PERBEDAAN RELIGIOSITAS ANTARA ORANG YANG SERING PERGI KE TEMPAT IBADAH DAN ORANG YANG JARANG PERGI KE TEMPAT IBADAH
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Rr. Th. Avila Debby Herawati Is Swastanti NIM : 009114139
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Jesus Sang Maestro Terima kasih atas hidupku yang indah ini…
Bapakku Petrus Yoseph Heru Kuntjoro Budi Susetyo Ibuku Vincentia Tries Tantie Wibowati …terimakasih mengenalkan tentang perjuangan hidup yang indah…
Kakakku Richardus Derry Hertanto Is Setyawan Adikku Dominicus Dhikka Perguri Is Galihing Tyas …makasih atas persaudaraan yang indah…
…semoga karya ini cukup indah untuk kupersembahkan.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Penulis,
Th. Avila Debby Herawati Is Swastanti
v
Jejak-jejak yang tersamar memaksa tatapku melebar meraba-baca. Takut aku melangkah …akupun tak bergerak. Debu menebal, jejak memudar panik dan gemetar …gentar. Mengapa harus kutelusur jejak itu untuk kupergi ke sana Jalan bisa ada dimana saja. Kulangkahkan kaki tanpa membaca jejak-jejak karna yakinku pun ku sampai. Saat kulihat ke belakang Ada jejak-jejak baru di sana yang kubuat sendiri untuk menuntunmu Yang mungkin belum temukan keyakinan. -debby-
vi
ABSTRAK Theresia Avila Debby Herawati Is Swastanti (2007). Perbedaan Religiositas Antara Orang yang Sering Pergi ke Tempat Ibadah dan Orang yang Jarang Pergi ke Tempat Ibadah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah. Religiositas adalah perilaku tampak maupun tidak tampak yang mengekspresikan keimanan manusia kepada Allah, diungkap dalam agama dan diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang dalam menghadapi tantangan dan cobaan hidup, memberi bantuan moral dalam menghadapi krisis serta menimbulkan kerelaan manusia menerima kenyataan sebagaimana telah ditakdirkan Tuhan. Asumsinya adalah ada perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah. Subyek dalam penelitian ini adalah orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah yang berjumlah 80 orang dengan rincian 40 orang sering pergi ke tempat ibadah dan 40 orang jarang pergi ke tempat ibadah. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala religiositas yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti sendiri. Dari data statistik item dan reliabilitas skala religiositas diperoleh 45 item yang dinyatakan lolos seleksi dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,9173. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah menggunakan metode analisis data uji. t (Independent Sample Test). Dari hasil penelitian diperoleh t. hitung sebesar 4,78 dan probabilitas 0,000. Apabila p< 0,05 maka Ho ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p< 0,05 maka Ho ditolak atau kedua mean religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah benar-benar berbeda. Maka dapat diartikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah diterima.
vii
ABSTRACT Theresia Avila Debby Herawati Is Swastanti (2007). The difference of Religiousity Among People Who Often Go To The House of Worship and People Who Rarely Go To The Housew of Worship. Yogyakarta: Faculty of Psychology, Psychology Departement, Psychology Study Program, Sanata Dharma University. This research has a goal to find out the difference of religiousity among people who often go to the house of worship and people who rarely go to the house of worship. Religiousity are overt and covert behavior that expressing human faith of God, expressed in religion and daily life that give spiritual power for someone to face the challenge and life trial, giving moral support in facing crisis and making human’s favor to receive the facts as God has predestined. The assumption is there a difference among people who often go to the house of worship and people who rarely go to the house of worship. The subjects of this research are 80 people, 40 people who often go to the house of worship and 40 people who rarely go to the house of worship in details. The measurement being used in this research is the scale of religiousity which being arranged and developed by the researcher herself. From the statistic data item and the reliability of the religiousity scale, there are 45 item that pass the selection with alpha reliability coefficient 0, 9173. To find out the existence of the difference of religiousity among people who often go to the house of worship and people who rarely go to the house of worship, the researcher uses t. test analysis data method ( Independent Sample T. Test). From the research, the researcher has a result of t. arithmetics 4,78 and probability 0,000. When p < 0,05 then H0 is unacceptable or both means of the population of the difference of religiousity among people who often go to the house of worship and people who rarely go to the house of worship are totally different. That is the reason why the hyphothesis of the research is acceptable.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang teramat dalam kuhunjukkan kehadirat-Nya, karena berkat limpahan kasihNya yang melebihi batas kemampuan pemahaman pikir sempitku ini, akhirnya dapat kuselesaikan juga karya sederhana ini. Tak ada sesuatu yang berarti, yang mampu kupersembahkan kepada orang-orang rendah hati, yang telah berkenan membantuku dari awal hingga akhir proses panjang ini. Hanya ucapan terima kasih yang tulus kupersembahkan kepada: 1. Sang Maestro Jeshua Hamasiach dan Bunda Maria yang tak bosan mengasihiku. 2. P. Eddy Suhartanto, S. Psi. , M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi. 3. Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. , bapak pembimbingku yang teramat sabar menuntunku dan selalu memahami kesulitanku. Terima kasih telah menjadi Dosen paling humanis di Fakultas Psikologi. Juga Pak Didik dan Pak Heri, pengujiku yang baik hati. 4. Semua dosen yang rela membagikan ilmunya dengan murah hati selama aku di Fakultas Psikologi. 5. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gi, beserta seluruh keceriaan di sekretariat, dan ketulusan dalam setiap pelayanan pada kami,matur nuwun sanget. 6. Mbak Ning, Mbak Kris, Mas Sunu, Mas Yuli, Mas Suradi, Mas Suwadi, Mas Jumar, Mas Darto di UPT Perpustakaan, makasih untuk cemilannya. Jangan
menangisi
kepergianku
ix
karena
aku
pergi
untuk
bahagia…he…he..kalau rindu boleh koq..^,^ 7. Mas Poles, Mas yang manggil aku Er-er, di parkiran Paingan..horee..aku lulus tenan!! Makasih atas sapaan “Wis lulus?”-nya tiap melihatku. Aku jadi tergelitik neh…hiks..hiks..sedih juga perpisahan ini. ^,^ 8. Pak Markus, Pak Paena, Pak Pirngadi yang memberi banyak bantuan selama penelitian di SMA PL Sedayu, terima kasih. Juga adik-adik yang rela berkurang jam belajarnya buat ngisi skalaku, makacih… 9. Ibu terbaikku…,”mbok, gendhukmu lulus…bernafaslah..!!” Mas Derry “Ndhols” dan Dik Dhikka “Lampbe_muach”…aahh kita ini keluarga bahagia koq...aku sayang kalian. 10. Sahabat-sahabat centilku Aini, Asti, Etty, Astri (PSI ‘00). Aku selalu jadi korban tapi aku sayang kalian. Ingat, namaku sekarang juga pakai S.Psi..catet! Lulus bukan berarti akhir persahabatan kan? As, nuwun banget printernya. ^,^ 11. Max. Brahms J. B (Dobleh alias Brambang Gosong alias Topeng Ireng), makasih buat perhatianmu. Berjiwa sosial itu bagus, tapi ingat Brahms, pedulikan juga orang-orang dekatmu. Merapi dan gempa membawa berkah. 12. Bubie yang pernah rajin menyemangatiku dengan “ayo…ayo…ayo..!”-nya makasih banyak. Ingat kata-kataku pada bulan? Bintang jatuh juga masih ada koq. Ucup, makasih pernah jauh-jauh dari Jakarta untuk ngajak nonton sekaten. Heri Kenthir, makasih puisi-puisi dan lagunya, semoga bahagia. Si Crot , trimakasih cuwilan stalaknit Gua Gong-nya...masih kusimpan.
x
13. Josh Jr (Mas Tedy, Mas John, Mas Gato) yang selalu jadi kakak- kakak yang baik. 14. Kang Dito ‘Paijo Jret’ yang setia menampung keluh kesahku dan selalu mengingatkanku pada Sang Khalik..terimakasih atas banyak pujian yang kurasa terlalu berlebihan hingga aku serasa bagai orang hebat. 15. Kawul (Pak Dukuh yang nyasar ke sekolah) yang sampai nawarin mau ngetikin, katanya biar bisa segera nglamar kerjaan lewat aku, makasih sudah setia berteriak: ”Tangi..tangi..tangi!!!” tiap jam 05.00. Kang, aku sido lulus.. 16. Para donatur misterius yang dermawan dan yang paling berjasa dalam mengantarku ke garis finish, tanpa kalian perjalanan ini mungkin masih panjang. Terima kasih dari hatiku yang terdalam. 17. Sheggy yang dah bantuin nunggu satu kelas saat penelitian, kamu selalu jadi kawan baik meski aku sering kurang care ma kamu…makasih dan maaf ya. 18. Blue-koethoequ, AB 4384 EG si Kaze R biru yang setia nemani aku menyusuri jalan-jalan buat cari inspirasi. Juga Cuprut si motor cinta yang tangguh meski kian renta. Hey, Kaze R tua, aku_padamu. 19. Gubug reot A5.55 yang selalu menghadirkan dan menampung banyak cinta. 20. Theresia Gaudeta Choir dan Volante Voice, ajang gossip paling asyik. 21. Lina ‘Si Boss’ (P.Mat ’00), Anna yang sudah tidak takut brambang (PBI ’00), Enno yang rajin luluran (Ikom ’00), Wilma ndut (Far ’00) dan tikus
xi
putihnya, Andre Q-ser yang punya banyak kasus (P.Sej ’00), Tjatur ‘Tajur Sing’ (S.ING ’99), Yanto ‘Cowok Kabel’ (PBSID ’00)…Karen menyatukan kita, hebohnya Pepsi Blue dan Parangtritis…kapan lagi? 22. Bulik Ambar, Om Yanto, Wulan, Tyas, Dik Icha yang dah ngebolehin aku jedhal-jedhul numpang ngetik sebelum di rumah ada kompi, matur nuwun nggih.. 23. Murid-muridku di TK PGRI Janti yang lucu-lucu dan aneh-aneh, horeee…Bu Guru dah lulus..jangan bilang lagi murid punya murid yach.. 24. Angel, sumber inspirasiku. Kita memang harus terus belajar…semoga kamu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh anak lain. Berbicaralah dengan semua orang, setiap kata adalah berharga.. 25. Danang (Omponk) n zeni (nyienk2) makasih pinjaman dananya. Aku jadi bisa daftar ulang deh…mbak Novi Eksi, makasih dah masarin produkku sampe Semarang , hasilnya bisa tak pake buat ngrampungin skripsi neh. 26. Semua saja yang membantuku berproses, terima kasih banyak. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna karena memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Yogyakarta, Penulis,
Th. Avila Debby Herawati I. S
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….....………i HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….……ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………....….iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………....……..v ABSTRAK………………………………………………………...………….…..vi ABSTRACT……………………………………………………...…………..…..vii KATA PENGANTAR……………………………………………………..........viii DAFTAR ISI………………………………………………………...………......xiii DAFTAR TABEL……………………………………………………….....……xvi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………...…..……...xvii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………………......1 B. Rumusan Masalah…………………………………………..……….…..8 C. Tujuan Penelitian……………………………………………..…….…...8 D. Manfaat Penelitian……………………………………………..….…….8 BAB II : LANDASAN TEORI A. Remaja………………………………………………...………….……...9 1. Pengertian Remaja……………………………………………...……9 2. Tahap Perkembangan Remaja…………………………………..…..10
xiii
B. Religiositas…………………………………...…………….….….12 1. Pengertian Religiositas…………………………………………......12 2. Aspek-Aspek Religiositas………………………………………….15 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Religiositas………….…….…18 C. Tempat Ibadah dan Beribadah………………………………...….…...20 1. Pengertian Tempat Ibadah………………………………...….…....20 2. Pengertian Beribadah………………………………………….…...21 D. Dinamika Perbedaan……………………………………..….....…..…..22 E. Hipotesis……………………………………………....……..……...…24 BAB III :METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………………………....………...25 B. Identifikasi Variabel Penelitian………………………………….....….25 C. Subyek Penelitian………………………………………..……..……...26 D. Metode Pengumpulan Data…………………………………....……....27 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………....…….…27 2. Pengembangan Alat Pengumpul Data…………………………..…29 E. Pengujian Kelayakan Alat Penelitian…………………………….....…35 1. Uji Preliminer…………………………….……..........…………....35 2. Uji Validitas ……………………………………….….....………..36 3. Uji Seleksi Item……………………………………......…………..37 4. Uji Reliabilitas……………………………….…………..………..37 F. Metode Analisis Data…………………………………………..…..….38 1. Uji Asumsi Analisis Data…………………………………....…….39
xiv
2. Uji Hipotesis Penelitian…………………………...…………..39 BAB IV : PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian………………………………..……..……………41 1. Persiapan Penelitian………………………....………...........….…..41 2. Orientasi Kancah…………………………….........………........………..41 3. Uji Coba Alat Ukur……………………………....……........……...43 B. Pelaksanaan Penelitian…………………………………..………..……46 C. Hasil Penelitian…………………………………………………....…...47 1. Uji Asumsi Penelitian………………………………..…..………...47 2. Uji Hipotesa……………………………………..…..……………..49 3. Kategorisasi Skor Penelitian…………………….…….…..……….52 D. Pembahasan………………………………………….……...………....55 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………....………………61 B. Saran………………………………………………….………...……..61 DAFTAR PUSTAKA ………………………………........……….…………….64 LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Blue Print Skala Religiositas…………………………………………32 Tabel IV.1 Distribusi Item Skala Religiositas Setelah Uji Coba…………...……44 Tabel IV.2 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Kolmogorof_Smirnov………….48 Tabel IV.3 Hasil Uji Homogenitas……………………………………………….49 Tabel IV.4 Rangkuman Hasil Hipotesa……………………………...…………..50 Tabel IV.5 Norma Kategori Skor……………………………………...………....53 Tabel IV.6 Kategori Religiositas Remaja yang Sering Pergi ke Tempat Ibadah...53 Tabel IV.7 Kategori Religiositas Remaja yang Jarang Pergi ke Tempat Ibada.…54
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Uji Coba Lampiran 2 Skor Kasar Skala Uji Coba Lampiran 3 Reliabilitas Data Skala Uji Coba Lampiran 4 Skor Setelah Seleksi Item Lampiran 5 Reliabilitas Setelah Seleksi Item Lampiran 6 Skala Penelitian Lampiran 7 Data Skala Penelitian Lampiran 8 Reliabilitas Data Skala Penelitian Lampiran 9 Tabel Uji Normalitas Lampiran 10 Tabel Uji Homogenitas Lampiran 11 Tabel T-Test Lampiran 12 Data Subyek Penelitian Lampiran 13 Surat Pengantar Penelitian Lampiran 14 Surat Keterangan Penelitian
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan perubahan jaman yang sangat pesat membawa dampak yang luar biasa bagi peradaban manusia. Kebutuhan manusia semakin kompleks sehingga menuntut setiap individu untuk giat bekerja tanpa henti. Produsen berlomba -lomba menciptakan produk terbaru, diikuti oleh konsumen yang berlomba -lomba memiliki produk terbaru tersebut. Dalam hal ini, uang menjadi sangat penting bagi tia p individu, karena merupakan alat paling ampuh untuk mendapatkan segala yang diinginkan. Praktis setiap orang menghabiskan waktunya untuk mencari uang dan sisa waktu yang ada untuk mencari kesenangan dengan uang yang telah didapat. Menghibur diri penting s etelah orang bekerja keras, sehingga tak ada lagi waktu tersisa untuk hal lain. Manusia mampu merubah jaman dan jaman mampu merubah manusia. Orang yang tak mampu mengikuti perkembangan jaman akan tersisih dengan sendirinya. Dampak pergeseran itu, kehidupan religius menjadi terbengkelai., bahkan Shihab (2003) menyatakan bahwa manusia Indonesia tidak religius. Semakin jarang orang yang masih memperhatikan kehidupan religiusnya. Di lain pihak, banyak pengurus tempat ibadah yang giat mencari dana untuk pembangunan tempat ibadah. Seringkali kita temui seseorang yang
1
2
mendatangi rumah-rumah untuk meminta sumbangan dengan atau tanpa membawa proposal pembangunan Mesjid. Dewan Paroki sebuah gereja bahkan ada yang sampai hati membagi kartu sumbangan pembangunan bulanan pada umatnya seperti layaknya kartu SPP milik anak sekolah. Hal itu dilakukan untuk membuat bangunan Gereja menjadi lebih megah dan banyak dikunjungi oleh umat. Monks (1989) mengatakan bahwa jumlah kaum muda yamg mengunjungi Mesjid atau Gereja secara te ratur semakin bertambah. Hal ini juga dikemukakan oleh Subandi (1994), yang mengungkapkan bahwa dalam dua dasawarsa ini terlihat adanya fenomena peningkatan kehidupan beragama di
seluruh
dunia.
Kalangan
generasi
muda
Negara -negara
timur
memperlihatkannya dengan membanjiri rumah -rumah ibadat. Adanya gejala gejala ini seakan menunjukkan suatu ironi dalam religiusitas dewasa ini (Martalena, 2004). Kata “religi”
berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya
adalah religare yang berarti mengikat (Driyar kara, 1988). Maksudnya adalah bahwa di dalam religi (agama) terdapat aturan -aturan dan kewajiban yang harus dilaksanakan, yang semuanya itu berfungsi mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Banyak ahli berpendapat bahwa agama atau religi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Mangunwijaya (1986),
3
istilah agama lebih menunjuk kepada Tuhan atau kepada “Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan -peraturan dan hukumnya, serta keseluruhan organisasi tafsir kitab -kitab keramat dan sebagainya yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan (Gessellschaft, bahasa Jerman). Zimbardo (dalam Dwiatmoko, 1993) berpenda pat bahwa religiositas memainkan peranan penting dalam cara hidup dan mengalami kehidupan. Religiositas lebih melihat aspek yang “di dalam libuk hati”, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena merupakan intimitas jiwa, du Coeur dalam arti pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawinya) kedalaman si pribadi manusia. Dan karena itu, pada dasarnya religiositas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang tampak, fo rmal, resmi. Religiositas lebih bergerak dalam tata paguyuban ( Gemeinschaft) yang cirinya lebih intim (Mangunwijaya, 1986). Religiositas menurut Scneiders (dalam Caroline, 1999) merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu . Religiositas dapat diartikan sebagai kehidupan beragama. Rm. Tom Jacobs (2002) mengatakan bahwa religiositas, khususnya sebagai iman persona, diungkapkan dalam agama dan diwujudkan dalam kehidupan sehari -hari. Menurut Hartoko (1987) religiositas dapat ta mpil sebagai overt behavior (perilaku tampak) dan covert behavior (perilaku tak tampak). Dalam perilaku tampak, religius dapat dilihat dari gerak tubuh atau ungkapan verbal
4
tertentu yang mengekspresikan keimanan manusia kepada Allah, misal: gerakan tubuh tertentu umat Islam saat menjalankan sholat, membuat tanda salib sebelum berdoa bagi umat Katolik. Perilaku tak tampak dari religiositas dapat terekspresikan dari pandangan individu yang diwarnai oleh ajaran agamanya. Tiap-tiap agama dan kepercayaan memilik i cara-cara yang khas dalam mengungkapkan imannya kepada Allah, hal ini memberi corak khas pula bagi penampilan religius penganutnya. Glock (Paloutzian, 1996) membagi religiositas menjadi 5 aspek atau dimensi: a) Religiositas belief, merupakan dimensi ideologi, memberi gambaran sejauh mana seseorang menerima hal -hal yang dogmatik dalam ajaran agamanya. b) Religiositas practice, merupakan dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban -kewajiban ritual agamanya. c) Religiositas feeling, merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami individu. d) Religiositas knowledge, merupakan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. e) Religiositas effect, merupakan dimensi konsekuensial, yakni mengungkap sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam
5
kehidupan sehari-hari. Kelima aspek di atas tidak dapat berdiri sendiri, mereka berhubungan satu dengan yang lainnya. Orang yang memiliki religiositas belief yang tinggi bisa dikatakan memiliki religiositas feeling dan menunjukkannya dalam religiositas practice (Paloutzian, 1996). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi religiositas. Thouless (1992) membedakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan
sikap
religiositas menjadi: a) Faktor sosial, yang meliputi pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial. Hal ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap religius, yaitu pendidikan dari orang tua, tradisi tradisi sosial, tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati lingkungan itu. b) Berbagai pengalaman yang membangun sikap religius, terutama pengalaman-pengalaman yang termasuk dalam: 1) Faktor alami, yang meliputi keindahan, keselarasan, dan kebaikan di dunia lain. 2) Faktor moral, yaitu konflik moral. 3) Faktor afektif, meliputi pengalaman emosional keagamaan. c) Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama terhadap kebutuhan keamanan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian.
6
d) Faktor-faktor intelektual, yaitu berbagai proses pemikiran verbal. Tiap orang memiliki perkembangan sikap religius yang berbeda karena proses pemikiran verbal tiap orang berbeda -beda pula. Dari uraian tersebut, Hurlock (1991) menganggap pentingnya tingkat perkembangan manusia sebagai faktor yang mempengaruhi kadar religiositas seseorang. Masa dewasa dini dianggap sebagai masa yang paling tidak religius, hal ini ditandai dengan menurunnya minat keagamaan, dan ini seringkali menimbulkan hambatan dalam bidang keagamaan . Tiap-tiap agama atau kepercayaan memiliki cara -cara yang khas dalam mengungkapkan imannya kepada Allah, hal ini memberi corak khas pula bagi penampilan religiositas penganutnya. Setiap agama juga memiliki tempat ibadah sendiri dimana umat dapat melaksana kan salah satu kewajibannya sebagai salah satu makhluk religius, yakni pergi ke tempat ibadah untuk beribadah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), tempat berarti ruang yang tersedia untuk melakukan sesuatu, sedangkan ibadah artinya perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan -Nya. Jadi tempat ibadah berarti tempat yang tersedia untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah -Nya dan menjauhi larangan-Nya. Setiap agama memiliki tempat ibadah sendiri, misalnya: Mesjid milik umat Islam, Gereja milik umat Kristen dan Katolik, Pura milik umat Hindu dan Wihara milik umat Budha.
7
Di Mekah, ada Batu Hitam yang dihormati oleh orang -orang Arab sebelum Muslim,
oleh Muhammad digabungkan ke dalam Mesjid yang
paling penting dalam dunia Islam. Batu itu dipasang dalam bangunan Ka’ba (‘kubus’) di sebuah lapangan Mekah dan tak seorang nonMuslim pun boleh mendekatinya. Adalah harapan setiap muslim untuk melakukan pezi arahan sekurang-kurangnya sekali selama hidupnya dan menyentuh atau mencium Batu itu. Peziarahan ke rumah Allah itu adalah satu dari ‘rukun Islam’. Mesjid adalah rumah Allah dan sedemikian suci. Seseorang yang tidak dalam keadaan bersih tidak boleh memasuk i suatu Mesjid. Lagi pula hanyalah mereka yang murni yang dapat memperoleh manfaat dengan mengunjunginya. Sebagai tempat-tempat untuk ibadat-ibadat Ilahi, mesjid-mesjid pada prinsipnya adalah ‘rumah -rumah di mana Allah mengijinkan pendiriannya dan penyebutan nama-Nya di dalamnya’. Itu berarti bahwa mesjid -mesjid dimaksudkan untuk pelayanan sebagaimana dituntut oleh hukum, untuk ibadah, doa, dan kewajiban -kewajiban religius lain. Sangat mulialah pergi ke Mesjid, karena untuk setiap langkah yang diambil, sese orang mendapat ampun bagi dosa-dosanya, Allah melindunginya pada penghakiman terakhir dan para malaikat juga membantunya (Dhavamony, 1995). Dari paparan di atas, maka peneliti berasumsi bahwa ada perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke t empat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah.
8
B. Rumusan Masalah Penelitian ini untuk menggali, apakah ada perbedaan religiusitas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris yang menunjukkan ada tidaknya perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Memberikan wacana tambahan bagi bidang Psikologi, khususnya Psikologi Agama, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur untuk penelitian yang lebih relevan di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Sebagai masukan bagi para pemuka agama, kaum religius maupun umat awam dalam menjalani dan mengimani kehidupan religiositasnya.
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja (Adolescene) berasal dari bahasa Yunani (pada akhir abad ke-16)
yaitu Adolescere , yang berarti tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa. Hurlock (1990) dan Rita (dalam Pengantar Psikologi, ed.XI jilid I) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang penuh gejolak dan tekanan serta perubahan yang penuh dengan perkembangan baru. Masih menurut Hurlock (1990), ada 8 ciri remaja yaitu: masa remaja sebagai periode yang penting, sebagai periode peralihan, sebagai periode perubahan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik, dan masa r emaja sebagai ambang masa dewasa. Masa remaja disebut sebagai ambang masa dewasa karena remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa agar mereka dianggap dewasa oleh lingkungannya. Oleh karena itu banyak diantara mereka yang merokok, minum minuman keras, menggunakan obat obatan terlarang, dan mulai memperhatikan penampilan ataupun merubah penampilan agar mereka dianggap sudah dewasa. WHO (dalam Sarwono, 1991) menyebutkan 3 hal mengenai masa remaja, yaitu: 1. Individu mengalami perkembangan yang dimulai dari tanda -tanda seks
10
sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seks. 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3. Individu mengalami peralihan dari ketegantun gan sosial ekonomi yang penuh ke keadaan yang relatif lebih mandiri. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan tentang remaja yaitu bahwa remaja berarti tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, sedangkan masa remaja merupakan masa pe ralihan dari kanakkanak ke dewasa yang penuh gejolak, tekanan, dan perubahan -perubahan bentuk-bentuk fisik, yang dapat menyebabkan timbulnya konsep diri kurang baik karena ketidakpuasan terhadap fisiknya. 2. Tahap Perkembangan Remaja Hurlock (dalam Andi, 1982), memberikan rentangan usia remaja antara 13-21 tahun, yang dibagi menjadi dua yaitu remaja awal (13/14 tahun sampai 17 tahun), dan remaja akhir (17 -21 tahun). WHO (dalam Sarwono, 1991), membagi tahapan perkembangan remaja menjadi dua yaitu remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir (15 20 tahun). Remplein (dalam Monks, 1996), memberikan batasan usia remaja yaitu 12-21 tahun, dan menambah masa krisis diantara masa pubertas dan adolescene. Remplein memberikan 4 tahapan dalam pembent ukan/ perkembangan remaja, yaitu: 1. Pra pubertas, terjadi pada umur 10 ,5 -13 tahun (wanita) dan 14-16 tahun
11
(laki-laki). 2. Pubertas, pada umur 13-15,5 tahun (wanita) dan 14-16 tahun (laki-laki). 3. Masa kritis, pada umur 15,5 -16,5 tahun (wanita) dan 16-17 tahun (lakilaki). 4. Adolescene / remaja, pada umur 16,5-20 tahun (wanita) dan 17-21 tahun (laki-laki). Hurlock (1990), membedakan usia remaja menjadi d ua periode yaitu: awal (13-16/16 tahun) dan akhir (16/17 -18/19 tahun) dengan diawali / dimulai dengan masa pubertas pada umur 12,5 -14,5 tahun (wanita) dan 14 16,5 (laki-laki). Berbeda dengan Hurlock, Thornburg (1982) mengacu pada masyarakat Amerika, usia r emaja terbagi dalam pandangan masyarakat yaitu: modern (11-22 tahun) dan tradisional (13 -18 tahun). Pada masyarakat modern anak-anak sudah memiliki pengetahuan seperti orang dewasa, sedangkan masyarakat tradisional menganggap usia 13 tahun masuk ke usia remaja yang diperpendek, karena anak -anak sudah dipaksa untuk hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang tua. Hurlock (1990) menyatakan garis pemisah antara masa remaja awal dan masa remaja akhir sekitar 17 tahun. Pada masa ini mereka memasuki sekolah menengah tingkat atas, dan saat ini diakui secara hukum di Indonesia sebagai usia remaja. Menjadi remaja menurut Furter (Monks, 1994) berarti juga mengerti nilai-nilai, tidak hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat
12
menjalankannya.
Diharapkan
sej alan
dengan
taraf
perkembangan
intelektualnya, remaja sudah dapat menginternalisasi penilaian moral, menjadikannya sebagai nilai pribadi sendiri, termasuk nilai dan ajaran agama. Nilai dan ajaran tersebut kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini, remaja yang akan diambil sebagai sampel penelitian adalah remaja menurut definisi dari Hurlock, yakni remaja akhir atau remaja yang berusia 17 -21 tahun.
B.
Religiositas 1. Pengertian Religiositas Kata “religi” berasal dari bahasa lati n religio yang akar katanya ialah religare yang berarti mengikat (Driyarkara, 1988). Maksudnya ialah bahwa di dalam religi (agama) terdapat aturan -aturan dan kewajiban yang harus dilaksanakan, yang semuanya itu berfungsi mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Banyak ahli berpendapat bahwa agama atau religi memiliki peran
yang
sangat
penting
bagi
kehidupan
manusia.
Menurut
Mangunwijaya (1986), istilah agama lebih menunjuk kepada Tuhan atau kepada “Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan peraturan dan hukum-hukumnya, serta keseluruhan
organisasi tafsir
13
kitab-kitab
keramat
dan
sebagainya
yang
melingkupi
segi -segi
kemasyarakatan (Gessellschaft, bahasa Jerman). Zimbardo (dalam Dwiatmoko, 1993) berpendapat bahwa religiositas memainkan peranan penting dalam cara hidup dan mengalami kehidupan. Religiositas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati”, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa, du Coeur
dalam arti pascal,
yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawinya) ke dalam si pribadi manusia. Dan karena itu, pada dasarnya religiositas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang tampak, formal, resmi. Religiositas lebih berg erak dalam tata paguyuban (Gemeischaft) yang cirinya lebih intim (Mangunwijaya, 1986). Dalam Bambang Sugiharto (2004), Kierkegaard menyatakan bahwa religius adalah tahap dimana orang sepenuhnya hidup dalam iman. Motivasi dasar perilaku orang dalam tahap in i adalah bagaimana menjalankan kehendak Tuhan. Hidup religius yang sejati adalah hidup tersenyum dalam duka, damai dalam aneka ketegangan, melangkah ringan dalam saat-saat yang berat dan menyesakkan. Baginya hidup, betapapun bopengnya selalu merupakan pera yaan yang tak berkesudahan. Terlepas dari pendapat tersebut, J. B. Pratt (dalam Ahmad N. P., 2000) mengartikan religi sebagai sikap yang serius dan sosial dari individu individu atau komunitas-komunitas kepada satu atau lebih kekuatan yang
14
mereka anggap memiliki kekuasaan tertinggi terhadap kepentingan dan nasib mereka. Manusia religius menurut Mangunwijaya (1986) adalah orang yang cinta pada kebenaran dan benci segala kebohongan serta kemunafikan. Dia seorang perasa yang halus, peka terhadap getaran getaran sedih orang lain, dan suka menolong. Dia banyak merenung tentang hakikat hidup dan mencari dengan tekun serta kritis lika -liku perangkap penipuan pada dirinya maupun masyarakat sekelilingnya. Dia dapat bergema terhadap segala yang indah dan luhur, sampai orang lain merasakan kedamaian dan kepastian bila dekat dengannya. Dia boleh jadi bukan orang yang sempurna atau teladan, akan tetapi toh terasa dan jujur harus diakui, dia manusia baik, dia punya antena religius. Religius menurut Scneiders (dalam Carolin e, 1999) merupakan salah satu unsur yang turut mempengaruhi perkembangan kepribadian individu. Religiositas dapat diartikan sebagai kehidupan beragama. Rm. Tom Jacobs (2002) mengatakan bahwa religiositas, khususnya sebagai iman personal, diungkapkan dalam agama dan diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hartoko (1987) religiositas dapat tampil sebagai overt behaviour (perilaku tampak) serta covert behaviour (perilaku tak tampak). Dalam perilaku tampak, religius dapat dilihat dari gerak tubuh atau ungkapan verbal tertentu yang mengekspresikan keimanan manusia
15
kepada Allah, misal: gerakan tubuh tertentu umat Islam saat menjalankan sholat; membuat tanda salib sebelum berdoa bagi umat Katholik. Perilaku tak tampak dari religiositas dapat terekspres ikan dari pandangan individu yang diwarnai oleh pandangan agamanya. Tiap -tiap agama atau kepercayaan memiliki cara -cara yang khas dalam mengungkapkan imannya kepada Allah, hal ini memberi corak khas pula bagi penampilan religiositas penganutnya. Religiositas menurut Meichati (dalam Caroline, 1999) dapat memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang dalam menghadapi tantangan dan cobaan hidup, memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis, serta menimbulkan kerelaan manusia menerima kenyataan sebagaimana telah ditakdirkan Tuhan. Berdasarkan teori-teori mengenai religiositas, maka dalam penelitian ini pengertian mengenai religiositas lebih mengacu pada pengertian kolaborasi antara Rm. Tom Jacobs (2002), Hartoko (1987), dan Meichati (dalam Caroline, 1999). 2. Aspek-Aspek Religiositas Banyak ahli membagi religiositas ke dalam aspek -aspek. Drewes dan Mojau (2003) menyebut lima aspek religiositas yakni: a.
aspek ajaran atau doktrin , setiap agama mengajarkan kebenaran
tertentu, b. aspek cerita atau hikayat yang das ariah, agama-agama mengenal
16
cerita atau hikayat dengan makna yang luar biasa, misalnya mengenai terjadinya dunia, c. aspek etika, setiap agama memberi petunjuk -petunjuk mengenai perilaku yang dianggap tepat, d. aspek upacara, setiap agama memiliki ritual -ritual yang dilakukan secara kolektif atau secara pribadi, misalnya perayaan tertentu, e. aspek pengalaman, agama-agama mengenal (supranatural), misalnya: kontak langsung dengan “kekuasaan tertinggi”. Glock (Paloutzian, 1996) membagi religiositas menjadi 5 aspek atau dimensi: a. Religiositas belief, merupakan dimensi ideology, memberi gambaran sejauh mana seseorang menerima hal -hal yang dogmatik dalam ajaran agamanya. Misalnya: percaya adanya surga, neraka, malaikat, kiamat, dan lain-lain. b. Religiositas practice, merupakan dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang
mengerjakan
kewajiban -kewajiban
ritual
agamanya.
Misalnya: mengikuti misa kudus pada hari Minggu bagi umat Katolik, kebaktian hari Minggu bagi umat Kristen Prot estan, berpuasa di bulan Ramadhan bagi umat Islam, tidak melakukan aktivitas pada hari raya Nyepi bagi umat Hindu, dan lain -lain. c. Religiositas feeling, merupakan dimensi perasaan, memberi gambaran tentang
perasaan-perasaan
keagamaan
yang
dialami
individ u.
17
Misalnya: merasa dicintai Tuhan, merasa dosanya diampuni, merasa doanya dikabulkan Tuhan. d. Religiositas knowledge, merupakan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Misalnya: orang tahu maksud hari raya agamanya, hukum/ dogma agamanya, memahami isi Kitab Suci, dan lain-lain. e. Religiositas effect,
merupakan dimensi konsekuensional, yakni
mengungkap sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi olehajaran agamanya dalam kehidupan sehari -hari. Misalnya: mau mengampuni kesalahan sesama, mendoakan dan mencintai musuh, dan lain -lain. Kelima aspek diatas tidak dapat berdiri sendiri, mereka berhubungan satu dengan yang lainnya. Orang yang memiliki religiositas belief
yang tinggi bisa dikatakan memiliki religiositas feeling dan
menunjukkannya dalam religiositas practice (Paloutzian, 1996). Lima aspek yang diungkapkan Glock diatas searah dengan aspek religiositas
Islam
sebagaimana
yang
diungkapkan
Kementerian
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (dalam Diana, 1999), yaitu: a. Aspek iman, menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan, malaikat, para Nabi dan sebagainya, b. Aspek Islam, menyangkut frekuensi, intensitas pelaksanaan ibadah
18
yang telah ditetapkan, misalnya shalat, zakat dan puasa, c. Aspek ihsan, menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan, takut melanggar larangan, dan lain -lain, d. Aspek ilmu, menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaran -ajaran agama, dan e. Aspek
amal,
menyangkut
tingkah
laku
dalam
kehidupan
bermasyarakat, misalnya menolong orang lain, membela orang lemah, bekerja dan sebagainya. Pembagian aspek religiositas yang akan dig unakan dalam penelitian ini mengacu kepada rumusan Glock (dalam Paloutzian, 1996).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiositas Thouless (1992) membedakan faktor -faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap religiositas menjadi: a. Faktor sosial, yang meliputi pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial. Hal ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap religius, yaitu pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati lingkungan itu. b. Berbagai pengalaman yang membangun sikap religius, terutama pengalaman-pengalaman yang termasuk dalam:
19
1.Faktor alami, yang meliputi keindahan, keselarasan, dan kebai kan di dunia lain. 2.Faktor moral, yaitu konflik moral. 3.Faktor afektif, meliputi pengalaman emosional keagamaan. c. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama terhadap kebutuhan keamanan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian. d. Faktor-faktor intelektual, yaitu berbagai proses pemikiran verbal. Tiap orang memiliki perkembangan sikap religius yang berbeda karena proses pemikiran verbal tiap orang berbeda -beda pula. Dari uraian mengenai faktor -faktor
yang mempengaruhi
religiositas, ternyata Hurlock (1991) menganggap pentingnya tingkat perkembangan manusia sebagai faktor yang mempengaruhi kadar religiositas seseorang. Masa dewasa dini dianggap sebagai masa paling tidak religius, hal ini ditandai dengan menurunnya minat keagamaan, dan ini seringkali menimbulkan hambatan dalam bidang keagamaan. Greely (1988) mengatakan bahwa dalam sebagian besar penelitian mengenai religiositas, kaum muda tampaknya kurang religius dibandi ngkan dengan golongan usia setengah umur dan golongan setengah umur barangkali lebih sedikit religius dibandingkan kaum tua. Biasanya kurangnya ketaatan beragama pada kaum muda dihubungkan dengan proses sekularisasi yaitu perubahan dalam keyakinan moral da n ritual.
20
C. Tempat Ibadah dan Beribadah 1. Pengertian Tempat Ibadah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), tempat berarti ruang yang tersedia untuk melakukan sesuatu, sedangkan ibadah artinya perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang dida sari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan -Nya. Jadi, tempat ibadah berarti ruang yang tersedia untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah -Nya dan menjauhi laragan Nya. Di Indonesia ada 5 agama dan kep ercayaan yang diakui keberadaan-Nya. Masing-masing agama tersebut memiliki tempat ibadah sendiri-sendiri. Tempat ibadah dari 5 agama yang ada di Indonesia menurut pengertian Peter dan Yeni (dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 1991) yakni: a. Agama Islam 1) Mesjid: bangunan suci yang digunakan untuk tempat sembahyang orang Islam. 2) Musala: bangunan tempat sholat yang lebih kecil daripada Mesjid. 3) Surau: Langgar, tempat ibadah umat Islam. b. Agama Kristen dan Katolik 1) Gereja: gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.
21
2) Kapel: Tempat beribadah umat Kristen yang lebih kecil daripada Gereja. Ruangan kecil di Gereja yang mempunyai altar. Ruangan atau bangunan yang digunakan sebagai tempat kebaktian, misalnya di sekolah. c. Agama Hindu 1) Pura: tempat beribadat umat Hindu Dharma. 2) Puri: rumah pemujaan umat Hindu. d.
Agama Budha 1) Wihara: biara yang didiami oleh para biksu atau pendeta Budha. 2) Candi: bangunan kuno yang terbuat dari batu (sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenasah raja -raja atau pendetapendeta Hindu atau Budha pada zaman dulu).
2. Pengertian Beribadah Beribadah berasal dari kata “ibadah” yang artinya perbuatan yang dilakukan berdasarkan rasa bakti dan taat kepada Allah, untuk menjalankan perintah-Nya, serta menjauhi larangan -Nya. Beribadah berarti mengerjakan segala kewajiban yang diperintahkan Allah (Peter dan Yeni dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 1991).
22
D. Dinamika perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah Dewasa ini kehidupan beragama pada individu-individu semakin kurang diperhatikan, oleh karena itu masyarakat di mana di dalamnya masih terdapat individu-individu yang peduli terhadap keberagamaan, mencoba melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan keberagamaan tersebut. Saat ini mulai banyak bermunculan tempat peribadatan pada tiap -tiap kantor yang semakin lama semakin banyak juga para pegawai yang memanfaatkannya. Banyak sekolah yang sudah memiliki Musala, sehingga siswa -siswanya dapat menjalankan ibadahnya (misalnya: sholat Jumat yang merupakan ibadah wajib bagi setiap laki-laki muslim). Beribadah di tampat ibadah dipandang efektif untuk memupuk religiositas bagi kalangan tertentu. Berdoa dan beribadah sejatinya dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, namun tak jarang p ula orang memandang bahwa tempat ibadah adalah tempat paling tepat untuk memupuk religiositas. Contohnya saja Seminari Menengah Mertoyudan yang mewajibkan siswa -siswanya mengikuti misa harian di Kapel dan asrama putri SMA Pangudi Luhur Sedayu yang mengharuskan para penghuninya untuk mengikuti misa harian di Gereja St. Theresia Sedayu, semuanya itu dimaksudkan untuk memupuk religiositas pada diri kaum muda-kaum muda tersebut. Padahal tanpa pergi ke Kapel atau ke Gereja pun mereka juga dapat melakukan ibadah dengan cara berdoa sendiri yang mungkin sekali akan lebih tulus dan dihayati karena timbul dari kesadaran
23
pribadi, bukan semata-mata sebagai suatu kewajiban atau tradisi belaka. Benarkah berdoa dan beribadah di tempat ibadah lebih efektif untuk memupuk religiositas seseorang? Crichton (1987) mengatakan bahwa sikap sadar akan panggilan Tuhan adalah sikap yang harus dipersiapkan seseorang sebelum mengikuti misa, karena setiap kali jemaat Kristen berkumpul untuk perayaan ekaristi, mereka dipanggil oleh Tuhan. Dari pernyataan tersebut, muncul asumsi bahwa semakin sering seseorang mengikuti misa (baik di Kapel atau di Gereja) maka orang tersebut akan semakin sadar akan panggilan Tuhan, semakin “dekat” pada Tuhan. Dister (1982) menyatakan bahwa semakin semakin se seorang mengakui adanya Tuhan dan kekuasaan -Nya, maka akan semakin tinggi tingkat religiositasnya. Daradjad (1978) mengemukakan tentang kesadaran agama (religious counsciousness) yang merupakan aspek kognisi dari aktivitas agama dan pengalaman agama (religious experience) yang membawa perasaan pada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (alamiah). Dari ketiga pendapat tersebut dapat dibuat suatu analogi: semakin sering orang pergi ke tempat ibadah, ia semakin mengakui Tuhan. Semakin seseorang mengakui Tuha n, ia makin religius. Jadi, semakin sering seseorang pergi ke tempat ibadah, maka ia akan semakin religius. Berlawanan dengan pendapat di atas, Drewes dan Mojau (2003) menyatakan bahwa bahaya bagi agama yang terorganisir ialah, bahwa kehidupannya cenderung menjadi sangat formal dan ritualistik. Misalnya:
24
menghadiri ibadah hanya pada saat -saat tertentu, tanpa memperhatikan isinya, sudah dianggap cukup untuk hidup sebagai orang beragama. Dalam suasana seperti itu bisa terjadi ketidaksesuaian antara kata (yang salah) dan perbuatan (yang jahat). Ketidaksesuaian antara kata dan perbuatan ini pada gilirannya akan menghasilkan sikap sinis terhadap ajaran agama. Senada dengan Drewes dan Mojau, Bouyer (1994) mengungkapkan bahwa dalam menghayati agamanya, orang dapat jatuh dalam literalisme yakni hanya terpaku pada medium atau sarana pewahyuan Ilahi ( modus significandi) dan tidak melihat apa yang dimaksudkan (res significata). Dari dua pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa seringnya orang menjalani rutinitas keagama an, termasuk rajin pergi ke tempat ibadah justru mengancam religiositas seseorang, apakah benar-benar religius, ataukah hanya sebagai “pangkat” saja. Dua kutub pendapat yang saling bertolak belakang tersebut tetap memunculkan asumsi bahwa ada perbedaan rel igiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah. Hal tersebut mendorong peneliti untuk menggali tentang perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang perg i ke tempat ibadah. E.
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah.
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah komparatif dengan menggunakan metode kuesioner. Penelitian komparasi akan menemukan perbedaan tentang benda, orang, kerja dan ide-ide terhadap orang, kelompok, ide atau prosedur kerja ( Arikunto, 1989). Penelitian ini adalah komparatif, yang bertujuan untuk melihat perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah. B. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1983). Variabel adalah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam-macam nilai dan bervariasi (Kerlinger, 2000). Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab kemunculan variabel terikat yang dipandang sebagai akibatnya (Kerlinger, 2000). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah frekuensi pergi ke tempat ibadah. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah variabel yang diramalkan dan dipandang sebagai akibat yang muncul oleh adanya variabel bebas (Kerlinger, 2000). Variabel
26
terikat dalam penelitian ini adalah religiositas.
C. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa -siswi SMA Pangudi Luhur Sedayu yang termasuk dalam usia remaja menurut definisi dari Hurlock, yakni remaja akhir atau remaja yang berusia 17 -21 tahun. Adapun kriteria subyek yang diambil sebagai sampel penelitian in i antara lain: 1. Laki-laki atau Perempuan Jenis kelamin subyek dalam penelitian ini tidak dibedakan karena pengambilan subyek memakai teknik sampling kuota. 2. Usia Remaja Akhir Menjadi remaja menurut Furter (Monks, 1994) berarti juga mengerti nilai-nilai, tidak hanya memperoleh pengertian saja, melainkan juga dapat menjalankannya. Sejalan dengan taraf perkembangan intelektualnya, remaja sudah dapat menginternalisasi penilaian moral, menjadikannya sebagai nilai pribadi sendiri, termasuk nilai dan ajaran ag ama. Dari pernyataan tersebut, peneliti berasumsi bahwa masa remaja akhir memang sudah saatnya memiliki kepedulian terhadap kehidupan religiusnya dan kita akan dapat melihat perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah sejak awal, yakni sejak religiositas mulai mendapat tempat khusus dalam diri seorang individu.
27
3. Beragama Subyek harus menganut salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, yakni: Islam, Kristen, Katholik, Hindu atau Budha, karena yang dilihat dalam penelitian ini adalah perbedaan religiositas dan itu tak bisa lepas dari kehidupan beragama seseorang.
D. Metode Pengumpulan Data 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional adalah spesifikasi
kegiatan penelitian dalam
mengukur variabel dengan kata lain penegasan arti dari konstruk atau variabel yang digunakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya (Kerlinger, 2000). Dalam penelitian ini akan dijelaskan definisi operasional tentang variabel religiositas dan frekuensi pergi ke tempat ibadah. a. Religiositas Religiositas dalam penelitian ini adalah perilaku tampak maupun tidak tampak yang mengekspresikan keimanan manusia kepada Allah, diungkap dalam agama dan diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari -hari yang memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang dalam menghad api tantangan dan cobaan hidup, memberi bantuan moral dalam menghadapi krisis serta menimbulkan kerelaan manusia menerima kenyataan sebagaimana telah ditakdirkan Tuhan. Atau secara sederhana, religiositas yang dimaksud disini adalah perilaku sehari-hari baik yang tampak ataupun tidak tampak sebagai
28
ekspresi iman, kekuatan jiwa dan kepasrahan kepada Tuhan. Dalam penelitian ini akan digunakan 4 aspek dari 5 aspek religiositas menurut rumusan Glock (dalam Paloutzian, 1996), yakni aspek ideologi, perasaan, intelektual, dan konsekuensional. Aspek ritual dibuang dengan alasan untuk menghindari tumpang tindih antara aspek ritual dengan variable bebas dalam penelitian ini, yakni frekuensi pergi ke tempat ibadah. b. Frekuensi pergi ke tempat ibadah Frekuensi pergi ke tempat ibadah yang dimaksud disini adalah seberapa sering seseorang pergi ke tempat ibadah. Di sini peneliti mengelompokkan subyek ke dalam dua kelompok, yakni kelompok sering dan kelompok jarang. Patokan yang digunakan dalam pengelompokan tersebut disesuaikan dengan agama yang dianut oleh tiap -tiap subyek. Yang termasuk dalam kelompok sering sesuai dengan agamanya adalah: 1.
Islam:
subyek yang rutin pergi ke Mesjid pada jam -jam sholat, dan subyek laki-laki yang selalu mengikuti sholat Jumat di Mesjid,
subyek yang selalu mengikuti pengajian di Mesjid, baik pada hari hari biasa dan sholat I’ed di hari raya.
2.
Kristen :
Minimal selalu mengikuti kebaktian setiap hari minggu di Gereja
Mengikuti kebaktian mingguan dan tiap hari raya agama
29
3.
4.
Katholik:
Minimal rutin menghadiri misa mingguan
Rutin menghadiri misa harian
Mengikuti misa harian, mingguan dan misa hari raya
Hindu:
Menghadiri upacara keagamaan secara rutin pada waktu -waktu yang telah ditentukan dan juga setiap hari raya
5.
Budha:
Minimal megikuti puja bakti seminggu sekali, dan juga menghadiri puja bakti setiap hari raya.
2. Pengembangan Alat Pengumpul Data a. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner berskala (Scaled Questionare) yaitu kuesioner religiositas yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti sendiri berdasarkan teori religiositas dari Rm. Tom Jacobs (2002), Hartoko (1987) dan Meichati (dalam Caroline, 1999) dalam bentuk skala bertingkat yang memuat pernyataan -pernyataan yang dapat memperlihatkan tingkat religiositas baik orang yang sering pergi ke tempat ibadah maupun orang yang jarang pergi ke tempat ibadah. Skala tersebut disusun dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan
30
(summated rating), yaitu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Gable, dalam Azwar, 1999). Dalam skala yang menggunakan rating yang dijumlahkan
(summated rating) ini, subyek diminta untuk merespon
pernyataan-pernyataan
yang
dirumuskan
sec ara
favorable
maupun
unfavorable tentang suatu obyek. Dalam hal ini obyek skala adalah religiositas. Untuk masing-masing indikator terdapat pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable dalam jumlah yang seimbang. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung secara teknis atau memihak obyek yang akan diukur, sebaliknya pernyataan yang tidak mendukung ataupun kontra terhadap obyek yang hendak diukur disebut pernyataan unfavorable. b. Penyusunan Item Item-item dalam penelitian ini disusun berdasa rkan blue print yang berisi rincian aspek-aspek religiositas menurut rumusan Glock (dalam Paloutzian, 1996). Skala religiositas yang disusun terdiri dari 56 butir item dan secara keseluruhan butir -butir pernyataan di dalam skala terdiri atas pernyataan favorable dan unfavorable yang meliputi 4 komponen, yaitu: 1) Ideologi Individu yang memiliki religiositas tinggi memiliki kepercayaan tentang adanya Tuhan yang mencipta alam semesta, percaya mengenai kehendak Tuhan untuk manusia, percaya mengenai bagaimana k ehendak
31
Tuhan terjadi dalam diri manusia. Indikator perilaku dari aspek ideologi adalah percaya bahwa Tuhan yang mencipta alam semesta, percaya mengenai kehendak Tuhan untuk manusia dan percaya adanya surga, neraka, Malaikat, kiamat, dan lain -lain. 2) Perasaan Gambaran suasana yang dimiliki individu yang religius selalu berkaitan dengan kerinduan, keinginan untuk bersatu dengan Yang Ilahi, pengalaman fisik, psikologis dan spiritual seseorang dan keinginan untuk menganut suatu agama tertentu. Indikator peril aku yang mungkin digali adalah merasa dicintai Tuhan, merasa doanya dikabulkan, dan merasa dosanya diampuni. 3) Intelektual Secara teoritis, individu yang religius memiliki pengetahuan yang baik mengenai kepercayaan agamanya, sumber -sumber tentang agamanya, dan sejarah naskah suci dalam agamanya. Indikator perilaku yang diselidiki melalui penelitian ini adalah memahami hukum atau dogma dan Kitab Suci agamanya, mengetahui maksud hari raya agamanya dan mengetahui sejarah naskah suci dalam agamanya. 4) Konsekuensional Aspek ini mengungkap sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sehari -hari. Indikator perilaku yang terdapat dalam item-item dalam skala ini adalah mau mengampuni
32
kesalahan sesama dan mendoakan serta mencintai musuhnya. Komponen religiositas secara rinci dapat dilihat pada blue print di bawah ini:
Tabel III. 1 Blue Print Skala Religiositas No. Aspek dan Indikator Perilaku 1
Favorable
Unfavorable
5, 9
2, 15
31, 35, 42
25, 37
10, 50
20, 51, 54
1, 8
12
26, 40
27, 36
Bobot (%)
Ideologi a. Percaya bahwa Tuhan yang mencipta alam semesta. b. Percaya mengenai kehendak
25%
Tuhan untuk manusia. c. Percaya
adanya
Surga,
neraka, malikat, kiamat, dll. 2
Perasaan a. Memiliki keinginan
kerinduan untuk
dan
bersatu
dengan Yang Ilahi. b. Merasa
dicintai
Tuhan,
karena doanya dikabulkan. c. Pengalaman fisik, psikologis
25% 48
13, 14
33
dan spiritual. d. Merasa dosanya diampuni. 3
22, 56
49, 55
16, 17, 23
6, 7
30, 47
28, 38, 52
Intelektual a. Memahami hukum / dogma dan isi Kitab Suci agamanya. b. Mengetahui maksud hari raya agamanya. c. Mengetahui sejarah naskah
25% 34, 43
21, 29
3, 4, 24
11, 18, 19,
suci dalam agamanya. 4
Konsekuensional a. Mau mengampuni kesalahan sesama.
53
b. Mendoakan dan mencintai
25%
32, 33, 44
musuh.
39, 41, 46 TOTAL
28 item
28 item
(50%)
(50%)
100%
Keterangan: setiap aspek diberi bobot persentase sama karena tidak ada dasar yang kuat untuk membedakan bobot tiap aspek (Azwar, 1999).
34
c. Pemberian Skor Dalam skala ini, subyek dihadapkan pada berbagai pernyataan dari tiap-tiap item dengan empat pilihan jawaban sebagai alternatifnya. Alternatif jawaban
dibuat
menjadi
empat,
maksudnya
agar
subyek
dapat
memperkirakan sendiri jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, masuk dalam kategori yang mana. Dari total skor yang diperoleh nantinya, akan didapat gambaran yang lebih mendekati kondisi yang sebenarnya. Untuk mengetahui kelompok subyek mana yang lebih religius, akan dilihat dari rerata yang muncul.
Untuk pernyataan yang mendukung atau item yang
favorable,
pemberian skor pada alternatif jawabannya adalah sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS)
:4
Sesuai (S)
:3
Tidak Sesuai (TS)
:2
Sangat Tidak Sesuai (STS) : 1 Untuk pernyataan yang tidak mendukung atau item yang unfavorable pemberian skor pada alternatif jawabannya adalah sebagai berikut: Sangat Tidak Sesuai (STS) : 4 Tidak Sesuai (TS)
:3
Sesuai (S)
:2
Sangat Sesuai (SS)
:1
35
E. Pengujian Kelayakan Alat Penelitian 1. Uji Preliminer Sebelum kuesioner dikirimkan pada responden yang sesungguhnya, pada umumnya diadakan try out preliminer terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah item-item yang telah disusun dapat dimengerti oleh subyek seperti dimaksud oleh penyusun item. Maksud try out preliminer ini adalah untuk menghindari pernyataan pernyataan yang kurang jelas maksudny a, untuk meniadakan kata-kata yang terlalu asing atau yang menimbulkan kecurigaan, untuk memperbaiki pernyataan-pernyataan yang bisa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban jawaban dangkal, untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian (Hadi, 1995).
2. Uji Validitas Validitas dapat diartikan sebagai ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabi la alat tersebut mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1999). Pada penelitian ini pengukuran validitas alat tes yang digunakan adalah metode validitas isi. Validitas isi ( Content Validity) ini merupakan validitas yang estimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional, untuk melihat
36
sejauh mana isi tes tersebut mencerminkan atribut yang hendak diukur, sehingga alat tes tersebut harus relevan dan tidak keluar dari batas tujuan ukur (Azwar, 1999). Validitas isi dilakukan melalui professional judgement yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Jumlah item yang diajukan untuk uji coba adalah 56 item. Dasar kerja yang digunakan dalam professional judgement adalah memilih item-item yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sehingga item yang disusun tidak memperlihatkan kualitas yang baik, harus disingkirkan atau direvisi lebih dahulu sebelum menjadi bagian dari tes (Azwar, 1995). Validitas isi akan tercapai apabila item -item tes memberi kesimpulan bahwa tes tersebut mengukur aspek -aspek yang relevan. Untuk menentukan apakah item tes telah aspek -aspek yang relevan dilakukan dengan cara pemeriksaan ulang kecocokan isi item dengan blue print-nya.
3. Uji Seleksi Item Uji seleksi item dilakukan dengan cara menguji kualitas item -itemnya. Seleksi item dalam penelitian ini yaitu melalui pendekatan konsistensi internal, dimana pengujian konsistensi item dilakukan dengan menghitung koefisiensi korelasi antara skor subyek pada setiap ite m dengan skor total skala sehingga akan diperoleh suatu indeks daya beda item. Indeks daya beda item inilah yang menunjukkan perbedaan antar subyek pada aspek yang hendak diukur oleh
37
skala yang bersangkutan. Adapun syarat item yang terpakai yaitu apabila k oefisien item totalnya memiliki daya diskriminasi lebih atau sama dengan 0,30. Menurut Azwar (1999), indeks diskriminasi item lebih atau sama dengan 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan, namun apabila koefisien validitas itu kurang dari 0,30 biasanya dianggap sangat tidak memuaskan.
4. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan dan konsistensi (Azwar, 1999). Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran t erhadap kelompok subyek yang sama menghasilkan angka yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Pendekatan yang digunakan dalam penghitungan reliabilitas alat tes ini adalah koefisien alpha Cronbach, sebab koefisien alpha (α) mempunyai nilai praktis dan koefisien yang tinggi karena hanya dilakukan sekali pada sekelompok subyek (Azwar, 1999). Reliabilitas telah dianggap memuaskan bila koefisien mencapai (rxx’) = 0,900. Namun koefisien yang tidak setinggi itu biasanya sudah dianggap cukup baik (Azwar, 1999). Dengan koefisien reliabilitas 0,900 berarti ada perbedaan (variasi) yang terjadi pada skor murni sekelompok subyek yang bersangkutan. Dengan kata lain bahw a 10% dari perbandingan skor yang tampak disebabkan oleh variasi atau kesalahan
38
pengukuran tersebut (Azwar, 1999). Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas ( rxx’) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semaki n tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi pula reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0, semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 1999). Pendekatan konsistensi internal melalui prosedur Cronbac h alpha ini bertujuan melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalan skala. Pendekatan ini juga dimaksudkan untuk menghindari masalah yang biasanya timbul dari pendekatan tes ulang dan bentuk pararel. Prosedur pendekatan ini menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok subyek. Oleh karena itu, pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi.
F. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data hasil penelitian yang masih berupa data kasar menjadi data yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah uji. t dengan menggunakan program independent sample t. test dari SPSS 10,00 for windows. Uji. t digunakan denga n alasan untuk melihat perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dengan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah. Melalui uji. t dapat dilihat perbedaan mean antara
39
kedua sample (Hadi, 1992).
1. Uji Asumsi Analisis Data Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, terlebih dulu dilakukan uji asumsi data yang meliputi: a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas dan variabel tergantung be rsifat normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS versi 10,00 dengan One Sample Kolmogorof-Smirnov Test. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians dari sampel yang akan diuji tersebut sesuai atau sam a. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test for Equality of Variance.
2. Uji Hipotesis Penelitian Data yang telah diperoleh akan diberi skor secara kuantitatif sesuai dengan cara penilaian terhsadap skala. Kemudian, akan diuji denga n menggunakan teknik uji. t dengan menggunakan Independent Sampling t. Test. Adapun alat bantu yang digunakan dalam pengolahan data tersebut menggunakan program SPSS versi 10,00. Uji. t sendiri merupakan suatu cara untuk membandingkan dua kelompok subyek d engan mencari perbedaan mean antara sifat, tingkah
40
laku atau keadaan dua kelompok. Metode ini digunakan dengan alasan untuk menguji apakah rata-rata (mean) religiositas remaja akhir yang sering pergi ke tempat ibadah berbeda secara signifikan dengan religi ositas remaja akhir yang jarang pergi ke tempat ibadah.
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian 1. Persiapan Penelitian Langkah pertama yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian adalah membuat surat keterangan dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Surat tersebut berfungsi sebagai surat pengantar dari pihak universitas untuk memperoleh perijinan me lakukan penelitian di instansi pendidikan yang dituju. Peneliti mendapatkan surat ijin yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan nomor: 07.a/D/Psi/USD/II/2006 yang pada langkah berikutnya diserahkan peneliti kepada pimpinan Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Sedayu sebagai lokasi penelitian yang sesungguhnya. 2. Orientasi Kancah SMA Pangudi Luhur Sedayu didirikan pada tahun1967 atas prakarsa dari masyarakat dan Pastor Paroki Sedayu yang merasa prihatin melihat bahwa banyak anak lulusan SMP pada masa itu yang kesulitan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Jauhnya jarak dan sulitnya transportasi dari sedayu ke Yogyakarta membuat sebagian besar lulusan SMP memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya, karena tidak adanya sekolah
42
menengah di Sedayu. Awalnya sekolah ini bernama SPG Santo Paulus, namun pada perkembangan selanjutnya yakni pada tahun 1968, sekolah ini berada dibawah naungan Yayasan Pangudi Luhur yang dikelola oleh Bruder bruder FIC. Setahun kemudian, atas kebijakan pemerintah bahwa semua SPG harus ditutup dan dengan berdasar pada SK Mendikbud RI tertanggal 25 Februari 1989, maka SPG Santo Paulus beralih fungsi menjadi SMA. Secara umum, SMA Pangudi Luhur Sedayu memiliki dua tujuan. Pertama, meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan siswa agar mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sejalan dengan perkembangan jaman dan teknologi. Kedua, meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan interaksi sosial dengan budaya dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan tujuan tersebut, SMA Pangudi Luhur Sedayu selalu berusaha memperkaya siswa dengan pendidikan nilai, pembentukan pribadi dan pendidikan ketrampilan. SMA Pangudi Luhur Sedayu memiliki tenaga pengajar yang rata -rata S1 dan merupakan persekutuan yang selalu menekankan kerjasama dengan semangat Sang Guru Sejati. Dengan pengajar profesional dan berkompeten di bidangnya tersebut, sekolah ini mengupayakan agar peserta didik dapat berkembang secara utuh dalam keunggulan, keharmonisan, intelektualitas, sosialitas, humanitas dan religiositasnya. Kesadaran bahwa pendidikan yang baik bukan menjadikan murid hanya sebagai konsumen tapi juga sebagai produsen diterapkan sungguh melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
43
telah diberlakukan di sekolah ini dan didukung oleh hubungan yang baik dan seimbang antar tiga komponen pendidikannya, yakni: murid, guru dan sistem managerial yang baik dan rapi. 3. Uji Coba Alat Ukur Hasil penelitian yang akurat memerlukan alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Untuk mendapatkan alat ukur yang handal tersebut maka skala yang digunakan dalam penelitian ini diujicobakan terlebih dahulu, kemudian dihitung validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut sebelum dikenakan pada subyek penelitian. Uji coba alat ukur dikenakan pada 40 subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Pengambilan subyek uji coba alat ukur dilakukan secara acak dari beberapa SMA yang berbeda-beda. Dari data yang diperoleh tersebut kemudian diuji validitas dan reliabilitas alat ukurnya. a. Validitas Isi Uji validitas isi dilakukan sebelum uji coba dilaksanakan. Validitas isi dilihat berdasarkan analisis rasional terhadap item -item pada skala yang akan diberikan serta berdasarkan pendapat profesional. Item-item
yang telah
disusun diperiksa relevansinya den gan
komponen atribut yang diukur. Pemeriksaan relevansi tersebut dilakukan berdasarkan analisis rasional yang dilakukan oleh peneliti dan teman teman peneliti, sedangkan pendapat profesional diperoleh melalui koreksi yang diberikan oleh dosen pembimbing.
44
b. Analisis Item Syarat item yang terpakai adalah apabila koefisien item totalnya memiliki daya diskriminasi lebih atau sama dengan 0,30. Menurut Azwar (1999), indeks diskriminasi item lebih atau sama dengan 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan, namun apabila koefisiennya kurang dari 0,30 dianggap sangat tidak memuaskan. Setelah dilakukan analisis item, ternyata terdapat 11 butir item yang gugur yaitu item nomor 3, 4, 6, 7, 21, 22, 37, 49, 51, 55, 56. Dari 56 item yang diujicobakan terdapat 45 i tem yang valid. Sebaran item yang valid dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel IV. 1 Distribusi Item Skala Religio sitas Setelah Uji Coba No.
Aspek dan Indikator Perilaku
Favorable
Unfavorable
Bobot (%)
1.
Ideologi a. Percaya yang
bahwa
Tuhan
mencipta
alam
5, 9
2, 15
semesta. b. Percaya kehendak
29% mengenai Tuhan
untuk
adanya
surga,
31, 35, 42
25, 37
10, 50
20, 54
manusia. c. Percaya
neraka, malaikat, kiamat,
45
dll. 2.
Perasaan a. Memiliki kerinduan dan
1, 8
12
26, 40
27, 36
48
13, 14
-
-
16, 17, 23
-
30, 47
28, 38, 52
34, 43
29
24
11, 18,
keinginan untuk bersatu dengan yang Ilahi. b. Merasa
dicintai
Tuhan,
23%
karena doanya dikabulkan. c. Pengalaman
fisik,
psikologis, dan spiritual. d. Merasa dosanya diampuni. 3.
Intelektual a. Memahami hukum/ dogma dan
isi
Kitab
Suci
agamanya. b. Mengetahui maksud hari
24%
raya agamanya. c. Mengetahui sejarah naskah suci dalam agamanya. 4.
Konsekuensional a. Mau mengampuni kesalahan sesama. b. Mendoakan dan mencintai
19, 53 32, 33, 44
39, 41, 46
23 (51%)
22 (49%)
24%
musuh. TOTAL
c. Uji Reliabilitas Alat Ukur
100%
46
Reliabilitas
sebenarnya
mengacu
kepada
konsistensi
atau
keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2002). Pengujian reliabilitas untuk skala ini dilakukan dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha. Reliabilitas skala Religiositas diperoleh dengan menggunakan model Alpha dari program SPSS versi 10.00 for Windows dan diperoleh reliabilitas sebesar 0,9173. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas tinggi jika koefisien reliabilitasnya mendekati 1,00 (Azwar, 2002). Hal ini berarti bahwa skala religiusitas memiliki reliabilitas yang tinggi sehingga layak digunakan dalam penelitian.
B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Argosari, Sedayu, Bantul. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2006. Seperti halnya dengan uji coba alat penelitian sebelumnya, teknik pengambilan sample dilakukan melalui purposive sampling yaitu memilih subyek yang benar benar mewakili karakteristik tertentu yang dipandang mempunyai sangkut -paut yang erat dengan cirri-ciri atau sifat populasi yang sudah ditentukan sebelumnya (Hadi, 1996). Subyek penelitian ini berjumlah 82 orang, yang keseluruhannya memiliki karakteristik yang sudah ditentukan dalam penelitian ini, yakni: remaja berusia 17-21 tahun, berjenis kelamin laki -laki atau perempuan dan menganut salah satu
47
agama yang ada di Indonesia. Dari keseluruhan angket yang disebar, 80 angket dianalisis dan 2 angket tidak dianalisis karena pengisian data yang tidak lengkap. Selanjutnya dari 80 angket yang dianalisis tersebut dikelompokkan menjadi d ua, yakni 40 angket adalah sumber data religiositas orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan 40 angket lainnya merupakan sumber data religiositas orang yang jarang pergi ke tempat ibadah.
C. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Penelitian Untuk mendapatkan kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji homogenitas (Arikunto, 1989). a. Uji Normalitas Sebaran Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi sebaran variabel bersifat normal atau tidak (Arikunto, 1989). Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS For Windows 10,00 dengan One Sample Kolmogorov_Smirnov Test .
Tabel IV. 2
48
Hasil Penghitungan Uji Normalitas Kolmogorov_Smirnov Remaja yang sering
Remaja yang
pergi ke tempat ibadah
jarang pergi ke tempat ibadah
Kolmogorov_Smirnov
0,711
0,984
Asymp. Sig (p) 2-
0,692
0,287
tailed
Untuk uji normalitas skor religiositas pada remaja yang sering pergi ke tempat ibadah diperoleh p sebesar 0,692 , karena p>0,05 maka distribusi skor religiositas adalah normal. Hasil uji normalitas untuk skor religiositas pada remaja yang jarang pergi ke t empat ibadah sebesar 0,287 karena p>0,05 maka distribusi skor religiositasnya adalah normal. b. Uji Homogenitas Analisis ini dilakukan untuk menguji berlaku tidaknya asumsi untuk ANOVA, yaitu apakah sampel memiliki varian yang sama. Homogenitas varian dalam penelitian ini diketahui melalui Levene test seperti yang terlihat di bawah ini:
Tabel IV. 3
49
Hasil Uji Homogenitas Varian Levene Statistics
Df1
df2
Sig.
.085
1
78
.771
Ho dalam uji ini adalah bahwa varian populasi adalah identik. Ho akan diterima jika nilai probabilitas lebih dari 0,05 (p>0,05) sedangkan jika probabilitas kurang dari 0,05 (p<0,05) maka Ho akan ditolak. Dari hasil analisis terlihat bahwa Levene test hitung adalah 0,085 dengan probabilitas 0,771. Dengan nilai probabilitas yang lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, sehingga dapat dibuktikan memiliki kesamaan. 2. Uji Hipotesa Setelah dilakukan uji normal itas dan uji homogenitas maka dilakukan uji hipotesa dengan menggunakan Independent Sample T-test dengan program SPSS 10,00 for Windows . Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah”. Rangkuman hasil uji hipotesis dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV. 4
50
Rangkuman Hasil Uji Hipotesa (Independent Sample t-Test) Religiusitas
N
Mean
SD
Std
df
t
P
78
4,78
0,000
Error Remaja yang
40
148,95
11,16
1,76
sering pergi ke
Sig.
tempat ibadah Remaja yang
40
135,45
13,95
jarang pergi ke
2,21
74,44
4,78
0,000 Sig.
tempat ibadah
Keterangan: Taraf signifikansi (5%, two-tailed) N
: Jumlah Subyek
SD
: Besarnya Standar Deviasi
t
: Hasil perhitungan uji -t
p
: Probabilitas Jumlah subyek dari remaja yang sering pergi ke tempat ibadah dan
yang jarang pergi ke tempat ibadah adalah 80 orang. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui rerata (Mean) yang diperoleh dari kelompok remaja yang sering pergi ke tempat ibadah sebesar 148,95 , sedangkan rerata ( Mean) dari remaja yang jarang pergi ke tempat ibadah sebesar 135,45. Mean adalah
51
jumlah skor total dibagi dengan jumlah subye k (Hadi, 1997). Nilai standar deviasi dari remaja yang sering pergi ke tempat ibadah adalah 11,16 dan nilai standar deviasi dari remaja yang jarang pergi ke tempat ibadah adalah 13,95. Standar deviasi adalah pengukuran statistik yang digunakan untuk meliha t variabilitas (penyebaran nilai -nilai) dan suatu distribusi skor (Hadi, 1997). Dalam tabel juga tampak besarnya nilai standar error dari remaja yang sering pergi ke tempat ibadah sebesar 1,76 , sedangkan untuk remaja yang jarang pergi ke tempat ibadah seb esar 2,21. Nilai standar error dari kedua kelompok subyek ini akan mempengaruhi penghitungan standar error perbedaan mean antara kedua kelompok subyek yang nantinya turut menentukan harga uji -t. Harga uji-t adalah harga yang digunakan sebagai patokan dalam menolak atau menerima hipotesis. Dari hasil penelitian tampak bahwa remaja yang sering pergi ke tempat ibadah religiositasnya lebih tinggi daripada remaja yang jarang pergi ke tempat ibadah, sehingga hipotesis “ada perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah. Hal tersebut diketahui dari perbedaan Mean atau Rerata yang diperoleh dari masing-masing kelompok yaitu: remaja yang sering pergi ke tempat ibadah memperoleh Mean atau rerata seb esar 148,95, lebih besar daripada Mean atau Rerata dari kelompok remaja yang jarang pergi ke tempat ibadah yakni sebesar 135,45. 3. Kategorisasi Skor Penelitian
52
Penentuan kategori religiositas remaja yang sering pergi ke tempat ibadah dan remaja yang jarang pergi ke tempat ibadah dilakukan dengan kategori jenjang berdasarkan standart deviasi dan mean teoritik. Penggunaan kategorisasi jenjang bertujuan menempatkan subyek ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdas arkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari lima kategori yaitu: Sangat Rendah, Rendah, Sedang, Tinggi, dan Sangat Tinggi (Azwar, 2002). Dalam skala religiositas, item berjumlah 45 dengan skor 1, 2, 3, dan 4 sehingga rentang minimum adalah 1 x 45 = 45 , dan rentang maksimumnya 4 x 45 = 180. Dengan diketahui rentang maksimum dan rentang minimum maka dapat dihitung rangenya yaitu 180 – 45 =135 dan satuan deviasi standart (σ)
135 : 6 = 22,5, sedangkan untuk meannya ada lah ( ( 45 + 180
) : 2 ) = 112,5.
Tabel IV. 5
53
Norma Kategori Skor Skor
Kategorisasi
X ≤ 78,75
Sangat rendah
78,75 < X ≤ 101,25
Rendah
101,25 < X ≤ 123,75
Sedang
123,75 < X ≤ 146,25
Tinggi
146,25 < X
Sangat tinggi
Tabel IV. 6 Kategori Religiositas Remaja yang Sering Pergi ke Tempat Ibadah Kategori
Jumlah Subyek
Prosentase
Kategori
X ≤ 78,75
0
0%
Sangat rendah
78,75 < X ≤ 101,25
0
0%
Rendah
101,25 < X ≤ 123,75
1
2,5 %
Sedang
123,75 < X ≤ 146,25
14
35 %
Tinggi
146,25 < X
25
62,5 %
Sangat tinggi
TOTAL
40
100 %
Dari tabel IV. 6 dapat dilihat bahwa subyek yang termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah tidak ada subyek atau 0 %. Pada kate gori sedang hanya ada
54
1 subyek atau 2,5 %, sedang pada kategori tinggi terdapat 14 subyek atau 35 % dan subyek yang berada dalam kategori sangat tinggi ada 25 subyek atau 62,5 %.
Tabel IV. 7 Kategori Religiositas Remaja yang Jarang Pergi ke Tempat Ibadah Kategori
Jumlah Subyek
Prosentase
Kategori
X ≤ 78,75
0
0%
Sangat rendah
78,75 < X ≤ 101,25
1
2,5 %
Rendah
101,25 < X ≤ 123,75
3
7,5 %
Sedang
126,5 < X ≤ 149,5
30
75 %
Tinggi
149,5 < X
6
15 %
Sangat tinggi
TOTAL
40
100 %
Dari tabel IV. 7 dapat dilihat bahwa subyek yang berada dalam kategori sangat rendah tidak ada atau 0 %, yang berada dalam kategori rendah ada 1 subyek atau 2,5 %, dalam kategori sedang juga ada 3 subyek atau 7,5 %. Sebanyak 30 subyek atau 75 % subyek masuk dalam kategori tinggi dan sisanya sebanyak 6 subyek atau 15 % termasuk dalam kategori sangat tinggi.
55
D. Pembahasan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan religiositas pada remaja yang sering pergi ke tempat ibadah dan yang jarang pergi ke tempat ibadah (harga uji t = 4,78; p<0,05). Nilai mean untuk subyek (remaja) yang sering pergi ke tempat ibadah sebesar 148,95, mean untuk subyek yang jarang pergi ke tempat ibadah sebesar 135,45. Mean yang lebih tinggi pada subyek yang sering pergi ke tempat ibadah menunjukkan bahwa religiositas kelompok subyek tersebut lebih tinggi daripada religiositas subyek yang jarang pergi ke tempat ibadah. Dengan demikian hipotesis “ada perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah” telah terbukti. Tempat ibadah termasuk salah satu tempat yang dianggap suci oleh umat beragama, disamping tempat -tempat peziarahan. Tempat -tempat suci biasanya ditemukan dalam semua agama -agama di dunia. Beberapa tempat dipersembahkan bagi Tuhan dan oleh karena itu dipisahkan dari kegiatan -kegiatan biasa dan profan. Tempat -tempat itu adalah tempat suci, tempat -tempat yang diberkati di mana manusia religius bertingkah laku secara berbeda daripada kalau ia berada di tempat-tempat profan (Dhavamony, 1995). Kharisma tempat - tempat suci memberikan pengaruh terhadap kekhusukan seseorang dalam menjalankan kegiatan religiusnya, karena tempat -tempat tersebut beserta segala simbol -simbol yang ada di sana mampu memberikan suasana suci. Hal ini penting bagi seseorang untuk lebih meresapi dan menghayati religiositasnya.
56
Sebelum ada tempat ibadah seperti sekarang ini, sudah ada tempat tempat yang dianggap suci sejak jaman dahulu, seperti kuil Sang Buddha di Jepang, tabut Yahweh milik orang Israel Kuno, dan Batu Hitam di Mekah (Dhavamony, 1995). Ketiga tempat suci tersebut merupakan contoh tempat tempat pemujaan pada jaman dahulu yang kemudian menjadi cikal bakal dibangunnya tempat ibadah di masa sekarang ini. Dalam perkembangannya, tempat ibadah bukan saja menjadi tempat doa, namun juga sebagai salah satu sarana meningkatkan religiositas seseorang. Dengan sering mengunjungi tempat ibadah diharapkan religiositas seseorang akan semakin tinggi. Batu Hitam di Mekah, yang dihormati oleh orang -orang Arab sebelum Muslim, oleh Muhammad digabungkan ke dalam Mesjid yang paling penting dalam dunia Islam. Batu ini dipasang dalam bangunan Ka’ba (‘kubus’) di sebuah lapangan Mekah dan tak seorang non Muslim pun boleh mendekatinya. Adalah harapan setiap muslim untuk melakukan peziarahan sekurang -kurangnya sekali selama hidupnya dan menyentuh atau mencium batu itu. P eziarahan ke rumah Allah itu adalah satu dari rukun ‘Islam’. Mesjid adalah rumah Allah dan sedemikian suci. Seseorang yang tidak dalam keadaan bersih tidak boleh memasuki suatu Mesjid. Lagi pula hanya mereka yang murni yang dapat memperoleh manfaat dengan mengunjunginya. Sebagai tempat -tempat untuk ibadat-ibadat Ilahi, mesjid-mesjid pada prinsipnya adalah ‘rumah -rumah dimana Allah mengizinkan pendiriannya dan penyebutan nama -Nya di dalamnya’. Itu berarti bahwa mesjid-mesjid dimaksudkan untuk pelayanan sebag aimana dituntut
57
oleh hukum, untuk ibadah, doa, dan kewajiban -kewajiban religius lain. Sangat mulialah pergi ke Mesjid, karena untuk setiap langkah yang diambil, seseorang mendapat ampun bagi dosa -dosanya, Allah melindunginya pada penghakiman terakhir dan para malaikat juga membantunya (Dhavamony, 1995). Pemikiran Dhavamony tersebut sangat sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa semakin sering seseorang mengunjungi tempat ibadah, maka ia akan semakin religius. Hal ini terjadi karena seseorang cenderung aka n lebih menjaga perilakunya ketika berada di tempat ibadah sebagai tempat yang diyakini lebih suci dari tempat tempat umum lainnya. Di tempat ibadah, terlebih dalam suasana upacara keagamaan, seseorang terkondisikan untuk lebih khusuk dalam beribadah. Berbeda ketika seseorang menjalankan ibadah di rumahnya, akan terasa kurang khusuk jika memang tidak benar -benar membawa niat murni untuk beribadah sebagai salah satu kewajiban insan religius. Ikon -ikon, simbol-simbol, kotbah, suasana upacara keagamaan di teng ah jemaat lain ketika berada di tempat ibadah sangat membantu seseorang untuk masuk dalam keyakinan iman yang lebih mendalam. Dhavamony (1995) meringkas berbagai arti yang terkandung dalam analisis-analisis mengenai tempat suci. Tempat suci adalah tempat keilahian, kekudusan, berbeda dari tempat profan, karena inilah tempat tinggal yang ilahi. Tingkah laku di tempat seperti ini diperhatikan menyangkut kemurnian dan hormatnya yang khusus, tidak seperti di tempat profan. Secara lebih khusus, di tempat-tempat sucilah yang ilahi menyatakan diri dan masuk dalam persekutuan
58
dan hubungan dengan manusia dan dunia. Dengan membuka komunikasi antara yang ilahi dan manusia, menjadi mungkinlah bagi manusia untuk berpindah dari satu bentuk keberadaan (profan) ke bentuk y ang suci. Terobosan dalam heterogenitas dari ruang profan ini menciptakan suatu pusat lewat mana komunikasi dengan yang ilahi ditetapkan. Maka tempat yang suci menjadi pusat dunia bagi manusia religius (Eliade dalam Dhavamony, 1957). Hurlock (1990) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang turut menentukan kuat-tidaknya rasa keagamaan dan perwujudan minat agama. Diantaranya adalah lokasi tempat tinggal dan minat religius teman -teman. Dalam penelitian ini sebagian subyek yang sering pergi ke tempat ibadah a dalah penghuni Asrama Putri St. Angela, dimana peraturan asrama mewajibkan setiap penghuninya untuk selalu pergi ke Gereja, yakni untuk mengikuti misa harian, misa hari Minggu, misa Jumat Pertama dan misa hari raya. Lokasi asrama tersebut sangat dekat den gan Gereja dan biasanya mereka berangkat berjalan kaki ke Gereja secara berombongan dengan teman -teman seasrama. Minat religius mereka tentu tak jauh berbeda, karena segala aktivitas religius di Gereja maupun di asrama selalu mereka ikuti secara bersama -sama. Sebagian lainnya tinggal di rumah dan kost di sekitar sekolah, yaitu di dekat SMA Pangudi Luhur Sedayu yang lokasinya juga tak jauh dari Gereja dan Mesjid. Orang yang jarang pergi ke tempat ibadah dalam penelitian ini sebagian besar tinggal bersama kel uarganya di rumah yang lokasinya jauh dari tempat ibadah, sehingga menjadi alasan untuk jarang mengunjungi tempat ibadah dan membiarkan kehidupan religiusnya
59
terbengkelai. Prosentase lokasi tempat tinggal subyek yang sering pergi ke tempat ibadah adalah 75 % tinggal dekat dengan tempat ibadah, 22,5% berjarak sedang, dan 2,5% sisanya bertempat tinggal jauh dari tempat ibadah. Adapun prosentase subyek yang jarang pergi ke tempat ibadah adalah 37,5% bertempat tinggal jauh dari tempat ibadah, 30% berjarak seda ng, dan 32,5% bertempat tinggal dekat dengan tempat ibadah. Masa remaja merupakan suatu periode masa peralihan yang berarti remaja meninggalkan masa kanak -kanaknya untuk menuju masa dewasa tetapi remaja belum memasuki masa dewasa (Hurlock, 1999). Remaja be rperilaku dan membentuk sikap yang paling sesuai dengan dirinya. Bila diurutkan tingkat religiositasnya, maka yang menempati urutan tertinggi tingkat religiositasnya dalam penelitian ini adalah yang sering pergi ke tempat ibadah dan tinggal di kost. Ini membuktikan bahwa kelompok remaja tersebut pergi ke tempat ibadah sebagai bentuk sikap yang paling sesuai dengan dirinya, artinya tanpa ada paksaan dari orang lain pun, mereka menyadari akan pentingnya pergi ke tempat ibadah bagi kehidupan religius mereka, s ehingga hanya dua orang dari kelompok ini yang masuk kategori tinggi, sedangkan sisanya masuk kategori sangat tinggi. Dari seluruh subyek yang tinggal di asrama dan pergi ke tempat ibadah setiap hari, semuanya masuk dalam kategori religiositas tinggi dan s angat tinggi. Ini menggambarkan bahwa religiositas dapat ditingkatkan dengan membiasakan diri untuk sering pergi ke tempat ibadah, meskipun motivasi awalnya hanyalah menaati peraturan yang diterapkan di asrama, namun pada akhirnya dapat juga
60
memupuk religiositas. Urutan selanjutnya adalah kelompok subyek yang sering pergi ke tempat ibadah dan tinggal di rumah. Kelompok ini masuk dalam kategori sedang, tinggi dan sangat tinggi. Penyebaran ini berkaitan dengan kegiatan religius yang mereka ikuti di tempat iba dah tersebut disertai dengan penghayatan atau tidak. Kategori sangat rendah dan rendah, ternyata dimiliki oleh subyek yang jarang pergi ke tempat ibadah dan tinggal di tempat kost. Hal ini disebabkan kurangnya kepedulian terhadap kehidupan religius dan kur angnya dorongan dari orang di sekitarnya untuk pergi ke tempat ibadah. Mereka juga membentyuk sikap yang mereka rasa paling sesuai dengan dirinya yaitu sikap acuh tak acuh terhadap kehidupan religiusnya. Dalam penelitian ini, kelompok subyek yang sering pe rgi ke tempat ibadah memiliki mean empirik 148,95 sedangkan kelompok subyek yang jarang pergi ke tempat ibadah memiliki mean empirik 135,45. kedua kelompok tersebut memiliki mean empirik yang lebih besar dari mean teoritis yang hanya 112,5. Ini artinya bahwa kedua kelompok subyek memiliki religiositas yang termasuk tinggi. Hal ini disebabkan karena kedua kelompok tersebut memiliki karakter yang hampir sama yakni kedua kelompok tersebut berasal dari sekolah yang sama yaitu SMA Pangudi Luhur Sedayu yang memil iki nilai-nilai agama yang sama dimana perhatian sekolah pada penerapan nilai -nilai agama tersebut cukup besar, seperti rutinitas doa pada jam -jam tertentu, mengadakan kegiatan rohani misalnya, retret dan rekoleksi.
61
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan religiositas secara signifikan antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah. Religiositas orang yang jarang pergi ke tempat ibadah lebih rendah bila dibandingkan d engan religiositas orang yang sering pergi ke tempat ibadah. Hal ini dapat dilihat dari t. hitung 4,78 dan p < 0,05. dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah diterima yaitu ada perbedaan religiositas secara signifikan antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah.
B. SARAN Setelah mengetahui hasil penelitian tentang perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang ya ng jarang pergi ke tempat ibadah , ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, yakni : 1. Bagi orang yang sering pergi ke tempat ibadah (sebagai subyek penelitian ini) Sering pergi ke tempat ibadah memang telah terbukti membuat religiositas kelompok ini lebih tinggi, namun jangan sampai terjebak dalam sebuah rutinitas atau tradisi belaka karena semakin sering orang pergi ke tempat ibadah, maka resiko menjalani ibadah hanya sebagai rutinitas semakin
62
besar pula. Tetaplah meningkatkan religiositas dengan berbagai kegiatan lain yang relevan. 2. Bagi orang yang jarang pergi ke tempat ibadah (sebagai subyek penelitian ini) Menjalankan ibadah di rumah memang tak ada buruknya, namun suasana doa bersama-sama dengan banyak orang di tempat ibadah atau kondisi-kondisi lain di tempat ibadah yang mendukung seseorang untuk lebih meresapi ibadahnya, telah terbukti membedakan religiositas subyek penelitian ini. Dengan lebih sering pergi beribadah di tempat ibadah, setiap orang diharapkan dapat lebih meningkatkan religios itasnya. 3. Bagi para pendamping iman di lingkungan pendidikan, tempat ibadah, dan keluarga. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi mereka dalam memberikan bimbingan kepada putra -putrinya sesuai dengan arus perkembangan jaman yang semak in menggeser nilai-nilai religiositas dengan banyaknya tawaran kenikmatan yang menyesatkan dan merusak masa depan anak muda. 4. Bagi pengurus tempat ibadah Keberadaan tempat ibadah memang berperan penting terhadap religiositas belum seseorang, namun memba gun tempat ibadah yang semakin megah dari tahun ke tahun tentu dapat meningkatkan religiositas jemaatnya dari tahun ke tahun pula. Yang perlu diperhatikan dan dipertahankan adalah suasana tempat ibadah yang kondusif untuk beribadah, sehingga umat dapat ben ar-benar
63
khusuk saat berdoa. Membangun iman umat lebih penting daripada membangun gedung tempat ibadah. 5. Bagi peneliti lain Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, terutama terkait dengan penggunaan istilah-istilah yang dipakai dalam skala yang han ya mengacu pada suatu agama tertentu saja, sehingga mungkin subyek yang tidak menganut agama tersebut tidak paham benar maksudnya. Untuk penelitian selanjutnya yang tertarik terhadap religiositas, diharapkan lebih berhati -hati dalam penggunaan istilah. Sel ain itu, subyek penelitian sebaiknya tidak diambil dari satu populasi saja, tetapi diambil secara acak supaya lebih mencakup beragam karakter, misalnya dari sebuah universitas tapi diambil dari berbagai fakultas.
64
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. P. 2000. Metodologi Studi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan. Azwar. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar. 1999. Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar. 2002. Penyusunan Skala Psikologi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Azwar. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Caroline, C. 1999. Religiusitas dan Sikap Agresi Pada Siswa SMU BODA . Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Daradjat. 1978. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang. Diana, R. 1999. Hubungan antara Religiusitas dan Kreativitas pada Siswa Sekolah Menegah Umum. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi PSIKOLOGIKA. Dister, N. S. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama, Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Na sional (Leppmas). Drewes, B. F.; Mojau, J. 2003. Apa Itu Teologi? Driyarkara, N. 1988. Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan. Dwiatmoko, H. P. 1993. Hubungan Antara Religiositas dengan Kesepian Pada Mahasiswa Beragama Islam . Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Hadi, S. 1995. Statistik Jilid III. Yogyakarta: Andi Offset.
65
Hartoko, D. 1987. Religiositas Dimensi Dasar Dalam Kehidupan Seorang Manusia . Makalah Disampaikan Pada Seminar Pemahaman Nilai -Nilai Religius Di Kalangan Mahasiswa. YogyakartaUKK Misa Kampus UGM. Hurlock, E. B. 1973. Adolesence Development. Tokyo: Mc Grww Hill Kogakusha Ltd. Hurlock, E. B. 1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pend ekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Jacob, T. 2002. Paham Allah Dalam Filsafat, Agama -Agama dan Teologi. Yogyakarta: Kanisius. Kerlinger, Fred. N. 2000. Asas-Asas Penelitian Behavior. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mangunwijaya, Y. B. 1982. Sastra dan Religiositas. Jakarta: Sinar Harapan. Mangunwijaya, Y. B. 1986. Menumbuhkan Sikap Religius Anak -Anak. Jakarta: PT. Gramedia. Martalena. 2004. Studi Deskriptif Tentang Religiositas Dewasa Dini . Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi USD. Monks. F. J. 1987. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Paloutzian, Raymond, F. 1996. Invitation to The Psychology of Religion . 2nd edition. Masachusets: A Simon and Schuster Company. Shihab, Q. 2003. Manusia Indonesia Tidak Religius . Kliping Tentang Toleransi Kehidupan Beragama. Media Indonesia No. 9 Th. XV. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. Subandi. 1999. Diktat Mata Kuliah Psikologi Agama . Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Tidak diterbitkan. Sugiharto, B. I. dan W, A. R. 2004. Wajah Baru Etika dan Agama . Yogyakarta: Kanisius. Salim, P. dan Y. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer . Jakarta. Thouless, R. H. 1992. Pengantar Psikologi Agama . Jakarta: Rajawali Press.
06 SKOR KASAR HASIL TRY OUT.SAV -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Name item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17 item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 item25 item26 item27 item28 item29 item30 item31 item32 item33 item34 item35 item36 item37 item38 item39 item40 item41 item42 item43 item44 item45 item46 item47 item48 item49 item50 item51 item52
Type Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric
3/31/2008 12:13:23 PM
Width 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Decimals 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Label
Values None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None
Missing None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None
1/4
06 SKOR KASAR HASIL TRY OUT.SAV -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
3/31/2008 12:13:28 PM
Columns 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Align Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center
Measure Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale
2/4
06 SKOR KASAR HASIL TRY OUT.SAV -
53 54 55 56
Name item53 item54 item55 item56
Type Numeric Numeric Numeric Numeric
3/31/2008 12:13:28 PM
Width 4 4 4 4
Decimals 0 0 0 0
Label
Values None None None None
Missing None None None None
3/4
06 SKOR KASAR HASIL TRY OUT.SAV -
53 54 55 56
3/31/2008 12:13:28 PM
Columns 6 6 6 6
Align Center Center Center Center
Measure Scale Scale Scale Scale
4/4
07 SKOR KASAR TRY OUT.SAV -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Name item1 item2 item5 item8 item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17 item18 item19 item20 item23 item24 item25 item26 item27 item28 item29 item30 item31 item32 item33 item34 item35 item36 item38 item39 item40 item41 item42 item43 item44 item45 item46 item47 item48 item50 item52 item53 item54
Type Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric
3/31/2008 12:14:34 PM
Width 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Decimals 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Label
Values None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None
Missing None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None
1/2
07 SKOR KASAR TRY OUT.SAV -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
3/31/2008 12:14:37 PM
Columns 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Align Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center Center
Measure Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale
2/2
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
Page 1
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
ITEM1 ITEM2 ITEM5 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30 ITEM31 ITEM32 ITEM33 ITEM34 ITEM35 ITEM36 ITEM38 ITEM39 ITEM40 ITEM41 ITEM42 ITEM43 ITEM44 ITEM45 ITEM46 ITEM47 ITEM48
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
140.9500 140.4000 140.7250 140.8500 140.4750 140.5500 141.1000 140.6000 140.7750 140.7500 140.6000 141.0500 141.6750 140.7000 140.9000 140.9750 141.3250 140.8500 140.9750 140.5250 140.7000 140.7000 141.2000 140.9000 140.7500 141.1000 141.2500 141.2000 141.1000 140.7000 141.1000 141.1000 140.8000 140.9750 140.7250 141.1250 141.1250 140.8500 141.3500 141.0000 140.6750
172.4077 173.3744 169.4865 169.9769 174.4096 174.5615 173.5795 173.4769 174.2301 174.3974 172.1949 174.7154 173.3019 174.9333 175.0154 173.5122 170.7378 172.4385 168.9994 174.5635 170.5231 174.7795 174.2667 174.4000 172.7564 173.4256 171.7308 174.4205 173.2718 171.0359 175.4256 172.2462 174.2667 169.5635 175.2301 175.5994 168.6763 171.2590 168.7974 174.5641 173.1481
Corrected ItemTotal Correlation .4166 .4621 .5457 .5799 .4103 .4310 .4190 .4633 .3659 .4643 .5531 .4737 .3598 .4095 .5014 .3424 .5825 .5484 .4882 .4339 .6278 .4214 .3290 .4316 .4898 .3726 .4831 .3709 .3591 .6464 .3005 .5494 .3689 .5561 .3519 .3023 .6287 .5046 .5284 .3345 .4183
Alpha if Item Deleted .9268 .9263 .9255 .9252 .9268 .9266 .9267 .9263 .9272 .9264 .9256 .9264 .9274 .9268 .9264 .9276 .9252 .9257 .9263 .9266 .9249 .9267 .9276 .9266 .9261 .9272 .9261 .9271 .9274 .9249 .9277 .9257 .9271 .9254 .9272 .9277 .9247 .9259 .9258 .9275 .9267
Page 2
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
ITEM50 ITEM52 ITEM53 ITEM54
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
140.7500 140.8500 141.0750 140.5500
170.9615 172.6949 173.3019 173.8949
Corrected ItemTotal Correlation .5657 .5300 .4991 .4820
Alpha if Item Deleted .9254 .9258 .9261 .9263
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
40.0
N of Items = 45
.9279
Page 3
09 DATA PENELITIAN SERING & JARANG.SAV -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Name i1 i2 i3 i4 i5 i6 i7 i8 i9 i10 i11 i12 i13 i14 i15 i16 i17 i18 i19 i20 i21 i22 i23 i24 i25 i26 i27 i28 i29 i30 i31 i32 i33 i34 i35 i36 i37 i38 i39 i40 i41 i42 i43 i44 i45 total kelompok
Type Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric Numeric
3/31/2008 12:16:34 PM
Width 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 8
Decimals 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Label
Values None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None {1, SERING}...
Missing None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None None
1/2
09 DATA PENELITIAN SERING & JARANG.SAV -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
3/31/2008 12:16:34 PM
Columns 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 8
Align Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right Right
Measure Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale Scale
2/2
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.
I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14 I15 I16 I17 I18 I19 I20 I21 I22 I23 I24 I25 I26 I27 I28 I29 I30 I31 I32 I33 I34 I35 I36 I37 I38 I39 I40 I41 I42 I43 I44 I45
A N A L Y S I S
-
S C A L E
Mean
Std Dev
Cases
3.3500 3.7750 2.7875 3.7750 3.3750 3.7500 3.6625 2.9125 3.3750 3.3875 3.2625 3.6750 3.0750 2.5750 3.4500 3.3500 3.2500 2.8375 3.2750 3.2750 3.6500 3.4375 3.4000 2.8250 3.1875 3.3250 3.1375 2.9500 2.6000 3.3125 3.5500 2.6625 2.6750 2.6875 2.5125 2.5125 2.7250 2.8000 3.0250 2.6750 3.0875 3.6000 3.5500 3.2250 3.1000
.5301 .5025 .6693 .4493 .6033 .4357 .5264 .6202 .6820 .6655 .5680 .4975 .6116 .6708 .6142 .5975 .6844 .5383 .6157 .8565 .6769 .6530 .6483 .7425 .5533 .8078 .6511 .6732 .6080 .7043 .7098 .9132 .7593 .5646 1.1137 .9678 .8997 .5603 .8109 .7758 .5556 .6080 .5932 .7111 .6284
80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0
(A L P H A)
Page 1
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14 I15 I16 I17 I18 I19 I20 I21 I22 I23 I24 I25 I26 I27 I28 I29 I30 I31 I32 I33 I34 I35 I36 I37 I38 I39 I40 I41
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
139.0375 138.6125 139.6000 138.6125 139.0125 138.6375 138.7250 139.4750 139.0125 139.0000 139.1250 138.7125 139.3125 139.8125 138.9375 139.0375 139.1375 139.5500 139.1125 139.1125 138.7375 138.9500 138.9875 139.5625 139.2000 139.0625 139.2500 139.4375 139.7875 139.0750 138.8375 139.7250 139.7125 139.7000 139.8750 139.8750 139.6625 139.5875 139.3625 139.7125 139.3000
193.4543 195.3796 192.9013 192.1138 190.9998 194.6897 191.6956 193.3411 189.4555 189.1899 195.1234 192.4606 188.6226 191.6733 193.9328 196.2644 188.8290 191.6684 191.3922 191.0631 186.6264 188.3013 189.0505 190.2998 191.0228 187.5783 187.1772 190.5530 191.9163 193.0576 187.0745 192.4551 196.1821 193.8076 193.5538 197.5032 197.5935 189.7644 185.3479 187.6505 190.1620
R E L I A B I L I T Y
Corrected ItemTotal Correlation
A N A L Y S I S
Alpha if Item Deleted
.3999 .2848 .3380 .5874 .4959 .3909 .5256 .3425 .5173 .5462 .2638 .5017 .6331 .4043 .3112 .1799 .5495 .5150 .4614 .3310 .6785 .6085 .5700 .4287 .5429 .5153 .6754 .4642 .4362 .3106 .6208 .2504 .1351 .3502 .1561 .0439 .0486 .6189 .6172 .5354 .5979
.9158 .9168 .9164 .9147 .9149 .9160 .9148 .9163 .9146 .9143 .9170 .9151 .9136 .9158 .9166 .9178 .9142 .9149 .9152 .9169 .9129 .9137 .9141 .9155 .9146 .9145 .9130 .9151 .9155 .9168 .9134 .9182 .9189 .9162 .9210 .9214 .9208 .9139 .9132 .9143 .9141
-
(A L P H A)
S C A L E
Item-total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if Item
Corrected ItemTotal
Alpha if Item Page 2
I42 I43 I44 I45
Deleted
Deleted
138.7875 138.8375 139.1625 139.2875
188.2201 190.7454 185.4036 189.4986
Correlation
Deleted
.6620 .5209 .7086 .5629
.9133 .9147 .9124 .9142
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
80.0
N of Items = 45
.9173
NPar Tests Descriptive Statistics N SERING JARANG
40 40
Mean 148.95 135.45
Std. Deviation 11.16 13.95
Minimum 122 81
Maximum 169 154
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
SERING 40 148.95 11.16 .112 .077 -.112 .711 .692
JARANG 40 135.45 13.95 .155 .129 -.155 .982 .290
Oneway Descriptives TOTAL
N SERING JARANG Total
40 40 80
Mean 148.95 135.45 142.20
Std. Deviation 11.16 13.95 14.27
Std. Error 1.76 2.21 1.60
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 145.38 152.52 130.99 139.91 139.02 145.38
Page 3
Descriptives TOTAL
SERING JARANG Total
Minimum 122 81 81
Maximum 169 154 169
Test of Homogeneity of Variances TOTAL Levene Statistic .085
df1
df2 1
Sig. .771
78
ANOVA TOTAL
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 3645.000 12439.800 16084.800
df
Mean Square 3645.000 159.485
1 78 79
F 22.855
Sig. .000
T-Test Group Statistics
TOTAL
KELOMPOK SERING JARANG
N
Mean 148.95 135.45
40 40
Std. Deviation 11.16 13.95
Std. Error Mean 1.76 2.21
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F TOTAL
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. .085
.771
Page 4
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t TOTAL
Equal variances assumed Equal variances not assumed
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
4.781
78
.000
13.50
4.781
74.411
.000
13.50
Page 5
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
Std. Error Difference TOTAL
Equal variances assumed Equal variances not assumed
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
2.82
7.88
19.12
2.82
7.87
19.13
Page 6