1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dihadapkan pada tiga tantangan besar, yaitu dampak krisis multi dimensi yang belum kunjung tuntas, globalisasi di segala aspek kehidupan, dan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Untuk mengatasi tantangan tersebut diperlukan ketersediaan sumber daya manusia yang sanggup menghadapi tantangan yang ada (Syaodih, 2009). Menurut Fasli Jalal (Syaodih, 2009), kondisi sumber daya manusia Indonesia berdasarkan hasil penelitian The Third Inernational Mathematic and Science Study Repeat tahun 1999, adalah kemampuan siswa Indonesia di bidang IPA berada di urutan ke-32 dari 38 negara yang diteliti dan di bidang matematika berada di urutan ke 34 dari 38 negara yang diteliti. Menurut laporan UNDP tentang Human Development Index (HDI), pada tahun 1998 Indonesia menempati peringkat 108, pada tahun 1999 Indonesia menempati peringkat 109 dan pada tahun 2004 peringkat itu menurun lagi menjadi peringkat 111 dari 174 negara yang diteliti (Mulyasa, 2008). Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia salah satunya adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan termasuk dalam bidang pendidikan
2
kimia. Begitu eratnya ilmu kimia dengan kehidupan sehingga ilmu kimia sangat penting untuk dipelajari dan dipahami oleh siswa secara komprehensif agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dijadikan solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan, serta dapat menjadi modal dalam menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap ilmu kimia. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memilih model pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa secara aktif, menuntut siswa
untuk berfikir kritis, serta memberikan pengalaman belajar yang dapat menanamkan konsep kimia secara mendalam agar pemahaman siswa terhadap ilmu kimia menjadi lebih baik. Salah satu model pembelajaran yang memiliki karakteristik tersebut adalah model siklus belajar hipotesis deduktif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wartini (2010) yang menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas XI pada pembelajaran pengaruh ion senama dan pH terhadap kelarutan dengan siklus belajar hipotesis deduktif menunjukkan kriteria sangat baik untuk semua indikator pembelajaran. Pemikiran hipotesis deduktif sangat diperlukan dalam penguasaan konsep (Yuliati, 1995). Hal ini dikarenakan dalam siklus belajar hipotesis deduktif, siswa belajar untuk membuat hipotesis dengan menggunakan katakata
“jika...maka...”,
merancang
dan
melakukan
eksperimen
untuk
membuktikan hipotesis sehingga siswa memiliki pengalaman nyata dalam memperoleh suatu konsep (bukan dari hapalan), dan siswa belajar untuk dapat
3
menerapkan konsep tersebut dalam situasi lain atau dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu konsep yang diperoleh akan lebih melekat dan bermakna pada pikiran siswa serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan materi larutan elektrolit dan non-elektrolit sebagai materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan model siklus belajar hipotesis deduktif didasarkan pada berbagai pertimbangan. Pertama, berdasarkan kompetensi dasar untuk materi larutan elektrolit dan non-elektrolit, yaitu “mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan”, maka dalam pelaksanaan pembelajarannya siswa dapat melakukan suatu percobaan untuk mengidentifikasi sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit. Hal ini sesuai apabila diterapkan dengan menggunakan model siklus belajar hipotesis deduktif. Melalui percobaan ini, siswa dapat belajar untuk membuat hipotesis serta merancang percobaan untuk menguji hipotesis tersebut. Kedua, materi larutan elektrolit dan non-elektrolit merupakan salah satu materi yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan. Materi ini perlu dikuasai konsepnya dengan baik agar siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dilakukan suatu penelitian yang berjudul “Analisis Penguasaan Konsep Siswa Kelas X pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit dengan Siklus Belajar Hipotesis Deduktif”.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dalam penelitian ini masalah pokok yang akan diungkapkan adalah “Bagaimana penguasaan konsep siswa kelas X pada pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis deduktif?” Untuk menentukan langkah-langkah penelitian secara lebih operasional, maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi sub masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penguasaan konsep seluruh siswa untuk seluruh indikator pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis deduktif? 2. Bagaimana penguasaan konsep setiap kategori siswa untuk seluruh indikator pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis deduktif? 3. Bagaimana penguasaan konsep seluruh siswa untuk setiap indikator pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis deduktif? 4. Bagaimana penguasaan konsep setiap kategori siswa untuk setiap indikator pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis deduktif?
5
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Memperoleh gambaran mengenai penguasaan konsep seluruh siswa untuk seluruh indikator pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis deduktif. 2. Memperoleh gambaran mengenai penguasaan konsep setiap kategori siswa untuk seluruh indikator pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis deduktif. 3. Memperoleh gambaran mengenai penguasaan konsep seluruh siswa untuk setiap indikator pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis deduktif. 4. Memperoleh gambaran mengenai penguasaan konsep setiap kategori siswa untuk setiap indikator pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis deduktif.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru kimia, diharapkan dapat memberikan gambaran penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang dilaksanakan dengan menggunakan model siklus belajar hipotesis deduktif sehingga model ini dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif model
6
pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit. 2. Bagi peserta didik diharapkan dapat memberikan motivasi untuk mempelajari ilmu kimia dengan penguasaan konsep yang baik. 3. Bagi peneliti lain diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk penelitian sejenis pada materi kimia lainnya.
E. Definisi Operasional Berikut adalah definisi operasional untuk beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Penguasaan konsep merupakan kemampuan yang berkaitan dengan tujuan-tujuan, perilaku-perilaku, jawaban-jawaban atau tanggapantanggapan, yang menggambarkan suatu pengertian seseorang terhadap konsep suatu materi tertentu (Wijaya, 2010) 2. Siklus belajar hipotesis deduktif didefinisikan sebagai pola pemikiran yang didalamnya menghasilkan ide-ide secara intuitif yang diajukan sebagai hipotesis, konsekwensi-konsekwensi deduksinya, dan bukti-bukti yang dibandingkan dengan konsekwensi deduksi untuk menerima atau menolak hipotesis, merevisi hipotesis, dan jika perlu menggantinya dengan hipotesis yang baru (Lawson dan Kaplan dalam Yuliati, 1995). 3. Larutan elektrolit adalah larutan yang dibentuk dari zat elektrolit yaitu zat terlarut yang di dalam pelarut air berbentuk ion-ion (Sunarya, 2003).
7
4. Larutan non-elektrolit adalah larutan yang dibentuk dari zat nonelektrolit yaitu zat terlarut yang dalam pelarut air berbentuk molekulmolekul (Sunarya,2003).