BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roti telah lama dikenal dalam peradaban manusia, sejarawan memperkirakan roti mulai dikonsumsi sejak kebudayaan Mesopotamia atau Mesir. Di Indonesia sendiri, roti mulai diperkenalkan oleh bangsa-bangsa Eropa yang datang ke Indonesia. Kini roti semakin banyak diminati dan dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dari ragamnya roti dapat dikategorikan sebagai roti tawar dan roti manis. Sedangkan dari sisi produsen terdapat industri yang memproduksi secara massal, industri rumah tangga (usaha kecil) dan industri toko roti (boutique bakery). Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lainnya yang kemudiaan dipanggang. Selain tepung terigu, roti juga bisa dibuat dari jenis tepung lain, seperti tepung jagung, beras, singkong, kentang, pisang dan sukun. Ke dalam tepung pembuat roti tersebut bisa ditambahkan beberapa zat gizi untuk memperbaiki nilai gizi roti. Misalnya saja, vitamin seperti tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2) dan niasin, serta sejumlah mineral seperti zat besi, iodium dan kalsium. Belakangan, roti juga diperkaya asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), terutama kelompok omega-3 seperti EPA (asam eikosapentaenoat) dan DHA (asam dokosaheksaenoat ). Contohnya, roti isi tuna,meski ada beberapa ahli yang masih belum menerima bukti adanya hubungan antara asupan PUFA melalui makanan dan perkembangan sel-sel otak anak, namun beberapa penelitian menunjukkan hasil hubungan tersebut. Misalnya, kemampuan anak memusatkan perhatian yang meningkat.4
4
www. roti sebagai makanan pokok.com diakses pada 10 September 2011
Universitas Sumatera Utara
Roti memiliki karakteristik sebagai makanan pokok. Pertama, roti mengandung karbohidrat yang tinggi. Oleh karena itu orang akan memperoleh kalori sebagai sumber energi yang cukup dengan mengkonsumsi roti. Kedua, roti bergizi tinggi. Kandungan gizi dalam roti melengkapi kebutuhan nutrisi orang yang mengkonsumsinya. Berikutnya, roti dapat disajikan dengan beragam rasa dan penyajian, hal ini karena teknologi pembuatan roti pada saat ini memungkinkan penambahan rasa dan penyajian yang beragam sehingga roti dapat dinikmati oleh masyarakat yang memiliki beragam selera pula.Selain memiliki karakteristik sebagai makanan pokok, roti juga bersifat lebih praktis untuk dikonsumsi dibandingbahan makanan lain. Dengan sifatnya yang praktis ini, roti memenuhi kebutuhan gaya hidup masyarakat yang semakin modern. Peningkatan konsumsi roti oleh masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi produksi roti. Secara konvensional, industri roti di Indonesia dilakukan oleh industri rumah tangga (usaha kecil) dan industri toko roti (boutique bakery). Dengan dukungan teknologi kemudian roti dapat diproduksi secara masal yang pada gilirannya dapat memenuhi permintaan roti yang semakin meningkat. Fasilitas produksi roti yang terintegrasi mampu memproduksi roti dalam jumlah yang besar. Contohnya, PT Nippon Indosari Corpindo, yang terkenal dengan merek Sari Roti, pada tahun 2009 berhasil menjual 120 jutapak roti dalam berbagai jenis. Penjualan Perusahaan tersebut telah meningkat lebih dari 200% hanya dalam waktu 4 tahun. Karena kapasitas produksinya yang besar. Mayoritas masyarakat Indonesia mungkin merasa belum makan jika belum ketemu nasi. Bagaimana jika makan roti ? Sebenarnya roti tak hanya bisa sebagai
Universitas Sumatera Utara
camilan, roti sebagai menu utama juga baik. Di banyak negara Barat, roti jadi menu utama. Keluarga Indonesia pun tak sedikit yang menjadikannnya sebagai makanan pokok kedua setelah nasi. Selain kaya karbohidrat sebagai sumber energi,,roti juga mudah dikonsumsi serta luwes diolah bersama bahan-bahan lain. Roti yang sehat dan baik untuk dikonsumsi adalah roti gandum,selain mengandung banyak vitamin dan zat-zat penting bagi tubuh roti ini juga memiliki energi yang cukup besar sebagai asupan makan sehat bagi tubuh. Yang terkenal yakni roti gandum Eropa, roti yang satu ini tentunya sudah tidak asing lagi “roti baguette” roti ini sering dikonsumsi oleh masyarakat Eropa. Faktanya roti ini ternyata lebih sehat dan mengenyangkan dibanding dengan roti yang biasanya kita konsumsi dengan menggunakan mentega. Tingginya tingkat konsumsi roti karena kepraktisan dan harganya yang bervariatif untuk roti-roti sepert roti manis dan roti tawar harganya lumayan terjangkau, menjadikan roti salah satu makanan favorit. Namun, terkadang keamanan konsumen dalam mengkonsumsi roti terganggu akibat ulah pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Roti yang semula memiliki khasiat yang baik untuk tubuh malah berbalik menjadi tidak menyehatkan tubuh dengan masih dijualnya roti yang sudah kadaluwarsa dan roti yang cacat produksi atau tidak sesuai dengan standar mutu yang baik. Kasus akibat mengkonsumsi roti yang tidak layak konsumsi yakni; Sebanyak 87 siswa Sekolah Dasar Negeri Puntuk Doro Dua Kecamatan Pelaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur Selasa (26/02/08) siang mengalami keracunan setelah mengkonsumsi roti yang sudah kadaluarsa. Puluhan siswa yang keracunan tersebut kini menjalani perawatan di Puskesmas setempat. Namun lantaran kapasitas Puskemas yang tidak memadai tak sedikit jumlah korban terpaksa menjalani perawatan di lantai dan lorong Puskesmas. Pada umumnya mereka mengalami dehidrasi setelah muntah-muntah. Diantara para korban terdapat 2 siswa yang terpaksa dirujuk ke RSU Dokter Saidiman Magetan karena mengalami dehidrasi serius. Peristiwa yang terjadi saat jam istirahat sekolah itu sempat membuat kacau suasan sekolahan, mengingat banyaknya siswa yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
korban.Proses evakuasi ke Puskesmas terpaksa melibatkan warga desa setempat serta keluarga korban. Jatuhnya puluhan siswa Sekolah Dasar itu diduga kuat akibat mengkonsumsi roti yang sudah kadaluarsa. Diduga karena kadaluarsa itulah roti yang biasa dijual dengan harga 3000 ribu rupiah perbungkus, saat itu dijual seharga 500 rupiah. Menurut Nursala, salah satu korban, para siswa berbondong-bondong beli roti tersebut karena harganya jauh lebih murah dari harga biasanya. Namun baru berselang sekitar 15 menit para siswa mengalami pusing dan mual-mual. Menurut Dokter Hari Siswanto, para korban umumnya mengalami dehidrasi dari tingkat rendah hingga sedang. Untungnya para korban segera mendapat penanganan sehingga racun belum menyerang otak. Dari puluhan korban hanya 2 yang dirujuk ke RSU Dokter Saidiman lantaran mengalami keracunan serius. 5
Kejujuran pelaku usaha sangat dituntut untuk tidak menjual produk-produk makanan yang dapat membahayakan konsumen, tindakan pelaku usaha mencari untung tanpa memperhatikan keselamatan orang lain sangatlah meresahkan masyarakat. Perlu diperhatikan baik bagi konsumen, pelaku usaha, maupun pemerintah untuk dapat saling berperan baik dalam posisinya masing-masing dengan menghindari terjadinya penjualan produk-produk cacat produk dan produk kadaluwarsa yang apabila sampai ketangan konsumen makan akan menimbulkan efek-efek negatif serta sanksi bagi pelaku usaha. Produsen tidak mustahil melakukan kesalahan yang mengakibatkan suatu produk menjadai cacat produksi dalam suatu proses produksi, di Indonesia cacat produk atau produk yang cacat didefinisikan didefinisikan sebagai berikut : “Setiap produk yang tidak dapat memenuhi pembuatannya baik karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia, atau harta benda merekan dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang. 6 Cacat produksi ini jelas dapat merugikan konsumen, dan biasanya cacat produksi ini merupakan cacat tersembunyi dimana konsumen tidak mengetahuinya terlebih dahulu 5 6
www.Indosiar.com diakses pada 11 September 2011 AZ.Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media, 2002), hal,73.
Universitas Sumatera Utara
atau sebelum membeli produk. Hal ini tentu mendorong ketelitian konsumen dalam memberi produk yang akan dikonsumsi juga menuntut akan adanya sikap jujur bagi produsen untuk tidak memasarkan atau menjual produk yang cacat produksi atau bila telah masuk kepasaran pihak produsen dapat bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh konsumen. Tanggung jawab produsen dimakna harfiahkan sama halnya dengan tanggung jawab pelaku usaha. Dimana pelaku usaha itu sendiri adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia,
baik
sendiri
maupun
bersama-sama
melalui
perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 7 Pertanggung jawaban yang diberikan oleh pelaku usaha terhadap produk-produk yang dihasilkan harus sesuai dengan prinsip pertanggung jawaban produk yang dikenal dalam dunia hukum, khususnya bisnis, yaitu sebagai berikut. 8 1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan 2. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab 3. Prinsip praduga untuk selalu tidak bertanggung jawab 4. Prinsip tanggung jawab mutlak Roti telah menjadi makanan favorit bagi masyarakat,oleh karena itu, maka penting untuk diketahui tanggung jawab produsen roti terhadap produk cacat produksi dan kadaluwarsa karena menyangkut pula kesehatan, keamanan dan keselamatan konsumen yang dirasakan sangat penting mengingat Produsen lah yang lebih mengetahui 7
www.google. com.tanggung jawab produsen terhadap konsumen diakses pada 20 September 2011 Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008) hal.32.
8
Universitas Sumatera Utara
barang produksi yang di buatnya jadi tidak semata hanya mengejar laba lalu lepas tangan tanpa memperhatikan efek buruk dari bahan produksi terhadap konsumen. Berdasarkan uraian di atas penulis akan mengkaji secara yuridis tanggung jawab Produsen terhadap barang produksi yang dikonsumsi oleh konsumen yang telah menjadi hukum positif yang termuat dalam peraturan perundang-undangan negara Republik Indonesia. Pengkajian secara khusus dilihat dalam pelaksanaan tanggung jawab PT. Nippon Indosari Corporpindo-Medan terhadap produk pangan roti cacat produk dan kadaluwarsa.
B. Perumusan Masalah Sesuai dengan latarbelakang yang penulis uraikan diatas, maka permusan masalah yang akan penulis angkat adalah : 1. Bagaimana tanggung jawab PT. Nippon Indosari Corporpindo-Medan dalam melakukan kontrol terhadap produk yang di jual ? 2. Apa upaya penyelesaian atas produk roti cacat produksi dan kadaluwarsa baik atas klaim konsumen maupun atas kontrol dari pihak PT. Nippon Indosari CorporpindoMedan terhadap produk yang dijual ? 3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi penyelesaian masalah produk roti cacat produksi dan kadaluwarsa oleh PT. Nippon Indosari Corporpindo-Medan? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan Penulisan :
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pertanggungjawaban PT. Nippon Indosari Corpindo-Medan dalam melakukan kontrol terhadap produk roti yang di jual sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. 2. Untuk mengetahui cara penyelesaian atas produk pangan roti kadaluwarsa dan cacat produk baik atas klaim konsumen maupun atas kontrol dari pihak PT. Nippon Indosari Corpindo-Medan terhadap produk makanan dan minuman yang dijual. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi penyelesaian masalah produk roti kadaluwarsa dan cacat produk oleh PT. Nippon Indosari Corpindo-Medan. Manfaat Penulisan :
1. Secara Teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan di bidang perlindungan konsumen, khususnya berkaitan dengan peredaran roti kadaluwarsa dan roti yang cacat produksi. 2. Secara Praktis sebagai bahan acuan bagi para pihak yang berhubungan dengan tanggung jawab pelaku usaha atas produk pangan kadaluwarsa yakni bagi konsumen untuk teliti dalam melihat tanggal kadaluwarsa produk roti khususnya dan produsen roti untuk dapat dengan jelas memberikan informasi mengenai tanggal kadaluwarsa produk dan agar produsen tidak mengedarkan barang produksi yang cacat produksi di pasaran,serta pemerintah harus
mengawasi peredaran makanan khususnya roti
kadaluwarsa dan roti cacat produksi yang dapat merugikan masyarakat luas.
Universitas Sumatera Utara
D. Keaslian Penulisan Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah dikemukakan dan permasalahan yang diajukan juga belum pernah diteliti. Kalaupun ada terdapat judul skripsi yang terdahulu yang menyerupai yaitu yang berjudul “Tanggung Jawab Produsen Terhadap Konsumen Mengenai Kerugian Dalam Penggunaan Obat (Studi PT. Dupa Pharmaceutical Laboratoties). Akan tetapi yang menjadi pembahasan dan penelitian dari judul skripsi ini sangatlah berbeda dan tidak ada kesamaan mengenai apa yang menjadi pembahasan utama dari skripsi ini. Kalaupun ada pendapat dan kutipan dari penulisan ini, hal tersebut merupakan semata-mata adalah sebagai faktor pendorong dan pelengkap dalam usaha menyusun dan menyelesaikan penulisan ini, karena hal ini memang sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan tulisan ini. E. Tinjauan Kepustakaan Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. 9 Secara harfiah arti kata consumer itu adalah” (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang”. Tujuan penggunaan barang atas jasa itu nanti menentukan termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen. Istilah produsen berasal dari bahasa Belanda yakni, producent, dalam bahasa Inggris, produser yang artinya adalah penghasil. Dalam pengertian yuridis, istilah
9
AZ Nasution, op.cit., hal 3.
Universitas Sumatera Utara
produsen disebut dengan pelaku usaha. Batasan mengenai apa yang dimaksud dengan pelaku usaha dapat dilihat dalam Pasal 1 butir 3 UUPK. 10 Menurut Pasal 1 butir 3 UUPK, pelaku usaha dimaksudkan sebagai berikut: “Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha berbagai bidang ekonomi.” Istilah produk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai barang dan jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir proses produksi itu. Agnes M. Toar mengartikan produk adalah semua benda bergerak atau tidak bergerak. Sedangkan Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah konsumen rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang terjual dan dibeli konsumen akan dipakai dan dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kembali. Pada tahun 1992 pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Tahun 1996 pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dan pada Tahun 1999 pemerintah membentuk UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sehingga dapat mengantisipasi terhadap adanya kerugian yang diderita oleh konsumen. Pangan di dalam Undang-Undang ini didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembutana makanan dan minuman”. Jadi, pangan yang diatur dalam undang-undang 10
N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen, (Jakarta: Panta Rei 2005), hal 26.
Universitas Sumatera Utara
ini mencakup makanan dan minuman untuk konsumsi manusia. Hal ini menunjukkan bahwa produk roti merupalan salah satu pangan yang diolah melalui proses produksi. Undang-Undang Pangan telah mengubah system tanggung jawab perdata dari prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan dang anti rugi tanpa batas (sepanjang kerugian dapat dibuktikan oleh pihak yang dirugikan) sebagaimana diatur dalam pasal 1365 KUH Perdata ke prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) yang disertai dengan pembatasan minimal pemberian ganti rugi (limitation of liability) paling tinggi Rp 500 juta per orang yang dirugikan kesehatannya atau kematian yang ditimbulkan. 11 Menurut Penjelasan Undang-Undang Pangan, hal-hal pokok yang diatur dalam undang-undang ini adalah : 12 1. persyaratan teknis tentang pangan yang meliputi ketentuan keamanan pangan, ketentuan gizi, dan mutu pangan, serta ketentuan label dan iklan pangan, sebagai suatu system standardisasi pangan yang bersifat menyeluruh; 2. tanggung jawab setiap orang yang memproduksi, menyimpan dan mengangkut dan / atau mengedarkan pangan, serta sanksi hukum yang sesuai agar mendorong pemenuhan atas ketentuan-ketentuan yang ditetapkan; 3. peranan pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan tingkat kecukupan pangan di dalam negeri dan penganekaragaman pangan yang dikonsumsi secara tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat; dan 4. tugas pemerintah untuk membina serta mengembangkan industri pangan nasional, terutama dalam upaya peningkatan citra pangan nasional dan ekspor.
11
Adrian Sutedi, op.cit., hal 33. Dr. Sentosa Sembiring, Himpunan Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007) hal 280. 12
Universitas Sumatera Utara
Makanan kadaluwarsa merupakan salah satu penyebab utama terjandinya keracunan. Selain membuat konsumen merasa pusing, diare, mual, sesak napas, dan kematian akibat keracunan, mengkonsumsi makanan yang sudah kadaluwarsa ini dalam waktu yang cukup lama juga dapat menyebabkan kanker. Maraknya kejadian keracunan makanan, sangat berkaitan erat penggunaan bahan baku yang tidak layak konsumsi. Pemilihan bahan baku yang baik merupakan salah satu kunci untuk menghindari kasus keracunan. 13 Makanan tidak ada satupun yang memiliki daya simpan tak terbatas artinya memiliki mutu tetap sepanjang masa. Penurunan mutu makanan telah terjadi sejak pengolahan dan penurunan mutu tersebut berlangsung terus selama penyimpanan. Kecepatan atau laju penurunan mutu bergantung pada sifat bahan itu sendiri. Bahanbahan mentah yang belum tersentuh oleh pengolahan dapat sangat cepat rusak dan membusuk. Karena itu masa simpan bahan itu singkat. Beberapa bahan lain ada yang telah mengalami pengawetan seperti pengasinan, pengasaman, pengasapan, dan pengeringan sehingga memiliki daya simpan yang lebih baik. Sedangkan beberapa jenis makanan yang telah mendapat sentuhan teknologi tinggi seperti misalnya strilisasi (pengalengan dan pembotolan), UHT (Ultra High Temperature), serta pembekuan dan bahkan sampai freeze drying, biasanya memiliki daya simpan relatif lama. 14 Makanan kadaluwarsa merupakan produk makanan yang telah melampaui waktu kadaluwarsa. W.J.S. Poerwadarminta memberikan pengertian kadaluwarsa sebagai adalah habis tempo atau sudah jangka waktunya.
13
Zumrotin K. Susilo, Penyambung Lidah Konsumen, Diterbitkan atas kerja sama YLKI dengan Puspa Swara, (Jakarta: April 1996), hal 22. 14 F.G. Winarno, Penentuan Waktu Kadaluwarsa Bagi Makanan dan Minuman, Seminat Bahan Makanan Olahan.YLKI,(Jakarta:1985).hal.29.
Universitas Sumatera Utara
Kadaluwarsa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sudah lewat (habis) jangka waktunya, habis tempo; 3. Terlewat dari batas waktu berlakunya sebagaimana yang ditetapkan. Pengertian produk makanan umumnya dinyatakan dengan adanya tanggal, bulan dan tahun. Tanggal kadaluwarsa merupakan tanda batas waktu kelayakan makanan untuk dikonsumsi. Penekanan lebih pada mutu, bila melewati tanggal yang tercantum pada label, berarti makanan tersebut sudah mulai mengalami penurunan kadar gizinya dan tidak baik untuk dikonsumsi. Hal ini juga terjadi pada roti yang memiliki batas atau jatuh tempo kadaluwarsa. Proses produksi suatu produk juga tidak mustahil adanya produk yang cacat, BPHN mendefinisikan produk cacat adalah setiap produk yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya, baik karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses produksinya maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang.
15
Produk cacat telah lahir dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khusus mengenai cacat tersembunyi. Pengaturan mengenai pertanggung jawaban atas kerugian yang disebabkan oleh adanya cacat, khususnya mengenai cacat tersembunyi terdapat pada pasal 1504 KUHPerdata dimana pada pasal tersebut mewajibkan penjual untuk menanggung kerugian yang ditimbulkan karena penggunaan produk yang dijual. Tanggung jawab produsen sangat perlu bagi hukum perlindungan konsumen, dengan adanya pertanggung jawaban produsen maka hak-hak konsumen akan lebih terjamin.Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan tanggung jawab berarti keadaan 15
Adrian Sutedi, op.cit., hal 66.
Universitas Sumatera Utara
wajib
menanggung
segala
sesuatunya
(kalau
terjadi
sesuatu
boleh
dituntut,dipersalahkan,diperkarakan, dan sebagainya). 16 Tanggung jawab produsen dirasakan sangat penting, baik dalam pemberian informasi mengenai jangka waktu kadaluwarsa khususnya roti yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, tentu saja pencatuman label tersebut harus jelas agar konsumen tidak keliru dalam mengkonsumsi roti serta maupun dalam menjaga keamanan bagi konsumen agar tidak mengalami kerugian akibat mengkonsumsi roti yang cacat produk.
F. Metode Penelitian Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Jenis, sifat, dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian
yang digunakan dalam menjawab permasalahn dalam
pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normative yaitu mengacu pada normanorma hukum yang ada dalam masyarakat. 17 Pendekatan penelitian yang dilakukukan adalah pendekatan deskriptif analitis yaitu penelitian yang didasarkan atas satu atau dua variable yang saling berhubungan yang didasarkan pada teori atau konsep yang bersifar umum yang diaplikasian untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi ataupun hubungan seperangkat data dengan data lainnya. 18 2.
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Nippon Indosari Corpindo. Alasan pemilihan lokasi di
PT. Nippon Indosari Corpindo adalah berkenaan PT. Nippon Indosari Corpindo 16
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika 2009) Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 105 18 Bambang Sugono, Metode Penelitan Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal, 38 17
Universitas Sumatera Utara
merupakan produsen roti yang sudah sangat popular di Indonesia, dan keberadaan kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang termasuk salah satu kota besar di Indonesia dengan perkembangan ekonomi yang pesat, dimana terdapat pemasaran produk roti PT. NIPPON INDOSARI CORPORINDO. Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang menghasilkan gambaran tanggung jawab PT. Nippon Indosari Corpindo terhadap produk pangan kadaluwarsa dan cacat produksi. 3.
Teknik Pengumpulan Data/ Bahan Hukum Kegiatan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan
penulis adalah sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, tulisan-tulisan dan referensi lainnya yang mempunyai relevansi langsung dari masalah yang akan diteliti, yang disebut sebagai data sekunder. b. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian yang didasarkan pada tinjauan langsung pada objek yang akan diteliti untuk mempermudah data-data primer, yaitu : wawancara dengan melakukan komunikasi langsung baik dengan pertanyaan yang bersifat terbuka atau bersifat tertutup kepada karyawan di PT. Nippon Indosari Corpindo, dalam pengumpulan informasi, yang berkaitan dengan pelaksanaan tanggung jawab PT. Nippon Indosari Corpindo terhadap produk pangan roti kadaluwarsa. 4.
Analisis Data/ Bahan Hukum
Universitas Sumatera Utara
Analisis data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, metode kualitatif ini digunakan agar penulis dapat mengerti dan memahami gejala yang ditelitinya. 19 Maka skripsi ini digunakan metode analisis kualitatif agar lebih fokus kepada analisis hukumnya dan menelaah bahan-bahan hukum baik yang berasal dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, bahan dari internet, kamus dan lain-lain yang berhubungan dengan judul skripsi yang dapat digunakan untuk menjawab soal yang dihadapi serta data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara yang dikumpulkan, diatur urutannya, lalu diorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian. 20
G. Sistematika Penulisan Bab I akan diuraikan secara sistematis informasi yang bersifat umum dan meyeluruh mengenai hal yang mendasar berkaitan dengan judul skripsi. Bab I terdiri atas latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab I diberi judul Pendahuluan yang merupakan pengantar dari isi skripsi ini. Bab II memaparkan mengenai Tinjauan Umum Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Barang Yang Diproduksi yang terdiri dari Tanggung Jawab Pelaku Usaha dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Pengertian Perlindungan Konsumen, Pengertian dan Hak Serta Kewajiban Konsumen, Pengertian dan Hak Sera Kewajiban Pelaku Usaha, Segi Hukum Kegiatan Pelaku Usaha dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Tanggung Jawab Pelaku Usaha, Barang yang Diproduksi, 19
Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia(UI-Press, 2007), hal. 21. 20 Lexu Moleong.Metode Penelitian Kualitatif.(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999) hlm. 103.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian Barang Produksi dan Faktor-Faktor Produksi Serta Jenis Barang Produksi, Pengertian Makanan Kadaluwarsa, Pengertian Barang Cacat Produk, Tanggung Jawab Produk Bagi Pelaku Usaha. Bab III merupakan bab yang membahas Tinjauan Umum Tentang Sistem Pertanggung Jawaban Pelaku Usaha Atas Produk Makanan Kadaluwarsa Dan Cacat Produksi, serta Sistem Pertanggung Jawaban Produsen Terhadap Produk Makanan Kadaluwarsa, Sistem Pertanggung Jawaban Produsen Terhadap Produk Makanan yang Cacat Produksi, dan Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Makanan Kadaluwarsa dan Cacat Produksi. Bab IV merupakan bab yang membahas tanggung jawab PT. Nippon Indosari Corpindo-Medan dalam melakukan kontrol terhadap produk roti yang di jual, upaya penyelesaian atas produk pangan roti kadaluwarsa baik atas klaim konsumen maupun atas kontrol dari pihak PT. Nippon Indosari Corpindo-Medan terhadap produk roti yang dijual, dan faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi penyelesaian masalah produk roti kadaluwarsa oleh PT. Nippon Indosari Corpindo-Medan Bab V berisikan rangkuman kesimpula dan saran dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi penerapan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Barang Produksi yang Dikonsumsi oleh Konsumen.
Universitas Sumatera Utara