BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya dunia pada era globalisasi sekarang ini kebudayaan juga mengalami pergeseran nilai-nilai hidup seperti budi pekerti, tata krama, kebiasaan, tingkah laku, lingkungan dan sudut pandang masyarakat. Perubahan yang dialami masyarakat merupakan pendukung terjadinya kisah cerita, yang salah satunya dapat ditemukan dalam dongeng. Namun, dongeng sudah mulai terkikis karena anak-anak lebih memilih permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat dijadikan sebagai sarana hiburan untuk anak-anak. Sekarang ini, dongeng dapat dilihat dan dinikmati penyajianya dalam bentuk majalah anak, buku cerita, televisi, radio, internet dan boneka peraga. Hal tersebut merupakan dampak dari kemajuan teknologi yang telah mengalami transformasi disetiap periode zaman. Disisi lain, kesibukan orang tua yang tidak memiliki waktu luang untuk membacakan cerita dongeng, menyebabkan anak-anak lebih memilih untuk menonton film kartun melalui tayangan ditelevisi maupun yang sudah dikemas berupa DVD atau VCD. Hal ini menyebabkan kurangnya minat dan ketertarikan anak terhadap dongeng tersebut. Dongeng merupakan cerita pendek yang disampaikan secara lisan. Dimana dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar
1
2
terjadi (James Danandjaja, 2007: 83). Dongeng biasa disampaikan sebagai pengantar tidur yang telah dikemas dalam bentuk buku dengan gambar warna warni. Dongeng memiliki alur dan tokoh yang berbeda pada setiap cerita. Selain itu, dongeng mengandung hal-hal ajaib, fantastis dan indah yang menceritakan kehidupan seputar istana atau kerajaan. Kebenaran dari cerita dongeng itu sendiri belum dapat dipastikan, namun dongeng dapat menggambarkan atau melukiskan keadaan di dunia nyata. Dongeng dilihat dari ceritanya bertujuan untuk hiburan dan pembelajaran moral dalam hidup manusia. Setiap dongeng memiliki cerita yang terdapat berbagai sifat tokoh baik ataupun jahat. Seperti tokoh raja, ratu, pengeran, puteri, peri, penyihir dan binatang. Perbandingan watak tokoh tersebut dapat menjadi sarana edukasi yang baik bagi anak-anak agar meniru perbuatan terpuji dan menjauhi sifat tercela. Sekarang ini, dongeng tidak hanya dinikmati oleh anak-anak. Akan tetapi, orang tua dan remaja yang tertarik dalam dunia teater juga mulai mengkonsumsi cerita dongeng tersebut. Dongeng juga dapat dijadikan sebagai media komunikasi pada saat orang tua mendongengkan cerita, agar terjalin kasih sayang antara orang tua dan anak. Dongeng dahulu hanya dapat dinikmati melalui cerita bacaan yang disampaikan oleh orang tua. Namun, moderenisasi zaman semakin memudahkan masyarakat untuk melihat tampilan dongeng yang disajikan dalam bentuk pertunjukan. Dongeng identik dengan dunia khayalan yang bersifat fantasy. Pada kota-kota besar khususnya di Yogyakarta, dongeng belum pernah ditampilkan dalam bentuk teater. Teater merupakan
3
pertunjukkan seni/akting beberapa kelompok pemain yang disuguhkan pada penonton dengan menggabungkan
musik, dialog/percakapan, akting dan
tarian sesuai naskah yang telah dibuat. Dongeng yang dipentaskan dalam bentuk teater akan menambah daya tarik bagi masyarakat sekitar terutama anak-anak karena dapat menampilkan cerita dalam bentuk nyata. Melihat hal tersebut, mahasiswa Tata Rias dan Kecantikan Universitas Negeri Yogyakarta menggarap Proyek Akhir dengan tema Fairy Tales of Fantasy. Tema tersebut dapat diartikan sebagai cerita dongeng fantasi yang didalamnya terdapat dunia khayalan diwujudkan dalam bentuk make up, penataan rambut, asessori serta kostum sehingga dapat menarik perhatian penonton. Fairy Tales of Fantasy merupakan karya besar mahasiswa Tata Rias dan Kecantikan untuk menampilkan kreativitas dalam merancang, merias, menata rambut, dan busana. Pertunjukkan karya seni dengan perpaduan dan kolaborasi yang dikemas dalam tampilan modern, mampu menciptakan keharmonisan sehingga memberikan tampilan yang berbeda dari sebelumnya. Pada pergelaran ini terdapat dialog, alunan musik, tari dan nyanyian belum pernah dipentaskan sebelumnya. Sehingga pertunjukan ini menjadi sebuah karya baru yang spektacular dan diharapkan menjadi daya tarik bagi masyarakat terutma anak-anak, generasi muda maupun orang tua, khususnya didaerah Yogyakarta dan sekitarnya. Pagelaran Fairy Tales of Fantasy mengambil cerita dari dongeng barat yang menggabungkan 7 (tujuh) macam dongeng seperti Putri Tidur,
4
Alladin, Beuty and The Beast, Putri Salju, Cinderella, Rapunzel dan Swan Lake. Pemilihan dongeng barat bukan berarti bukan berarti karena tidak menyukai cerita dari negeri sendiri, namun untuk memperkenalkan dongeng barat kepada masyarakat. Salah satu dongeng yang akan ditampilkan pada pagelaran tersebut adalah Rapunzel. Dalam cerita dongeng Rapunzel terdapat nilai moral yang dapat kita kaji, sehingga dapat memberikan contoh yang baik bagi manusia. Salah satu tokoh yang akan diwujudkan dalam cerita Rapunzel adalah Flynn Rider mempunyai nama asli Eugene Fitzherbert. Dalam cerita ini tokoh Eugene Fitzherbert, dipilih karena sosoknya yang pemberani, pantang menyerah, dan tanggung jawab. Dalam tokoh asli Eugene Fiztherbert merupakan seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang berpenampilan sederhana. Tokoh Eugene berperan sebagai penyelamat Rapunzel dalam cerita ini, karakter Eugene digambarkan sebagai tokoh yang suka merayu dan agresif sehingga membuat orang tidak percaya kepadanya. Eugene Fitzherbert terpaksa menjadi seorang pencuri dan penipu semasa hidup agar mendapatkan uang untuk kelangsungan hidupnya. Namun, disisi lain Eugene adalah sosok yang penyayang dan sejak bertemu dengan Rapunzel, ia berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat dipercaya, sehingga tidak bertingkah sesuai dengan keinginan sendiri. Prinsip-prinsip rias panggung dan karakter penting untuk dijadikan pedoman agar dapat menampilkan tokoh Eugene Fitzherbert yang perannya dapat dinikmati oleh orang yang menontonnya. Keseharian Eugene
5
Fitzherbert pada versi asli berpenampilan sederhana layaknya rakyat biasa, busana bawah menggenakan celana panjang yang ketat, mengenakan baju putih yang disertai rompi
warna biru dan ikat pinggang besar tanpa
dilengkapi assesoris serta menggunakan sepatu boat yang panjangnya sampai bawah lutut. Penampilan rias wajah Eugene Fitzherbert yang dibawa dalam tema Fairy Tale of Fantasy, harus dapat memunculkan karakter tokoh tersebut pada saat tampil di atas panggung. Pemilihan warna kosmetik juga dipilih dengan memperrtimbangkan filosofi warna yang sesuai dengan karakter tokoh dan disesuaikan dengan kostum yang dikenakan serta perlu mempertimbangkan lighting yang sesuai karena berpengaruh terhadap warna kosmetik maupun kostum tersebut. Dominasi warna ungu dan hitam terletak pada kostum, selain itu bordiran warna emas juga menjadi hiasan pada busana yang dikenakan sehingga dapat mendukung karakter peran Eugene Fitzherbert. Penampilan tokoh Eugene Fitzherbert secara keseluruhan dikemas dalam konsep fantasy dan disajikan dalam tata rias panggung karakter, yang lebih ditujukan kepada masyarakat sekitar khususnya pada remaja dan anak-anak yang tertarik pada cerita dongeng itu sendiri. Dalam pergelaran ini diperlukan adanya elemen penunjang antara lain panggung dekorasi atau tata panggung, musik, lighting serta properti yang dibutuhkan dalam konsep cerita tersebut. Hal ini bertujuan untuk mendukung pementasan para pemain yang memerankan tokoh diatas panggung. Panggung berbentuk Procenium, merupakan latar yang akan digunakan pemain untuk mengekspresikan karakter sesuai peran. Jarak penonton dengan
6
panggung harus diperhitungkan, begitu juga lighting yang berpengaruh terhadap pencahayaan ruang perlu diperhatikan karena erat kaitanya dengan pertunjukan. Efek lighting berpengaruh terhadap benda yang terkena sorotan lampu yang dihasilkan, baik dari sisi warna make up maupun kostum yang digunakan oleh pemain. Dengan diadakanya pertunjukan yang bertema Fairy Tales of Fantasy ini, diharapkan agar wawasan penonton tentang rias karakter dan rias fantasi dapat bertambah, serta mengetahui bahwa dongeng juga dapat ditampilkan melalui sebuah pertunjukkan.
B. Identifikasi Masalah Berdasar latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Cerita dongeng mulai terkikis karena permainan modern. 2. Kurangnya perhatian orang tua untuk membacakan dongeng pada anakanak. 3. Penampilan tokoh asli dalam dongeng kurang menarik. 4. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cerita dongeng barat. 5. Dongeng belum pernah ditampilkan dalam pertunjukkan teater di Daerah Yogyakarta. 6. Perlunya lighting yang sesuai untuk pementasan karena dapat mempengaruhi warna kosmetik. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, Proyek Akhir ini akan dibatasi permasalahan pada perancangan, pengaplikasian dan
7
penampilan tokoh secara keseluruhan yang meliputi pengembangan rias panggung dan karakter, tata rambut serta kostum yang dapat memunculkan karakter tokoh pangeran. Sehingga harus terlihat berbeda dengan yang asli namun tetap memunculkan ciri-ciri tokoh pangeran untuk disajikan dalam pergelaran Proyek Akhir Tata Rias dan Kecantikan Angkatan 2009 dengan tema Fairy Tales of Fantasy. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang ada, maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang tata rias wajah karakter, penataan rambut, body painting/face painting, dan kostum tokoh Eugene Fitzherbert? 2. Bagaimana menerapkan tata rias wajah karakter, penataan rambut, body painting/face painting, dan kostum tokoh Eugene Fitzherbert? 3. Bagaimana menampilkan tata rias wajah karakter, penataan rambut, body painting/face painting, dan kostum tokoh Eugene Fitzherbert pada cerita Rapunzel dalam pagelaran Fairy Tales of Fantasy? E. Tujuan Penulisan 1. Menghasilkan rancangan tata rias wajah tokoh Eugene Fitzherbert yang meliputi rias wajah karakter, body painting/ face painting , penataan rambut dan penataan kostum. 2. Menerapkan rias wajah karakter, body painting/ face painting, penataan rambut dan penataan kostum tokoh Eugene Fitzherbert.
8
3. Menampilkan tata rias wajah karakter, body painting/ face painting, penataan rambut dan penataan kostum pada tokoh Eugene Fitzherbert dalam pergelaran Fairy Tales of Fantasy. F.
Manfaat Penulisan 1. Manfaat Bagi Mahasiswa a. Mahasiswa mampu mengekpresikan keahlian merias yang dimiliki dalam rias panggung dan fantasi dengan tingkat kesulitan yang telah dibuat. b. Mahasiswa dapat menampilkan tata rias wajah karakter, body painting/ face painting, penataan rambut dan penataan kostum pada tokoh Eugene Fitzherbert 2. Manfaat Bagi Program Studi a. Menghasilkan ahli kecantikan yang kreatif, terampil dan inovatif serta mampu menerapkan ilmu yang diperoleh secara akademik. b. Menghasilkan ahli kecantikan yang kompeten dan berpengalaman dalam bidang tata rias. c. Mengenalkan program Studi Tata Rias dan Kecantikan pada masyarakat. 3. Manfaat Bagi Masyarakat a. Mengetahui kemampuan mahasiswa Tata Rias Universitas Negeri Yogyakarta dalam merias wajah, menata rambut, menerapkan body painting/ face painting dan menata kostum pada suatu pertunjukan.
9
b. Mengetahui salah satu kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa Tata Rias dan Kecantikan Universitas Negeri Yogyakarta. c. Mengenal lebih jauh tentang dongeng yang telah dikembangkan dalam bentuk teater. G. Keaslian Gagasan Rias wajah karakter tokoh Eugene Fitzherbert merupakan bentuk karya apresiasi seni dalam pagelaran Proyek Akhir Fairy Tales of Fantasy yang telah dikembangkan dari cerita dongeng. Dalam Proyek Akhir ini, rias wajah karakter dengan dipadukan tata rias panggung untuk tokoh Eugene Fitzherbert terdapat penambahan dan pengurangan, yang bertujuan untuk menunjang penampilan pemain sesuai dengan karakter tokoh yang berdasarkan ide asli dari penulis.