik dalam memberikan ramalan posisi keuangan di masa depan. Penelitian ini terinspirasi oleh Farshadfar et al. (2008) untuk menggunakan rincian komponen dari informasi arus kas yaitu arus kas dari aktivitas operasi. Selain memberikan bukti empiris atas informasi akrual dan arus kas terhadap prediksi arus kas masa depan, penelitian ini bermaksud untuk memberikan tambahan literatur atas penelitian sebelumnya yang masih terbatas dan memberikan hasil yang kontradiktif. Sebagian besar penelitian mengenai prediktabilitas informasi laba dan
arus kas sebelumnya dilaksanakan pada developed market (Inggris, Amerika Serikat, dan Australia). Ebaid (2011) menyatakan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk menemukan bukti atas kemampuan prediksi laba dan arus kas pada emerging market seperti Indonesia, hal ini dikarenakan karakteristik yang berbeda antara developed dan emerging market sehingga hasil penelitian sebelumnya tidak dapat digeneralisasi. Penelitian sebelumnya mengenai prediktabilitas arus kas dan laba di Indonesia dilaksanakan oleh Parawiyati & Baridwan (1998) yang menyimpulkan bahwa laba memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingakan arus kas, sebaliknya Farshadfar et al. (2008) membuktikan bahwa informasi arus kas lebih baik dalam memprediksi arus kas masa depan. Penelitian ini dilakukan kembali untuk memberikan bukti empiris atas emerging market Indonesia pada periode 2010-2012 yang notabene dipengaruhi oleh adanya krisis global tahun 2008 dan 2012. Shubita (2013) mengatakan adanya signifikansi dalam kandungan informasi pengukuran arus kas dan laba khusunya pada periode pasca krisis keuangan, hal tersebut telah menjadi perhatian bagi pengguna laporan keuangan eksternal berkaitan dengan kualitas dan kegunaan pengukuran akuntansi, terutama berkaitan dengan kinerja perusahaan. Penelitian ini didorong pula dengan adanya perubahan standar akuntansi keuangan di Indonesia yang telah dikonvergensikan terhadap International Financial Reporting Standars (IFRS). Salah satu perubahan signifikan yang berpengaruh pada penelitian ini adalah PSAK No. 1 mengenai penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statement) dan PSAK No. 2 mengenai pelaporan arus kas. Kedua aturan ini mewajibkan perusahaan untuk melaporkan laba yang dimilikinya
dalam format laporan laba rugi komprehensif dan melaporkan arus kas secara periodik (IAI, 2012). Dimana, menurut Yuniartha (2011) informasi akuntansi yang disediakan laba rugi komprehensif dan laporan arus kas lebih memiliki daya penjelas dalam menjelaskan return saham di masa depan. Sehingga, peneliti ingin mengetahui apakah informasi laba bersih dalam format laporan laba rugi komprehensif dan arus kas operasi dalam laporan arus kas berpengaruh pula terhadap kemampuan prediksi arus kas masa depan. Meninjau kembali penelitian-penelitian sebelumnya, populasi yang digunakan cenderung terbatas pada sektor tertentu. Menurut Syafriadi (2002), penelitian yang terbatas pada sektor tertentu dapat mengakibatkan hasil penelitian yang tidak dapat digeneralisasi untuk keseluruhan jenis industri. Sehingga, populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah semua perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sementara itu jangka waktu tiga tahun (2010-2012) digunakan dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui kemampuan prediktif dari informasi laba dan arus kas guna memprediksi arus kas di masa depan dalam jangka waktu pendek, dan dengan rentang waktu tiga tahun diharapkan peneliti mendapatkan sampel populasi yang cukup guna pengembangan model penelitian. 1.2
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan sebelumnya, terdapat
beberapa rumusan permasalahan yang ingin peneliti ketahui mengenai nilai prediktif dari informasi laba dan arus kas. Rumusan masalah tersebut adalah:
1. Apakah informasi laba berperan sebagai variabel yang signifikan dalam memprediksi arus kas masa depan? 2. Apakah informasi arus kas operasi berperan sebagai variabel yang signifikan dalam memprediksi arus kas masa depan? 3. Apakah informasi laba berperan sebagai variabel yang lebih signifikan dibandingkan dengan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan? 1.3
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan bukti empiris
mengenai variabel yang lebih signifikan antara informasi laba dan arus kas operasi dalam memprediksi arus kas masa depan. 1.4
MOTIVASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan karena adanya beberapa perdebatan dari hasil
penelitian sebelumnya mengenai variabel yang lebih baik dalam memprediksi informasi posisi keuangan di masa depan. Penelitian ini berusaha memberikan bukti empiris pada emerging market Indonesia pasca krisis, dimana penelitian sebelumnya yang terfokus hanya pada developed market. 1.5
KONTRIBUSI PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada beberapa pihak,
diantaranya : 1. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai bagaimana menjalankan sebuah penelitian empiris yang baik.
2. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baru dan pengetahuan lebih lanjut dalam analisis informasi laba dan arus kas dalam memprediksi posisi keuangan di masa depan. 3. Bagi pengguna laporan keuangan, penelitian ini diharapkan dapat membantu pengguna lapotan keuangan dalam merumuskan keputusan ekonomi berbasis informasi laporan keuangan. 4. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan refensi yang lebih banyak pada studi dengan isu yang sama. 1.6
SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memberikan gambaran mengenai penelitian ini, maka dalam
penulisannya akan dibagai menjadi lima bab, dengan rincian sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Dalam bab ini dikemukakan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontibusi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II
Kerangka Teori dan Pengembangan Hipotesis Dalam bab ini berisikan dasar teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini serta pembangunan hipotesis yang ada. Bab ini meliputi kerangka teori, penelitian terdahulu dan pembangunan hipotesis.
Bab III
Metodologi Penelitian Dalam bab ini dikemukakan metode penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Bab ini meliputi jenis dan sumber data, populasi, sampling, variabel penelitian dan model penelitian.
Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dan analisis hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Meliputi deskripsi objek, analisis
data dan
pembahasan. Bab V
Penutup Bab ini merupakan rangkaian akhir dalam penelitian yang meliputi kesimpulan dan saran.