1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penggunaan peranti kohesi yang tepat dalam sebuah teks berpengaruh terhadap kekohesifan teks dan kualitas makna yang terkandung di dalamnya. Peranti kohesi yang digunakan juga berpengaruh terhadap kekomunikatifan teks. Kekomunikatifan tersebut terjadi karena peranan peranti kohesi mampu mengatur secara logis urutan ide pokok (main idea) dan ide pendukung (supporting idea) yang terdapat dalam teks secara kronologis serta mampu mengatur urutan informasi berdasarkan tingkat kepentingannya. Antara ide pokok (main idea) dan ide pendukung (supporting idea) berkolaborasi merangkai pesan yang disampaikan dan kolaborasi tersebut melahirkan sebuah teks yang kohesif. Kemampuan menggunakan peranti kohesi diperlukan di dalam penyusunan suatu teks. Kemampuan tersebut berpengaruh terhadap kualitas teks baik itu dari sisi kekohesifan teks maupun kualitas makna teks yang dihasilkan. Terkait hal ini, pembelajaran
bahasa
Indonesia
berperan
dalam
memberikan
pengetahuan-
pengetahuan yang memadai agar siswa dapat memahami peranti kohesi. Namun, penggunaan peranti kohesi secara tepat belum mampu digunakan oleh siswa, kualitas karangannya cenderung belum mampu mengatur secara logis urutan ide pokok (main idea) dan ide pendukung (supporting idea). Hal tersebut tentu diakibatkan oleh penggunaan peranti kohesi yang tidak tepat.
2
Teks yang disusun oleh siswa masih sulit dipahami, antara ide pokok (main idea) dan ide pendukung (supporting idea) belum mampu berkolaborasi secara kolaboratif. Penggunaan peranti kohesi siswa terdapat ketidaktepatan dari segi fungsi, sebagai contoh di bawah ini disajikan teks jenis eksposisi berjudul “Kebijakan Pemerintah dalam Kenaikan Harga BBM” yang diproduksi oleh salah seorang siswa kelas X AP 1 tahun pelajaran 2014/2015. Harga BBM akan segera dinaikkan oleh pemerintah paling lambat minggu depan dan berita ini sudah banyak tersebar di televise dan di Koran. Jumlah harga BBM yang akan dinaikkan sejumlah 2.000 dari harga Rp. 6.500 menjadi Rp. 8.500. Kenaikan harga BBM ini telah membuat para warga menjadi resah terutama bagi pengendara-pengendara motor dan pasti akan membutuhkan BBM dan juga bagi para siswa yang sekolahnya jauh pasti akan membawa sepeda motor dan akan membutuhkan BBM.
Dari teks di atas, diperoleh bahwa konjungsi dan pemakaiannya tidak efisien sehingga perlu perbaikan. Sebagai bukti pada kalimat Kenaikan harga BBM ini telah membuat para warga menjadi resah terutama bagi pengendara-pengendara motor dan pasti akan membutuhkan BBM dan juga bagi para siswa yang sekolahnya jauh pasti akan membawa sepeda motor dan akan membutuhkan BBM. Pada kalimat tersebut terdapat pengulangan beberapa kali konjungsi dan. Kemunculan konjungsi ini memberikan bukti bahwa siswa yang memproduksi teks kurang cermat memahami fungsi konjungsi dan yang sesungguhnya berfungsi menyatakan penambahan. Dalam kalimat yang ditulis, konjungsi dan tidak bermakna penambahan, tetapi menunjukkan makna sebuah hubungan sebab akibat, yaitu sebab dan akibat dari kenaikan harga BBM. Dengan demikian, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Kenaikan harga BBM ini telah membuat para warga menjadi resah terutama bagi pengendara-
3
pengendara motor karena mereka pasti akan membutuhkan BBM seperti para siswa yang sekolahnya jauh pasti akan membawa sepeda motor sehingga akan membutuhkan BBM. Pemaparan di atas memberikan suatu tanda bahwa pemahaman peranti kohesi bahasa Indonesia sangat dibutuhkan untuk mewujudkan teks yang kohesif. Ketidakpahaman siswa terhadap penggunaan peranti kohesi tentu saja berdampak pada tingkat kekohesifan teks dan kualitas makna teks. Kelemahan pemahaman tersebut merupakan suatu permasalahan kompetensi dan keterampilan kebahasaan yang memerlukan penanganan melalui pembelajaran bahasa Indonesia sehingga diharapkan siswa mampu memahami peranti kohesi bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena peranan peranti kohesi mampu mengatur secara logis urutan ide pokok (main idea) dan
ide pendukung
(supporting
idea) pada teks secara
kronologis. Pentingnya pemahaman peranti kohesi dalam penyusunan teks merupakan suatu pemahaman yang mutlak harus dipahami oleh siswa. Tindakan pembelajaran yang memberikan kontribusi meningkatkan pemahaman tersebut perlu dilakukan. Proses pembelajaran yang tepat menjadi sangat penting untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap peranti kohesi. Proses pembelajaran direncanakan secara matang dengan menerapkan model pembelajaran
yang inovatif.
Kegiatan
pembelajaran dilakukan dalam tindakan kelas yang dikemas dengan pembelajaran yang inovatif. Dengan demikian, tindakan ini diharapkan mampu mengarahkan siswa dalam memahami peranti kohesi secara maksimal.
4
Suyatno (2009:6) menyebutkan bahwa pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang dikemas guru sebagai wujud gagasan yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil pembelajaran. Hal tersebut mengandung makna bahwa pembelajaran inovatif muncul sebagai pembaruan akibat pembelajaran yang dirasakan statis, klasik, dan tidak produktif. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini menerapkan pembelajaran inovatif sebagai upaya mengubah pembelajaran yang dirasakan statis, klasik, dan tidak produktif tersebut, memperlakukan peran siswa dari objek belajar menjadi subjek belajar dan mengubah pola interaksi siswa agar lebih interaktif dalam memecahkan permasalahan materi pembelajaran. Hal itu dikarenakan peranan guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran sangat memengaruhi niat belajar dan produk belajar yang dihasilkan. Pembelajaran inovatif dikemas dengan teori konstruktivisme yang menganggap bahwa pengetahuan didapatkan dari hasil
konstruksi manusia melalui interaksi
dengan objek, fenomena pengalaman, dan lingkungan. Proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interkasi dengan lingkungannya. Teori konstruktivisme ini memberikan isyarat bahwa pengetahuan didapatkan bukan dari pemindahan dari satu orang ke orang lain melainkan didapatkan dari hasil pengkonstruksian melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman, dan lingkungan.
5
Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk kekhawatiran terhadap rendahnya pemahaman siswa terhadap peranti kohesi. Peranti kohesi tersebut terdiri atas dua jenis, yaitu kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Peranti kohesi leksikal meliputi; referensi (pengacuan), elipsis, substitusi, dan konjungsi. Peranti kohesi gramatikal meliputi; repetisi (pengulangan), sinonim, antonim,
hiponim, dan ekuivalensi.
Pemahaman terhadap peranti kohesi harus dimiliki sebagai dasar dalam menggunakan peranti kohesi sesuai dengan fungsinya untuk mewujudkan teks yang kohesif dan kualitas makna yang mudah dipahami. Pelaksanaan tindakan kelas ini diterapkan melalui pembelajaran berbasis masalah yang memerlukan pembelajar aktif dalam mengaplikasikan pengetahuannya terutama dalam memecahkan permasalahan yang terjadi secara nyata. Nurhadi, dkk (2004:56) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pendekatan ini memberikan siswa secara maksimal memecahkan permasalahan pembelajaran yang diberikan guru. Bentuk permasalahan yang diberikan bukan suatu permasalahan yang terstruktur, melainkan permasalahan yang tidak tertsruktur yang mengharuskan adanya tindakan-tindakan reflektif di dalamnya melalui aktivitas belajar siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk adanya suatu upaya peningkatan kompetensi dan keterampilan berbahasa siswa. Pengemasan pembelajaran bahasa Indonesia
6
diharapkan lebih menumbuhkan keaktifan, keinovatifan, kekreatifan, keefektifan dalam memanfaatkan waktu dan menumbuhkan rasa senang dalam mengikuti pembelajaran agar dapat meningkatkan kompetensi dan keterampilan berbahasa siswa. Dengan demikian, diadakan suatu penelitian dengan jenis penelitian tindakan kelas dengan rumusan judul “Pemahaman Peranti Kohesi Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah” untuk membuktikan bahwa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap peranti kohesi bahasa Indonesia. Tampak bahwa belum ada tindakan penelitian yang dilakukan di SMK PGRI 2 Gianyar sesuai dengan arah judul yang dikemukakan di atas.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam memahami peranti kohesi bahasa Indonesia sebelum penerapan model pembelajaran berbasis masalah? 2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam memahami peranti kohesi bahasa Indonesia setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah? 3. Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pembelajaran pemahaman peranti kohesi bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah?
7
1.3 Tujuan Setiap kegiatan apa pun yang dilakukan tentu mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Begitu pula penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian
ini
dilakukan
dengan
tujuan meningkatkan kemampuan
memahami jenis peranti kohesi bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah.
1.3.2
Tujuan Khusus Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran, saran-
saran dalam usaha membina dan mengembangkan, pembelajaran bahasa Indonesia di SMK PGRI 2 Gianyar, khususnya dalam pengemasan pembelajaran yang inovatif dan pemahaman peranti kohesi bahasa Indonesia. Berdasarkan paparan tujuan umum tersebut, secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Untuk mendapatkan data yang objektif, bagaimana kemampuan siswa dalam memahami jenis peranti kohesi bahasa Indonesia sebelum penerapan model pemebalajaran berbasis masalah.
8
2. Untuk mendapatkan data yang objektif, bagaimana kemampuan siswa dalam memahami jenis peranti kohesi bahasa Indonesia setelah penerapan model pemebalajaran berbasis masalah. 3. Menemukan kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi tentang peranti kohesi.
1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan kepraktisan. Manfaat pertama bersifat teoretis dan manfaat kedua bersifat praktis yang dapat dijabarkan seperti di bawah ini.
1.4.1
Manfaat Teoretis Manfaat teoretis penelitian yang dilakukan ini adalah memberikan
wawasan keilmuan dalam pembelajaran yang sesuai dengan keberadaannya sebagai suatu kajian linguistik mengenai permasalahan pembelajaran pemahaman peranti kohesi bahasa Indonesia. Pemahaman peranti kohesi siswa diharapkan meningkat melalui pengemasan pembelajaran inovatif. Hal itu diyakini karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat berpengaruh kepada pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
9
1.4.2
Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan kontribusi bagi perbaikan terus-menerus dalam proses pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. Pertama, bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi seluruh warga sekolah penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran bahasa, khususnya yang berkenaan dengan pembelajaran pemahaman peranti kohesi bahasa Indonesia sehingga dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang inovatif agar dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Kedua, bagi guru, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam upaya
memberikan
inovasi dalam
pembelajaran
bahasa
menjadikan model pembelajaran berbasis masalah
Indonesia
dengan
referensi sebagai upaya
meningkatkan kompetensi, keterampilan dan pemahaman pada materi bahasa Indonesia. Ketiga, pemahaman
bagi
siswa,
penelitian
ini
diharapkan
mampu
siswa tentang peranti kohesi bahasa Indonesia.
meningkatkan
Di samping itu,
mampu membangun semangat belajar siswa dengan penerapan pembelajaran yang inovatif dan membangun semangat siswa melakukan interaksi dalam usaha memecahkan
permasalahan
pembelajaran berbasis masalah.
pembelajaran,
yaitu
dengan
penerapan
model