BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seperti dikatakan Quinn (via Sarumpaet, 2010:1) sastra adalah “tulisan yang
khas, dengan pemanfaatan kata yang khas, tulisan yang beroperasi dengan cara yang khas, dan menuntut pembaca yang khas pula”. Lukens (via Nurgiyantoro, 2010 b:3) mengatakan bahwa sastra menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Sastra hadir kepada pembaca pertama-tama adalah memberikan hiburan, hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk memanjakan fantasi, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh suspense, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tahu dan merasa terikat karenanya, “mempermainkan” emosi pembaca sehingga ikut larut ke dalam arus cerita, dan kesemuanya itu dikemas dalam bahasa yang juga tidak kalah menarik. Lukens juga menegaskan bahwa tujuan memberikan hiburan, tujuan menyenangkan dan memuaskan pembaca, tidak peduli pembaca dewasa maupun anak-anak, adalah hal esensial dalam sastra. Berbeda dengan sastra dewasa, secara teoretis, sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak “dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa” (Davis via Sarumpaet,2010:2). Namun tidak dipungkiri, pada saat ini terdapat banyak penulis anak-anak yang menulis sastra anak. Menurut Lukens (via Nurgiyantoro, 2010b:8). 1
2
perbedaan antara anak dengan dewasa bukan terdapat pada spesiesnya atau hakikat kemanusiaannya, melainkan pada tingkat pengalaman dan kematangan. Sastra anak adalah sastra yang khas, sastra yang paling diusahakan dengan baik karena pemahaman atas kehidupan anak yang khas sekaligus kompleks (Sarumpaet, 2010:12).Itulah sebabnya, meskipun sastra anak itu bermaksud menghibur,tetapi tetap harus bersifat mendidik. Dalam sastra anak, ada bermacam-macam jenisnya yang salah satunya adalah cerita fantasi. Cerita fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita. Cerita fantasi sebenarnya juga menampilkan berbagai peristiwa dan aksi yang realistik, tetapi di dalamnya juga terdapat sesuatu yang sulit diterima (Nurgiyantro, 2010b:20). Cerita fantasi dapat menampilkan tokoh dan alur yang hampir sepenuhnya fantastik, yang artinya derajat kebenarannya dipertanyakan, atau gabungan antara unsur realistik dengan fantastik (Nurgiyantoro, 2010 b:20). Cerita fantasi yang menjadi objek penelitian ini adalah sebuah cerita anak yang berjudul ar-Rā‘ī asy-Syujā‘ karyaMuḥammad ‘Aṭiyyah al-Ibrāsyī, setebal 45 halaman. Dalam cerita ini dikisahkan tentang seorang penggembala yang baik hati dan pemberani.Cerita anak ini termasuk dalam cerita fantasi karena hampir seluruh cerita ini tidak realistik. Untuk meneliti sastra anak dapat dilakukan dengan beberapa analisis, antara lain analisis struktural, analisis historis, analisis transaksi, analisis psikoanalitik, dan
3
analisis feminis (Sarumpaet, 2010:39-47). Penelitian ini menggunakan analisis struktural. Analisis struktural adalah analisis yang mengkaji hubungan unsur-unsur yang terlibat dalam membangun sebuah karya sastra yang utuh (Ratna, 2011:76). Analisis struktural terhadap sastra anak tidak jauh berbeda dengan analisis terhadap sastra dewasa.Keduanya sama-sama mengkaji unsur-unsur instrinsik karya sastra. Unsur cerita fiksi anak adalah unsur-unsur cerita yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur-unsur intrinsik cerita anak adalah tokoh dan penokohan, alur dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar, tema dan moral, sudut pandang, serta stile dan nada (Nurgiyantoro, 2010 b:221). Sebuah karya sastra adalah sebuah totalitas yang dibangun oleh berbagai unsur (pembangun)-nya.Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams via Nurgiyantoro, 2010 a:36). Sebagai sebuah karya sastra, cerita anak ar-Rā‘ī asy-Syujā‘karyaMuḥammad ‘Aṭiyyah al-Ibrāsyī merupakan sebuah struktur yang dibangun oleh unsur-unsur intrinsik yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mengetahui makna yang ada dalam cerita anak dapat dilakukan dengan analisis struktural, yaitu dengan menganalisis unsur-unsur instrinsiknya dan keterkaitan antarunsur tersebut.
4
1.1
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita anak ar-Rā‘ī asySyujā‘karyaMuḥammad
‘Aṭiyyah
al-Ibrāsyī
dan
bagaimana
keterkaitan
antarunsurnya dalam menghasilkan makna.
1.2
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menjabarkan unsur-unsur instrinsik yang terdapat pada cerita anak ar-Rā‘ī asySyujā‘karyaMuḥammad ‘Aṭiyyah al-Ibrāsyī dan keterkaitan antarunsurnya dalam menghasilkan makna.
1.3
Tinjauan Pustaka Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian mengenai sastra anak telah
dilakukan oleh Mustamin (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Cerita Anak alBintu wa al-Asadkarya Muḥammad ‘Atiyyah al-Ibrāsyi: Analisis Struktural”. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa unsur-unsur intrinsiknya adalah tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.Temanya adalah cinta sejati itu memerlukan pengorbanan yang besar.Tokoh utamanya adalah putri dengan tokohtokoh tambahan lainnya yang membantu menghidupkan cerita.Alur ceritanya mampu menunjukkan jati diri dan kehidupan para tokoh. Latar tempat berada disekitar Laut Merah, sedangkan latar waktunya secara umum terjadi saat musim dingin. Latar
5
sosial mengangkat kehidupan sosial masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai pedagang dan petani.Sudut pandang menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.Keterkaitan antarunsurnya erat dan bersifat saling mendukung dalam mengungkapkan makna. Putri (2012) juga telah melakukan penelitian terhadap karya sastra anak dalam skripsinya yang berjudul “Unsur-unsur Intrinsik Cerita Anak al-Arānib wa Bi`ru alMa` Karya Syihāb Sulṭān: Analisis Struktural”. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa tokoh ada dua jenis, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.Tokoh utamanya adalah kelinci putih.Alur ceritanya lurus dan padat, diceritakan melalui tiga tahap, awal, tengah, dan akhir. Tema pada cerita tersebut adalah persaudaraan akan membuahkan rasa kepedulian untuk menolong saudaranya yang mengalami kesulitan tanpa memperdulikan perlakuan buruk di masa lalu. Latar tempat dan latar waktunya tergambar dalam ilustrasi.Sudut pandang orang ketiga dan hubungan antarunsurnya saling berkaitan dan saling mendukung. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas cerita anak ar-Rā‘ī asy-Syujā‘ karya Muḥammad ‘Aṭiyyah al-Ibrāsyī belum pernah diteliti dan layak diteliti untuk menambah khazanah penelitian tentang sastra anak dalam bahasa Arab.
1.4
Landasan Teori Teori yang digunakan dalam melakukan penelitian pada cerita anak ar-Rā‘ī
asy-Syujā‘karyaMuḥammad ‘Aṭiyyah al-Ibrāsyī adalah teori struktural. Sebuah teks
6
sastra sebenarnya adalah sebuah kesatuan dari berbagai unsur yang membentuknya (Nurgiyantoro, 2010 b:221). Dalam penelitian cerita anak ini lebih difokuskan terhadap unsur-unsur intrinsik tanpa menisbikan peran unsur ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik cerita fiksi anak adalah tokoh, alur cerita, latar, tema dan moral, sudut pandang, serta stile dan nada (Nurgiyantoro, 2010 b:221). Tokoh cerita adalah seorang pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya lewat alur, baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 2010 b:222). Menurut Nurgiyantoro (2010 b:225-229), tokoh tergolong menjadi beberapa jenis, tokoh rekaan dan sejarah, tokoh protagonis dan antagonis, tokoh putih dan hitam, tokoh datar dan bulat, serta tokoh statis dan berkembang. Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita (Stanton, 2007:26).Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2007:35).Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat (Stanton, 2007:36).Moral, amanat, atau message dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan dan mendidik (Nurgiyantoro, 2010 b:265). Kehadiran pesan moral sangat diperlukan untuk karya sastra anak, mengingat bahwa anak-anak masih membutuhkan sebuah panduan yang mendidik. Sudut pandang pada hakikatnya adalah sebuah cara, strategi,
7
atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya (Nurgiyantoro, 2010 b:269). Stile (gaya bahasa) dan nada merupakan dua hal yang terkait erat. Jika stile berkaitan dengan masalah pilihan berbagai aspek kebahasaan yang dipergunakan dalam sebuah teks kesastraan, nada adalah sesuatu yang terbangkitkan oleh pemilihan berbagai bentuk komponen stile tersebut.Jadi, nada pada hakikatnya merupakan sesuatu yang terbentuk dari pemilihan stile.
1.5
Metode Penelitian Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan di atas, maka metode
penelitian yang digunakan adalah metode analisis struktural karya sastra yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro. Menurut Nurgiyantoro (Nurgiyantoro, 2010 a:37) metode analisis struktural, dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita ini,yakni tokok dan penokohan, alur, latar, tema dan moral, sudut pandang, stile dan nada, dan hubungan antarunsurnya. Mula-mula diidentifikasikan, misalnya, bagaimana alur, tokoh dan penokohan, latar, tema dan moral, sudut pandang, serta stile dan nada.Setelah itu dijelaskan bagaimana fungsifungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya dan bagaimana hubungan antarunsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu. Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersama-sama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.
8
Metode analisis struktural dilakukan melalui metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendiskripsikan fakta-fakta yang menyangkut unsur-unsur intrinsik yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2011:53). Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menganalisis dalam penelitian ini adalah mengidentifikasikan dan mendiskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada cerita anak ini yaitu, tokoh dan penokohan, alur, latar, tema dan moral, sudut pandang, serta stile dan nada, kemudian mencari hubungan antarunsurnya dalam menghasilkan makna.
1.6
Sistematika Penulisan Penulisan hasil penelitian dibagi dalam empat bab.Bab I berisipendahuluan
yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi.Bab II berisibiografi Muḥammad ‘Aṭiyyah al-Ibrāsyī, sastra anak di dunia Arab, serta sinopsis ar-Rā‘ī asy-Syujā‘. Bab III berisi analisis struktural cerita anak ar-Rā‘ī asy-Syujā‘karya Muḥammad ‘Aṭiyyah al-Ibrāsyī. Bab IV berisi kesimpulan.
1.7
Pedoman Transliterasi Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini berdasarkan pada
keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 tahun 1987/05436/U/198
9
a. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
tidak dilambangkan
ب
bā`
tidak dilambangkan B
tā`
T
Te
Ṡā`
ṡ
es (dengan titik diatasnya)
Jīm
J
Je
hā`
ḥ
ha(dengan titik di bawahnya)
خ
khā`
Kh
Ka dan ha
د
Dal
D
De
Żal
Ż
zet (dengan titik di atasnya)
ر
rā`
R
Er
ز
Zai
Z
Zet
Sīn
S
Es
Syīn
Sy
es dan ye
ṣād
ṣ
es (dengan titik di bawahnya)
Dād
ḍ
de (dengan titik di bawahnya)
ṭāˋ
ṭ
te (dengan titik di bawahnya)
ظ
ẓāˋ
ẓ
ع
‘ain
‘
zet (dengan titik di bawahnya) koma terbalik (di atas)
غ
Gain
G
Ge
fāˋ
F
Ef
ت ث ج ح
ذ
س ش ص ض ط
ف
Be
10
Huruf Arab
Nama Qāf
Huruf Latin Q
Keterangan Ki
Kāf
K
Ka
lām
L
El
mīm
M
Em
nūn
N
En
wāwu
W
We
ه
Hāˋ
H
Ha
ء
hamzah
′
ي
Yā`
Y
ق ك ل م ن و
apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata Ye
b. Vokal Vokal bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong, dan vokal panjang.
Vokal tunggal
Vokal rangkap
Tanda
Latin
Tanda
Latin
ﹷ
a
ﻱ...ﹶ
ai
ﹻ
i
ﻭ...ﹶ
au
ﹹ
u
Vokal panjang Tanda ﻯ...َ
Latin ﺍ...ﹶ
ā
ﻱ...ﹻ
ī
ﻭ...ﹸ
ū
11
a. Tā` Marbūṭah Transliterasi untuk tā` marbūṭah ada dua.Pertama, tā` marbūṭah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, atau ḍammah, transliterasinya adalah /t/.Kedua, tā` Marbūṭah mati atau mendapat sukūn, transliterasinya adalah /h/.Kalau pada kata yang terakhir dengan tā` marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta kedua kata itu terpisah, maka tā` marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh:
اﳌﻨﻮرة ّ اﳌﺪﻳﻨﺔ:al-Madinah al-Munawwarah atau al-Madinatul-Munawwarah. b. Syaddah Tanda Syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh :
ّﻧﺰل:
nazzala
c. Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /I/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut.
12
Contoh:
اﻟﺸﻤﺲ ّ : asy-syamsu Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /I/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
اﻟﻘﻤﺮ: al-qamaru d. Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah dan akhir kata. Bila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh :
إ ّن
: inna,
ﻳﺄﺧﺬ
: ya`khużu,
ﺷﻲء: syai`un e. Penulisan Kata Pada dasarnya, setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan
13
dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh :
اﻟﺮازﻗﲔ ّ وإ ّن اﷲ ﳍﻮ ﺧﲑ: Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn atau Wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn f. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya, huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh :
و ﻣﺎ ﳏﻤﺪ إﻻّ رﺳﻮل: Wa
mā Muḥammadun illā rasūl