BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan sektor yang banyak dikembangkan diberbagai negara karena mudah mendatangkan sumber devisa dalam waktu yang relatif cukup singkat. Pemasukan devisa melalui sektor pariwisata di Indonesia terus meningkat. Tahun2009 sektor pariwisata menempati peringkat 5 komoditas penerimaan devisa terbesar di Indonesia dengan menerima 6.298,02 (dalam juta USD), kemudian pada tahun 2010 bertambahsebesar 7.602,45 (dalam juta USD), tahun 2011 sebesar 8.554,40 (dalam juta USD), tahun 2012 sebesar 9.120,85 (dalam juta USD), dan tahun 2013 sebesar 10.054,10 (dalam juta USD). Hingga tahun 2013 sektor pariwisata berhasil menempati peringkat4 komoditas penerima devisa di Indonesia dan hanya kalah oleh sektor minyak serta gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit
(data
peringkat
devisa
pariwisata
Indonesia
tahun
2009-2013,
www.parekraf.go.id). Indonesia merupakan salah satu negara dengan modal pariwisata yang sangat melimpah, mulai dari pesona alam seperti gunung-gunung yang tersebar dari bagian barat sampai timur Indonesia, pulau dan pantai yang tersebar di Bali, Lombok, Raja Ampat, Wakatobi, Bunaken dan masih banyak lagi.Tidak hanya pesona alam, Indonesia juga memiliki kekayaan pariwisata lainnya seperti wisata budaya yang
1
2
sangat beragam serta tempat-tempat lainnya diberbagai wilayah Indonesia.Fakta-fakta tersebut menunjukan betapa banyaknya kekayaan potensi wisata Indonesia.Akan tetapi sungguh disayangkan dengan begitu banyaknya modal pariwisata yang dimiliki, Indonesiabelum cukup pandai mengolah dan memanfaatkan potensi-potensi tersebut.Indonesia kalah dengan negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura,yang sebenarnya tidak memiliki potensi pariwisata sebesar Indonesia.Hal ini terbukti darikunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke negara tetangga Indonesia tersebut melebihi jumlah yang dihasilkan ke Indonesia.1 Kota Jakarta merupakan salah satu destinasi pariwisata di Indonesia sekaligus pintu
gerbang
masuknya
wisatawan
mancanegara
yang
datang
ke
Indonesia.Keberadaan Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, serta pariwisata, juga sekaligus merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya dari berbagai penjuru dunia.Selain itu Jakarta juga merupakan tempat berinteraksinya berbagai aspek sosial budaya masyarakat, baik yang bersifat lokal maupun nasional.Jakarta dengan demikian memiliki kedudukan yang sangat potensial dan strategis baik dalam skala nasional, regional maupun internasional. Pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk serta terbatasnya lahan di Kota Jakarta menyebabkan beban tugas pada sektor kebudayaan menjadi sangat
1
Indonesia pada tahun 2013 hanya mampu menempati peringkat 70 pariwisata dunia, kalah dengan Singapura yang menempati peringkat ke 10, Malaysia yang menempati peringkat ke 34, dan Thailand yang menempati peringkat 43 pariwisata duniaThe Travel & Tourism Competitiveness Index 2013 dalam www.worldeconomicforum.org diakses pada Jumat, 23 Januari 2015 pada pukul 16.09
3
kompleks dan dikhawatirkan lambat laun akan memusnahkan adat istiadat tradisional warganya terutama masyarakatBetawi sebagai inti warga Jakarta.Antisipasi terhadap hal tersebut tidak mudah serta perlu penanganan yang ekstra hati-hati, khususnya dalam merumuskan konsep pembangunan budaya daerah yang meliputi pembinaan, pengembangan nilai-nilai luhur budaya bangsa bagi generasi muda sebagai pewaris dan penerus estafet pembangunan.Berdasarkan hal tersebutperlu dibangun suatu sistem pembinaan, pengembangan dan pelestarian budaya khususnya budaya Betawisecara berkesinambungan pada suatu lingkungan yang tertata sesuai dengan karakteristik budayanya. Tindakan tersebut akanmemperkokoh khazanah budaya bangsa Indonesia. Sebagai upaya pelaksanaan pelestarian budaya Betawi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menetapkan lokasi Setu2 Babakan di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PBB).Hal ini disebabkan lingkunganya masih sesuai dan masih kental dengan karakter kehidupan masyarakat Betawi.3 PBB Setu Babakan terletak di Jalan Mochamad Kahfi II RT.009 RW.08,Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan.PBB Setu Babakan merupakan satu tempat yang dibangun dengan semangat menyelamatkan, mengangkat, merayakan identitas Betawi ditengah lajunya pembangunan yang sering mengesampingkan tradisi budaya. Oleh karena itu dengan
2
Danau Penjelasan Umum atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2005 3
4
semakin berkembangnya zaman, Kota Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan4yang penuh dengan kegiatan bisnis, ekonomi, sosial, politik, dan banyak sekali berdiri gedung-gedung pencakar langit serta pusat perbelanjaan yang terdapat di hampir seluruh sudut Kota Jakarta. Kehidupan Kota Jakarta tersebut semakin mengikis eksistensi dari perkampungan-perkampungan tradisional Betawi.Atas dasar alasanalasan tersebut penelitian ini menitikberatkan pada strategi pengembangan PBBSetu Babakan sebagai objek wisata yang terus mempertahankan identitas kebudayaannya sehingga di era globalisasi dan di Kota metrpolitan seperti Jakarta ini keduanya dapat berjalan beriringan.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: 1.2.1
Apa sajakah potensi yang berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamandari Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan untuk pengembangan objek wisata budaya?
1.2.2
Strategi
pengembangan
seperti
apakah
yang
dapat
diterapkandi
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan sebagai objek wisata budaya?
4
kota besar yg menguasai daerah sekelilingnya
5
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1.3.1
Mengetahui apa saja potensi internal maupun eksternal berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan untuk pengembangan objek wisata budaya.
1.3.2
Mengetahui strategi pengembangan seperti apa yang dapat diterapkanbagi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan sebagai suatu objek wisata budaya.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan antara lain: 1.4.1
Secara
teoretis,
dapat
menjadi
sumbangan
pengetahuan
dalam
pembelajaran ilmu pariwisata khususnya yang berkaitan dengan strategi pengembangandestinasi
wisatatanpa
menghilangkan
unsur-unsur
kebudayaan yang dimiliki. 1.4.2
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta bahan evaluasi bagi Pemprov DKI Jakarta dan masyarakat PBB Setu Babakan,
khususnya
dalam
melestarikan
menyejahterakan kehidupan masyarakat setempat.
objek
wisata
dan
6
1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu mengenai PBB Setu Babakan sudah beberapa kali dilakukan.Pada data yang dimiliki kantor pengelola PBB Setu Babakan terdapat berbagai karya ilmiah dari berbagai universitas yang ada di Indonesia.Penelitianpenelitian terdahulu ini menjadipedoman, pembanding, gambaran dan penentuan batasan atas penelitian yang akan dilakukan sehingga tidak terjadi kesamaan masalah dengan penelitian sebelumnya. Berikut
beberapa
penelitian
yang
pernah
dilakukan
oleh
peneliti
sebelumnya.Penelitian yang pertama dilakukan oleh Ningrum(2009).Penelitian tersebut menjelaskan strategi meningkatkan jumlah pengunjung atraksi wisata budaya Betawi di PBB Setu Babakan.Sebagai bagian dari industri wisata,atraksi wisata budayaharus memiliki strategi yang baik untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.Peneliti berpendapat bahwauntuk meningkatkan jumlah pengunjung dibutuhkan sebuah pelayanan yang tepat sehingga pengunjung mendapatkan kepuasan dalam pelayanan.Untuk mengetahui tingkat kepuasan dan pelayanan pengunjung, peneliti membuat 150kuesioner kepada pengunjung yang datang sebagai sampel.Dari kuesioner tersebut peneliti memperoleh data profil pengunjung meliputi jenis kelamin, umur, status, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, suku, pengeluaran wisata rata-rata perbulan, serta frekuensi dan jenis kunjungan ke PBB Setu Babakan.Kuesioner tersebut juga diperlukan untuk mencari tahu hal-hal yang
7
dianggap penting untuk meningkatkan performa pelayanan dalam pengelolaan atraksi budaya di PBB Setu Babakan.Hasil akhir dari penelitian ini 73% pengunjung menjadikan atraksi wisata budaya sebasgai prioritas utama kunjungan mereka ke PBB Setu
Babakan,
sehingga
atraksi-atraksi
wisata
budaya
yang
ada
perlu
ditingkatkan.Peneliti menyarankan untuk membangun lagi produk intiberupa bangunan rumah Betawi dan membuat layanan tambahanberupa kemudahan mendapatkan
informasi
mengenai
cerita
dan
sejarah
Betawi.peneliti
juga
menyarankan juga untuk membangun rumah Betawi terkait tokoh tertentu, misalnya replika rumah atau tokoh pahlawan Betawi serta memperbanyak interior rumah khas Betawi. Penelitian yang kedua oleh Mita (2011) mencoba mengamati bagaimana PBB Setu Babakan sebagai tempat dengan potensi kunjungan yang semakin meningkat dari
tahun
ke
tahun,
dalammengatasi
masalah
penurunan
daya
dukung
lingkungannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menetapakan segmentasi pasar. Segmentasi pasar adalah sebuah teori yang menjelaskan upaya pemisahan pasar pada kelompok-kelompok yang dibedakan oleh kebutuhan, karakteristik, dan tingkah
laku.Adanya konsep segmentasi
dalam
strategi
pengembangan wisata membuat sumber daya dapat dimanfaatkan secara optimal dan kebutuhan pengunjung dapat disediakan dengan baik.Konsep segmentasi ini juga memungkinkan diberlakukannya penetapan tarif sesuai segmentasi yang ada.Analisis yang dipakai pada penelitian ini adalah Wilingness To Pay (WTP),yaitu keinginan untuk membayar.Analisis WTP ini dipakai untuk mengetahui seberapa besar
8
keinginan wisatawan untuk membayar demi menikmati atraksi wisata yang ada pada PBB Setu Babakan. Dengan adanya segmentasi dan penetapan tarif masuk di setiap segmentasi kawasan PBB Setu Babakan membuat konsentrasi jumlah pengunjung akan terpecah sehingga tidak terpusat pada 1 titik lokasi saja.Hasil akhir dari penelitian ini adalah penulis menyampaikan persepsi multipihak yaitu pengunjung, pengelola, dan Dinas Pariwisata DKI Jakarta terhadap penetapan tarif masuk di setiap segmentasi wisata PBB Setu Babakan.Pihak pengelola dan Dinas Priwisata menyetujui gagasan ini karena dengan segmentasi dapat mengurangi dampak kerusakan. Dari pihak pengunjung didapatkan hasil nilai maksimum yang bersedia mereka bayarkan adalah: Rp.2.100 untuk wisata air, Rp.4.500 untuk wisata agro, dan Rp.7.700 untuk wisata budaya ketika mereka berkunjung ke PBB Setu Babakan. Penelitian yang ketiga mencoba menegaskan bahwa pengetahuan pengelola terhadap pengunjung sangat diperlukan dalam merancang program pemasaran yang dapat memuaskan konsumen.Pengetahuan terhadap karakter konsumen ini sangat penting sebab mereka yang berkunjung ke Setu Babakan memiliki latar belakang dan keinginan yang berbeda-beda.Penelitian ini juga menganalisis proses pengambilan keputusan pengunjung ke PBB Setu Babakan dan mengetahui faktor mana diantara faktor sosial, budaya, pribadi, dan psikologis yang berpengaruh secara dominan terhadap keputusan pengunjung ke objek wisata. Kesimpulan penelitian menyarankan beberapa hal yang dapat dilakukan pihak pengelola untuk memperbaiki kinerja wisata PBB Setu Babakan.Pertama yaitu penambahan jadwal-jadwal pertunjukan, tidak hanya pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional saja, kedua, pengelola dapat
9
menambahkan wahana-wahana seperti memancing di setu, dan yang terakhir adalah pengelola diharapkan dapat membuat paket wisata agar pengunjung mendapatkan lebih
banyak
pengetahuan
dan
pelajaran
serta
mempraktikan
secara
langsungkegiatan-kegiatan seperti belajar memasak makanan khas Betawi, belajar alat musikBetawi, dan kegiatan lainnya (Septyati, 2010). Penelitian yang keempat fokus pada kegiatan wisata (event) yang terdapat di PBB Setu Babakan. Kegiatan wisata merupakan cara PBB Setu Babakan dalam memperkenalkan serta mempertahankan keaslian budaya Betawi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakahdalam melaksanakan kegiatan wisatapengelola telah melaksanakan tahapan wisata, yaitu tahapansebelum acara (pre-event),saat acara (during-event), dan setelah acara (post-event).Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif sedangkan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai pendukung, sedangkan metode analisis yang dipakai adalah metode analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats).Hasil akhir dari penelitian ini adalah perencanaan kegiatan wisata PBB Setu Babakan sudah sesuai dengan konsep yang ada yaitu dengan menentukan tujuan kegiatan wisata, menetapkan tema, target pengunjung, waktu pelaksanaan dan layout untuk kegiatan wisata namun setelah pelaksanaan kegiatan wisata perlu adanya evaluasi terhadap kegiatan wisata rutin maupun tahunan sebelum meluncurkan kegiatan wisata baru untuk periode berikutnya. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa baik kinerja dari setiap kegiatan wisata yang pernah diselenggarakan, dengan begitu pengelola dapat selalu memantau kelebihan ataupun kekurangan yang dimiliki dari kegiatan wisata
10
tersebut.Dengan adanya evaluasi kegiatan wisata, pengelola mempunyai acuan untuk kegiatan wisata selanjutnya (Cynthia, 2010). Sesuai dengan tinjauan pustaka diatas, maka perbedaan mendasar pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada fokuspenelitian dimana penelitian ini menitikberatkan kepada strategi pengembangan destinasi wisata budaya pada PBB Setu Babakan.Penelitian-penelitian yang pernah membahas mengenai Setu Babakan belum ada yang membahas mengenai tema tersebut.Alat analisis SWOT memang sudah pernah digunakan oleh penelitian sebelumnyauntuk mengetahui kondisi SWOT event wisata PBB Setu Babakannamun dalam penelitian ini penulis mencoba menganalisis SWOT melalui 5 aspek pengembangan daya tarik wisata yaitu wisatawan, aksesibilitas, atraksi, fasilitas, dan informasi dan promosi (Yoeti, 1997: 23).Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan judul yang sama belum pernah dikerjakan oleh siapapun dan dibahas pada penelitian sebelumnya.
1.6 Landasan Teori 1.6.1Pariwisata dan Daya tarik Wisata Pariwisata menurut Spillane (Hadiwijoyo, 2012:42) adalah “suatu perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain dan bersifat sementara, dilakukan perorangan ataupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian dalam dimensi sosial budaya dan ilmu”.Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pariwisata adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang ke suatu tempat dalam kurun waktu tertentu untuk alasan yang berbeda-beda.Dalam kegiatan pariwisata
11
pasti ada objek dan daya tarik wisata. Menurut Hadiwijoyo (2012: 49), “objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan”. Objek dan daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi 3 menurut Hadiwijoyo (2012:49), yaitu: objek wisata alam, objek wisata budaya, dan objek wisata minat khusus. Pada umumnya wisatawan yang melakukan perjalanan wisata akan lebih tertarik pada objek wisata budaya, yaitu perjalanan wisata dengan tujuan untuk mempelajari adat dan istiadat, budaya, tata cara kehidupan masyarakat dan kebiasaan yang terdapat di daerah atau negara yang dikunjungi (Karyono, 1997: 17). Maka dari itu penelitian ini akan fokus pada objek wisata budaya. 1.6.2 Aspek Pengembangan Daya Tarik wisata Dalam upaya untuk menarik wisatawan mengunjungi objek wisata budaya perlu dilakukan pengembangan daya tarik wisata.Menurut Yoeti (1997: 2-3) aspek pengembangan daya tarik wisata tersebut berupa wisatawan, transportasi, atraksi, fasilitas pelayanan, informasi dan promosi. Lima aspek pengembangan daya tarik wisata tersebut yang akan menjadi kerangka penelitian dalam penyusunan matriks SWOT. Pada aspek kedua pengembangan daya tarik wisata tersebut disebutkan aspek transportasi, namun untuk memperluas cakupan penelitian ini maka aspek kedua akan diganti menjadi aksesibilitas, hal itu dilakukan karena transportasi merupakan salah satu bagian dalam aksesibilitas.
12
Menurut Pendit (1999:21-25)aksesibilitas merupakan salah satu komponen yang harus dimilikidalam sebuah kawasan daya tarik wisata.Untuk itu hal-hal yang harus menjadi perhatian khusus dalam komponen aksesibilitas ini adalah:pelabuhan laut atau udara yang merupakan pintu gerbang masuk pada saat wisatawan tiba, infrastruktur jalan yang baik, lalu lintas yang lancar, dan angkutan umum menuju serta di objek wisata. Lokasi penelitian ini adalah PBB Setu Babakan, penulis memilih lokasi tersebut untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian karena penulis menaruh perhatian besar terhadap sektor kebudayaan di Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia.PBB Setu Babakan merupakan suatu lokasi yang ditetapkan sebagai cagar budaya yang dibangun untuk tetap mempertahankan hal-hal menyangkut kebudayaan Betawi di Jakarta. Oleh karena hal itu penulis merasa perlu dibuat pengembangan bagi PBB Setu Babakan agar dapat berkembang lebih baik lagi kedepannya 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini berusaha menjawab 2 rumusan masalah, yaitu terkait potensi eksternal dan internal PBB Setu Babakan, dan strategi pengembangan PBB Setu Babakan sebagai objek wisata budaya di Kota Jakarta.Untuk menjawab rumusan masalah tersebut dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis.Metode deskriptif analitis menurut Sugiono (2009: 29) “adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dan membuat kesimpulan”.Sesuai
13
dengan metode tersebut maka akan di rumuskan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi rumusan strategi pengembangan PBB Setu Babakan melalui langkahlangkah sebagai berikut: a. Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat berupa pengambilan data primer5 yaitu observasi dan wawancara dengan pihak terkait serta data sekunder6 dengan studi pustaka. 1. Pengamatan/Observasi Menurut Hughes (Sarosa, 2012: 56) observasi atau studi lapangan adalah pengamatan akan manusia pada habitat aslinya. Observasi ini dilakukan di PBBSetu Babakan di Jalan Moch.Kahfi II RT.009 RW.08, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatansecara langsung, dengan mengamati
aktifitas
parwisata
yang
terjadi
berdasarkan
aspek-aspek
pengembangan pariwisata seperti, bagaimana profil wisatawan yang berkunjung ke PBB Setu Babakan, aksesibilitas menuju PBB Setu Babakan seperti (kondisi jalan, ketersediaan transportasi umum, papan penunjuk jalan), atraksi atau daya tarik wisata (atraksi wisata apa saja yang dilihat, apa saja yang bisa dilakukan, dan apa saja yang dapat dibeli oleh wisatawan), fasilitas yang dapat dinikmati oleh wisatawan (tempat beribadah, toilet, tempat sampah), dan seperti apa promosi yang sudah dilakukan. 5
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran dan alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1998: 91) 6 Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar, 1998: 91)
14
2. Wawancara Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif.Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu Kahn dan Cannel (Sarosa, 2012: 45).Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks (Sarosa, 2012: 45).Dengan wawancara peneliti dapat memperoleh banyak data yang berguna bagi penelitiannya Leedy dan Ormrod (Sarosa, 2012:45). Dalam wawancara, peneliti dapat mengajukan pertanyaan mengenai: fakta, kepercayaan dan perspektif seseorang terhadap suatu fakta, perasaan, perilaku saat ini dan masa lalu, standart normatif, dan mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu Silverman (Sarosa, 2012:45). Wawancara
dilakukankepada
para
pihak
stakeholders(pemangku
kepentingan) yang terkait dengan lokasi penelitian yaitu PBB Setu Babakan. Wawancara dilakukan kepada pengelola PBB Setu Babakan yang berkedudukan sebagai komite kesenian dan pemasaran yang merangkap juga sebagai humas. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan berupa hal-hal mengenai sejarah PBB Setu Babakan, potensi-potensi yang dimiliki, fasilitas apa saja yang dimiliki, data kunjungan, kendala-kendala yang dihadapi serta berbagai pertanyaan-pertanyaan lain yang diperlukan demi mendukung penelitian ini.Wawancara juga dilakukan kepada wisatawan yang berkunjung ke PBBSetu Babakan dan masyarakat lokal
15
untuk
dapat
membandingkan
argumen
serta
opini
dari
kedua
pihak
tersebutmengenai aktifitas pariwisata yang terjadi di PBB Setu Babakan.Pihak selanjutnya yang dapat diwawancarai adalah sekretaris Kelurahan Srengseng Sawah untuk menanyakan hal-hal yang terkait dengan masalah kependudukan yang menjadi lingkup kerja mereka.Wawancara juga dilakukan kepada stafDinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta untuk menanyakan hal-hal terkait pengembangan kawasan PBB Setu Babakan yang menjadi lingkup pekerjaan mereka. 3. Studi Pustaka Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan memasukkan beberapa hasil penelitian seperti tugas akhir, skripsi, dan tesis, mengenai strategi pengembangan destinasi khususnya mengenai PBBSetu Babakan yang telah dipublikasikan sebagai karya ilmiah sebagai acuan dan pedoman dalam penulisan penelitian ini. Studi pustaka yang dilakukan juga mencari teori-teori serta alat analisis data dalam hal ini seperti landasan teori mengenai pariwisata, daya tarik wisata budaya, aspek pengembangan daya tarik wisata,untuk mendukung penelitian yang dilakukan.Studi pustaka dilakukan dengan mencari sumbersumber baik dari perpustakaan, toko buku, internet, jurnal ilmiah, maupun jurnal online untuk mendapatkan data berupa soft file maupun hard file. b. Klasifikasi Data Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, baik data primer maupun data sekunder, maka tahapan selanjutnya adalah mengklasifikasikan data-data tersebut.Klasifikasi data dilakukan dengan mengelompokan data dari berbagai
16
narasumber yang bebrbeda.Klasifikasi data dilakukan agar data yang diperoleh dapat lebih tersusun guna perumusan faktor internal dan eksternal dari PBB Setu Babakan. c. Analisis Data Analisis SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Untuk mengetahui arah strategi pengembangan yang tepat, penelitian ini menggunakan metode analisis SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) berdasarkan data-data yang didapat di objek penelitian yang kemudian dikaji dan dianalisis dengan faktor internal dan eksternal.Selain itu analisis SWOT juga dapat digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan di PBBSetu Babakan dengan analisis berdasarkan logika dengan memaksimalkan kekuatan (strengths), dan adanya peluang dari luar (opportunities), tetapi juga secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan adanya ancaman dari luar (threats)(Rangkuti, 1997:19). Analisis SWOT yang dilakukan dapat
menghasilkan
4
kemungkinan
strategi
alternatif
yang
dapat
dilakukan(Rangkuti, 1997:31-32), yaitu: 1. Strategi Strength-Opportunities (SO). Strategi ini direncanakan berdasarkan jalan pikiran objek, yaitu dengan memaksimalkan seluruh kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada dengan sebesar-besarnya. 2. Strategi
Weaknesses-Opportunities
(WO).
Strategi
ini
dibuat
untuk
memanfaatkan peluang yang ada sebesar-besarnya dengan meminimalkan kelemahan pada objek tersebut.
17
3. Strategi Strength-Threats (ST). Strategi ini diterapkan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada dari luar. 4. Strategi Weaknesses-Threats (WT). Strategi ini dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman yang ada dari luar. Berikut ini adalah tabel matrik alternatif mengenai strategi yang berdasarkan pada analisis SWOT. Tabel 1.1 Matriks SWOT
MATRIKS SWOT
STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 Faktor-faktor peluang eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang
THREATS (T) Tentukan 5-10 Faktor-faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
(Sumber: Rangkuti, 1997:31)
18
1.8 Tahapan Penelitian
Tabel 1.2 Tahapan penulisan TAHAPAN
BULAN dan TAHUN DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI 2014 2015 2015 2015 2015 2015
PERSIAPAN PENELITIAN PENULISAN (Sumber: peneliti)
1.9 Sistematika Penulisan Skripsi ini nantinya akan dibuat menjadi 4 bab yang didalamnya terdapat beberapa sub-bab yang berbeda-beda. Bab I: Berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, landasan teori, metode pengumpulan data, serta metode analisis dimana semua itu adalah kerangka dari apa yang akan dibahas dalam penelitian ini. Bab II: Membahas mengenai lokasi penelitian, yaitu pada PBB Setu Babakan yang berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian seperti, sejarah berdirinya PBB Setu Babakan, kunjungan wisatawan, aksesibilitas, atraksi wisata apa saja yang ada disana, fasilitas apa saja yang dimiliki serta berbagai data pendukung lainnya.
19
Bab III: Memapatkan analisis kekuatan, kelemahan, potensi, serta ancaman yang ada di lokasi penelitian, dan perumusan strategi pengembangan PBB Setu Babakan melalui analisis SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Bab IV: Bab ini menyampaikan kesimpulan penelitian dan saranyang diharapkan dapat menyumbang saran-saran untuk kepentingan semua pihak terkait dengan strategi pengembangan PBB. Setu Babakan.