BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten yang memiliki beragam potensi wisata dengan keunikan yang khas dan siap untuk memanjakan para pengunjungnya. Beragam potensi wisata tersebut diantaranya yaitu Gunung Kelud, Simpang Lima Gumul, Gereja Puhsarang, Sumber Podang, Candi Tegowangi, Candi Surowono, Petilasan Sri Aji Joyoboyo, dan masih banyak lagi yang lainnya. Diantara beragam potensi wisata tersebut, yang menjadi salah satu unggulan di Kabupaten Kediri adalah wisata Gunung Kelud. Objek wisata Gunung Kelud mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena itu, perkembangan tersebut harus dibarengi dengan pengelolaan dan sistem pemasaran yang baik. Sehingga, tujuan dari pembangunan pariwisata itu sendiri dapat tercapai secara maksimal. Pembangunan kepariwisataan mempunyai peran penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan devisa negara, memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, serta sebagai sebuah industri yang diyakini mampu untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat. Wisata Gunung Kelud mempunyai beragam daya tarik wisata yang unik dan sulit untuk ditemukan di tempat lain. Salah satu daya tarik unik dari Gunung Kelud yaitu mempunyai kawah berwarna hijau yang kemudian berubah menjadi
1
2
Anak Gunung Kelud akibat erupsi tahun 2007. Pada tanggal 13 Februari 2014, Gunung Kelud mengalami erupsi kembali. Hal tersebut menjadikan Gunung Kelud mempunyai tampilan wajah baru dan sangat berbeda apabila dibandingkan dengan sebelumnya. Akibat adanya erupsi, aktifitas pariwisata di Gunung Kelud sempat terhenti selama beberapa minggu. Beberapa fasilitas dan daya tarik wisatanya banyak yang mengalami kerusakan, bahkan ada pula yang hilang akibat tertimbun material vulkanik. Pada tanggal 8 Maret 2014, kawasan wisata tersebut resmi dibuka kembali. Sejak peristiwa erupsi, masyarakat sekitar yang bekerja di sektor pariwisata secara praktis mengalami perubahan pendapatan dan pola penghidupan. Hal tersebut dikarenakan modal penghidupan mereka banyak yang mengalami kerusakan bahkan ada pula yang hilang. Bencana erupsi sangat berdampak pada wisata alam. Dampak tersebut mulai dari perubahan kondisi objek wisata, jumlah kunjungan dan ekonomi masyarakat setempat yang bekerja di sektor pariwisata. Dampak yang dihasilkan akibat erupsi tidak selalu negatif, tetapi bisa juga erupsi tersebut berdampak positif terhadap objek wisata dan aktifitas di dalamnya. Dari latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul “Dampak Erupsi Terhadap Industri Pariwisata Di Kawasan Wisata Gunung Kelud Kabupaten Kediri”.
3
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi objek wisata Gunung Kelud pasca erupsi pada 13 Februari 2014 lalu? 2. Bagaimana dampak erupsi Gunung Kelud terhadap jumlah kunjungan wisatanya? 3. Bagaimana dampak erupsi Gunung Kelud terhadap perekonomian masyarakat setempat yang bekerja di sektor pariwisata?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kondisi objek wisata Gunung Kelud pasca erupsi pada 13 Februari 2014 lalu. 2. Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Kelud terhadap jumlah kunjungan wisatanya. 3. Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Kelud terhadap perekonomian masyarakat setempat yang bekerja di sektor pariwisata.
4
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu: A. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan pada objek wisata Gunung Kelud agar pariwisata dapat berkelanjutan. B. Manfaat Teoritis Berguna untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dalam menganalisis “Dampak Erupsi terhadap Indutri Pariwisata Di Kawasan Wisata Gunung Kelud” yang terletak di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri.
1.5 Tinjauan Pustaka Adapun penelitian sebelumnya yang mengangkat permasalahan yang hampir sama dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Samino (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Ekonomi Banjir Lahar Dingin Erupsi Gunung Api Merapi Tahun 2010 (Studi Kasus: Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kab. Sleman)” dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Hasil analisis yang diperoleh yaitu tanpa memasukkan unsur bantuan yang diterima, banjir lahar dingin berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga yang tetap tinggal di rumah dan tinggal di hunian sementara. Apabila memasukkan unsur bantuan, banjir lahar dingin berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga yang tinggal di rumah dan
5
tidak berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga yang tinggal di hunian sementara. Kemudian, dari sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga, banjir lahar dingin tidak berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga baik yang tetap tinggal di rumah maupun di hunian sementara. 2. Mardotillah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penghidupan Pelaku Usaha Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 Penduduk Desa Hargobinangun,
Kecamatan
Pakem,
Kabupaten
Sleman”
dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh yaitu 95% warga pelaku usaha pariwisata melanjutkan usahanya di sektor pariwisata. Modal penghidupan yang digunakan adalah modal alam, modal manusia, modal finansial, modal sosial, dan modal fisik. Modal penghidupan yang terkena dampak negatif paling besar adalah modal finansial. Satu tahun pasca erupsi, kegiatan wisata di Desa Hargobinangun tidak stabil, jumlah wisatawan yang berkunjung turun drastis dan pendapatan pelaku usaha wisata turun hingga 75%. 3. Arifika (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Dampak Bencana Lahar Dingin Pasca Letusan Gunung Api Merapi Terhadap Ketahanan Sosial Ekonomi (Studi Kasus Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil
yang diperoleh yaitu terjadi penurunan
kondisi ekonomi yang ditandai dengan perubahan mata pencaharian. Sebelum bencana, mayoritas penduduk (42% responden) bekerja sebagai buruh tani, sesudah bencana mayoritas penduduk (38% responden) bekerja sebagai buruh
6
pasir, pendapatan masyarakat berkurang, pengeluaran berkurang, kesehatan menurun, prestasi pendidikan menurun dan interaksi sosial melemah. Dari Tinjauan Pustaka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian mengenai Dampak Erupsi Terhadap Industri Pariwisata Di Kawasan Wisata Gunung Kelud Kabupaten Kediri belum ada yang meneliti. Penulis mengambil tinjauan pustaka tersebut sebagai acuan dalam penelitian ini.
1.6 Landasan Teori 1.6.1 Objek Wisata Menurut Soekadijo (1996:52) dalam bukunya Anatomi Pariwisata, objek wisata dapat berupa: a. Potensi Alam Yang dimaksud alam di sini adalah alam fisik, flora dan fauna. Ketiga-tiganya selalu berperan bersama dengan modal kebudayaan dan manusia, maka akan menjadi sebuah objek wisata. b. Potensi Budaya Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan dalam arti luas tidak hanya meliputi “kebudayaan tinggi” seperti kesenian atau perikehidupan kraton dan sebagainya, akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan perilaku kebiasaan. c. Potensi Manusia Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik kedatangan wisatawan. Potensi manusia, daya pengelolaan objek, daya penampilan hasil karya dan aktifitas.
7
1.6.2 Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10,2009:3). Ismayanti (2010:150), pengelolaan daya tarik wisata alam dapat memberikan manfaat antara lain: a. Ekonomi Dapat dikembangkan sebagai tempat yang mempunyai nilai ekonomis. Contoh: potensi terumbu karang merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk, pesisir, bahkan devisa negara. b. Ekologi Dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan atau perairan. c. Estetika Memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam atau bahari. d. Pendidikan dan penelitian Merupakan objek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.
8
e. Jaminan masa depan Keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang. Suwena dan Widyatmaja (2010:85) mengatakan bahwa daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan pada: a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih. b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. c. Adanya ciri khusus/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. d. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. e. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adat dan lain-lain.
1.6.3 Produk Industri Pariwisata Menurut Yoeti (2005:3), produk industri pariwisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan tempat dimana ia biasa berdiam, selama berada di daerah tujuan wisata yang dikunjungi, hingga ia kembali pulang ke tempat asalnya semula. Pada dasarnya produk industri
9
pariwisata terdiri dari tiga komponen yang erat hubungannya antara yang satu dengan yang lain, yaitu: a. Aksesibilitas Daerah Tujuan Wisata Yaitu semua yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan saat berkunjung pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), yang termasuk dalam kelompok ini adalah (1) infrastruktur: bandara, pelabuhan, jalur kereta, jalan raya, jembatan; (2) transportasi: pesawat terbang, kapal pesiar, kapal laut, taxi, bus: (3) peraturan pemerintah: peraturan tentang transportasi, peraturan tentang visa; (4) prosedur operasional: peraturan tentang tarif, kualitas pelayanan, perubahan harga. b. Fasilitas Daerah Tujuan Wisata Fasilitas fungsinya adalah memenuhi kebutuhan wisatawan selama tinggal untuk sementara waktu di DTW yang dikunjungi. Yang termasuk dalam kelompok ini menurut Victor T. C. Middleton dalam Yoeti (2005:4) adalah (1) akomodasi: hotel, motel, appartement, villa; (2) restoran, bar & cafe; (3) transportasi di daerah tujuan wisata: taxi, kereta, mobil sewaan, sepeda sewaan; (4) olahraga dan aktivitas: ski, golf, berlayar, memancing, dll; (5) outlets: travel agent, toko obat, dll; (6) pelayanan lainnya: salon, TIC (Tourist Information Center), polisi pariwisata, dll. c. Atraksi Wisata Yaitu semua yang menjadi daya tarik mengapa wisatawan tertarik datang berkunjung pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW). Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah (1) daya tarik alam: pemandangan alam, pantai,
10
iklim; (2) daya tarik budaya: sejarah dan cerita rakyat, agama, pertunjukan dan museum, acara spesial, festival dan kontes; (3) daya tarik sosial: gaya hidup penduduk sekitar, bahasa, dan kesempatan untuk pertemuan spesial; (4) daya tarik yang berupa bangunan: bangunan bersejarah, arsitektur modern, monumen, kebun, dermaga, pasar yang menjual barang-barang tertentu.
1.6.4 Gunung Api Pesona Pariwisata Menurut Sudrajat (t.t:119) dalam bukunya yang berjudul Seputar Gunung api dan Gempa Bumi mengatakan bahwa gunung api berpengaruh besar dalam peri kehidupan manusia. Ia membawa kesan yang sangat mendalam. Walaupun gunung api seringkali menghacurkan, namun dalam keadaan yang tenang ia menopang kehidupan manusia. Lapukan batuan gunungapi mendatangkan kesuburan bagi tanaman. Mineral-mineral yang masih segar yang dibawa abu gunung api, seola-olah merupakan pupuk yang tak henti-hentinya ditabur dari langit. Gunung api bukan hanya membawa kesuburan, tetapi juga memberikan kenikmatan (amenities) kepada umat manusia. Gunung api menyuguhkan kepada kita keadaan alam yang unik. Topografinya yang menjulang memberikan kepada kita pemandangan yang luas ke daerah sekitarnya.
1.6.5 Dampak Ekonomi Pariwisata Menurut Pitana dan Diarta (2009:184) suatu destinasi wisata yang dikunjungi wisatawan dapat dipandang sebagai konsumen sementara. Mereka datang ke daerah tersebut dalam jangka waktu tertentu, menggunakan sumber
11
daya dan fasilitasnya dan biasanya mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan, dan kemudian meninggalkan tempat tersebut untuk kembali ke rumah atau negaranya. Jika wisatawan yang datang ke destinasi tersebut sangat banyak, mengeluarkan segitu banyak uang untuk membeli berbagai keperluan selama liburannya, tidak dapat dibantah bahwa hal itu akan berdampak pada kehidupan ekonomi daerah tersebut, baik langsung maupun tidak langsung. Dampak ekonomi yang ditimbulkannya dapat bersifat positif maupun negatif. Cohen (1984) dalam Pitana dan Diarta (2009:185) mengemukakan bahwa dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar, yaitu: 1. Dampak terhadap penerimaan devisa 2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat 3. Dampak terhadap kesempatan kerja 4. Dampak terhadap harga-harga 5. Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan 6. Dampak terhadap kepemilikan dan control 7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya 8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah
12
1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan objek wisata Gunung Kelud yang terletak di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Penelitian ini akan dilakukan pada Bulan Februari-Juli 2014.
1.7.2 Sumber Data 1. Data primer Data yang diperoleh secara langsung dari narasumber dengan cara melakukan wawancara dan observasi di lapangan. Data primer tersebut berupa informasi hasil wawancara kepada pengelola objek wisata Gunung Kelud, masyarakat sekitar yang bekerja di sektor pariwisata, dan para wisatawan serta hasil pengamatan langsung terhadap kondisi objek wisata pasca erupsi. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia, sehingga dapat langsung digunakan dalam penelitian, seperti data letak geografis Gunung Kelud, data sosial ekonomi berupa data mata pencaharian, data jumlah penduduk, dan data luas penggunaan tanah Desa Sugihwaras, data informasi pariwisata dan budaya di objek wisata Gunung Kelud, seperti legenda Gunung Kelud, proses Ritual Larung Sesaji Gunung Kelud, tarif retribusi, data kunjungan wisatawan ke objek wisata dan Teater Gunung Kelud, serta data tamu yang menginap di hotel sekitar Gunung Kelud.
13
1.7.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya: 1. Metode Observasi (Pengamatan) Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari pengamatan kondisi objek wisata Gunung Kelud sebelum dan sesudah erupsi. 2. Metode Wawancara Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara lisan kepada narasumber yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Wawancara yang dilakukan menggunakan metode wawancara terpimpin yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti (Utama dan Mahadewi,2012:65). Adapun yang diwawancarai adalah para pedagang, penyedia jasa ojek, pengelola penginapan, pengelola objek wisata Gunung Kelud, pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri serta wisatawan yang melakukan kunjungan di objek wisata Gunung Kelud. 3. Studi Pustaka Studi pustaka ini dilakukan dengan jalan mengkaji buku-buku literature, yaitu mengutip atau merujuk bagian-bagian yang kiranya mempunyai kaitan dengan penelitian ini.
1.7.4 Teknik Analisis Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan adalah analisis deskriptif kualitatif. Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000:29), metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
14
atau menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat. Data mentah yang telah diperoleh kemudian ditafsirkan, disusun, dan disajikan untuk menjadi suatu informasi.
1.8 Sistematika Penulisan a. Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, serta metode penelitian yang digunakan dalam penulisan. b. Bab II Gambaran Umum Berisi tentang letak geografis, mata pencaharian penduduk, produk wisata Gunung Kelud yang meliputi aksesibilitas, fasilitas dan atraksi wisata, serta tarif retribusi. c. Bab III Pembahasan Dalam bab ini akan berisi tentang pembahasan mengenai dampak erupsi terhadap kondisi objek wisata Gunung Kelud, jumlah kunjungan, dan perekonomian masyarakat setempat yang bekerja di sektor pariwisata. d. Bab IV Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diharapkan dari penelitian ini.