BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 PERTUMBUHAN INDUSTRI PENERBANGAN DI INDONESIA Berdasarkan data dari BPS, jumlah penumpang domestik di Indonesia pada periode Januari-November 2015 mencapai 61,98 juta orang. Dari data tersebut, jumlah penumpang penerbangan domestik terbesar disumbang dari bandara Soekarno-Hatta yakni 17,49 juta orang. Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan yang dikutip oleh Gumiwang (2016), dari jumlah penumpang domestik tersebut, pangsa pasar terbesar dimiliki oleh Lion Air (35%) dan Garuda Indonesia (26%). Apabila dilihat dari tren tahun ke tahun, jumlah penumpang di bandara Soekarno-Hatta cenderung naik hingga mencapai puncaknya di tahun 2013, namun turun di tahun 2014 dan 2015 dikarenakan gejolak ekonomi global yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Gambar 1.1. Jumlah Penumpang Bandara Soekarno-Hatta dari Tahun ke Tahun 1
Sumber: Badan Pusat Statistik (2016) Berdasarkan data tahunan, ekonomi Indonesia hingga tahun 2015 masih belum membaik (Nirmala, 2016). Namun, melihat ekonomi Indonesia sudah mulai tumbuh mencapai 5,1% di 2016, ada optimisme dari penulis untuk memulai usaha di bandara Soekarno-Hatta di tahun 2017.
Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2010-2015 Sumber: Badan Pusat Statistik dalam Nirmala (2016) PT. Angkasa Pura II memprediksi pergerakan penumpang pada tahun 2015 di bandara Soekarno Hatta mencapai 60 juta orang, dan mencapai 80 juta orang pada tahun 2022. Ini menandakan ada kenaikan 4,77% per tahun. Diperkirakan kenaikan jumlah penumpang saat ekonomi Indonesia mulai pulih, dapat mencapai proyeksi yang dibuat oleh PT. Angkasa Pura II tersebut. Gambar 1.3 Proyeksi Pergerakan Penumpang Bandara Soetta Sumber: PT. Angkasa Pura II (Persero) dalam Dorimulu dan Desfika (2015)
Menurut Puspitasari (2014), pada tahun 2020-2030 Indonesia diperkirakan mengalami bonus demografi. Bonus demografi adalah kondisi penduduk dengan umur produktif sangat besar (15-64 tahun), sementara usia muda sangat kecil dan usia lanjut belum banyak. Usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada tahun 2020 adalah angkatan kerja kelahiran antara 1956-2005 dengan mayoritas didominasi oleh generasi Y dan Z. Menurut Acar dalam Merari dan Suyasa (2015) mengungkapkan bahwa generasi Y yang lahir antara tahun 1977-1998 dan generasi Z yang lahir antara tahun 1999-2012 merupakan generasi yang melek dengan teknologi, suka sesuatu yang serba instan dan tidak berbelit-belit. Hal ini sesuai dengan program bisnis yang akan ditawarkan oleh Wa^Port.
Gambar 1.4 Asumsi Persebaran Usia Penduduk Tahun 2025 Sumber: BPS (2013) dalam Merari dan Suyasa (2015)
Mayoritas maskapai penerbangan domestik seperti Lion Air, Sriwijaya Air, Citilink, Batik Air, Wings Air terpusat di terminal 1. Berdasarkan data yang penulis dapat dari situs resmi bandara Soekarno-Hatta, sebagai bandara terbesar di Indonesia, terminal 1 Soekarno-Hatta dilengkapi dengan fasilitas lengkap, yaitu area tunggu, area check in, area bagasi, outlet maskapai, money changer, kantor travel agent, lounge, toilet, mushalla, mesin ATM, minimarket, café, toko dan area parkir. Maskapai penerbangan domestik dikenal dengan konsep low cost carrier sehingga mayoritas tidak menyediakan makanan di dalam pesawat, kecuali maskapai Sriwijaya Air dan Batik Air. Menu yang disediakan berupa makanan ringan, yaitu roti dan minuman. Oleh karena itu, penumpang maskapai penerbangan yang ingin makan berat harus membeli makanan di café dan restoran di area bandara.
1.1.2 IDENTIFIKASI MASALAH DAN IDE BISNIS
Alternatif penyediaan makanan dan minuman yang ada masih menimbulkan permasalahan bagi masyarakat dengan mobilitas tinggi karena konsep restoran dan café mengharuskan konsumen untuk makan di tempat. Sedangkan, bagi masyarakat dengan mobilitas tinggi, target pertama adalah melakukan check in dan segera menuju boarding room agar tidak tertinggal jadwal penerbangan sehingga memungkinkan mereka tidak sempat membeli makanan. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei yang penulis sebarkan, yaitu banyak konsumen yang tidak memilih makan di restoran atau café melainkan di tempat lain di area bandara. Selain itu, fenomena penumpang dari
daerah lain yang pergi ke Jakarta saat pagi hari untuk bekerja juga memungkinkan mereka tidak sempat membeli makanan.
Gambar 1.5 Survei Lokasi Favorit untuk Makan Selama di Bandara Sumber: Tim Wa^Port Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan di atas, penulis melihat perlunya peningkatan pada konsep penyediaan makanan dan minuman cepat saji di bandara. Solusi yang akan kami tawarkan kami berikan nama “WA^PORT”, yang merupakan singkatan dari warung airport. Dari bisnis ini, masyarakat akan diberikan kemudahan untuk dapat melakukan pemesanan makanan dan minuman melalui media online (IT-based restaurant) sehingga begitu sampai di bandara konsumen dapat langsung mengambil pesanannya. Sebagai permulaan, model bisnis ini menargetkan penumpang pesawat terbang domestik di bandara Soekarno-Hatta. Hal ini dilatar belakangi peningkatan jumlah penumpang pesawat terbang tujuan domestik yang relatif meningkat sepanjang tahun serta Jakarta sebagai pusat perekonomian menyebabkan mobilitas penumpang yang tinggi dari dan menuju bandara SoekarnoHatta.
1.1.3 PELUANG INDUSTRI MAKANAN CEPAT SAJI DI INDONESIA
Indutri makanan cepat saji memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh MasterCard (SWA, 2016), sebanyak 80% orang Indonesia lebih memilih restoran cepat saji, diikuti oleh food court yang menempati urutan kedua dengan 61%. Hasil survei tersebut juga mengungkapkan bahwa dalam memilih tempat untuk makan, 1 dari 2 konsumen di Indonesia menetapkan pilihan berdasarkan pesan/promosi dari mulut ke mulut dan rekomendasi dari keluarga (58%), dan memilih promosi yang ditawarkan melalui aplikasi ataupun situs-situs kupon (11%). Selain itu, berdasarkan data dari Business Monitor International (2011), industri makanan terutama makanan siap saji akan mengalami peningkatan sebesar 9% per tahun.
Gambar 1.6 Proyeksi Pertumbuhan Konsumsi Makanan Sumber: Business Monitor International (2011) 1.1.4 INTERNET DAN PERKEMBANGANNYA
Perkembangan zaman dewasa ini ditandai dengan pergeseran ke arah Internet of things. Era ini ditandai dengan keinginan konsumen akan hal yang serba praktis dan mudah serta peningkatan signifikan pengguna internet dan smartphone. Pergeseran ke arah era ini mendorong perusahaan–perusahaan meningkatkan saluran penjualannya untuk dapat beralih ke arah penjualan melalui internet atau yang dikenal juga sebagai e-commerce (Kotler dan Armstrong, 2012). Berdasarkan data dari MasterCard (2013), penjualan e-commerce diperkirakan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh karena semakin maraknya tren untuk melakukan pembelanjaan online, banyak perusahaan-perusahaan yang menawarkan kemudahan bertransaksi online dimana sebelumnya dilakukan dengan metode konvensional (tatap muka antara penjual dan pembeli).
Gambar 1.7 Proyeksi Pertumbuhan Industri E-Commerce di Asia-Pasifik Sumber: Master Card (2013) Pencarian informasi merupakan tahap penting dalam model pengambilan keputusan konsumen. Internet dapat mempermudah pencarian online dan pembelian
aktual (Korgaonkar dan Silverblatt, 2003). Keputusan pembelian adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, penilaian sumber-sumber seleksi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian (Kotler dan Armstrong, 2012). Sebelum konsumen melakukan pembelian seperti biasa mereka sebelumnya akan mencari informasi mengenai produk yang diinginkannya, atau pun produk yang sedang ditawarkan oleh penjual. Bagi konsumen online, pencarian informasi tersebut bisa dilakukan pada search engine di website yang menawarkan belanja online. Dari sana, konsumen dapat mengumpulkan informasi seperti merek produk, spesifikasi barang, bentuk, bahan material, harga dan sebagainya yang selanjutnya akan dijadikan bahan pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian. Berdasarkan data dari wearesocial.com tahun 2016, jumlah pengguna internet aktif di Indonesia mencapai 88,1 juta orang. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 79 juta pengguna aktif media sosial di Indonesia. Bila dibandingkan dengan keseluruhan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 200 juta orang, ada sekitar 30% penduduk yang menjadi pengguna aktif media sosial. Sementara itu, jumlah pengguna yang mengakses media sosial melalui perangkat mobile ada sekitar 66 juta orang.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Untuk menciptakan usaha IT-based restaurant yang dapat memberikan fasilitas serta pelayanan yang memuaskan, penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan, antara lain: 1. Mengapa dibutuhkan konsep penyediaan makanan dan minuman berbasis online di bandara? 2. Bagaimana memenuhi keinginan dan selera konsumen yang beraneka ragam? 3. Berapa kisaran harga yang tepat pada produk yang ditawarkan? 4. Bagaimana agar konsep bisnis yang ditawarkan bisa tampil beda sehingga diminati oleh konsumen pengunjung bandara Soekarno-Hatta? 5. Apa manfaat yang dapat diambil oleh konsumen dan produsen?
1.3 TUJUAN Sebuah model bisnis harus memiliki tujuan yang jelas bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan di dalamnya. Model bisnis ini memiliki tujuan yang ingin dicapai, antara lain: 1. Tujuan bagi konsumen: a. Dapat menyediakan suatu wadah untuk para penumpang pesawat terbang yang membutuhkan makanan yang cepat dan praktis untuk dikonsumsi di boarding room, di dalam pesawat terbang atau di mobil selepas kepergian dari bandara. b. Dapat memberikan pelayanan terbaik dalam segala fasilitas yang diberikan, yaitu kecepatan pengambilan makanan dan rasa yang memuaskan.
2. Tujuan bagi produsen: a. Menghasilkan revenue yang membuat usaha sustainable.
1.4 MANFAAT Manfaat dari kreasi model bisnis ini adalah untuk memperkenalkan masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi akan adanya model bisnis e-commerce baru dalam industri makanan cepat saji melalui layanan pemesanan yang praktis dan penyediaan makanan yang cepat di dalam bandara.
1.5 RUANG LINGKUP Restoran Cepat Saji Berbasis IT Perancangan dan Perencanaan bisnis ini akan dikhususkan pada restoran cepat saji
yang berbasis
IT. Produk
yang ditawarkan oleh
WA^PORT
diperuntukkan bagi penumpangpesawat terbang domestik sehingga berlokasi di Terminal 1. Produk yang ditawarkan berupa makanan cepat saji yang ringkas. Menu yang kami tawarkan diantaranya : Sukendang, Jumanto, Ceu Rosa serta berbagai menu minuman. Media Online Bisnis ini menggunakan media online sebagai media utama yang digunakan untuk memberikan informasi perusahaan dan produk, pemesanan, transaksi hingga promosi.
1.6 STRUKTUR PENULISAN
Business Model Creation dibagi menjadi 5 Bab, yang terdiri dari : BAB 1 Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, ruang lingkup, tujuan & manfaat serta sistematika penulisan dari thesis yang dibuat. BAB 2 Landasan Teori Bab ini menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penulisan thesis serta penjelasan tentang analisa pasar dan analisa industri.Bab 3 Business Model Creation Bab ini memberikan gambaran mengenai bisnis model yang dipilih untuk menjadi topic thesis, serta implementasi Business Model Canvas pada WA^PORT yang terdiri dari: Customer Segment, Value Preposition, Channels, Customer Relationship, Revenue Stream, Key Resource, Key Activity, Key Partnership, Cost Structure. Bab 4 Business Plan Bab ini berisikan analisis dan pembahasan mengenai hal-hal yang diperlukan dalam membuat bisnis model tersebut baik dari hal-hal yang bersifat financial dan non finansial yang kemudian diikuti dengan simulasi perhitungan proyeksi bisnis tersebut dalam 5 (lima) tahun kedepan. Bab 5 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dan uraian pada bab-bab sebelumnya.