BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pembangunan industri dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor itu menyangkut faktor teknologi industri, juga besar peranannya adalah dukungan dari masyarakat di mana industri itu berada. Oleh karena itu, masyarakat setempat harus dibina dan dipersiapkan untuk kehadiran dan kelanjutan adanya suatu industri. Pembinaan dan penyiapan masyarakat menjadi masyarakat industri, hanya dimungkinkan oleh pengetahuan yang luas dan mendalam tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut. Munculnya industri merupakan bagian yang penting dalam pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik (Saripudin, 2005 : 165). Lahan di daerah perkotaan yang terbatas, memungkinkan pembangunan areal industri lebih diarahkan ke daerah pinggiran kota yang masih memiliki lahan luas dan secara langsung dapat dengan mudah dijangkau dari daerah pedesaan. Menurut Sarbini (1988 dalam Saripudin, 2005 : 166-167), hal ini juga dimaksudkan untuk menyerap tenaga kerja dari pedesaan sehingga dapat mengurangi urbanisasi.
1
Pembangunan industri di setiap daerah atau wilayah akan berbeda, hal itu didasarkan kepada perbedaan karakteristik setiap tempat atau wilayah yang dapat menunjang berdirinya suatu industri dilakukan, mengingat jumlah penduduk semakin banyak sehingga jumlah angkatan kerjapun banyak, yang tidak mungkin dapat diatasi hanya pada bidang pertanian saja tetapi harus di tunjang oleh pembanguan di bidang industri. Dengan pembangunan industri ini dapat mendorong pembangunan daerah dan terbukanya bidang-bidang usaha lain, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran yang makin meningkat. Meskipun demikian, Menurut Irsan Azhary Saleh (1991:1) “ Sejak awal dasawarsa 70-an secara tajam mulai disadari, bahwa meskipun mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun kebanyakan negara berkembang belumlah berhasil menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi angkatan kerja pada umumnya, baik ditinjau dari segi tingkat pendapatan, ataupun dari kesesuaian pekerjaan terhadap keahlian. Harapan bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor industri modern akan dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran secara tuntas ternyata masih berada pada rentang perjalanan yang panjang. Bertolak dari kenyataan inilah maka eksistensi industri kecil telah mengambil tempat penting dalam masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan di negara berkembang”.
Sehubungan dengan pentingnya pengembangan sektor industri, terutama sektor industri kecil, Jawa Barat mempunyai komoditas unggulan dalam karakteristik agroklimat yang dapat dijelaskan dalam komoditas kawasan budidaya dataran tinggi dan dataran rendah. Komoditas potensial yang mempunyai peranan terhadap bisnis. Pertanian Jawa Barat berdasarkan data tahun 2008 antara lain komoditas sayuran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
2
Tabel 1.1 Data Produksi Komoditas Sayuran di Jawa Barat.
No.
Komoditas
Produksi (ton)
1.
Bawang Merah
100.228
Luas Tanam (Ha) 13.244
2. 3. 4.
Kentang Kubis Cabe Merah
504.971 451.647 365.173
25.265 18.445 23.939
5. 6.
Tomat Wortel
288.779 144.801
12.421 6.121
Konsentrasi Lokasi
Bandung, Cirebon, Majalengka, Garut, Kuningan Bandung,Garut,Majalengka Cianjur,Bandung,Garut,Majalengka Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Majalengka,Indramayu Bandung,Garut,Cianjur,Majalengka Bandung, Cianjur, Majalengka
Sumber :Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat 2008 Berdasarkan tebel diatas salah satu komoditas sayuran bawang merah merupakan komoditas tanaman sayuran unggulan jika dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya. Hal ini didasarkan pada semakin meningkat konsusmsi makanan siap saji di tengah
masyarakat yang memerlukan penyedap dari bawang merah goreng secara tidak langsung telah memacu peningkatan terhadap
produksi bawang merah goreng
tersebut Kabupaten Kuningan sebagian besar petaninya telah mengolah bawang merah menjadi bawang gorang yang pemasarannya telah menembus pasar ekspor, salah satu tujuan ekspor utamanya adalah Singapura. Meskipun dengan kesederhanaan teknologi yang dimiliki serta modal yang terbatas, namun industri bawang merah goreng yang umumnya industri rumah tangga (home industry), mampu bertahan ditengah-tengah kondisi pasar yang penuh dengan persaingan.
3
Industri bawang merah
goreng yang terdapat di Kabuapten Kuningan
merupakan Industri yang sudah lama ada. Usaha bawang diproduksi oleh waraga masyarakat tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten
merah goreng yang
tidak lepas dari bantuan pihak
Kuningan terutama Dinas Perdagangan dan
Perindustrian yang awal mulanya memberikan bantuan kredit, penyuluhan, dan akses pasar bagi para pengusaha bawang merah goreng tersebut. Namun, Pemerintah baru memberikan izin berdirinya industri bawang merah goreng
sejak tahun 1990.
Menurut data yang di peroleh dari Dinas Industri dan Perdagangan tahun 2008 di Kabupaten Kuningan saat ini terdapat 31 jenis Industri bawang merah goreng yang sudah mendapatkan izin untuk beridirnya usaha dan tersebar di setiap Kecamatan yang berada di Kabupaten Kuningan. Adapun data mengenai Industri bawang goreng yang di peroleh dari Dinas Industri pada tahun2003, 2007 dan 2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.2 Industri Bawang Merah Goreng Di Kabupaten Kuningan Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (Rp.Juta) Non Jml For Non Jml Formal Non Jumlah For mal Formal Formal mal 2003 30 12 42 342 34 376 1.995.000 108.000 2.103.000 2007 31 12 43 346 34 380 2,908.065 108.000 3.016.065 2008 31 12 43 346 34 380 2.900.000 100.000 3.000.000 Sumber : Dinas Industri dan Perdagangan Kabupaten Kuningan (2009) Thn.
For mal
4
Pesatnya pengolahan industri makanan secara tidak langsung turut meningkatkan kebutuhan bawang merah goreng dalam negeri. Konsusmsi makanan siap saji di tengah masyarakat yang semakin meningkat belakangan ini, seperti nasi goreng, sate, tongseng yang memerlukan penyedap dari bawang merah goreng secara tidak langsung telah memacu peningkatan terhadap
produksi bawang merah goreng
tersebut. Setiap tahun permintaan bawang merah di luar konsumsi restoran, hotel, dan industri olahan kurang lebih 5% per tahun. Meskipun permintaan akan bawang merah goreng terus meningkat tiap tahunnya ternyata belum diikuti oleh produksinya secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan petani bawang merah dalam hal budi daya tanaman, seperti keberagaman jenis tanah, pengendalian hama dan gulma, pemupukan dan penanganan pasca panen. Meskipun demikian, nilai produksi bawang merah goreng yang berada di Kabupaten Kuningan tidak mengalami penurunan. Hal ini disebabkan bawang merah yang merupakan bahan utama bawang merah goreng yang ada di Kabupaten Kuningan
tidak hanya di
peroleh dari petani yang ada di Kabupaten Kuningan saja melainkan diperoleh juga dari Kabupaten Cirebon khususnya dari Kecamatan Losari dan Kecamatan Brebes. Industri bawang merah goreng yang berada di Kabupaten Kuningan telah mampu menjadi ciri khas produk Kabupaten Kuningan dan dalam kegiatan usahanya tersebar di setiap kecamatan. Salah satunya adalah di Kecamatan Garawangi khususnya di Desa Sukamulya dan Desa Garawangi yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani bawang merah yang pada umumnya sebagian besar petani di Desa Sukamulya dan Desa Garawangi menanam 5
bawang merah hanya pada musim tanam bawang saja. Dikarenakan keterbatasan para petani dalam membudidayakan tanaman bawang merah. Akibatnya pada musim tanam bawang di Desa Sukamulya dan Desa Garawangi Produksi bawang merahnya menjadi berlebihan dipasaran sehingga menjadikan harga bawang merah menjadi turun drastis. Selain itu, sifat bawang merah yan tidak tahan lama serta cepat busuk sehingga mengalami penurunan mutu dalam pemasarannya. Oleh karena itu, diperlukan pengawetan terhadap bawang merah dengan mengolahnya menjadi bawang merah goreng. Bawang merah goreng merupakan salah satu komoditas unggulan Desa Sukamulya dan Desa Garawangi Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan dan telah melakukan kerjasama dengan PT Indofood mulai tahun 2003 sehingga dapat menjadi
sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi
cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah di Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan. Data dari dinas Industri dan perdagangan Kabupaten Kuningan tahun 2008 mengenai industri bawang merah goreng di Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut :
6
Tabel 1.3. Industri Bawang Merah Goreng di Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan
Nama Desa/Kecamatan Desa Sukamulya Kec.Garawangi Desa Sukamulya Kec.Garawangi Desa Sukamulya Kec.Garawangi Desa.Garawangi Kec.Garawangi Desa.Garawangi Kec.Garawangi Desa.Garawangi Kec.Garawangi Desa.Sukamulya Kec.Garawangi
Nama Pemilik/Perusahaan H.Tanggal Toyibudin ”Bawang Tunggal” Rasid ”Putra Mandiri” Anang ”Sahabat Tunggal” Ja’l ”Sari Wangi” H.E.Suarta ”Sari Wangi” Surya ”Surya” Dadang Dasuki ”Sami Mulya”
Jumlah tenaga Kerja (orang) 50
Nilai Investasi (Rp.000)
Kapasitas Produksi/ Tahun
175.000
450 ton
Tahun Berdiri sesuai izin 1991
10
20.000
200 ton
1991
7
10.000
100 ton
1991
10
150.000
150 ton
1992
15
35.000
250ton
1995
8
10.000
150 ton
1996
20
20.000
200ton
2001
Sumber : Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan,2009 Tingkat perkembangan perindustrian berbeda-beda pada tiap golongan masyarakat sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologinya. Selain itu, setiap industri pasti akan memberikan dampak bagi lingkungan sekitarnya, baik positif maupun negatif. Salah satu industri yang dapat memberikan dampak positif bagi masayarakat sekitarnya adalah dapat menjadi salah satu alternatif lapangan usaha bagi penduduk sekitar. Berdasarkan hal tersebut, eksistensi industri bawang merah goreng di Desa Sukamulya dan Desa Garawangi Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan sangat menarik perhatian penulis untuk diteliti. Adapun judul penelitiannya adalah “Eksistensi Industri Bawang Merah
7
Goreng Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani Bawang Merah
di Desa
Sukamulya dan Desa Garawangi Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis membatasi penelitian sebagai berikut : 1.
Bagimanakah eksistensi Industri bawang merah goreng Desa Sukamulya dan Desa Garawangi Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan ?
2.
Bagaimanakah pengaruh industri bawang merah goreng terhadap sosial ekonomi petani di desa Sukamulya dan desa Garawangi Kecamatan Garawangi KabupatenKuningan?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai, antara lain : 1.
Untuk mengidentifikasi bagaimanakah eksistensi industri bawang merah goreng Desa Sukamulya dan Desa Garawangi Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan
2.
Untuk mengidentifikasi bagaimanakah pengaruh industri bawang merah goreng terhadap sosial ekonomi penduduk di Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan
8
D.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1.
Untuk mengembangkan wawasan ilmu Geografi, antara konsep dan teori dengan kenyataan di lapangan.
2.
Bagi pemerintah daerah, instansi terkait dan pihak lain dapat dijadikan sebagai masukan
dalam
pembangunan
terutama
dalam
mempertimbangkan
pengambilan kebijakan perusahaan. 3.
Bagi kepentingan kegiatan belajar mengajar Geografi, dapat dijadikan sebagai sumber acuan bagi pengajaran.
E.
Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan judul diatas maka penulis
memberikan definisi masing-masing konsep tersebut berdasarkan judul yang diteliti yaitu ”Eksistensi Industri Bawang Goreng Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan”. 1.
Eksistensi Adalah keberadaan atau adanya sesuatu kehadiran yang mengandung unsur
bertahan, yang dimaksud dengan eksistensi disini adalah Eksistensi Industri Bawang Goreng terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani Bawang Merah Di Desa Sukamulya Dan Desa Garawangi Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan.
9
2.
Industri Pada dasarnya industri merupakan bagian dari proses produksi yang mengolah
bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi barang jadi, sehingga menjadi barang yang bernilai ekonomis bagi masyarakat. 3. Kondisi Sosial ekonomi Adalah kondisi penduduk yang berhubungan dengan mata pencaharian, pendapatan,tingkat pendidikan,kondisi tempat tinggal, status tempat tinggal dan kepemilikan rumah tangga serta kesehatan para petani bawang merah di Desa Sukamulya dan Desa Garawangi. 4. Petani Adalah penduduk yang mata pencahariannya ada pada bidang pemanfaatan dan pengolahan lahan pertanian.
10