BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian. 1.1 Latar Belakang Anggrek (bahasa latin : Orchidaceae) adalah salah satu tanaman yang banyak tumbuh di hutan dan mempunyai banyak spesies. Para ahli tumbuhtumbuhan berkeyakinan bahwa anggrek memiliki lebih dari 20.000 jenis. Jenis anggrek ini hampir dapat ditemui di seluruh dunia, terutama di daerah tropis baik 1
dataran tinggi sampai dataran rendah. Jumlah spesies anggrek di Asia Tenggara deperkirakan terdapat di Myanmar 700 spesies, Vietnam 5.000-6.000 spesies, Indonesia 5.000 spesies, Malaysia 800 spesies, dan Filipina 1.000 spesies. Persebaran anggrek terbesar di Indonesia adalah Kalimantan yaitu 2.500-3.000 spesies, Jawa 971 spesies, dan Maluku 123 spesies. Tetapi karena kerusakan hutan banyak yang kehilangan spesies dan belum dikanali. (Sarwono, 2005: 1) Keindahan anggrek menjadikan tanaman tersebut populer di kalangan pecinta tanaman hias. Para kolektor berlomba untuk bisa mendapatkan koleksi anggrek. Semakin langka jenis anggrek, harganya akan semakin mahal, semakin indah bunganya dan sukar dicari nilai komersialnya pun semakin bertambah. Karena maraknya perburuan anggrek spesies dikhawatirkan anggrek spesies tersebut akan punah, sehingga para penganggrek mulai melakukan penyilanganpenyilangan spesies. Kondisi demikian disebut era hibrida. Saat ini diduga ada 35.000 anggrek hibrida. Jumlah itu akan terus bertambah setiap tahunnya. (Sarwono, 2005: 7).
Tanaman hias di Bali khususnya tanaman anggrek sangat banyak manfaatnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemanfaatan bunga anggrek seperti terdapat pada kantor-kantor, rumah sakit, penghobi, dan pedagang bunga potong yang menggunakan bunga anggrek sebagai pas bunga untuk dijual. Penyedia bunga anggrek di Bali banyak tersebar di daerah Denpasar, Badung, Tabanan, dan Karangasem. Tetapi tidak banyak pedagang anggrek melakukan proses pembibitan anggrek pada stan anggreknya, pedagang biasanya membeli anggrek pada umur tertentu yang sudah siap berbunga dan menjualnya kembali. Banyaknya kebutuhan anggrek di Bali tentu memberikan peluang bisnis bagi para pembudidaya tanaman, karena prospek anggrek yang cukup bagus untuk dipasarkan. Salah satu tempat penjualan anggrek yang cukup terkenal adalah Duta Orchid yang terletak di Denpasar. Duta Orchid yang melayani penjualan dan penyewaan tanaman anggrek. Menurut Bapak Dodi (Anak pemilik Duta Orchid) kebutuhan anggrek mencapai 20.000 pot/ bulan dan mungkin bisa lebih jika ada banyak acara seperti seminar, pernikahan, dan lain-lain. Pada Duta Orchid Denpasar hanya melakukan aktivitas penjualan dan penyewaan anggrek yang 2
sudah berbunga, pembesaran dilakukan di kebun yang terletak di Kabupaten Karangasem. Tetapi kebun anggrek Duta Orchid hanya mampu menghasilkan kurang lebih 10.000 pot/ bulan, sehingga kekurangan kebutuhan anggrek didatangkan dari Jakarta. Di Tabanan sudah terdapat sebuah pusat pelestarian anggrek spesies yang berada di Kebun Raya Bedugul. Disana dikembangkan anggrek-anggrek spesies/ alami yang merupakan anggrek asli Indonesia yang dilestarikan pada tempat tersebut. Pada kawasan Kebun Raya dilakukan penelitian dan pelestarian anggrek spesies agar tidak punah. Karena semakin susah mendapatkan anggrek spesies maka banyak dibudidayakan anggrek hasil persilangan untuk diperjual belikan di pasaran. Selain lebih mudah dalam perawatan anggrek hasil persilangan (anggrek hibrida) juga memiliki beragam bunga dan bahkan lebih indah dari anggrek spesies. Pusat budidaya permanen anggrek hibrida di Bali tidak ada sama sekali, sebagian besar anggrek hibrida yang diperjual belikan di pasaran didatangkan dari luar Bali, hal ini dikarenakan belum adanya fasilitas untuk membudidayakan tanaman anggrek Hibrida di Bali, khususnya untuk pembuatan bibit dan pengembangan anggrek hibrida. Maka dari itu perlu dibuat sebuah Pusat Budidaya Anggrek Hibrida di Tabanan. Tabanan sangat cocok untuk budidaya tanaman, karena sebagian besar masyarakat Tabanan bekerja di sektor pertanian, sehingga sangat mudah mencari tenaga kerja dan sekaligus mengajak masyarakat sekitar untuk ikut membudidayakannya anggrek agar Tabanan dapat menjadi pusat budidaya anggrek untuk memasok keperluan anggrek di Bali. 1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat diungkapkan rumusan masalah, yaitu sebagai berikut : a. Jenis-jenis anggrek apa yang akan dibudidayakan pada Pusat Budi Daya Anggrek Hibrida di Tabanan ? b. Dimana lokasi yang tepat untuk pengadaan Pusat Budi Daya Anggrek Hibrida di Tabanan? 3
c. Fasilitas-fasilitas apa yang dapat mendukung fungsi Pusat Budi Daya Anggrek Hibrida di Tabanan? d. Bagaimana konsep perancangan Pusat Budi Daya Anggrek Hibrida di Tabanan? 1.3
Tujuan
a. Melestarikan, mengembangkan dan membudidayakan jenis anggrek alami dan hibrida pada Pusat Budi Daya Anggrek Hibrida di Tabanan b. Mendapatkan lokasi yang tepat untuk pengadaan Pusat Budi Daya Anggrek Hibrida di Tabanan c. Merencanakan fasilitas-fasilitas untuk mendukung fungsi Pusat Budi Daya Anggrek Hibrida di Tabanan d. Menentukan
konsep perancangan Pusat Budi Daya Anggrek Hibrida di
Tabanan. 1.4
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah mencakup prosedur dan alat yang digunakan dalam meneliti. Dalam proses penelitian terdapat beberapa prosedur yang terdiri teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Penelitian ini merupakan penelitian arsitektur, yang hasilnya bukan memperkaya teori, tetapi digunakan sebagai dasar untuk program ruang yang akan diproses menjadi desain. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dibedakan berdasarkan : 1. Jenis Data (data kualitatif dan data kuantitatif) Data kualitatif merupakan data yang bukan berupa bilangan, misalnya jenis dan karakteristik anggrek, teori tentang fasilitas-fasilitas pembudidayaan anggrek, kebutuhan ruang, dan proyek sejenis yang sudah ada Data kuantitatif merupakan data yang berupa bilangan, misalnya data tentang besaran ruang, data statisik kota Tabanan, data jumlah anggrek, dan data site yang akan dipilih.
4
2. Sumber Data (data primer primer dan data sekunder) a. Data Primer merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Data primer diperoleh melalui : Wawancara , yaitu pengumpulan data dengan cara Tanya jawab secara langsung dengan yang diwawancarai, yaitu Bapak Dodi (anak pemilik Duta Orchid) dan Bapak I Gede Kanti (anggota kelompok tani anggrek Kertapala Asri Orchid), tanya jawab yang dilakukan terkait dengan membudidayakan anggrek. Observasi, yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap lokasi site yang nantinya akan dipakai sebagai pusat budidaya anggrek sehingga mendapatkan data situasi sebenarnya mengenai eksisting site serta observasi bangunan sejenis yang ada di Bali. Dalam hal ini objek yang dijadikan studi banding adalah Taman Anggrek kebun Raya Eka Karya Bali Bedugul, Duta Orchid, dan Kertapala Asri Orchid. b. Data Sekunder merupakan data tyang dikumpulkan melalui pihak kedua (biasanya diperoleh dari tinjauan pustaka, dokumen, ataupun dari badan/instansi yang bergerak dalam proses pengumpulan data, baik oleh institusi pemerintahan ataupun swasta. Data ini diperoleh melalui : Data Literatur, yaitu Pengumpulan data penunjang sebagai bahan pertimbangan proses perencanaan dan perancangan yang terdiri dari buku-buku, jurnal, Koran, internet, dan lain-lain. Data Instansional, yaitu data-data yang berhubungan dengan peraturanperaturan
dan
kebijakan-kebijakanbaik
nasional
maupun
daerah
perancangan yang mempengaruhi perencanaan pusat budidaya anggrek. Data-data tersebut nantinya akan diolah melalui studi deskriptif, komparatif, maupun sintesis untuk nantinya dapat dijadikan pedoman dalam aspek penyusunan program, tema dan konsep hingga perancangan.
5