BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada paska persalinan dapat terjadi masalah kesehatan seperti infeksi nifas yang dapat menyebabkan kematian. Menurut WHO di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan nifas. Dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut 3-6 kali dari AKI negara-negara ASEAN dan 50 kali AKI negara-negara maju, dan salah satunya disebabkan karena infeksi dengan proporsi 20-30% (Hanifa,2005). Dari kasus infeksi ini, 25- 55% disebabkan oleh infeksi jalan lahir (Rustam M, 1998). Infeksi ini terjadi karena masih banyaknya ibu-ibu yang berpantang makan. Kebiasaan berpantang makanan tersebut akan dapat memperlambat proses penyembuhan luka perineum, selain itu juga dapat memperlambat proses involusi pada ibu post partum. (Smeltzer, 2002). Persalinan sering mengakibatkan perlukaan jalan lahir, luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi luka yang luas dan berbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Robekan
1
2
perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya (Wiknjosastro, 2005). Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan rahim maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin (Wiknjosastro, 2005). Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas bisa berasal dari perlukaan pada jalan lahir yang merupakan media yang baik untuk berkembangnya kuman. Hal ini diakibatkan oleh daya tahan tubuh ibu yang rendah setelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang kurang terjaga (BKKBN, 2004). Kematian ibu dapat disebabkan oleh masalah pengetahuan ibu tentang pra dan pasca persalinan, faktor tempat pelayanan kesehatan, faktor gizi, sepsis puerperalis, umur. perdarahan, gestosis, perlukaan jalan lahir dan tromboembolismes (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan menurut Manuaba (2009) penyebab kematian terjadi terutama karena perdarahan, infeksi, dan keracunan hamil, serta terlambatnya sistem rujukan. Komplikasi luka perineum adalah terjadinya perdarahan robekan jalan lahir, terjadinya prolaps uteri dan infeksi luka. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih atau pada jalan lahir. Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004). Menurut Christina dalam Krisnawati (2007) mobilisasi dini pada ibu post partum pelaksanaannya tergantung pada kondisi penderita, apabila penderita melakukan persalinan dengan normal, bisa dilakukan setelah 2-4 jam setelah persalinan. Gerakan mobilisasi dini waktu pelaksanaannya dilakukan secara
3
teratur, intensif dan makin lama makin bagus, apabila kondisi ibu dalam keadaan baik maka pelaksanaannya dapat dilakukan 3-4 kali dalam sehari, misalnya pada saat bangun tidur pagi, siang dan malam. Latihan mobilisasi ini bermanfaat untuk mempercepat kesembuhan luka, melancarkan pengeluaran lochea, mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, sirkulasi darah normal dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu (Mochtar, 2005). Pada ibu post partum diharapkan tidak perlu khawatir dengan adanya jahitan karena mobilisasi dini baik buat jahitan, agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah dan untuk ibu post partum dengan operasi sesar dalam melakukan mobilisasinya plebih lamban dan perlu mencermati serta memahami bahwa mobilisasi dini jangan dilakukan apabila kondisi ibu post partum masih lemah atau memiliki penyakit jantung, tetapi mobilisasi yang terlambat dilakukan bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, serta fungsi otot (Imam, 2006). Salah satu solusi yaitu dengan memberikan mobilisasi dini selama 2-4 jam dan 6-8 jam untuk mempercepat kesembuhan luka perineum grade 2 pada ibu post partum. Usia yang paling aman pada wanita untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar usia 20 – 30 tahun. Pada usia ini wanita dalam keadaan optimal dengan kata lain, risiko angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi akibat kehamilan dan persalinan dalam kelompok usia tersebut paling rendah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Risiko ini akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur. (Gracia Dewi, 2010)
4
Penelitian ini pernah dilakukan oleh Mas’adah pada Tahun 2012 di Balongbendo Sidoarjo dengan judul “Hubungan berpantang makan Terhadap penyembuhan Luka Perineum di Rumah Bersalin Medika Utama” dengan hasil penelitian dari 50 responden terdapat 5 orang (10%) dalam katagori penyembuhan luka baik , 21 0rang ( 42%) dalam katagori sedang dan 24 orang ( 48%) dalam katagori buruk (Mas’adah , 2012) Data yang penulis peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan periode Januari s/d Desember 2012 jumlah ibu nifas mencapai 7.678 orang, dan yang melakukan kunjungan nifas 1.742 (22,68 %) ( Dinkes Kab. Aceh Selatan 2012 ). Pengambilan data awal di Ruang KIA Puskesmas Labuhan Haji dan Labuhan Haji Timur bulan Januari s/d Desember 2012 jumlah ibu bersalin sebanyak 692 orang, yang mengalami rupture perineum sebanyak 467 orang baik
primipara maupun multipara. Ternyata ada 27 orang yang mengalami luka jahitan perineum yang tidak sembuh tepat pada waktunya, (Register bulin KIA Puskesmas Labuhan Haji dan Labuhan Haji Timur, 2012). Penulis juga melakukan wawancara awal terhadap 10 ibu nifas dengan luka perineum, 3 orang diantaranya berumur 20-35 tahun dan 7 orang berumur > 35 tahun, hanya 4 orang ibu yang makan ikan dan telor, selebihnya makan ikan teri , dengan alasan takut gatal-gatal pada jalan lahir, 3 dari 10 ibu mengatakan bahwa setelah 3 jam persalinan ibu sudah mulai duduk-duduk di pinggir tempat tidur , setelah 6 jam persalinan ibu sudah berjalan kekamar mandi, pada hari ke2 persalinan ibu sudah mulai berjalan – jalan ke dapur, dan selebihnya tidak
5
melakukan dengan alasan dilarang orang tua dan kuatir jahitanya putus dan peranakanya akan turun. Berdasarkan uraian diatas maka Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang “Hubungan Umur, Asupan Gizi Dan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Haji dan Labuhan Haji Timur Kabupaten Aceh Selatan” B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka timbul pertanyaan penelitian“Adakah hubungan antara umur, asupan gizi dan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Wilayah kerja Puskesmas Labuhan Haji dan Labuhan Haji Timur Aceh Selatan tahun 2013? “ C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan umur, asupan gizi dan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Haji dan Labuhan Haji Timur Aceh Selatan tahun 2013” 2. Tujuan Khusus a). Untuk mengetahui hubungan
umur dengan penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhan Haji dan Labuhan Haji Timur Aceh Selatan tahun 2013 “
6
b). Untuk mengetahui hubungan
umur dengan penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhan Haji dan Labuhan Haji Timur Aceh Selatan tahun 2013 “ c). Untuk mengetahui hubungan asupan gizi dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Wilayah kerja Puskesmas Labuhan Haji dan Labuhan Haji Timur Aceh Selatan tahun 2013 “ d). Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Wilayah kerja Puskesmas Labuhan Haji dan Labuhan Haji Timur Aceh Selatan tahun 2013 “ D. Manfaat penelitian. Dari penulisan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, antara lain 1. Bagi Institusi Pendidikan. Dapat memberikan masukan bagi Institusi pendidikaan, sebagai data awal melakukan penulisan selanjutnya. 2.
Bagi ibu Penulisan ini di harapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta kesadaran ibu tentang resiko melahirkan pada usia resti, pentingnya makanan bergizi dengan tinggi protein serta mobilisasi dini dalam proses penyembuhan luka jalan lahir.
3.
Bagi Puskesmas Sebagai
bahan
masukan
bagi
Puskesmas
untuk
dapat
mengoftimalkan sistim penatalaksanaan dan perawatan pada ibu post
7
partum dengan luka perineum dalam hal usia, asupan gizi dan mobilisasi dini 4.
Bagi penulis Sebagai sarana dalam mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama pendidikan dengan kenyataan yang ada dilapangan dan pengalaman yang sangat berguna dalam memberikan asuhan kepada ibu post partum dengan luka perineum serta menambah wawasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
E. Keaslian penelitian. 1. Penelitian ini telah dilakukan oleh Mas’adah Tahun 2012 dengan judul “Hubungan kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuh luka perineum pada ibu nifas”. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Umum Rumah Bersalin Medika Utama Balongbendo Sidoarjo pada tanggal 2 Mei sampai 30 Mei 2012, menggunakan purposive sampling dengan kriteria sampel: ibu nifas 7 hari post partum yang memiliki jahitan luka perineum,
dengan besar sampel
50 orang. Variabel independen adalah kebiasaan berpantang makanan tertentu dan variabel dependen adalah penyembuhan luka perineum. Data dianalisis dengan uji Eksak dari Fisher. Hasil Uji Fisher yaitu 2.10-10 dan p ≤ 0,05, artinya Ho ditolak atau ada hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
8
2. Penelitian ini juga telah dilakukan oleh Dina Dewi tahun 2011 dengan judul
“Hubungan mobilisasi dini dengan kecepatan kesembuhan luka
perineum pada ibu post partum di seluruh wilayah kerja Puskesmas Singosari Kabupaten Malang “ bertujuan untuk mengetahui perbandingan mobilisasi dini 2-4 jam dan 6-8 jam dengan kecepatan kesembuhan luka perineum pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Singosari Kabupaten Malang” Metode penelitian menggunakan desain komparatif dengan pendekatan kohort. Sample dipilih dengan tehnik purposive sampling sebanyak 16 responden ibu post partum dengan luka perineum grade 2. Analisis data menggunakan fisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 1,000 dimana lebih besar daripada alfa = 0,05. Dari hasil analisa data disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara mobilisasi dini 2-4 jam dengan 6-8 jam terhadap penyembuhan luka perineum. 3. Adapun perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian diatas terdapat pada variabel, dimana penelitian ini pada variabel indevendennya yaitu umur, makanan dan mobilisasi dini, sedangkan pada variabel devendennya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Jumlah sampel 35 responden ibu post partum dengan luka perineum grade 2 baik rupture maupun episiotomy, dengan tehnik purvosive sampling