BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun kemampuan reproduksi sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu diperhatikan. Pakan yang sering diberikan pada ternak meliputi pakan hijauan berupa rumput, leguminosa, daun-daunan maupun penambahan kosentrat. Semakin baik kualitas pakan yang diberikan maka semakin baik pula produktivitas ternak sapi utamanya sebagai penghasil daging. Namun, penyediaan pakan hijauan di Indonesia menjadi salah satu kendala dalam pemeliharaan ternak sapi terutama pada musim kemarau. Hal ini disebabkan karena meningkatnya alih fungsi lahan yang berdampak pada sempitnya lahan tanaman pakan hijauan. Keterbatasan hijauan tersebut menuntut peternak untuk mencari alternatif lain sebagai pengganti hijauan. Indonesia merupakan negara agraris dengan menjadikan penanaman tanaman pangan sebagai kegiatan utama. Jenis tanaman pangan yang ditanam adalah padi, jagung, dan hortikultura lainnya. Padi sebagai tanaman pangan akan menghasilkan limbah pertanian pasca panen, termasuk dedak padi dan jerami padi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Produksi jerami padi mencapai 12 - 15 ton per hektar (Haryanto, 2000). Menurut Anon (2005) dalam Bidura et al. (2008), kandungan nutrien jerami padi terdiri atas protein kasar 4,5%, lemak kasar 1,3%, bahan ekstrak tanpa nitrogen 42%, abu 16,5%, dan bahan keringnya 80%. Selain
1
itu, Siregar (1996) menyebutkan bahwa jerami padi juga mengandung serat kasar 35%, lemak kasar 1,55%, kalsium 0,19%, fosfor 0,1%, TDN (Total Digestible Nutrients) 43%, energi tercerna (Digestible Energy) 1,9 kkal/kg, dan lignin 6-7% (McDonald et al., 1988). Kandungan jerami padi terdiri atas bahan kering 87,5%, abu 19,9%, protein kasar 4,15%, lemak kasar 1,47%, serat kasar 32,5% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 45% (Sutardi, 1981). Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak mempunyai kelemahan terutama tingginya kadar komponen serat kasar (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) sehingga perlu dilakukan pemanfaatan teknologi yang dapat menurunkan kandungan serat kasar pada jerami. Teknologi fermentasi merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam upaya untuk menurunkan kandungan serat kasar serta meningkatkan kualitas dan kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum (Suharto, 2004). Fermentasi merupakan proses yang dapat menyebabkan terjadi perubahan pH, kelembaban, aroma dan perubahan komposisi zat makanan seperti protein, lemak, serat kasar, karbohidrat, vitamin dan mineral sebagai hasil kerja mikroorganisme (Bidura, 2007). Pengolahan pakan dengan teknologi fermentasi yang sering dilakukan adalah silase. Silase merupakan salah satu olahan pakan ternak pakan yang dihasilkan melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme dari fermentor. Nahrowi (2006) mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi fermentasi dalam penyusunan ransum akan dapat meningkatkan kualitas ransum khususnya kecernaan ransum serta dapat meningkatkan bioproses dalam rumen melalui penurunan pH sehingga protozoa akan menurun dan populasi bakteri pendegradasi serat akan meningkat. Kandungan serat pada limbah pertanian seperti jerami hanya dapat didegradasi
2
oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh mikroba selulolitik (McDonald et al., 2002). Cairan rumen merupakan limbah dari rumah potong hewan yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Cairan rumen banyak mengandung mikroba baik bakteri, protozoa maupun fungi. Cairan rumen sapi bali potensial sebagai inokulan kaya nutrien ready fermentable, mikroba dan enzim pendegradasi serat (Mudita et al., 2009;2013 dan Partama et al., 2012). Parakkasi (1999) menyebutkan bahwa pemanfaatan cairan rumen maupun enzim kompleks sebagai inokulan dalam pembuatan silase akan mempercepat dan memperbaiki fermentasi silase (penurunan pH, peningkatan rasio laktat-asetat, menurunkan ammonia), memperbaiki pertumbuhan bakteri rumen, penampilan ternak serta meningkatkan kecernaan bahan kering (Kaiser, 1984), meningkatkan kecernaan protein, energi dan serat NDF/Neutral Detergen Fiber bahan pakan (Hau et al., 2006). Selain cairan rumen, rayap (Termites sp) juga sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai inokulan karena rayap memiliki kemampuan merusak kayu yang banyak mengandung serat. Kemampuan rayap yang mampu merusak kayu dikarenakan oleh sel tubuh, air liur dan saluran pencernaan rayap mengandung berbagai enzim pendegradasi serat (Watanabe et al., 1998). Purwadaria et al. (2003a,b dan 2004) menyatakan dalam saluran pencernaan rayap terdapat berbagai mikroba (bakteri, kapang/fungi, dan protozoa), menghasilkan kompleks enzim selulase
yaitu
endo-β-D-1,4-glukanase/carboxymethylcelulase,
aviselase,
eksoglukonase dan β-D-1,4-glukosidase, dan enzim hemiselulase seperti endo-1,4β-xilanase serta enzim β-D-1,4-mannanase. Adanya kemampuan bakteri dalam rayap untuk menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi serat, mikroorganisme
3
tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyederhakanan pakan berserat sehingga mudah diserap oleh ternak. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan kering dan nutrien ransum sapi bali berbasis limbah pertanian yang difermentasi inokulan dari cairan rumen dan rayap (Termites sp). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah 1. Apakah penerapan teknologi fermentasi menggunakan inokulan dari cairan rumen dan rayap mampu mempengaruhi kandungan nutrien ransum sapi bali yang berbasis limbah pertanian? 2. Inokulan manakah yang mampu menghasilkan ransum dengan kualitas yang lebih baik? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan teknologi fermentasi menggunakan inokulan dari cairan rumen dan rayap terhadap kandungan nutrien ransum sapi bali yang berbasis limbah pertanian. 2. Untuk mengetahui inokulan yang mampu menghasilkan ransum dengan kandungan nutrien yang lebih baik. 1.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah terjadi perubahan kandungan bahan kering dan nutrien pada ransum sapi bali berbasis limbah pertanian yang difermentasi dengan inokulan dari cairan rumen dan rayap.
4
1.5 Manfaat Penelitian
.
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah mengenai kandungan bahan kering dan nutrien dari ransum berbasis limbah pertanian yang terfermentasi inokulan yang diproduksi dari kombinasi cairan rumen dan rayap. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian dalam pengembangan usaha peternakan sapi bali.
5