BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Millenium Development
Goals (MDG’s) atau tujuan pembangunan
millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota Perserikatan BangsaBangsa (PBB) untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainya, kelestarian lingkungan hidup, serta membangun kemitraan global dalam pembangunan. Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia memiliki dan ikut melaksanakan komitmen tersebut. Pembangunan secara umum sering diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Tujuan MDGs menempatkan manusia sebagai fokus utama pembagunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat. Empat dari sasaran MDGs terkait secara langsung dengan peningkatan kesehatan masyarakat. Masalah-masalah kesehatan yang banyak terjadi di Indonesia diantaranya adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk, disparitas status kesehatan, beban ganda penyakit, yang mana data epidemologi menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi penyakit, baik penyakit menular yang baru dan
1
lama (re-emerging dan new emerging diseases) maupun tidak menular, dan penyakit degeneratif (noncommunicable diseases), peningkatan kematian akibat kecelakaan, dan menurunnya mutu kesehatan keluarga, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (Konas Jen X, 2003; WHO Report, 2002). Salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan pencapaian pembangunan suatu Negara adalah Human Development Index (HDI)/ Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari tiga domain yakni kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. IPM Negara Indonesia berada diperingkat 108 dari 177 negara di dunia, lebih rendah dari negara-negara ASEAN lainya seperti Singapura, Malasyia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Dari tahun ketahun Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu bagian dari indikator IPM menurun landai dan masih menjadi masalah. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Dalam tujuan pencapaian MDGs, Kesehatan Ibu atau Wanita dan Anak terutama terkait dengan : 1. Tujuan MDGs ke-3 : mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 2. Tujuan MDGs ke-4 : mengurangi kematian anak 3.
Tujuan MDGs ke-5 : meningkatkan kesehatan ibu
4. Tujuan MDGs ke-6 : memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainya. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai bagian dari tujuan MDGs karena masih tingginya Angka Kematian dan Kesakitan Ibu serta Angka Kematian Bayi
2
yang merupakan indikator kesehatan umum dan kesejahteraan masyarakat. Populasi wanita di dunia pada umumnya akan lebih banyak dibandingkan populasi laki-laki karena ekpektansi Usia Harapan Hidup (UHH) wanita lebih panjang daripada laki-laki. Umur Harapan Hidup sebagai indikator dalam menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat (data BPS tahun 2007: UHH penduduk Indonesia sebesar 69.09 per tahun). Jumlah kejadian kematian ibu yang terkait dengan proses melahirkan, persalinan maupun nifas di Kecamatan Tugumulyo cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya dari 2 kejadian pada tahun 2008, 4 kejadian pada tahun 2009 dan lima kejadian di tahun 2010 (Dinkes Kabupaten Musi Rawas, 2013). Selain itu, angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA) juga merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat yang dapat menggambarkan upaya kesehatan yang telah dilaksanakan serta mencerminkan tingkatan dan besarnya masalah kemiskinan, sehingga dapat menjadi indikator yang sensitif bagi perkembangan sosial, ekonomi nasional. Berdasarkan data yang diperoleh, secara umum jumlah kejadian kematian bayi dan balita di kecamatan Tugumulyo masih sangat tinggi dan cenderung mengalami peningkatan yang fluktuatif setiap tahunnya, yaitu dari 15 kejadian ditahun 2008, 21 kejadian ditahun 2009 dan 19 kejadian di tahun 2010 (Dinkes Kabupaten Musi Rawas, 2012) Sampai dengan tahun 2014, fasilitas kesehatan yang ada diwilayah yang akan dijadikan lokasi penelitian yaitu kecamatan Tugumulyo ini tediri dari sekitar 15 polindes dengan tenaga kesehatan sebanyak 27 bidan (Dinkes Kabupaten Musi Rawas, 2010).
3
Pelayanan kesehatan (health care service) adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama, dalam satu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok atau masyarakat (Azwar, 1996). Hal tersebut betujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil, yang pada akhirnya dapat menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi serta meningkatkan angka harapan hidup, karena dalam sebuah keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling peka dan rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, seperti: kejadian kesakitan
(morbiditas) dan gangguan gizi
(malnutrisi), yamg seringkali berakhir dengan kecacatan (disability) atau bahkan dapat menyebabkan kematian (mortalitas). Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu sasaran dari Millenium Development Goals (MDG’s) yang sudah menjadi program prioritas nasional dan global. Upaya kesehatan dapat berdaya guna bila pemenuhan sumber daya tenaga, pembiayaan sarana kesehatan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan sumber daya tenaga kesehatan yang tersebar dalam unit-unit sarana pelayanan kesehatan itu sendiri. Selain itu standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi atau penerima pelayanan sehingga dalam proses pelaksanaanya masing-masing unit pelayanan dengan kebutuhan yang diinginkan penerima layanan dapat berjalan
dengan
baik. Menurut Kemenpan nomor 63 tahun 2003, standar pelayanan sekurangkurangnya meliputi.
4
1. Prosedur pelayanan Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan. 2. Waktu penyelesaian Waktu penyelesaian yang telah ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian termasuk pengaduan. 3. Biaya pelayanan. Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan. 4. Produk pelayanan. Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 5. Sarana dan prasarana Penyediaan sarana dan prasaranan pelayanan
yang memadai
oleh
penyelenggara pelayanan publik. 6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan. Petugas pelayanan merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan. Dengan diterbitkanya standar pelayanan minimal maka informasi akan hak dan kewajiban bagi masyarakat/pengunjung akan dapat dimengerti dengan baik. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, sebagaimana
5
diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional (PROPENAS), perlu disusun indeks kepuasan masyarakat sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Berdasarkan uraian di atas membuat daya tarik tersendiri bagi penulis untuk meneliti dengan judul penelitian
Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Di Polindes Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan (Wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo) 1.2 Perumusan Masalah Tugumulyo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Musi Rawas (Mura), Sumatera Selatan, Indonesia. Jumlah penduduknya pada tahun 2012 sebanyak 44.318 jiwa. Luas wilayah 67.7091 km2 yang terdiri dari 15 (lima belas) desa dan 1 (satu) kelurahan. hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diterima oleh masyarakat belum maksimal. Luas wilayah dan jumlah penduduk diwilayah tersebut menjadi kendala tersendiri untuk optimalisasi pelayanan. Di samping itu, permasalahan pelayanan juga terkait dengan ketersediaan fasilitas dipelayanan kesehatan terutama di Polindes kecamatan Tugumulyo. Hal ini sangat terasa ketika ada anggota masyarakat yang membutuhkan pertolongan medis yang sifatnya sangat mendesak atau darurat dan harus memperoleh pertolongan kesehatan dengan segera. Seiring dengan semangat otonomi daerah dan disentralisasi pelayanan juga sebagai dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan semakin kompleks. Masyarakat
6
akan semakin peka terhadap pelayanan kesehatan yang bekualitas, sehingga masyarakat akan semakin tahu haknya tentang pelayanan kesehatan yang seharusnya mereka terima, temasuk pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di kecamatan Tugumulyo. Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penekanan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan masyarakat (pengguna layanan) terhadap pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Polindes di Kecamatan Tugumulyo. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada penekanan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan masyarakat (pengguna layanan) terhadap pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Polindes di Kecamatan Tugumulyo. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat praktis, yakni dapat memberikan masukan (input) dan pertimbangan bagi pengambil kebijakan khususnya pemerintah Kabupaten Musi Rawas dalam pengambilan kebijakan tentang pelayanan KIA. 2. Manfaat teoritis, yaitu penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian lain yang terkait pelayanan KIA. 7
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak di Polindes kecamatan Tugumulyo kabupaten Musi Rawas provinsi Sumatera Selatan sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan dalam lokasi dan waktu yang sama. Namun demikian terdapat beberapa penelitian yang menggunakan topik tentang Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada umumnya, antara lain : Mawardi (2010), meneliti tentang Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Puskesmas di Kota Banjamasin, dengan tujuan mendeskripsikan karakteristik pengguna pelayanan Puskesmas di Kota Banjarmasin, mengukur indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas di Kota Banjarmasin, dan mengukur indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan masing-masing Puskesmas dikota Banjarmasin. Lokasi penelitian diseluruh Puskesmas kota Banjarmasin, dengan metode kualitatif. Hasil penelitianya adalah secara umum masyarakat kota Banjarmasin sudah merasa puas dengan pelayanan Puskesmas. Aspek yang dinilai masih kurang memuaskan adalah prosedur pelayanan dokter. Perlu dibuat standar pelayanan Puskesmas yang sesuai dengan kemampuan Puskesmas, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan. Persamaanya adalah sama-sama mengukur indeks kepuasan masyarakat pengguna layanan kesehatan, sedangkan perbedaanya dengan penelitian ini adalah selain tempat dan lokasi penelitian juga pada penggunaan metode, yaitu metode kualitatif dan merupakan penelitian survey dengan rancangan cross sectional serta subyek yang akan dijadikan penelitian.
8
Pria Fivra (2011) yang meneliti tentang Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Ngaglik I Kecamatan Ngaglik Tahun 2011 (implementasi Kepmen Pan No.Kep/25/m.pan/2/2004). Hasil analisis menyebutkan terdapat perbedaan kualitas pelayanan yang diharapkan dengan kualitas pelayanan yang diterima oleh masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Ngaglik I, akan tetapi dalam kualitas pelayanan yang menyatakan kenyataan pelayanan yang diterima pasien sebagian besar sudah bagus, walaupun secara secara analisis hasilnya ada perbedaan antara kualitas kenyataan pelayanan dengan harapan. Persamaanya dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan, sedangkan perbedaanya yaitu penelitian Pria Fivra (2011) Penelitian ini Menganalisis perbedaan kualitas pelayanan yang diharapkan dengan kualitas yang dirasakan oleh masyarakat dan cakupan wilayah/lokasi penelitian. Ardiyansyah Irianto (2012) melakukan penelitian tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat mengenai kualitas pelayanan KIA adalah baik. Perbedaan persepsi antara kualitas pelayanan KIA di Pulau Binongko (lebih rendah) dan Pualau wangi-wangi (lebih tinggi) selain disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel di masing-masing lokasi penelitian juga dipengaruhi oleh status wilayah. Hasil analisis hubungan menunjukkan ada hubungan antara petugas, fasilitas dan akses terhadap kualitas pelayanan KIA, sedangkan kesadaran masyarakat tidak memiliki hubungan . hasil penelitian juga menunjukkan temuan menarik dan mengungkapkan pentingnya
9
perilaku petugas, fasilitas dan akses masyarakat dapat mempengaruhi kualitas pelayanan KIA. Persamaanya dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Serta metode yang digunakan adalah metode survey eksplanatory dengan menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu cara pengambilan sampel serta lokasi penelitian selain itu juga penelitian ini lebih menekankan pada kualitas pelayanannya yang diukur dengan menggunakan kuesioner dari Bruce dan Parasuraman. Penelitian yang dilakukan oleh Ismuhar (2013), tentang Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Dr.Zainoel Abidin Banda Aceh, hasil penelitianya adalah kualitas pelayanan dari keempat belas unsur pelayanan yang diukur sesuai dengan Kep.Men.Pan No.25 tahun 2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah adalah kategori baik. Persamaanya adalah sama-sama mengukur indeks kepuasan masyarakat pengguna layanan kesehatan sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan diagram kartesius untuk mengetahui unsur pelayanan yang menjadi perioritas untuk menjadi perbaikan dalam melaksanakan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan cakupan wilayah/lokasi penelitian. Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa pelayanan di tiap-tiap daerah selalu berbeda-beda yang dipengaruhi oleh distribusi sarana dan tenaga kesehatan sesuai dengan karakteristik wilayah, akses pelayanan kesehatan yang terjangkau maupun komitmen politik pemerintah dalam
10
proses alokasi anggaran. Dari beberapa persamaan penelitian yang terdahulu yaitu mengukur kepuasan masyarakat dan mengacu pada Kepmen Pan No. Kep/25/m.pan/2/2004, ada juga perbedaan dari keempat penelitian yang sudah disebutkan penelitian ini juga mempunyai nilai kebaruan yang membedakan dengan penelitian-penelitian yang lain tentang Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan yaitu objek dan sasaran penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya yaitu peneliti menggunakan unit kategori yang ada untuk melakukan penelitian, peneliti membandingkan hasil nilai indeks kepuasan masyarakat dengan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini membahas tentang indeks kepuasan masyarakat terhadap Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Polindes dan yang menjadi objek adalah ibu hamil dimana ibu hamil ini nantinya akan menjadi populasi sekaligus sampel penelitian dan seperti yang kita ketahui selain menjadi sasaran target MDGs serta sasaran RPJP dan RPJMN Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan indikator Human Development Indeks (HDI)/ Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari tiga domain yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Kesehatan ibu dan anak saat ini merupakan menjadi suatu bagian isu yang sangat penting dalam masalah-masalah kesehatan yang banyak terjadi di Indonesia khususnya mutu kesehatan keluarga dalam konsep kependudukan. Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu bagian dari indikator kesehatan umum dan kesejahteraan masyarakat. Keaslian tesis ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk kritik yang bersifat membangun. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1.1 berikut
11
Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya No Nama Peneliti Judul 1 2 3 1. Mawardi Indeks Kepuasan (2010) Masyarakat Terhadap Pelayanan Puskesmas di Kota Banjarmasin.
Persamaan 4 Kepuasan masyarakat sama-sama sebagai variabel dependen dan sebagai objek penelitian.
2.
Kepuasan Masyaakat sama-sama sebagai variabel independen
Pria Fivra (2011)
Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Ngaglik I Kecamatan Ngaglik Tahun 2011 (implementasi KepMen Pan No.Kep/25/M.PAN/2/2004)
Jenis penelitian.
Perbedaan 5 Lokasi penelitian terdahulu di Puskesmas, sedangkan penelitian ini di Polindes Hasil dari penelitian terdahulu hanya mengukur kepuasan saja dan tidak mengukur aspek kualitas pelayanan. Subjek yang diteliti bebeda. Penelitian terdahulu lebih menekankan pada hasil perbedaan kualitas yang diharapkan dan yang diterima oleh masyarakat sedangkan penelitian ini akan menganalisis bagaimana hubungan kualitas pelayanan
Hasil dan Kesimpulan 6 Secara umum masyarakat kota Banjarmasin sudah merasa puas dengan pelayanan puskesmas. Aspek yang dinilai kurang memuaskan adalah prosedur pelayanan dokter, perlu dibuat standar pelayanan puskesmas yang sesuai dengan kemampuan puskesmas, kebutuhan rakyatnya dan kondisi lingkungan.
Hasil analisis menyebutkan terdapat perbedaan kualitas pelayanan yang diharapkan dengan kualitas pelayanan yang diterima oleh masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Ngaglik I, akan tetapi dalam kualitas pelayanan yang menyatakan kenyataan pelayanan yang diterima pasien sebagian besar sudah bagus, walaupun secara analisis hasilnya
3.
Ardiyansyah Irianto (2012)
Kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara.
4.
Ismuhar (2013)
Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Dr. Zaenoel Abidin Banda Aceh
dengan kepuasan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Unit analisisnya samaPenelitian terdahulu sama individu (ibu lebih melihat pesepsi hamil) masyarakat mengenai kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan sama- Perbedaan dengan sama sebagai variable penelitian ini yaitu independen. penelitian ini mencari hubungan kualitas Jenis penelitian dan pelayanan dan objek penelitian. kepuasan masyarakat. Kepuasan masyarakat sama-sama sebagai variabel dependen
Perbedaannya yaitu penelitian sebelumnya menggunakan diagram kartesius untuk mengetahui unsur pelayanan dan unit pelayanan lebih difokuskan ke unit pelayanan yang lebih besar yaitu RSUD, sedangkan pada penelitian ini difokuskan pada unit
ada perbedaan antara kualitas kenyataan pelayanan dengan harapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat mengenai kualitas pelayanan KIA adalah baik. Perbedaan persepsi antara kualitas pelayanan KIA di Pulau Binongko (lebih rendah) dan Pulau wangi-wangi (lebih tinggi) selain disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel dimasing-masing lokasi penelitian juga dipengaruhi oleh status wilayah. Hasil penelitianya adalah kualitas pelayanan dari keempat belas unsur pelayanan yang diukur sesuai dengan Kep.Men.Pan No.25 tahun 2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah adalah kategori baik.
terkecil yaitu Polindes dan menggunakan dua alat ukur yaitu dengan aspek yang mempengaruhi kepuasan masyarakat dan alat ukur Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)