BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pengelolaan hutan tanaman yang berkelanjutan dan lestari membutuhkan informasi potensi hutan yang akurat melalui kegiatan inventarisasi hutan. Salah satu informasi tersebut adalah luas bidang dasar (LBDS). Simon (2007) menjelaskan bahwa, luas bidang dasar (LBDS) adalah penampang melintang batang pada ketinggian 1,3 meter dari permukaan tanah. Luas bidang dasar (LBDS) dalam pengelolaan hutan tanaman berperan penting dalam kegiatan perencanaan hutan seperti pendugaan dan penaksiran volume tegakan, mengatur penjarangan dan penetapan kelas hutan yang menjadi dasar dalam pengaturan hasil hutan. Saat ini pengukuran LBDS yang umum dilakukan oleh pengelola hutan tanaman seperti Perum Perhutani adalah dengan metode pengukuran langsung di lapangan. Metode pengukuran langsung di lapangan dianggap kurang efektif dan efisien apabila diterapkan pada areal hutan yang luas dan tersebar seperti areal hutan Perum Perhutani yang memiliki luas sekitar 2.445.000 ha (Perum Perhutani, 2013), karena akan mengeluarkan lebih banyak tenaga, waktu dan biaya. Oleh sebab itu, dibutuhkan metode alternatif dalam pengukuran LBDS pada areal hutan yang luas dan tersebar agar lebih efektif dan efisien. Salah satu metode alternatif pengukuran LBDS adalah dengan menggunakan teknik penginderaan jauh. Pengukuran LBDS dengan teknik penginderaan jauh lebih tepat bila diterapkan pada areal hutan yang luas dan
1
2
tersebar karena mampu mengurangi kegiatan pengukuran di lapangan. Salah satu alat penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk pengukuran LBDS adalah citra satelit resolusi tinggi. Kenampakan obyek pada citra satelit resolusi tinggi lebih detail sehingga beberapa parameter tegakan dapat diukur langsung pada citra satelit. Afriadi (2009) menjelaskan parameter tegakan yang dapat diukur langsung pada citra satelit antara lain diameter rata-rata tajuk (D) dan kerapatan tajuk (C). Kegiatan penaksiran LBDS dengan teknik penginderaan jauh membutuhkan analisis model statistik untuk memperoleh hasil yang akurat. Menurut Soeprijadi (2014), model statistik yang umum digunakan untuk penaksiran potensi tegakan adalah model empiris hasil analisis statistik (biasanya adalah analisis regresi) dari data serial hasil studi. Namun demikian, sampai saat ini ketersediaan model yang andal masih sangat terbatas dan bersifat lokal (hanya bisa berlaku di kawasan tertentu). Ketersediaan data series dan keterbatasan kapasitas pemodelan merupakan permasalahan yang belum terselesaikan. Salah satu metode peramalan yang dapat digunakan untuk menaksir LBDS adalah model fuzzy Takagi Sugeno Kang (TSK). Model fuzzy TSK masih sangat jarang diterapkan di bidang kehutanan tetapi model ini sudah banyak diterapakan di bidang lain seperti di bidang teknik. Menurut Soeprijadi (2014), model fuzzy TSK tergolong lebih luwes dibandingkan dengan penaksiran melalui analisis statistik, karena tidak tergantung pada ketersediaan fungsi matematis yang menjadi dasar pemodelan. Berbeda dengan pendekatan statistik (yang diterapkan sampai saat ini), pada pemodelan fuzzy TSK, peran fungsi matematis ini digantikan oleh serangkaian
3
kaidah yang merupakan implikasi dari yang dapat dibangun dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pertumbuhan tegakan.
1.2. Rumusan Masalah Pada penelitian ini akan dilakukan penaksiran LBDS di kawasan hutan tegakan jati BH Kanten menggunakan teknik penginderaan jauh resolusi tinggi dan penerapan pemodelan fuzzy Takagi Sugeno Kang (TSK). Citra satelit yang digunakan pada penelitian ini adalah citra satelit resolusi tinggi GeoEye liputan tahun 2015 yang memiliki resolusi sebesar 0,5 x 0,5 m. Citra resolusi tinggi dipilih karena informasi yang disajikan lebih detail sehingga kegiatan interpretasi dan klasifikasi akan lebih mudah. Lokasi penelitian dilakukan di hutan tanaman Perum Perhutani, BH Katen, KPH Parengan. Analisis kelas penutupan lahan menggunakan standar SNI 7645:2010 yang dikeluarkan oleh BSN. Menurut Paine (1981), penaksiran potensi hutan dapat dilakukan dengan menggunakan parameter seperti kerapatan tajuk (C), tinggi pohon (H) dan diameter rata-rata tajuk (D) yang kemudian dari setiap parameter dikelompokkan berdasarkan kelasnya. Pada penelitian ini, parameter penaksiran LBDS yang digunakan adalah kelas kerapatan tajuk (C) dan kelas diameter tajuk (D). Tinggi pohon (H) tidak dijadikan parameter karena pada citra satelit sangat sulit untuk menentukan tinggi pohon secara visual. Setelah dikelaskan berdasarkan parameternya, kemudian untuk penaksiran LBDS menggunakan analisis statistik. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah kappa statistik dan model fuzzy Takagi Sugeno Kang (TSK). Kappa statistik digunakan untuk
4
mengetahui apakah hasil klasifikasi penutupan lahan dengan citra satelit GeoEye tahun 2015 masih dapat digunakan atau tidak. Hal ini penting dilakukan karena adanya perbedaan tahun antara liputan citra satelit dengan kegiatan penelitian ini. Kemudian untuk pemodelan taksiran LBDS menggunakan model fuzzy Takagi Sugeno Kang. Fuzzy TSK dipilih karena metode ini lebih luwes dan tidak tergantung pada ketersediaan fungsi matematis yang menjadikan dasar pemodelan. Pemodelan fuzzy Takagi Sugeno Kang yang ditawarkan sangat beragam tergantung dengan rule atau basis kaidah sehingga kita dapat memilih model terbaik untuk diterapkan (Soeprijadi, 2014). Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah kerapatan tajuk (C), diameter rata-rata tajuk (D), dan umur tegakan (A). Kerapatan tajuk (C) dan diameter rata-rata tajuk (D) diperoleh melalui pengukuran langsung pada kenampakan citra, sedangkan umur tegakan (A) diperoleh dari data risalah hutan Perum Perhutani tahun 2015. Penaksiran LBDS pada penelitian ini tidak diterapkan pada seluruh tegakan di kawasan hutan, tetapi hanya pada tegakan dengan kelas hutan produktif yaitu KU I sampai MR dengan umur tegakan minimal 5 tahun. Penaksiran LBDS menggunakan citra resolusi tinggi dan penerapan model fuzzy Takagi Sugeno Kang diharapkan mampu memberikan hasil taksiran yang akurat sehingga metode ini dapat dijadikan sebagai metode alternatif dalam kegiatan inventarisasi hutan.
5
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Membangun model penaksiran luas bidang dasar (LBDS) di hutan tanaman BH Kanten, menggunakan citra satelit resolusi tinggi dan penerapan model fuzzy Takagi Sugeno Kang. 2. Menerapkan model terbaik untuk menaksir LBDS di hutan tanaman BH Kanten.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Sebagai salah satu metode alternatif untuk menaksir luas bidang dasar (LBDS) yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pengelolaan hutan yang baik. 2. Sebagai sumber informasi dan pembelajaran bagi penulis serta berguna untuk penelitian selanjutnya.