BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi saat ini, berbagai kesibukan menyita waktu manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia semakin jauh dari kehidupan sosial (hubungannya dengan sesama dan lingkungan) dan kehidupan rohani (hubungannya dengan Tuhan), sehingga tidak ada komunikasi dengan dunia luar. Kesibukan dan rutinitas yang demikian mengakibatkan manusia mengalami kejenuhan baik secara jasmani dan rohani. Oleh karena itu manusia membutuhkan kelepasan dari rasa jenuh untuk mendapatkan kesegaran kembali dan dimampukan untuk memperbaiki hubungan dengan Tuhan, sesama dan lingkungannya. Dalam agama Kristen dan Katholik, terdapat kegiatan yang disebut dengan “Retret”. Kegiatan retret bukanlah kegiatan yang sama dengan persekutuan atau kebaktian tiap hari Minggu. Retret dilakukan dalam waktu tertentu dengan berbagai persiapan yang diperlukan, misalnya tempat, materi, pembimbing dan lain-lain. Kegiatan retret diambil dari kebiasaan Tuhan Yesus ketika berkarya di dunia yang kemudian dilanjutkan oleh para pengikut-Nya hingga sekarang. Istilah retret diambil dari beberapa bahasa. Dalam bahasa Prancis, retret disebut dengan kata “La Retraite” yang berarti pengunduran diri dan meninggalkan dunia ramai. Dalam bahasa Indonesia, istilah retret sering disebut dengan kata “Khalwat” yang berarti mengasingkan diri di tempat yang sunyi. Dalam bahasa Inggris, retret disebut dengan kata “Retreat” yang berarti mengundurkan diri dari segala keramaian, dari tugas lingkungan hidup sehari-hari agar dapat merasakan asal, isi, dan tujuan hidup ini 1 . Di dalam Alkitab, kata retret memang tidak di temukan. Namun kegiatan pengasingan atau pengunduran diri sesuai dengan arti kata retret telah dilakukan. Seperti misalnya dalam Kitab Perjanjian Baru, Markus 1:35 dituliskan : ”Pagi-pagi benar waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar, Ia pergi ketempat yang sunyi dan berdoa disana”.
Kalimat tersebut megungkapkan secara jelas mengenai makna retret yaitu “….pergi ke tempat sunyi dan berdoa disana”. Dalam ayat tersebut diceritakan bagaimana 1
AM Mangunharjana, SJ, Membimbing Rekoleksi, Kanisius, Yogyakarta, 1985, hal 7
1
Tuhan Yesus mengutamakan relasi-Nya dengan Allah dalam retret pribadi. Selain itu Tuhan Yesus sendiri juga mengajarkan kepada para murid dan melibatkan mereka dalam retret disela-sela kesibukan dalam pelayanan mereka (Markus 6:31-32). Menurut David E Rosage, retret berawal dari peristiwa penantian yang dilakukan oleh Para Rasul untuk menerima Roh Kudus yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yesus setelah kenaikan-Nya ke Surga. Dalam Kisah Para Rasul 1:13, dikatakan : ”Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka keruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Thomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus dan Simon orang Zelot, dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama.”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa apa yang dilakukan oleh para murid berawal dari memperhatikan keteladanan yang diberikan oleh Tuan Yesus dalam menjaga dan membina relasi dengan Allah yaitu dengan mencari kesunyian untuk bersekutu dengan Allah. Para Rasul dan murid-murid lainnya mengikuti keteladanan Sang Guru setelah Tuhan Yesus naik ke Surga. Secara khusus mereka retret bersama-sama untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Pada saat penantian tersebut, para Rarul berkumpul diruang atas sebuah rumah dan dan berdoa bersama-sama dan mempersiapkan diri diri mereka untuk menerima kuasa dari atas (Roh Kudus). 2 Berdasarkan keteladanan dan pemahaman atas kesaksian Alkitab, maka komunitas Kristen di dalam gereja mula-mula, juga mengadakan retret sebagai proses pendewasaan iman. Kegiatan retret berkembang dan terus dilakukan oleh para pengikut Tuhan Yesus. Pada awalnya retret hanya diperuntukkan bagi para pelayan gereja dengan tujuan untuk mempersiapkan mereka sebelum melaksanakan pelayanan kepada jemaat. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan retret bisa dilakukan oleh semua anggota jemaat gereja yang berminat. Perkembangan ini sangat baik karena dapat membantu setiap pribadi yang melakukannya, untuk dapat mengetahui kehidupan rohaninya dan juga membantu seseorang untuk instropeksi diri mengenai hubungannya dengan sesama, dengan lingkungan dan dengan Tuhan. Walaupun disebut sebagai kegiatan mengasingkan / pengasingan diri atau pengunduran diri dari kegiatan sehari-hari atau keramaian, bukan berarti bahwa dalam
2
ibid 1, hal 3
2
retret tidak ada kegiatan apa-apa atau hanya berdiam diri saja. Pengunduran diri atau pengasingan diri dalam retret diarahkan kepada diri secara pribadi dan kepada Tuhan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Retret adalah kegiatan pengasingan diri atau pengunduran diri yaitu dengan memutuskan hubungan aksi dan komunikasi dengan sesama dan lingkungan sehari-hari dan hanya menjalin aksi serta komunikasi antara dirinya dengan Tuhan. 3 Dari kegiatan retret inilah diharapkan dapat mengembalikan keadaan manusia sesuai dengan hakekatnya sebagi mahluk Tuhan dan sebagai mahluk sosial Dalam pelaksanaan kegiatan retret, biasanya acara yang akan dijalani dijadwalkan terlebih dulu, sehingga peserta dapat mengikutinya dengan teratur dan terarah. Kegiatan pokok yang biasa dilakukan dalam retret, secara umum, antara lain: membaca Alkitab, berdoa, bernyanyi, meditasi, refleksi, diskusi, dan konsultasi. 4 Dengan perkembangan yang ada dalam retret dimana peserta dari semua golongan baik dari segi umur, profesi, dan pendidikan, maka acara dalam kegiatan retret juga mengalami perkembangan yaitu dengan diselingi oleh kegiatan lain seperti misalnya adanya hiking dan permainan. Walaupun diselingi acara hiking dan permainan, bukan berarti bahwa tujuan retret menjadi berubah. Namun justru melalui permainan atau hiking dan semacamnya, diharapkan dapat dijadikan sebagai metode penyampaian bahan retret. Misalnya hiking, melalui hiking ini peserta diajak untuk mengenal alam atau lingkungan ciptaan Tuhan yang sering diabaikan oleh manusia. Dengan menyadari bahwa manusia telah kehilangan komunikasi dengan alam akan dapat mengembalikan rasa penghargaan manusia pada Tuhan dan lingkungan dan pengakuan bahwa mereka saling membutuhkan. Pelaksanaan retret biasanya dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh gereja yaitu antara 1 – 2 kali dalam setahun. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk melakukan retret secara pribadi dengan atau tanpa pembimbing, seperti yang bisa dilakukan di Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono Salatiga. 5 Waktu yang diperlukan untuk retret adalah antara 2 hari sampai 30 hari atau disesuaikan dengan kebutuhan dari peserta retret. Kegiatan retret bersifat religius, meditative dan reflektif. Disebut religius sebab menyangkut kehidupan keagamaan atau kepercayaan atau kerohanian 3
Team Retret Civita, Siapakah Aku ?, Obor, Jakarta, 1986, hal.4 Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono, Jadwal Kegiatan Retret, Salatiga, hal. 12 5 Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan Suster Louis di Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono Salatiga tanggal 22 Mei 2004 4
3
seseorang. 6 Menurut Kamus Bahasa Indonesia, meditative berasal dari kata meditasi yang berarti berdiam diri, terpekur atau mencurahkan pikiran sepenuhnya. 7 Meditative dalam perspektif Kristen mengarah pada tindakan merenung atau memikirkan sesuatu secara mendalam. 8 Reflektif dalam bahasa Inggris disebut dengan reflection yang berarti bayangan, pemantulan atau permenungan. Jadi, reflektif berarti tindakan untuk melihat diri sendiri yaitu siapa dan bagaimana dirinya baik sebagai mahluk social maupun ciptaan Tuhan dan kemudian merenungkan secara mendalam mengenai apa yang akan dilakukan untuk masa yang akan datang. 9 Melihat arti, tujuan, bentuk kegiatan dan lamanya pelaksanaan retret, maka diperlukan pendukung yang memadai. Salah satu pendukung yang penting dalam pelaksanaan kegiatan retret adalah masalah tempat. Tempat penyelenggaraan retret yang kurang tepat dapat mempengaruhi konsentrasi peserta dalam mengikuti setiap kegiatan. Tempat yang diperlukan dalam pelaksanaan retret adalah tempat yang mendukung suasana religius, reflektif dan meditative. Oleh karena itu lokasi yang dipilih untuk menjadi tempat retret adalah lokasi yang jauh dari keramaian, jauh dari kesibukan sehari-hari, mudah dijangkau serta memiliki kondisi yang alami dengan udara yang segar. 10
1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana merancang Rumah Retret di Ketep sebagai sarana yang dapat mewadahi aktivitas kegiatan secara religius, meditative dan reflektif. b. Bagaimana merancang Rumah Retret yang menyatu dengan lingkungan alam dan selaras dengan tipologi Rumah Tradisional Jawa di Ketep dengan menggunakan tipologi rumah tradisional setempat.
1.3 Tujuan Merancang sebuah rumah retret di Ketep sebagai sarana kegiatan retret yang religius, meditative dan reflektif yang menyatu dengan alam Ketep dengan menggunakan Perancangan Arsitektur Tradisional Jawa setempat. 6
Rt. Rev. Mgsr. David E Rosage, Retreats and The Catholic Carismatic Renewal, Logos International, New Jersey, 1971, hal 3 7 Drs. Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English, Jakarta, 1991, hal. 954 8 Lukas Eko Sukoco, Bertemu Tuhan dalam Keheningan, Yayasan Andi, Yogyakarta, 2002, hal. 47-48 9 sda, hal. 46 10 sda, hal. 45
4
1.4 Sasaran 1. Melakukan studi tentang retret 2. Melakukan studi tentang rumah retret melalui survey dan studi literatur 3. Melakukan studi tentang religius, meditative, dan reflektif dalam retret 4. Melakukan studi tentang potensi alam yang ada di Ketep 5. Melakukan studi tentang tipologi Arsitektur Tradisional Jawa setempat
1.5 Lingkup 1. Retret dibatasi pada kegiatan yang religius, meditative dan reflektif 2. Rumah retret dibatsi pada suasana rumah retret yang ditimbulkan dari penggunaan arsitektur tropis 3. Sifat religius, meditative dan reflektif dibatasi pada bentuk bangunan 4. Potensi alam di Ketep dibatasi pada penggunaan iklim mikro, lahan per kontur dan material alam yang tersedia 5. Arsitektur tradisonal Jawa dibatasi pada tipologi dan fungsi secara specifik pada bangunan religius yang bersifat meditative dan reflektif
1.6 Metode Metode yang digunakan oleh penyusun adalah sebagai berikut : 1.6.1
Metode mencari Data
1. Studi Pustaka Dalam langkah ini penyusun melakukan studi mengenai retret, macam retret, jenis kegiatan, kebutuhan atau fasilitas yang diperlukan dalam kegiatan retret serta studi mengenai arsitektur setempat yang akan digunakan sebagai acuan perancangan.
2. Wawancara Dalam langkah ini, penyusun melakukan wawancara secara langsung dengan pengelola rumah retret, pembimbing retret.
3. Survey Dalam langkah ini, penyusun melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung bangunan rumah-rumah retret yang ada di Kabupaten Magelang dan diluar Kabupaten Magelang. 5
1.6.2
Metode Menganalisa
Metode menganalisa yang digunakan penyusun adalah : 1. Metode Kualitatif Yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui mengenai pengguna rumah retret melalui animo masyarakat di Kabupaten Magelang 2. Metode Kuantitatif Yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah rumah retret yang ada di Kabupaten magelang.
1.7
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TERHADAP AKTIVITAS RETRET
Berisi tentang pengertian retret, dasar Alkitabiah kegiatan retret, fungsi retret, tujuan retret, retret sebagai kegiatan gerejawi, jenis retret, macam kegiatan retret, bentuk kegiatan retret, perkembangan retret,kegiatan didalam rumah retret, kebutuhan yang diperlukan dalam retret, fasilitas kebutuhan retret, sistem pengelolaan rumah retret, lokasi sebagai tempat retret, studi banding pada rumah retret dan kesimpulan
BAB III
TINJAUAN ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA SETEMPAT
DAN PENDEKATAN DESAIN RELIGIUS Berisi tentang pengertian arsitektur tradisional Jawa, ciri-ciri arsitektur tropis, faktor yang mempemgaruhi perancangan pada daerah tropis, penggunaan material bangunan pada daerah tropis, pembagian daerah iklim tropis, tinjauan tentang religius, pengertian religius, berbagai ungkapan arsitektur dalam membentuk suasana religius dan suasana pada rumah retret.
BAB IV
KETEP SEBAGAI LOKASI RUMAH RETRET DENGAN
PENDEKATAN DESAIN RUMAH TRADISIONAL JAWA SETEMPAT Berisi tentang kondisi umum desa ketep, analisa site, analisa tipologi rumah Jawa, pendekatan pembentuk suasana ruang, analisa sirkulasi, analisa hirarki ruang,
6
gubahan massa, pengelompokan kegiatan, pendekatan program ruang, pola hubungan ruang, studi besaran ruang dan sistem utilitas.
BAB V KONSEP PERENCANAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang perencanaan site dan topografi, perencanaan perletakan bangunan, perencanaan perletakan zoning ruang pada kawasan, perencanaan sirkulasi, perencanaan vegetasi, perencanaan zona publik, perencanaan zona semi privat, perencanaan zona privat, perencanaan orientasi bangunan, perencanaan pencahayaan, perencanaan struktur bangunan, perencanaan utilitas serta besaran ruang.
7