BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Desa wisata merupakan salah satu objek wisata yang sedang berkembang
pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan pedesaan yang didalamnya masih memiliki karakteristik khusus. Karakteristik yang dimiliki pada desa wisata adalah sumber daya alam yang masih asli, keunikan desa, tradisi dan budaya masyarakat lokal. Berbagai karakteristik tersebut menjadi identitas suatu desa wisata yang memiliki kegiatan wisata minat khusus. Selain itu, desa wisata secara tidak langsung dapat mendorong masyarakat lokal untuk menjaga dan melestarikan alam serta kebudayaan yang telah dimiliki desa tersebut. Masyarakat lokal pada pengembangan desa wisata memiliki peranan yang cukup besar, dimana masyarakat yang mengoperasikan dan mengontrol berjalannya pengembangan desa wisata baik dari penentuan produk hingga manfaat yang diterimanya. Manfaaat yang diterima oleh masyarakat lokal adalah mendorong mensejahterakan perekonomian masyarakat dengan menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya dan alam sehingga mampu menyerap tenaga masyarakat lokal, menciptakan wirausaha, dan menciptakan kegiatan positif di bidang pertanian.
1
Kemunculan desa wisata di sektor pariwisata mampu memberikan alternatif baru kepada wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Desa wisata tidak hanya mengajak wisatawan untuk menikmati keindahan alam saja, melainkan mempelajari dan mengenalkan kehidupan masyarakat pedesaan secara langsung. Banyaknya potensi yang ada di dalam desa wisata akan mengundang banyak wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Wisatawan yang berkunjung ke desa wisata akan memberikan kesempatan bagi masyarakat lokal untuk lebih mandiri dalam mensejahterakan kehidupannya melalui penyediaan jasa dan menjual produk yang diciptakan dari berbagai potensi yang dimiliki di desa tersebut. Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar dan salah satu wilayah yang mendukung sektor pariwisata di Yogyakarta. Keanekaragaman pariwisata yang ada di Kabupaten Bantul terkenal dengan pusat budaya jawa dan tempat tujuan yang mampu diterima secara Internasional. Objek wisata Kabupaten Bantul yang menjadi daya tarik wisatawan, yakni objek wisata alam, budaya dan buatan. Wisatawan cenderung memilih objek wisata alam dikarenakan wisatawan dapat berinteraksi secara langsung dengan keindahan alam. Objek wisata alam di Kabupaten Bantul yang sedang dilirik oleh wisatawan adalah desa wisata. Di Kabupaten Bantul telah memiliki 27 desa wisata yang telah berkembang dan tercatat pada Dinas Pariwisata dan Kebudaya Kabupaten Bantul. Data desa wisata yang tercatat pada dinas Kabupaten Bantul pada tahun 2013 yaitu: 2
TABEL 1.1
Data Desa Wisata Di Kabupaten Bantul No
Nama Desa
Kecamatan
1.
Desa Wisata Kebonagung
2. 3.
Desa Wisata Karangtengah Desa Wisata Imogiri
4.
Desa Wisata Wukirsari
5.
Desa Wisata Candran
6.
Desa Wisata Srunggo
7.
Desa Wisata Wunut
8.
Desa Wisata Krebet, Sendangsari
9.
Desa Wisata Guwosari
10.
Desa Wisata Parangtritis
11.
Desa Wisata Tirtosari
12.
Desa Wisata Panjangrejo
13.
Desa Wisata Seloharjo
14.
Desa Wisata Kalibuntung
15.
Desa Wisata Kasongan (Kajigelem)
16.
Desa Wisata Lopati Trimurti
17.
Desa Wisata Kwaru Poncosari
18.
Desa Wisata Trimulyo
19,
Desa Wisata Canden
20.
Desa Wisata Puton Watu
21.
Desa Wisata Tembi
22.
Desa Wisata Manding
23.
Desa Wisata Gilangharjo
Kecamatan Tembi
24.
Desa Wisata Goa Cemara
Pandansari, kecamatan Bantul
25.
Desa Wisata Jagalan
26.
Desa Wisata Mangunan
Kecamatan Dlingo
27.
Desa Wisata Srigading
Kecamatan Sanden
Kecamatan Imogiri
Kecamatan Pajangan
Kecamatan Kretek
Kecamatan Pundong
Kecamatan Kasihan Kecamatan Srandakan
Kecamatan Jetis
Kecamatan Sewon Sabdodadi, Kecamatan Bantul
Kecamatan Banguntapan
Sumber : dinas pariwisata kabupaten bantul Data yang dipaparkan di atas menunjukan bahwa desa wisata memiliki perhatian penuh dari wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tercatat
3
Kabupaten Bantul memiliki 27 desa wisata. Hal ini dinyatakan bahwa pertumbuhan desa wisata di Kabupaten Bantul setiap tahunnya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyaknya desa wisata yang berkembang di wilayah ini mengakibatkan daya saing di setiap desa wisata semakin besar. Oleh sebab itu, perlu membentuk desa wisata yang memiliki karakteristik tersendiri dan menyajikan komponen wisata yang berkualitas. Salah satu desa wisata yang memiliki komponen yang berbeda dengan desa wisata lainnya adalah Desa Wisata Kalibuntung. Desa Wisata Kalibuntung merupakan objek wisata baru yang bergerak di pasar sektor pariwisata dengan menawarkan produk wisata yang bernuansa pedesaan dan menyajikan wisata yang beredukatif. Desa Wisata Kalibuntung terletak di Dusun Tangkil, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Berikut peta wilayah Kecamatan Pundong : Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Pundong
PUNDONG
Sumber : Analisis Geologi dan Geomorfologi Kabupaten Bantul, http://dewiultralight08.wordpress.com/2012/02/10/analisis-geologi-dan-geomorfologikabupaten-bantul/
4
Semula Desa Srihardono tidak berfokus pada pembentukan desa wisata, tanpa disadari Desa Srihardono memiliki potensi yang sangat besar yang mampu menyaingi desa wisata di Kecamatan Pundong. Desa Srihardono menyajikan alam perbukitan yang dialiri dengan Sungai Opak, membentangnya area persawahan, serta masih tersimpannya sisa-sisa bencana alam yang terjadi pada bencana gempa bumi tahun 2006. Di Desa Srihardono masih terjaga keasrian suasana khas tradisional yang lengkap dengan budaya, religi, dan mitos. Tidak tertinggal di desa ini memiliki hasil kerjainan berupa keramik dan tenunan janur. Desa Srihardono didukung dengan aksesibilitas yang sangat mudah dicapai oleh para pengunjung wisata karena daerahnya menghubungkan jalan menuju Pantai Parangteritis dan hanya berjarak dari kota Yogyakarta sekitar 20 km dan dari Kabupaten Bantul hanya berjarak 5 km. Pembentukan desa wisata di Desa Srihandono difokuskan di Dusun Tangkil, dikarenakan dusun tersebut memiliki potensi yang cukup unggul dibandingkan dengan dusun lainnya. Keunggulan di Dusun Tangkil terletak pada kawasan pedesaannya dan masyarakat lokal. Kawasan di Dusun Tangkil masih memiliki nuansa pedesaan yang masih kental dan kawasannya mudah untuk dikembangkan objek wisata. Sedangkan, masyarakat lokalnya memiliki kesadaran pariwisata yang cukup tinggi. Terlihat adanya motivasi yang tinggi di diri masyarakat lokal untuk mengembangkan desanya menjadi lebih maju seta cepat tanggap terhadap perubahan sosial mengenai pembangunan pariwisata. Antusias masyarakat lokal yang tinggi mengakibatkan pengelolaan dan pengoperasian pariwisata di desa tersebut dikendalikan oleh masyarakat lokal.
5
Pengelolaan Desa Wisata Kalibuntung memerlukan manajemen yang baik untuk pengembangan desa wisata tersebut. Manajemen yang dibutuhkan Desa Wisata Kalibuntung seperti manajemen sumber daya manusia, manajemen pelayanan, manajemen strategis, dan manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran merupakan kegiatan untuk mengidentifikan apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan oleh wisatawan, sehingga penyedia jasa dapat merumuskan dan merencanakan pemasaran produk dengan baik. Pemasaran memiliki peranan yang sangat penting dalam pariwisata yaitu mengkomunikasikan nilai-nilai produk destinasti kepada wisatawan. Pemasaran pada sektor pariwisata sangat berbeda dengan pemasaran pada umumnya dikarenakan pemasaran pariwisata lebih menonjolkan penggambaran pada fasilitas yang disediakan oleh jasa destinasi secara menyuluruh yang dilengkapi dengan fasilitas dari sektor lainnya. Adanya kegiatan pemasaran dalam sektor pariwisata bertujuan untuk membentuk pembangunan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab sehingga para pemangku kepentingan mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara tujuan mengejar pertumbuhan destinasi dan menjaga keberlangsungannya sumber daya alam, budaya, sejarah, sosial dan ekonomi pada destinasi tersebut. Oleh karena itu, kegiatan pemasaran menjadi alat pengelolaan yang sangat efektif karena mampu memastikan target wisatawan yang datang, mampu menarik wisatawan yang setuju dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan dan kapasitas destinasi itu sendiri.
6
Manajemen pemasaran Desa Wisata Kalibuntung membutuhkan pendekatan melalui komponen product, price, place dan promotion. Komponen-komponen tersebut sebagai alat untuk melihat proses pemasaran di Desa Wisata Kalibuntung dan respon yang diinginkan pada pasar sasaran. Komponen ini disebut dengan marketing mix (bauran pemasaran). Marketing mix merupakan alat bagi pemasaran yang berdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.1 Marketing mix dapat mempermudah penyedia produk wisata untuk mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang atau jasa yang diciptakan. Apabila product, price, place dan promotion sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan maka produk wisata yang dipasarkan mampu dikendalikan dengan mudah untuk mencapai tingkat penjualan yang diinginkan. Pada Desa Wisata Kalibuntung menciptakan produk dengan wahana outbound,
wisata
air
dan
taman
pintar
pertanian,
belajar
langsung
membuat/memasak makanan tradisional, belajar keterampilan desa setempat, taman satwa, perahu rakit, rumah pak tani, rumah dokter kecil, mengenal dan bermain ikan. Produk utanma di Desa Wisata Kalibuntung lebih mengunggulkan wahana outbound. Wahana outbound di Desa Wisata Kalibuntung menjadi daya tarik utama untuk mempengaruhi wisatawan agar berkunjung ke tempat wisata ini. Pada dasarnya dengan menggungulkan wahana outbound sebagai produk utama di Desa Wisata Kalibuntung tidak mengangkat potensi yang sebenarnya ada di daerah tersebut. Di daerah Desa Wisata Kalibuntung memiliki potensi 1
Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : Salemba Empat. Hal 70
7
sebagai tempat sentra makanan khas. Tetapi, potensi tersebut kurang diperhatikan oleh masyarakat sekitar sehingga tidak ada pengembangan lebih lanjut mengenai sentra makanan khas di daerah ini. Jika masyarakat setempat lebih mengembangkan potensi tersebut maka dapat mengangkat nama Desa Srihardono ke ranah publik. Harga yang ditetapkan oleh penyedia produk wisata untuk menikmati perjalanan wisata di Desa Wisata Kalibuntung dikenakan sebesar Rp75.000,00 per orang. Harga yang ditawarkan oleh penyedia produk wisata dianggap lebih murah ketimbang harga di desa wisata lainnya. Dengan menetapkan harga Rp75.000,00 per orang, wisatawan dapat menikmati segala fasilitas yang disediakan di Desa Wisata Kalibuntung. Harga yang telah ditetapkan pun dapat dinegoisasi oleh wisatawan. Harga berdasarkan negoisasi adalah harga yang ditentukan berdasarkan permintaan pelanggan. Penetapan harga yang tidak terlalu tinggi dianggap dapat meningkatkan penjualan yang lebih tinggi dengan keuntungan yang lebih tinggi pula. Namun, harga yang di tawarkan belum terlihat dengan jelas dapat menunjang kebutuhan wisatawan atau tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan. Wisatawan yang ingin mengetahui keberadaan lokasi atau mencari informasi mengenai Desa Wisata Kalibuntung diperlukan sistem pendistribusian yang tepat. Sistem distribusi berkaitan dengan pengoperasian suatu produk pariwisata yang akan ditempatkan. Sistem pendistribusian dapat dilakukan dengan penjualan secara langsung atau dengan menggunakan jasa perantara perdagangan produk wisata. Pada Desa Wisata Kalibuntung menempatkan produk wisata 8
kepada sasaran yang tepat menggunakan jasa perantara. Jasa perantara Desa Wisata Kalibuntung melalui pemerintah daerah. Pemerintah daerah khususnya pemerintah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menyalurkan informasi mengenai Desa Wisata Kalibuntung melalui workshop kepada konsumen. Kegiatan workshop yang dilakukan oleh pemerintah tidak secara rutin dilakukan sehingga pemberian informasi mengenai Desa Wisata Kalibuntung kepada konsumen tidak berjalan dengan baik. Selain itu, pemerintah menggunakan media sosial dianggap sangat cepat dan mudah untuk memberikan informasi mengenai Desa Wisata Kalibuntung. Namun, tidak semua konsumen memiliki kemampuan untuk mengoperasikan internet atau media sosial. Proses pemasaran Desa Wisata Kalibuntung dilakukan melalui promosi. Promosi produk wisata berkaitan dengan bentuk komunikasi untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan mengingatkan pasar sasaran agar produk wisata dapat diterima dan dibeli oleh wisatawan. Promosi yang dilakukan oleh penyedia produk wisata di Desa Wisata Kalibuntung belum berjalan dengan maksimal. Hal ini disebabkan kurang dimaksimalkan penggunaan media sosial dan media cetak. Dalam media sosial kepengurusan Desa Wisata Kalibuntung hanya mengoperasikan secara maksimal pada facebook dan twitter. Seharusnya kegiatan promosi bisa di share kembali melalui situs-situs lainnya, seperti website swasta atau travel agen. Sedangkan pada media cetak masih dipasarkan ke daerah yang menjadi tumpuan utama pemasaran. Seharusnya media cetak dimaksimalkan terlebih dahulu di lingkup desa wisata itu sendiri.
9
Berbagai komponen pemasaran Desa Wisata Kalibuntung yang telah dipaparkan diatas menyatakan bahwa proses manajemen pemasaran belum secara maksimal di jalankan untuk mempengaruhi konsumen. Diperlukan peninjauan kembali proses manajemen pemasaran yang dilakukan oleh kepengurusan Desa Wisata Kalibuntung. Oleh karena itu, peneliatian ini memilih Desa Wisata Kalibuntung sebagai lokus penelitian karena Desa Wisata Kalibuntung merupakan salah satu desa wisata yang baru berkembang di sektor pariwisata Kabupaten Bantul dimana dalam pelaksanaan pemasarannya belum dilakukan secara maksimal.
Kegiatan pemasaran yang belum berjalan secara maksimal maka akan berpengaruh pada kunjungan wisatawan dan lemahnya perkembangan di Desa Wisata Kalibuntung. Pada pemaparan diatas pun tidak secara tegas diperlihatkan faktor yang melatarbelakangi terjadinya kendala pada kegiatan pemasaran Desa Wisata Kalibuntung. Sebab itulah penelitian ini penting untuk dilakukan untuk mengetahui proses manajemen pemasaran di Desa Wisata Kalibuntung.
1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, bisa didapatkan rumusan permasalahan pada penelitian ini : “ Bagaimana proses manajemen pemasaran di Desa Wisata Kalibuntung? “
10
1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah : Untuk mengetahui proses manajemen pemasaran di Desa Wisata Kalibuntung. 1.4 Manfaat -
Memberikan kontribusi informasi dan pengetahuan kepada masyarakat Desa Srihandono mengenai manajemen pemasaran dalam pengembangan Desa Wisata Kalibuntung.
-
Memberikan tambahan referensi bagi civitas akademika bidang manajemen dan kebijakan publik secara konseptual tentang pemasaran dalam memperkenalkan pariwisata diranah nasional maupun global.
-
Memberikan kontribusi informasi bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian tentang manajemen pemesaran desa wisata dalam menarik dan membuat pola hubungan terhadap wisatawan.
11