BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI,2009). Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau paling tidak akan mempertahankan status sehat mempertahankan
kesehatan
yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam
tersebut
mengakibatkan
terjadinya
pemanfaatan
pelayanan kesehatan yang ada, baik pengobatan tradisional maupun pengobatan modern. Namun hubungan antara sehat dengan permintaan pelayanan kesehatan tidaklah sesederhana itu. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya jarak, tarif maupun pelayanan kesehatan yang memuaskan atau tidak, tapi juga dipengaruhi oleh faktor akan konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit (Notoatmodjo, 2003). Sejak dahulu manusia telah mengenal beberapa jenis penyakit, cara pencegahan dan pengobatannya. Dengan menggunakan akal pikiran dan berdasarkan pengalaman mereka mencoba melakukan berbagai cara untuk menjaga kesehatan. Pengobatan yang dilakukan baik secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga pengobat
Universitas Sumatera Utara
tradisional (dukun, datu, maupun tabib) maupun pengobatan serta penyembuhan jenis penyakit yang dilakukan secara modern dengan memanfaatkan tenaga medis serta dengan mempergunakan peralatan kedokteran yang serba modern. Kedua jenis cara ini saling berbeda dan tidak dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh masyarakat, baik masyarakat di perkotaan maupun yang berada di pedesaan. Hal ini tergantung bagaimana pola pencarian pengobatan yang dipahami oleh individu tersebut dan yang berkembang di lingkungan sekitar (Tinendung, 2009). Seorang pengobat tradisional mengatakan bahwa sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, badan lemah atau sakit. Pada penyakit batin tidak ada tandatanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat gerakannya lincah kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit-sakit badan (Embong, 2010). Pengobatan tradisional erat kaitannya dengan budaya suatu suku bangsa yang mendiami suatu wilayah geografis tertentu. Pengobatan tradisional ini juga lazim digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota – kota besar. Perbedaaan mendasar antara pengobatan modern dan pengobatan tradisional adalah bahwa pengobatan modern lebih menganggap bahwa manusia lebih bersifat materialistik (darah, tulang, daging, dan mengabaikan aspek spritual manusia) dan menggunakan obat- obat dan alat- alat yang semakin canggih untuk mendiagnosa pasiennya. (Wan. Sri, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan yang disadari atau tidak disadari. Merugikan kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan si pelaku sendiri atau orang-orang lain atau suatu kelompok. Perilaku manusia merupakan
hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,sikap, dan tindakan Sesuai dengan batasan ini perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2007). Merupakan fakta bahwa sebagian anggota masyarakat dalam mencari pemecahan masalah kesehatan atau kebiasaan mencari pengobatan (health seeking behaviour), yaitu sebagian besar masyarakat di Indonesia akan mencoba mengobati sendiri terlebih dahulu kalau sakit dengan cara atau bahan tradisional sehari-hari dipergunakan di lingkungan keluarga atau meminta pertolongan kepada dukun. Kalau belum berhasil baru mereka pergi ke tempat-tempat pelayanan kesehatan, hasilnya akan jauh lebih baik daripada tidak mengobati (Agoes & Jacob,1996). Dampak yang sering terjadi atas perilaku pencarian pengobatan adalah pemilihan obat yang dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu jika pengobatan yang dipilih tidak tepat, serta kemungkinan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari ilan obat, tidak egektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit berpikir dan bertindak objektif karena pemilihan obat
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Holt,Gary A. & Edwin L.Hall.,1986). Sementara di Indonesia, sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang saling berhubungan yaitu pengobatan sendiri, pengobatan medis profesional, dan pengobatan tradisional. Didapati 62,65% penduduk Indonesia yang sakit melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke pengobatan medis, pengobat tradisional, dan tidak berobat. Pengobatan sendiri adalah upaya pengobatan sakit menggunakan obat atau cara lain tanpa petunjuk dokter, pengobatan sendiri merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan bagi semua orang yang memungkinkan masyarakat dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Depkes RI, 2009). Berdasarkan Profil Kesehatan RI tahun 2011 diketahui 10 penyakit terbesar yang harus di rawat inap di RS pada tahun 2011 adalah diare, DBD, demam tifoid dan paratifoid,penyakit kehamilan dan persalinan lainnya, dispepsis, hipertensi essensial, cedera intrakranial, infeksi saluran nafas akut lainnya, dan pneumonia sedangkan 10 penyakit terbesar rawat jalan di Indonesia antara lain peringkat pertama ada penyakit infeksi saluran nafas bagian atas akut dan lainnya, cedera, penyakit kulit dan subkutan lainnya, gangguan refraksi, diare dan gastroentritis oleh penyebab infeksi tertentu, dispepsia, penyakit pulpa dan periapikal, hipertensi primer, konjuntivitis, dan penyakit telinga (Profil Kesehatan RI,2011). Hasil Susenas 2007 menunjukkan penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam waktu kurun satu bulan ada sebanyak 30,90%, dari penduduk yang mengeluh sakit 65,01% memilih pengobatan sendiri menggunakan obat dan atau obat tradisional. Ada sebanyak 82,28% penduduk yang menggunakan obat untuk
Universitas Sumatera Utara
pengobatan sendiri. Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan penuh dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di provinsi Bali yaitu 55,04% yang diikuti oleh Sumatra Barat 50,75% dan DKI Jakarta sebesar 50,71 %. Sedangkan daerah dengan persentase terendah adalah Sulawesi Tenggara sebesar 28,03%, Kalimantan Tengah sebesar 28,10% dan Maluku sebesar 31,97%. Persentase penduduk yang mengobati diri sendiri selama sebulan penuh di Provinsi Lampung adalah 21,3% (Susenas, 2007). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2005, mendapati persentase penduduk Indonesia yang berobat ke Puskesmas adalah sebesar 37, 26 persen (21,9 juta jiwa); ke praktik dokter sebesar 24,39 persen (14,3 juta jiwa); ke poliklinik sebesar 3,86 persen (2,27 juta jiwa); rumah sakit pemerintah sebesar 6,01 persen (3,5 juta jiwa); dan ke rumah sakit swasta sebesar 3,32 persen (1,95 juta jiwa) (Ikatan Dokter Indonesia, 2007). Pada kenyataanya dalam masyarakat terdapat beraneka ragam konsep sehat sakit yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan kesehatan. Timbulnya perbedaan tentang konsep sehat sakit ini disebabkan adamya persepsi sakit yang berbeda antara masyarakat dan penyelenggara kesehatan (Notoatmodjo 2003). Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2011, sarana pelayanan kesehatan milik swasta ( RSU, Rumah Bersalin, Praktik Dokter, Pengobatan Tradisional, Apotek, Toko Obat Tradisonal) mengalami peningkatan dari 22,85 % pada tahun 2010 menjadi 29,90% pada tahun 2011, sedangkan pelayanan kesehatan milik pemerintah (RSUD, Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu,
Universitas Sumatera Utara
Poskesdes, Posyandu,dan Gudang Farmasi) menurun akibat meningkatnya jumlah sarana pelayanan kesehatan swasta yaitu 77,11 % pada tahun 2010 menjadi 70,06 % pada tahun 2011, terdapat juga satu milik BUMN yaitu RSU GL. Tobing Tanjung Morawa. Pada tahun 2011 di Kabupaten Deli Serdang terdapat 23 Puskesmas yaitu 16 Puskesmas perawatan dan 17 Puskesmas non perawatan yang berada di 22 Kecamatan juga terdapat 104 unit Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling (Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang,2011). Cakupan Kunjungan rawat jalan di Puskesmas maupun di RSU mengalami peningkatan yaitu 28,80 % pada tahun 2009, menjadi 30,82 % tahun 2010 dan 43,63 % pada tahun 2011. Jumlah kunjungan rawat jalan di Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 sebanyak 788.534 kunjungan dengan rincian 554.824 (70,36 %) di Puskesmas 233.710 (29,64 %) di RSU. Cakupan kunjungan rawat inap baik di Puskesmas dan RSU Kabupaten Deli Serdang mengalami fluktuasi dalam tiga tahun terakhir yaitu 3,58 pada tahun 2009, turun menjadi 2,25 % pada tahun 2010 dan meningkat 3,33 % pada tahun 2011, jumlah kunjungan rawat inap di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 sebanyak 60.089 kunjungan dengan 1.501 (2,49%) di Puskesmas dan 58.588 kunjungan (97,51%) di RSU (Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang jumlah tahun 2011 jumlah peserta Jamkesmas mengalami penurunan yaitu 20,89 % tahun 2011 menjadi 21,09 % tahun 2010 dan 21,11% tahun 2009, pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 377,561 orang miskin yang dicakup oleh Jamkesmas. Masyarakat di Desa Patumbak Kampung sebenarnya memiliki banyak masalah kesehatan, dari data
puskesmas dapat diketahui penyakit di Desa Patumbak
Universitas Sumatera Utara
Kampung yang terbanyak adalah ISPA. Penyakit lainnya yang diderita masyarakat adalah Obsfebris, karies gigi, TB paru, Hipertensi, Gastritis, Diare. Data Puskesmas Patumbak Kampung menunjukkan bahwa, masyarakat kurang menggunakan pelayanan puskesmas itu terlihat hanya sekitar 11% atau sekitar 1450 orang dari jumlah penduduk yang tinggal di desa Patumbak Kampung yaitu sebanyak 14.431 jiwa yang menggunakan puskesmas begitu juga dengan warga yang ada di Dusun VI Patumbak Kampung. Daerah di Desa Patumbak Kampung merupakan daerah perindustrian yang terdapat banyak pabrik, Di dusun VI saja terdapat 6 buah pabrik dan juga dilalui oleh mobil- mobil truk yang menyebabkan udara menjadi sangat berdebu dan kotor. Hal itu juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat yang tinggal di Desa Patumbak Kampung dan tingginya angka masyarakat yang terkena penyakit ISPA. Pelayanan kesehatan
didirikan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat
membutuhkannya. Namun kenyataannya masyarakat baru mau mencari pengobatan setelah benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Hal inipun bukan berarti mereka harus mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern , tetapi juga ke fasilitas tradisional yang kadang-kadang menjadi pilihan masyarakat yang pertama. Berdasarkan hasil pengamatan awal di desa ini ada 4 pola pengobatan yang berkembang pada masyarakat di desa Patumbak, melakukan pengobatan sendiri terhadap penyakit yang diderita, dengan menggunakan pengobatan tradisional, menggunakan pengobatan medis modern, dan menggabungkan jenis pengobatan modern dan tradisional. Secara umum pola pencarian pengobatan yang paling dominan dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan pengobatan sendiri
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan pada umumnya masyarakat memiliki pengetahuan dan teknik khusus dalam meramu obat yang sesuai dengan penyakitnya dengan memanfaatkan bahanbahan atau tanaman-tanaman yang tersedia di lingkungannya. Proses pencarian pengobaan sebagian besar dimulai dengan membeli obat di warung lalu dilanjutkan ke pengobatan tradisional pada akhirnya apabila tidak sembuh pergi berobat ke pengobatan modern. Di Desa Patumbak Kampung ini juga terdapat beberapa pengobatan tradisional seperti tukang pijat, paranormal, pijat tunanetra, dukun patah. Kebanyakan dari masyarakat lebih memilih untuk berobat ke pelayanan pengobatan tradisional ini untuk mengobati berbagai macam penyakit mereka. Apabila merasa tidak enak badan maka kebanyakan masyarakat akan menggunakan jasa tukang pijat, salah satu tempat pijat yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Patumbak Kampung adalah Terapi Abadi, pasien yang berobat ke tempat ini kebanyakan adalah yang menderita sakit stroke. Begitu juga masyarakat yang mengalami patah tulang, luka bakar biasanya keluarganya akan memilih untuk mengobati dirinya ataupun anggota keluarganya ke seorang dukun patah. Untuk luka bakar tidak sedikit masyarakat yang memilih untuk mengobati ke pengobatan tradisional, dan juga apabila sudah berobat ke Rumah Sakit biasanya masyarakat akan melanjutkan pengobatannya ke pengobatan tradisional. Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul gambaran perilaku pencarian pelayanan pengobatan pada masyarakat di Dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang .
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimanakah gambaran perilaku pencarian pelayanan pengobatan pada masyarakat Dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang . 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran perilaku pencarian pelayanan pengobatan pada masyarakat Dusun VI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. 1.3.2. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui gambaran faktor internal yang mempengaruhi perilaku masyarakat dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang dalam pencarian pelayanan pengobatan. 2) Untuk mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku masyarakat Dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang dalam pencarian pelayanan pengobatan. 3) Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang dalam pencarian pelayanan pengobatan. 4) Untuk mengetahui sikap masyarakat Dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang dalam pencarian pelayanan pengobatan.
Universitas Sumatera Utara
5) Untuk mengetahui tindakan masyarakat Dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang dalam pencarian pelayanan pengobatan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Data dari hasil penelitian ini dapat sebagai data tambahan atau pertimbangan bagi Dinas Kesehatan mengenai sikap, tindakan, dan perilaku pencarian pelayanan pengobatan pada masyarakat. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi Puskesmas untuk meningkatkan penyuluhan mengenai kesehatan agar pembangunan kesehatan tercapai. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi individu dalam pemilihan tempat pengobatan. 4. Menambah informasi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara