BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada kaum hawa dari seluruh penyakit kanker yang ada. Setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia karena penyakit ini, secara global estimasi sekitar tahun 2000-an menunjukkan bahwa insidensi penyakit ini kurang lebih 493.243 jiwa per tahun, sedangkan kematian karena kanker serviks sebanyak 273.505 jiwa per tahun, sebanyak 80% dari jumlah penderita berasal dari negara-negara sedang berkembang, karena memang penyakit ini merupakan urutan pertama pembunuh wanita akibat kanker di negara-negara berkembang. WHO mencatat selama 2005 lebih dari 250.000 wanita meninggal akibat kanker serviks dan utamanya berasal dari negaranegara berkembang (Wijaya,2010 dan Setiati,2009) Secara global diperkirakan telah di diagnosis sebanyak 1.401.400 kasus kanker serviks dan 3.860.300 kasus penderita kanker payudara. Dari angka tersebut, kanker serviks dari negara sedang berkembang berjumlah 1.064.000 kasus, sedangkan untuk kanker payudara adalah 1.522.000 kasus. Berdasarkan data statistik di Indonesia, kanker leher rahim atau kanker serviks (Cervical Cancer) adalah kanker yang dialami wanita dan jumlah penderitanya tinggi. Kanker serviks adalah salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di indonesia karena kanker serviks. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi virus HPV yaitu sekitar 99,7%. (Setiati,2009 dan Tilong, 2012) Di indonesia kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70 % nya ditemukan dalam kondisi lanjut (> stadium IIB). Hal ini karena masih rendahnya
1
2
pelaksanaan skrining, yaitu < 5 %. Padahal, pelaksanaan skrining yang ideal adalah 80 %. Coba kita bandingkan dengan populasi penduduk Indonesia tahun2008 yang berjumlah 230 juta. Angka 5 % adalah angka yang kecil sekali. Padahal wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta (pada usia 15-64 tahun) dan 10 juta (pada usia 10-14 tahun). Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai 40-45/hari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks mencapai 20-25/hari (Samadi, 2010) Program pengendalian penyakit kanker dilakukan untuk semua jenis kanker, tetapi saat ini masih di prioritaskan pada dua kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan kanker payudara. Program deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan masih di prioritaskan pada 2 kanker ini. Deteksi dini kanker leher rahim menggunakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA (lesi pra kanker leher rahim ), untuk kanker payudara menggunakan metode Clinical Breast Examination (CBE). Sampai dengan tahun 2013, Program deteksi dini kedua kanker tersebut telah berkembang di 207 kabupaten pada 32 provinsi, yang dilaksanakan oleh 717 dari 9500 Puskesmas. Jumlah di skrining sebanyak 644.951 perempuan atau 1,75 % dari target perempuan usia 30-50 tahun, 28.850 (4,47 %) IVA positif, curiga kanker leher rahim 840 (1,3 per 1000), benjolan pada payudara 1.682 yaitu2,6 per 1000 (profil Kesehatan Indonesia 2013) Semua jenis penyakit kanker adalah silent killer termasuk kanker serviks, umumnya penyakit ini tidak menunjukkan gejala awal yang bisa dirasakan namun sangat mematikan. Berhubung tidak mengeluhkan gejala apapun, penderita kanker serviks biasanya datang ke rumah sakit ketika penyakitnya sudah mencapai stadium lanjut. Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35 sampai 55 tahun. Data yang di dapat dari Yayasan Kanker Indonesia (tahun 2007) menyebutkan setiap
3
tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks. Mendeteksi kanker dengan pap smear dianjurkan untuk semua wanita yang berseksualitas aktif dan hendaknya secara teratur. Pap smear untuk pertama kali harus dilakukan segera setelah wanita tersebut mulai melakukan hubungan seksual. Setelah itu harus ada pengulangan pemeriksaan setelah 1 tahun karena sel-sel abnormal dapat terluput dari sekali pemeriksaan. Jika tidak didapati kelainan pada salah satu hasil pemeriksaan Pap Smear, pemeriksaan akan diulang. Hal ini dilakukan secara teratur dengan interval minimal 2 tahun (Aminati 2013, Wijaya 2010) Di RSUD.dr.Pirngadi di Kota Medan pada tahun 2006, jumlah penderita kanker serviks sebanyak 28, tahun 2007 sebanyak 32 orang, tahun 2008 sebanyak 35 orang, tahun 2009 sebanyak 25 orang, dan pada tahun 2010 sebanyak 40 orang. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa kasus kanker serviks mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tingginya kasus kanker serviks disebabkan minimnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini, dikarenakan upaya promosi dan preventif dalam pencegahan terhadapkasus kanker serviks masih kurang digalakkan oleh pemerintah yang mengakibatkan masyarakat menjadi kurang informasi mengenai bahaya kanker serviks dan berbagai upaya pencegahannya. Selain itu, rasa keingintahuan masyarakat Indonesia juga dinilai masih rendah, khususnya ibu-ibu. Ditambah lagi masih berkembangnya persepsi di setiap masyarakat kita bahwa sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit hanya sebagai tempat untuk berobat saja, itu artinya masyarakat hanya datang ke pusat pelayanan kesehatan jika mereka sudah sakit. Akibatnya, sebagian besar kasus yang ditemukan
4
sudah masuk pada stadium lanjut dan menyebabkan kematian karena kanker serviks tidak menunjukkan gejala (Adiati,2010) Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90 % kanker mulut rahim disebabkan oleh Human papilloma Virus (HPV). Dan 70 % di antaranya disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50 % kanker mulut rahim. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki kemungkinan terkena kanker mulut rahim sebesar 5%. Kanker mulut rahim yang disebabkan HPV umumnya berjenis keganasan sel gepeng (Rasjidi dan Sulistiyanto, 2007) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurdesri tahun 2006 di RSUD.dr.Djasamen Saragih P.Siantar bahwa wanita yang menderita kanker serviks memiliki karakteristik; berusia >35 tahun, status perkawinan, paritas, jarak persalinan, riwayat persalinan dan penanganan. Survei awal yang dilaksanakan pada bulan Januari 2015 Di RSUD.dr. Pirngadi Kota Medan menemukan 75 orang menderita kanker serviks Tahun 2014 yang dirawat inap. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Profil Penderita Kanker Serviks di RSU.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Profil Penderita Kanker Serviks Di RSUD.dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2014?
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui profil penderita kanker serviks di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 2. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan Umur 2) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker serviks di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan Paritas 3) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker serviks di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan jarak persalinan 4) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker serviks RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan riwayat komplikasi persalinan 5) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker serviks di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan usia pertama kali melakukan hubungan seksual 6) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker serviks di RSU. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan dalam jangka panjang
6
7) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker serviks di RSU. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan kebiasaan merokok. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah bahan bacaan yang dapat dijadikan sebagai informasi bagi pengembangan mutu pelayanan kesehatan lebih lanjut bagi yang membutuhkan. 2. Bagi tempat Penelitian Sebagai tempat penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat dan dasar dalam melakukan kebijakan dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan
kanker
komprehensif.
serviks,
serta
perawatan
dan
pengobatan
yang