BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisation) dan GATT (General Agreement on Tariff and Trade) yang akan berlaku tahun 2020 mendatang. Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh Negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.4 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini disebabkan untuk mengantisipasi serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya.4 Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dengan pendekatan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, sesuai dengan UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009.16 Manusia bagian dari lingkungan hidup, dimana kelangsungannya tergantung
dari
keutuhan
lingkungan
karena
manusia
terbentuk
dari
lingkungannya dan sebaliknya manusia membentuk lingkungannya. Lingkungan kerja dan kesehatan memiliki hubungan yang erat karena lingkungan kerja yang
Universitas Sumatera Utara
tidak memenuhi syarat dapat merupakan media penyebab timbulnya gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.5 Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya dan membungkus seluruh bagian luar tubuh. Kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari yang mengandung sinar ultraviolet dan melindungi kulit tehadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan antara tubuh dan lingkungan.14 Berdasarkan jenis organ tubuh yang dapat mengalami kelainan akibat pekerjaan seseorang, maka kulit merupakan organ tubuh yang paling sering terkena, 50% dari jumlah seluruh penderita Penyakit Akibat Kerja (PAK). Dari suatu penelitian epidemiologik diluar negeri mengemukakan, PAK dapat berdampak hilangnya hari kerja sebesar 25% dari jumlah hari kerja.4 Secara tidak disadari, sebenarnya di lingkungan kerja mungkin ada bahan, barang atau unsur yang dapat bersifat melukai kulit, mengiritasi kulit, menyebabkan alergi kulit, menyebabkan infeksi kulit, maupun menyebabkan perubahan pigmen kulit jika menempel pada kulit. Bahkan masih ada bahan atau unsur yang bersifat memicu terjadinya keganasan pada kulit (kanker kulit).4 Menurut hasil penelitian Tri Martiana dan Lestari Kanti Wilujeng pada nelayan Kabupaten Lombok Timur (2004) terdapat gangguan kelainan pada kulit, 80% nelayan mengalami hiperpigmentasi (bintik hitam) yang disebabkan oleh karena adanya paparan terhadap sinar ultraviolet dari matahari. 5 Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Belawan tahun 2009 diketahui terdapat 3 jenis penyakit kulit yang termasuk ke dalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas Belawan yaitu 3456 kasus jamur kulit, 3421 kasus infeksi
Universitas Sumatera Utara
kulit dan 2919 kasus alergi kulit. Sementara berdasarkan data Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Kota Medan tahun 2006, terdata sebanyak 13.200 lebih penduduk di Medan yang berprofesi sebagai nelayan dan tinggal di 3 Kecamatan yaitu Medan Belawan, Medan Labuhan dan Medan Marelan, dengan jumlah nelayan sebanyak 138.678 yang terdiri dari 95.738 bekerja sebagai nelayan penuh, 37.103 bekerja sebagai nelayan sambilan utama dan sebanyak 6847 adalah nelayan tambahan.9 Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa masyarakat Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, dimana Indonesia merupakan wilayah yang terdiri atas perairan, ada sekitar 60 juta penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir dan penyumbang sekitar 22 % dari pendapatan brutto nasional (GDP). Kasus penyakit kulit akibat kerja pada nelayan disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja dan kondisi kerjanya.9 Dari hasil survey awal tanggal 5 Juni 2010 pada nelayan di Lingkungan 30 Gudang Arang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan tahun 2010, terlihat bahwa beberapa nelayan yang bekerja perhari (nelayan sambilan utama) pernah mengalami gangguan kulit dengan gejala yang bervariasi mulai dari gatal, bersisik, kehitaman dan berwarna putih. Jika dilihat dari proses kerjanya, nelayan bekerja dari pukul delapan pagi sampai pukul enam belas atau dari pukul lima belas sampai pukul dua pagi, tergantung dari pasang surutnya air laut yang bila air laut pasang maka terdapat banyak ikan dan bila air laut surut tidak terdapat banyak ikan. Nelayan pergi kelaut dengan menggunakan perahu kecil atau sampan dan dengan alat-alat yang sangat sederhana karena nelayan ini merupakan nelayan tradisional, yang terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari 3 orang, setelah sampai di tempat tujuan nelayan meletakkan jaring-jaringnya di tempat-tempat yang banyak memperoleh ikan, pada saat bekerja nelayan berhubungan langsung dengan panas dan sinar ultraviolet, dan nelayan tidak memakai topi hanya menggunakan pakaian tipis atau kaos dalam. Setelah waktunya untuk diambil maka semua jaring-jaring di angkut dan mengumpulkan ikan-ikan yang ada di jaring. Kemudian nelayan pulang menuju gudang arang, yaitu tempat nelayan-nelayan tradisional mengumpulkan hasil melautnya, sesampainya nelayan di gudang arang, nelayan memilah-milah ikan menurut jenisnya, dengan kondisi tangan yang sering kontak dengan ikan basah dan dengan air es . Dalam pengamatan waktu nelayan pulang, sesampainya di rumah nelayan mencuci dan membersihkan perahu atau sampan dengan menggunakan air laut. Diperkirakan nelayan berhubungan langsung dengan air sekitar tiga jam, yaitu mulai dari memilah-milah ikan dan pada saat mencuci perahu atau sampan. Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik meneliti tentang gambaran gejala gangguan kulit pada nelayan di Lingkungan 30 Gudang Arang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gejala gangguan kulit pada nelayan di Lingkungan 30 Gudang Arang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan kulit pada nelayan di Lingkungan 30 Gudang Arang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan kulit pada nelayan berdasarkan Masa Kerja. 2. Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan kulit pada nelayan berdasarkan Pendidikan. 3. Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan kulit pada nelayan berdasarkan Kebersihan Diri. 4. Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan kulit pada nelayan berdasarkan Alat Pelindung Diri (APD). 5. Untuk mengetahui bentuk gejala gangguan kulit yang pernah dialami nelayan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan bagi nelayan tentang gangguan kulit. 2. Bagi penulis untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan menambah wawasan melalui karya ilmiah. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti gangguan kulit pada nelayan.
Universitas Sumatera Utara