BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin banyak investor yang tertarik untuk melakukan investasi di sektor ini. Properti dan real estat merupakan aset yang memiliki nilai investasi yang tinggi, dan dinilai cukup aman dan stabil. Harga properti dan real estat (khususnya rumah) mengalami kenaikan sekitar 10% setiap tahunnya. Sebab itu, sebuah rumah memiliki potensi mengalami kenaikan harga dua kali lipat dalam 510 tahun ke depan (Dosmaria, 2013). Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media masa. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Efek beruntun dari kredit perumahan itu membuat beberapa perusahaan keuangan besar di Amerika dan juga perusahaan lain di seluruh dunia bangkrut (Adiwarman, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sektor properti dan kredit perbankan sangat mempengaruhi perekonomian di Amerika Serikat. Sebagai Negara yang merupakan pusat ekonomi dunia,
efek
beruntun perlambatan ekonomi
1
AS
tadi sangat
2
mempengaruhi kinerja pasar uang dunia. Pengaruh dari krisis finansial akan lebih besar jika terjadi di pasar bebas seperti saat ini. Kesimpulannya krisis ekonomi Amerika Serikat sangat menentukan kondisi dan stabilitas ekonomi global, termasuk di Negara Indonesia yang masih tergantung dari kondisi perekonomian Amerika Serikat. Pengaruh langsung krisis finansial global terhadap perekonomian di Negara Indonesia yaitu pengaruh terhadap keadaan indeks bursa saham Indonesia. Kepemilikan asing yang masih mendominasi dengan porsi 66% kepemilikan saham di BEI, mengakibatkan bursa saham rentan terhadap keadaan finanial global karena kemampuan finasial para pemilik modal tersebut (Tempo Interaktif, 2008). Pengaruh lain krisis financial global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat suku bunga. Dengan naik turunnya kurs dollar, suku bunga akan naik karena Bank Indonesia akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Kedua, gabungan antara pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak pada sektor investasi dan sektor riil, dimana investasi di sektor riil seperti properti dan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam hitungan semesteran akan sangat terganggu. Pengaruhnya pada investasi di pasar modal, krisis global ini akan membuat orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat yang menarik untuk berinvestasi karena kondisi makro yang kurang mendukung (Adiwarman, 2008). Kondisi pertumbuhan makro ekonomi yang terjadi dalam lima tahun terakhir ini dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut ini.
3
Tabel 1.1 Indikator Makro Ekonomi Indonesia Tahun 2008 – 2013 Tahun
Indikator Makro
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Inflasi
10.30%
4.90%
5.13%
5.38%
4.28%
6.97%
Suku Bunga
8.60%
7.15%
6.50%
6.58%
5.77%
6.48%
9.692
10407.8
9086.9
8776.0
9389.1
10502,7
Nilai Tukar USD-IDR
Sumber : www.bi.go.id Seperti yang terlihat pada Tabel 1.1, inflasi di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat tinggi pada tahun 2008 yang disebabkan krisis global pada tahun tersebut. yang menyebabkan peningkatan inflasi berasal dari lonjakan harga komoditif terutama minyak dan pangan. Lonjakan harga tersebut berdampak pada kenaikan harga barang yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) seiring dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi (www.segneg.go.id) dalam (Dosmaria, 2013). Kemudian Pada Tahun 2009, inflasi mengalami penurunan cukup drastis, yaitu sebesar 4.90%. hal ini dapat dikatakan penurunan persentase terbesar sepanjang tahun 2008 sampai 2013. Pada bulan November 2009 tingkat inflasi Indonesia merosot hinga mencapai angka 2.41%. Tingkat inflasi yang terlalu rendah pada dasarnya tidak baik bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Lamban nya pergerakan pertumbuhan perekonomian juga menyebabkan harga
4
saham bergerak lamban akibatnya membuat volume perdagangan saham menjadi bergerak stabil. Tahun 2010 sampai 2011 terjadi peningkatan walaupun hanya sedikit, kemudian di tahun berikut nya terjadi penurunan mencapai 4.28%. Rendahnya tingkat inflasi ini didukung oleh faktor musim, harga komoditas pangan yang sedang turun, dan penundaan kenaikan tarif listrik dan BBM bersubsidi. Tetapi setelah itu ditahun berikutnya terjadi peningkatan inflasi yang cukup tinggi mencapai 6.97%. Pada indikator suku bunga, juga terjadi penurunan setiap tahunnya. Tingkat suku bunga terendah terdapat pada tahun 2012. Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI Rate sebesar 5,75 % karena dipandang masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali yang sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012-2013, yaitu 4,5% ± 1% (www.bi.go.id). Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. Hal ini ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai Rp 11.711 per dolar AS pada bulan November 2008. Pada masa krisis ini terjadi keketatan likuiditas global. Para investor dari Amerika menarik kembali dananya untuk menangani keuangan di negaranya, sehingga terjadi aliran keluar modal asing yang menyebabkan supply dolar relatif sangat menurun. Hal ini lah yang menyebabkan efek depresiasi terhadap rupiah (Dosmaria, 2013). Namun krisis moneter yang melanda Indonesia sampai sekarang telah memporak porandakan perekonomian Indonesia yang semula mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, sehingga menimbulkan terjadinya inflasi.
5
Akibat inflasi yang terus menerus meningkat dan peningkatannya tidak dapat dikendalikan. Membuat semua bidang ekonomi terkena imbasnya dan nilai tukar rupiah akan meningkatkan harga tradable goods dalam mata uang domestik. Akibatnya harga –harga dalam negeri juga akan meningkat melalui exchange rate pass through.(Wijoyo&Santoso,1999:11) Tingkat suku bunga bank juga sangat berpengaruh terhadap inflasi. Jika suku bunga bank rendah, maka masyarakat tidak tertarik untuk menyimpan uang nya di bank dan memilih uang nya digunakan untuk bentuk kegiatan ekonomi lain. Akibatnya jumlah uang beredar tinggi dan terjadilah inflasi. Tingkat investasi yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa suatu Negara. Sehingga dengan perekonomian yang baik diharapkan menjaga nilai tukar rupiah dalam keadaan stabil. Selain itu masuknya investasi asing ke dalam negeri juga mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang. Tingkat investasi dilihat dari volume perdagangan saham. Krisis moneter adalah kondisi yang tidak menguntungkan bagi Indonesia, khususnya pasar modal. Harga saham di Bursa Efek sempat turun hingga menyentuh nilai nominalnya, nilai tingkat bunga SBI tinggi, nilai tukar rupiah merosot tajam akibatnya volume perdagangan saham mengalami fluktuasi yang sangat besar. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti akan memfokuskan obyek penelitian tentang “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Laju Inflasi, dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
6
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka perumusan masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Apakah Nilai Tukar Rupiah berpengaruh terhadap harga saham properti dan real estat di BEI? 2. Apakah Laju Inflasi berpengaruh terhadap harga saham properti dan real estat di BEI? 3. Apakah suku bunga berpengaruh terhadap harga saham properti dan real estat di BEI? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk menjawab variabel-variabel yang berpengaruh terhadap harga saham. Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah : 1. Menguji pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga saham properti dan real estat di BEI. 2. Menguji pengaruh laju inflasi terhadap harga saham properti dan real estat di BEI. 3. Menguji pengaruh suku bunga terhadap harga saham properti dan real estat di BEI.
7
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kontribusi yang positif dalam memberikan informasi mengenai harga saham di BEI. a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembuktian tentang hubungan nilai tukar rupiah, inflasi, dan suku bunga terhadap harga saham. b. Manfaat Praktis 1. Bagi Investor Dapat memberikan gambaran tentang keadaan saham perusahaan properti dan real estat terutama pengaruh nya ekonomi makro terhadap harga saham di BEI, sehingga dapat menerapkan strategi perdagangan di pasar modal. 2. Bagi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak-pihak lainnya yang terkait dalam pengambilan kebijakan, yang mana akan menciptakan iklim investasi dikalangan masyarakat luas.
8
3. Bagi Peneliti Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan baru dalam memahami faktor-faktor ekonomi makro dan faktor-faktor internal bursa pun juga berpengaruh terhadap kinerja bursa saham secara sistematis.