BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang
tidak mudah dilakukan oleh setiap orang, karena dalam permainan bolavoli dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar bisa diandalkan untuk melakukan semua gerakan yang ada dalam permainan bolavoli. Sehubungan dengan itu, Yunyun dan Toto (2010:25) menjelaskan, bahwa “Permainan bolavoli adalah permainan beregu yang menuntut adanya kerjasama dan saling pengertian dari masing-masing anggota regu.” Walaupun begitu, permainan bolavoli sangat cepat berkembang dan merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat populer di Indonesia setelah cabang olahraga sepakbola dan bulutangkis. Kepopuleran olahraga ini tampak dari sarana lapangannya yang ada di pedesaan maupun di perkotaan serta berbagai kegiatan yang diselenggarakan dalam kejuaraan antar sekolah, antar instansi, antar perusahaan, dan lain-lain. Dalam permainan bolavoli ini ada beberapa bentuk teknis dasar yang harus dikuasai. Menurut Yunus (1992:68) dalam Yusantyo (2009:11) mengemukakan, bahwa “Teknik-teknik dalam permainan bola voli meliputi: (1) servis, (2) pas, (3) umpan, (4) smas, dan (5) bendungan.” Begitu juga dengan apa yang dikemukakan oleh Nuril (2007:20), bahwa “Teknik-teknik dalam permainan bolavoli terdiri atas servis, passing bawah, passing atas, block dan smash.” Sedangkan yang akan diajarkan pada pembelajaran bolavoli kali ini adalah bolavoli mini, begitu pula
1
2
dengan teknis dasarnya, yang akan diajarkan ialah teknis dasar servis, passing bawah dan passing atas, hal ini disesuaikan dengan kemampuan siswa SD yang baru belajar bolavoli. Selain itu permainan bolavoli ini dapat dijadikan sebagai wahana pendidikan, khususnya di bidang pendidikan jasmani, karena permainan bolavoli ini adalah salah satu cabang olahraga yang ada di dalam pendidikan jasmani di sekolah. Menurut Bucher (1996) dalam Bambang (2008:129) menjelaskan, bahwa “Pendidikan Jasmani adalah proses kependidikan yang diarahkan pada tujuan mengembangkan penampilan manusia dan peningkatan manusia melalui media pendidikan jasmani yang dipilih untuk mendapatkan tujuan yang telah ditetapkan.” Sedangkan menurut James A. Baley dan David A. Field dalam Bambang (2008:7) menjelaskan, bahwa “Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaftasi dan pembelajaran secara organik, neorumuscular, intelektual, sosial, kultural dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.” Sesuai dengan kedudukan dan fungsi pendidikan jasmani dalam konteks pendidikan secara keseluruhan, maka kedudukan dan fungsi permainan bolavoli dalam pendidikan jasmani adalah sebagai alat atau sarana pendidikan. Tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan individu menjadi individu-individu yang kretaif, berdaya-cipta, dan yang dapat menemukan atau discover. Berdasarkan penjelasan tersebut, Yunyun dan Toto (2010:23) juga menjelaskan, bahwa Pendidikan adalah proses menolong, membimbing, mengarahkan, dan mendorong individu agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahap
3
perkembangan, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.
Ini berarti bahwa guru harus mendidik anak menjadi orang yang mampu melakukan hal-hal baru dan tidak hanya sekedar mengulang apa yang telah dilakukan
generasi
sebelumnya.
Pendeknya
melalui
pendidikan,
anak
dipersiapkan untuk dapat melakukan perubahan. Guru pendidikan jasmani hendaknya melakukan hal yang terbaik untuk membantu anak mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia mereka di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Sebagai salah satu sarana pendidikan, penguasaan keterampilan bermain bolavoli bagi anak-anak sekolah, khususnya anak SD, bukan merupakan satusatunya tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran, namun ada tujuan-tujuan pendidikan lain yang harus ditumbuh kembangkan dalam diri siswa sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini, Yunyun dan Toto (2010:23) mengemukakan, bahwa “Tujuan-tujuan pendidikan tersebut adalah pengembangan seluruh potensi yang dimiliki siswa baik yang melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif, psikomotor, maupun sosial dalam pengertian yang lebih luas.” Melalui pendidikan jasmani ini diharapkan bisa merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang serta keterampilan gerak siswa. Begitu pentingnya peranan pendidikan jasmani di sekolah maka harus diajarkan secara baik dan benar. Bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang termasuk dalam materi pokok pendidikan jasmani. Banyak manfaat yang diperoleh dengan bermain bolavoli yang diantaranya adalah dapat membentuk
4
sikap tubuh yang baik meliputi anatomis, fisiologis, kesehatan dan kemampun jasmani. Manfaatnya bagi rohani yaitu kejiwaan, kepribadian dan karakter akan tumbuh ke arah yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak, hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Oleh karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting daripada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama dalam pembelajaran ini. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), Yunyun dan Toto (2010:193) mengemukakan, bahwa “Permainan bolavoli merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan untuk siswa-siswi SD dan menengah.” Pembelajaran bolavoli untuk anak SD harus diupayakan agar dapat mencapai tujuan pendidikan, khususnya pendidikan jasmani dan bermanfaat bagi pembinaan dan pengembangan permainan bolavoli. Untuk mencapai tujuan penguasaan keterampilan bermain bolavoli khususnya untuk anak SD, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran atau metode pembelajaran tertentu yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan dasar anak. Menciptakan model pembelajaran pendidkan jasmani yang tepat merupakan upaya yang harus selalu dilakukan agar tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai secara efektif dan efisien. Tujuan pendidikan
5
jasmani pada dasamya harus dapat mengembangkan manusia secara keseluruhan, dalam arti anak (peserta didik) harus dapat berkembang aspek keterampilan, pengetahuan, sikap, dan fisiknya. Selain itu model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah model pembelajaran pendekatan bermain, hal ini sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa. Sedangkan arti dari bermain itu sendiri adalah suatu aktifitas yang disukai oleh anak-anak yang dapat mendatangkan kegembiraan (Yusantyo, 2009:24). Begitu pula dengan apa yang dijelaskan oleh Devi (2008), bahwa
Bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak. Sedangkan menurut Amung dan Toto (2001:2) dalam Yusantyo (2009:2425) mengemukakan, bahwa “Bermain sebenarnya merupakan suatu dorongan dari dalam anak, atau naluri.” Ciri lain yang sangat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dalam waktu luang. Berdasarkan karakteristik pada usia anak-anak tersebut, maka dalam membelajarkan suatu keterampilan olahraga disesuaikan dengan karakteristik perkembangannya, oleh sebab itu pendekatan bermain merupakan suatu model pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Menurut para ahli (Sutoto, Mukholid, dan Aminah, 1991) dalam Didin dan Yunyun (2008:4) menjelaskan, bahwa
6
Permainan merupakan aktivitas yang sangat digemari oleh anak-anak, para remaja, dan bahkan para orang tua, ada yang berpendapat bahwa permainan atau bermain berguna bagi perkembangan pribadi, yang positif dan menyenangkan, ada pula yang berpendapat bahwa permainan bermanfaat bagi perkembangan biologis dan juga pendidikan.
Melalui permainan dapat dikembangkan kestabilan dan pengendalian emosi yang sangat penting bagi keseimbangan mental. Melalui permainan juga dapat dikembangkan kecepatan proses hubungan hidup antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, bahkan antara negara dan bangsa sedunia. Sedangkan dengan bermain hasrat gerak anak terpenuhi, namun didalamnya terkandung unsur pembelajaran. Pendekatan permainan bertujuan untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak. Model pembelajaran yang kedua, yang diterapkan oleh peneliti adalah model pendekatan teknis, menurut Griffin, Oslin, Mitchell (1997), dan Metzler (2000), yang dikutif oleh Yunyun (2010:2)
menjelaskan, bahwa “Model
pendekatan teknik adalah model latihan keterampilan yang lebih menekankan kepada penguasaan teknik dasar terlebih dahulu sebelum kepada teknik pola-pola bermain.” Sedangkan menurut Santoso (2007) dalam Yunyun (2010:2) mengemukakan, bahwa
Keterampilan teknik adalah kemampuan melakukan gerakan-gerakan keterampilan suatu cabang olahraga dari mulai gerak keterampilan yang paling sederhana sampai keterampilan sulit, termasuk gerak tipu yang menjadi ciri cabang oalhraga itu, keterampilan teknis merupakan hasil dari proses belajar dan berlatih gerak yang secara khusus ditujukan untuk dapat menampilkan mutu tinggi cabang olahraga.
7
Teknis dalam pendekatan ini adalah sebagai suatu proses gerakan dan pembuktian dalam melakukan praktik sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga. Penguasaan teknis dalam cabang olahraga tertentuakan berguna untuk: 1). Lebih efektif dan efisiensi dalam mencapai prestasi maksimal dalam olahraga, 2). Mencegah dan mengurangi terjadinya cedera, 3). Dapat menambah dan mengembangkan bermacam-macam taktik pada saat pertandingan. Pada model pendekatan teknis atlit diarahkan kepada pelatihan penguasaan keterampilan teknis, menurut Griffin, Oslin, dan Mitchell 1997, dalam Yunyun (2010:2) menjelaskan, bahwa
Pendekatan teknik cenderung kepada pendekatan tradisional dalam mengajarkan/melatih permainan, yang dalam kenyataannya tidak merangsang minat siswa untuk belajar atau berlatih, bahkan tidak meningkatkan kemampuannya dalam bermain.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dirancang dalam bentuk permainan. Dalam pendekatan bermain menekankan pada penerapan teknis dalam situasi permainan yang sesungguhnya. Tetapi dalam permainan bolavoli khususnya di SD merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Karena dalam permainan bolavoli ini dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar bisa diandalkan untuk melakukan semua gerakan yang ada dalam permainan bolavoli. Apalagi bagi siswa-siswi SD permainan bolavoli ini merupakan olahraga yang baru dikenal, hakikat pembelajaran bolavoli untuk anak SD, permainan
8
bolavoli merupakan permainan dengan menggunakan bola besar. Permainan bolavoli pada hakikatnya adalah memvoli bola dengan menggunakan tangan dan menyeberangkan melewati net kelapangan lawan. Permainan bolavoli merupakan permainan beregu dengan tujuan melewatkan bola secara teratur melalui atas net dan mencegah bola menyentuh lantai atau lapangan. Sedangkan dengan pendekatan teknis, model latihan atau pembelajaran keterampilannya lebih menekankan kepada penguasaan teknis dasar terlebih dahulu sebelum kepada teknis pola-pola bermain, pada model pendekatan teknis atlet atau siawa diarahkan kepada pelatihan penguasaan keterampilan teknis, pendekatan teknis cenderung kepada pendekatan tradisional dalam mengajarkan atau melatih permainan, yang dalam kenyataannya tidak merangsang minat siswa untuk belajar atau berlatih, bahkan tidak meningkatkan kemampuannya dalam bermain, dan keterampilan seseorang dapat dikembangkan melalui latihan-latihan yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan mempertimbangkan prinsipprinsip latihan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui tentang perbedaan antara model pembelajaran pendekatan bermain dengan pendekatan teknis terhadap hasil belajar permainan bolavoli di SD Negeri Pajagan Sumedang.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
9
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran pendekatan bermain dengan pendekatan teknis terhadap hasil belajar permainan bolavoli di SD Negeri Pajagan Sumedang?
C.
Tujuan Penelitian Setiap kegiatan atau penelitian pasti mempunyai tujuan, adapun tujuan
umum dari penelitian ini adalah: Untuk para guru penjas diharapkan menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran penjas berlangsung. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar permainan bolavoli antara model pembelajaran pendekatan bermain dengan pendekatan teknis?
D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, baik secara
umum begitu pula secara khusus, manfaat hasil hasil penelitian secara umum, yaitu: 1. Guru, yaitu untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mencoba menerapkan model pembelajaran sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran. 2. Siswa, dengan banyaknya model pembelajaran mereka mendapat banyak variasi dalam pembelajaran, selain itu siswa dapat belajar sambil bermain.
10
3. Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan model-model pembelajaran. Sedangkan hasil penelitian untuk secara khususnya yaitu sebagai peneliti ingin mendapatkan hasil dari pembelajaran tersebut, model pembelajaran mana yang lebih baik untuk diterapkan pada saat pembelajaran penjas berlangsung, apakah model pembelajaran pendekatan bermain ataukah pendekatan teknis?
E.
Populasi Dan Sampel
1. Populasi Arikunto (2006:130) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2009:117), bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” 2. Sampel Sugiyono (2009:118) mengemukakan, bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan menurut Arikunto (2006:131) menjelaskan, bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”
F.
Penjelasan Istilah Dalam bagian ini penulis kemukakan batasan dan definisi istilah yang
digunakan atau yang menjadi kerangka acuan peristilahan dalam penelitian ini.
11
Batasan dan definisi tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program, media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). (Trianto, 2007:2).
2.
Model adalah suatu penyajian fisik atau konseptual dari sistem pengajaran, serta berupaya menjelaskan keterkaitan berbagai komponen sistem pembelajaran ke dalam suatu pola/kerangka pemikiran yang disajikan secara utuh. (Tite, 2008:39).
3.
Menurut Winkel (1991) yang dikemukakan oleh Sobry (2009:31) menjelaskan, bahwa “Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik.”
4.
Bermain adalah suatu dorongan dari dalam anak, atau naluri. Ciri lain yang sangat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara
sukarela, tanpa
paksaan, dalam waktu luang. (Yusantyo, 2009:24-25). 5.
Pendekatan bermain merupakan suatu metode pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dengan bermain hasrat gerak anak terpenuhi, namun didalamnya terkandung unsur pembelajaran. Pendekatan permainan
12
bertujuan untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak. (Yusantyo, 2009:25). 6.
Menurut Griffin dkk (1997) dan Metzler (2000) yang dikutif oleh Yunyun (2010:2)
menjelaskan, bahwa “Model pendekatan teknik adalah model
latihan keterampilan yang lebih menekankan kepada penguasaan teknik dasar terlebih dahulu sebelum kepada teknik pola-pola bermain.” 7.
Permainan bolavoli adalah permainan beregu yang menuntut adanya kerjasama dan saling pengertian dari masing-masing anggota regu. (Yunyun dan Toto, 2010:25).