BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks. Prevalensi penyakit menular di Indonesia tinggi, dan dari tahun ke tahun prevalensi penyakit tidak menular (PTM) juga mengalami peningkatan secara signifikan. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% dari seluruh kesakitan di dunia. Negara berkembang diperkirakan yang paling merasakan dampaknya, termasuk Indonesia (Rahajeng & Tuminah, 2009). Berdasarkan data Riskesdas 2007, penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Penyebab kematian tertinggi dari semua penyebab kematian adalah stroke (35,4%), disusul hipertensi (31,7%), artritis (30,3%), penyakit jantung (7,2%), dan cedera (7,5%). Hipertensi biasa disebut juga the silent killer, karena sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke (Rahajeng & Tuminah, 2009). Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga pada anak – anak dan remaja. Hipertensi pada anak – anak dan remaja apabila tidak segera ditangani akan berlanjut hingga dewasa (Saing, 2005). Hasil penelitian menunjukkan 80% remaja dengan tekanan darah lebih besar dari 142/90 pada akhirnya akan menderita hipertensi kronis saat dewasa (Divine, 2012). Penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi pada anak – anak berkisar antara 7 – 19% dan di Mesir 4% (Abolfotouh et al., 2011). Prevalensi hipertensi pada anak – anak dan remaja menunjukkan peningkatan tidak hanya di negara maju, namun juga di negara berkembang seperti Indonesia. Data Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi nasional hipertensi pada remaja usia 15 – 17 tahun adalah 8,4%, sedangkan prevalensi hipertensi untuk rentang usia 15 – 24 tahun di Papua sebesar 11,7% (Riskesdas, 2008).
1
2
Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dikontrol atau diubah adalah usia, jenis kelamin, ras/etnik dan genetika/keturunan, sedangkan faktor – faktor risiko hipertensi yang dapat dikontrol atau diubah adalah obesitas, konsumsi tinggi garam, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, merokok, stres, dan kurang aktivitas fisik (Casey & Benson, 2006). Obesitas sering dihubungkan dengan hipertensi esensial yang dijumpai pada 50% kasus yang ditemukan. Prevalensi dan diagnosis hipertensi pada anak – anak dan remaja tampak meningkat. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan meningkatnya prevalensi obesitas pada anak (Salvadori et al., 2008). Penelitian yang dilakukan Sorof et al. (2004) pada remaja usia 10 – 19 tahun menunjukkan bahwa remaja yang overweight berisiko untuk terkena hipertensi 3 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak overweight. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati menunjukkan bahwa subjek yang kelebihan berat badan dibandingkan dengan yang normal berisiko 15% lebih besar menderita prehipertensi dengan risiko relative adjustment (RRa) 1,15, sedangkan subjek yang obes berisiko 25% lebih besar untuk menderita prehipertensi risiko relatif adjustment (RRa) 1,25 (Rachmawati & Permanasari, 2011). Semakin gemuk seseorang, ukuran lingkar pinggang akan semakin besar. Lingkar pinggang merupakan suatu indikator adanya obesitas android yang berkaitan erat dengan hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada 1.079 responden laki – laki berusia 25 – 75 tahun menunjukkan bahwa lingkar pinggang merupakan indikator antropometri terbaik yang berkaitan dengan tekanan darah (p < .001) (Siani et al., 2002). Penelitian yang lain menunjukkan adanya kaitan antara lingkar pinggang dengan risiko hipertensi. Lingkar pinggang optimal yang berisiko terjadi hipertensi pada remaja adalah 88,95 cm (Allamanda et al., 2010). Perubahan gaya hidup, menurut beberapa penelitian, dianggap sebagai salah satu faktor penyebab hipertensi pada remaja. Pola konsumsi remaja saat ini lebih banyak menyukai makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi natrium, namun rendah serat. Berdasarkan data BPS
3
Provinsi Papua tahun 2009, ketersediaan lemak di Kota Jayapura adalah 45,73gr/kapita/hari yang berasal dari bahan makanan minyak dan lemak. Selain itu, prevalensi kurang konsumsi sayur dan buah masih tinggi, yaitu 89,7%. Remaja dengan prehipertensi maupun hipertesi sangat direkomendasikan untuk melakukan modifikasi diet dengan lebih banyak mengonsumsi sayuran, buah, mengurangi konsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi natrium (NHBPEPW, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Pradono et al. (2013) menunjukkan bahwa konsumsi makanan tinggi lemak lebih dari 1 kali per hari berisiko 1,3 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan yang makan kurang dari 1 kali. Remaja saat ini lebih banyak melakukan sedentary activities seperti bermain komputer, memainkan video game, menonton TV, dan sebagainya dibandingkan dengan melakukan olah raga (Supartha et al., 2009). Berdasarkan data Riskesdas 2007, sebanyak 51,4% remaja di Kota Jayapura kurang melakukan
aktivitas
fisik.
Rendahnya
aktivitas
fisik
pada
remaja
mengakibatkan overweight dan obesitas yang kemudian akan mengarah kepada peningkatan tekanan darah. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik aerobik sedang selama 40 menit sebanyak 3 sampai 5 kali seminggu diperlukan untuk menurunkan tekanan darah pada remaja dengan obesitas (Torrance et al., 2007). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa responden yang kurang melakukan aktivitas fisik berisiko 1,2 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan yang cukup melakukan aktivitas fisik (Pradono et al., 2013). Kebiasaan merokok pada remaja menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Diperkirakan, lebih dari 80% perokok mulai merokok sebelum berusia 18 tahun. Menurut Riskesdas 2007, Papua merupakan provinsi dengan persentase usia termuda merokok tertinggi di Indonesia, yaitu sebanyak 3,2% anak usia 5-9 tahun di Papua sudah merokok. Untuk kelompok usia remaja (15-19 tahun) yang merokok tiap hari di Kota Jayapura sebanyak 42,9%. Menghisap rokok dalam waktu 5 menit dapat meningkatkan tekanan sistolik rata – rata lebih dari 20 mmHg (Casey & Benson, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhianningtyas (2006) menunjukkan bahwa responden yang
4
merokok mempunyai risiko 3,4 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara lingkar pinggang, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan pola konsumsi (frekuensi konsumsi fast food, frekuensi konsumsi natrium, frekuensi konsumsi kafein dan frekuensi konsumsi alkohol) dengan tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor – faktor risiko tekanan darah pada remaja, khususnya di Distrik Abepura. Pemilihan Distrik Abepura sebagai lokasi penelitian karena Abepura merupakan kota pelajar karena terdapat berbagai macam sekolah dan perguruan tinggi. Selain itu, karena penelitian tentang hipertensi pada remaja belum banyak dilakukan, sehingga dengan melakukan penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan referensi tentang kesehatan remaja, khususnya di Distrik Abepura kota Jayapura B. Rumusan Masalah 1.
Apakah ada hubungan antara lingkar pinggang, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan pola konsumsi (frekuensi konsumsi fast food, frekuensi konsumsi natrium, frekuensi konsumsi kafein dan frekuensi konsumsi alkohol) dengan tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura?
2.
Faktor apakah yang paling mempengaruhi tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura? C. Tujuan
1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara faktor – faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura.
5
2. Tujuan khusus a. Untuk mendeskripsikan karakteristik sampel. b. Untuk mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. c. Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. d. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. e. Untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi (frekuensi konsumsi fast food, frekuensi konsumsi natrium, frekuensi konsumsi kafein dan frekuensi konsumsi alkohol) dengan tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. f. Untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. D. Manfaat Penelitian 1.
Dapat memberikan informasi kepada dinas kesehatan kota tentang gambaran tekanan darah pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura.
2.
Dapat memberikan informasi kepada remaja dan orangtua tentang faktor risiko hipertensi.
3.
Sebagai bahan informasi kepada sekolah tentang faktor risiko hipertensi dan usaha pencegahan hipertensi khususnya, pada remaja SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang tekanan darah pada remaja SMA belum banyak
dilakukan khususnya di Distrik Abepura Kota Jayapura. Namun, ada beberapa penelitian tentang lingkar pinggang, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, pola konsumsi dan tekanan darah pada remaja. Beberapa penelitian tersebut antara lain disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut :
6
Tabel 1. Keaslian penelitian
No
Nama pengarang 1
2
Sihombing, 2010
Fatta dan Sulchan, 2012
Judul penelitian
Persamaan penelitian
Hubungan perilaku merokok, konsumsi makanan/minuman, dan aktivitas fisik dengan penyakit hipertensi pada responden obes usia dewasa di Indonesia.
Disain penelitian cross sectional
Hasil : - Risiko hipertensi meningkat pada responden obes berumur 55 tahun ke atas (OR 8,37), jenis kelamin laki-laki (OR 1,18), - Risiko hipertensi meningkat pada responden dengan tingkat pendidikan rendah (OR 1,40), - Risiko hipertensi meningkat pada responden yang merupakan mantan perokok (OR 1,22), - Risiko hipertensi meningkat pada responden yang kurang aktivitas fisik (OR 1,05), - Tidak terdapat hubungan bermakna antara tempat tinggal, konsumsi makanan asin, konsumsi kafein dan bumbu penyedap dengan hipertensi Asupan tinggi natrium dan berat badan lahir sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi obesitas pada remaja awal. Hasil : Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan natrium (p = 0,042; OR = 3,5) dan berat badan lahir (p = 0,012; OR = 3,7) dengan kejadian hipertensi obesitas pada remaja awal
Perbedaan penelitian
Variabel bebas : aktivitas fisik dan kebiasaan merokok.
Variabel terikat hipertensi
-
-
:
-
-
Sampel penelitian : usia > 18 tahun sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampel remaja usia 15 – 18 tahun. Variabel bebas pada penelitian ini, adalah lingkar pinggang dan pola makan
Variabel bebas : Asupan tinggi natrium dan berat badan lahir. Penelitian ini lingkar pinggang, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan pola konsumsi. Sampel penelitian : anak SMP berusia 12 – 14 tahun, pada penelitian ini anak SMA usia 15 – 18 tahun. Disain penelitian : case control, penelitian ini cross sectional
7
3
Allamanda, Mulyani dan Prawirohartono, 2010
Predicting hypertension using waist circumference in obese Indonesia adolescent Hasil : Penelitian ini menunjukkan lingkar pinggang remaja yang optimal berisiko hipertensi adalah 88,95 cm. Sensitivitas dan spesifisitas cut off point adalah 93,8% dan 47,3%.
4
Griz et 2010
al.,
Prevalence of central obesity in a large sample of adolescents from public schools in Recife, Brazil Hasil : Probabilitas kejadian hipertensi meningkat pada responden lakilaki, memiliki lingkar pinggang (WC) ≥ 90 dan tidak melakukan aktivitas fisik.
Sampel Uji yang digunakan : operating penelitian : - Receiver characteristic (ROC). remaja berusia Penelitian ini 12 – 17 tahun. menggunakan uji regresi logistik Variabel bebas sederhana dan regresi : lingkar logisitik ganda. pinggang - Variabel bebas : Penelitian ini lingkar Variabel pinggang, aktivitas terikat : fisik, kebiasaan hipertensi merokok dan pola konsumsi. Disain penelitian : cross sectional Disain - Variabel bebas : dalam penelitian : penelitian ini pola cross sectional konsumsi Variabel bebas : lingkar - Rentang usia : 14 – 20 pinggang, tahun sedangkan pada aktivitas fisik, penelitian 15 – 18 kebiasaan tahun. merokok dan konsumsi alkohol Variabel terikat : hipertensi