BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Sekolah Yang dimaksud dengan anak sekolah dasar (SD) menurut defenisi dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) yaitu golongan yang berusia antara 7 – 15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak berusia antara 7 – 12 tahun. Anak usia sekolah mempunyai lingkungan sosial yang lebih luas selain lingkungan keluarganya, yaitu lingkungan sekolah tempat anak belajar mengembangkan kemampuan kognitif, interaksi sosial, nilai moral dan budaya dari lingkungan kelompok teman sekolah dan guru. Bahkan bermain dengan teman sekolah dirasakan anak sebagai sesuatu yang lebih menyenangkan daripada bermain di lingkungan rumah (Supartini, 2004).
2.2 Sarapan 2.2.1 Pengertian Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2010). Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam pesan ke delapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan
Universitas Sumatera Utara
12
memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000). Anak-anak yang melewatkan waktu sarapan akan mengalami gangguan fisik terutama kekurangan energi untuk beraktivitas. Dampak lain juga akan dirasakan pada proses belajar mengajar yaitu anak menjadi kurang konsentrasi, mudah lelah, mudah mengantuk dan gangguan fisik lainnya. Anak-anak yang sarapan memiliki performa yang lebih baik dalam perkembangan kognitif di sekolah dibandingkan mereka yang tidak sarapan (Ahmad dkk, 2011). Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi terdapat ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009). 2.2.2 Manfaat Sarapan Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).
Universitas Sumatera Utara
13
Berikut ini adalah beberapa manfaat sarapan pagi: 1. Memberi energi untuk otak Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas. 2. Meningkatkan asupan vitamin Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan, 2010). Jus buah segar adalah minuman yang dianjurkan untuk sarapan karena mengandung vitamin dan mineral yang menyehatkan. Sari buah alami dapat meningkatkan kadar gula darah setelah semalaman tidak makan. Setelah itu bisa dilanjutkan dengan makanan seperti sereal, nasi atau roti. Menu pilihan lain berupa roti dan telur, bubur, susu, mie, pasta dan lain-lain. 3. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres Dari sebuah survei, anak-anak dan remaja yang sarapan memiliki performa lebih, mampu mencurahkan perhatian pada pelajaran, berperilaku positif, ceria, koperatif, mudah berteman dan mudah menyelesaikan masalah dengan baik. Sedangkan anak yang tidak sarapan tidak dapat berfikir dengan baik dan selalu kelihatan malas.
Universitas Sumatera Utara
14
Manfaat lain dari sarapan adalah mengurangi kemungkinan jajan di sekolah dan mengurangi risiko dari bahan tambahan makanan berbahaya seperti zat pewarna, pengawet, pemanis, penyedap dan sebagainya. Sarapan bergizi seimbang dan cukup mengandung karbohidrat kompleks dari serealia juga akan mengurangi kemungkinan makan siang dan malam lebih banyak (Martianto, 2006). 2.2.3 Dampak tidak Sarapan Seseorang tidak sarapan pagi berarti perutnya dalam keadaan kosong sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Dalam keadaan seperti ini, tubuh tidak berada dalam kondisi yang baik untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Bila anak sekolah yang tidak sarapan pagi maka kadar gulanya akan menurun. Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen. Jika cadangan glikogen habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji, 2009). Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan konsentrasi belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam sehingga kemampuan memecahkan suatu masalah juga menjadi sangat menurun yang akan menyebabkan prestasi belajar juga ikut menurun. Hal ini akan menghambat proses belajar di sekolah. Bila anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan anemia gizi besi (Ahmad dkk, 2011).
Universitas Sumatera Utara
15
2.2.4
Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Kebiasaan sarapan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia
dalam memenuhi kebutuhannya akan sarapan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Bagi
sebagian
orang
sarapan
merupakan
kegiatan
yang
tidak
menggairahkan karena nafsu makan belum ada. Selain itu, keterbatasan menu yang tersaji di meja makan dan waktu yang terbatas menyebabkan orang sering meninggalkan sarapan (Khomsan, 2010). Takut menjadi gemuk juga sering dijadikan alasan untuk meninggalkan sarapan. Kebiasaan tidak sarapan pagi yang terus menerus akan mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan, 2010). Pada sebagian kasus, terdapat beberapa anak yang tidak sarapan tetapi masih tetap sehat dan produktif. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing individu dapat membentuk bioritme sendiri-sendiri. Bila seseorang tidak biasa sarapan, maka saluran cerna dan enzim-enzim di dalam tubuhnya juga tidak akan siap menerima makanan. Bila hal itu dipaksakan justru akan menimbulkan rasa tidak enak (Khomsan, 2010). Sarapan menjadi perilaku yang baik apabila dilakukan secara rutin atau menjadi kebiasaan. Kebiasaan sarapan terutama pada
Universitas Sumatera Utara
16
anak sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua dalam membiasakan anaknya sarapan di pagi hari (Ahmad dkk, 2011). Membiasakan anak-anak yang belum biasa sarapan pagi perlu memakai cara yang bertahap. Mula-mula sarapan pagi diberikan dalam takaran (porsi) sedikit kemudian secara bertahap ditambah sesuai dengan anjuran dan kebutuhan. 2.2.5
Faktor – faktor yang Memengaruhi Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan
pada anak sekolah : 1. Uang saku Pemberian uang saku pada anak merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga kepada anak untuk keperluan harian, mingguan atau bulanan baik untuk keperluan jajan atau keperluan lainnya seperti alat tulis, menabung, dan sebagainya. Namun, anak usia sekolah biasanya diberi uang saku untuk keperluan jajan di sekolah. Hal ini terjadi pada anak dari keluarga berpendapatan tinggi maupun keluarga berpendapatan rendah. Pemberian uang saku ini berpengaruh kepada anak untuk belajar mengelola dan bertanggungjawab atas uang saku yang dimilikinya. Salah satu alasan seorang anak mengonsumsi makanan yang beragam adalah uang saku (Rohayati, 2001). 2. Pekerjaan ibu Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud memperoleh atau membantu penghasilan. Seorang ibu rumah tangga yang memiliki peran ganda, jenis kegiatannya akan bertambah sehingga biasanya ibu rumah tangga yang
Universitas Sumatera Utara
17
bekerja mengurangi alokasi waktunya untuk pekerjaan rumah tangga dan kegiatan sosial lainnya. Sedangkan menurut Suhardjo yang dikutip oleh Rohayati (2001), ibu yang bekerja tidak lagi memiliki waktu untuk mempersiapkan makanan untuk keluarga. Khomsan (2010) menambahkan bahwa peranan ibu dalam pembentukan kebiasaan sarapan pada anak sangat menentukan karena ibu terlibat langsung dalam penyediaan makanan rumah tangga. Faktor kesibukan ibu, khususnya yang bekerja seringkali mengakibatkan ibu tidak sempat untuk membuat sarapan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohayati (2001) pada anak sekolah di provinsi NTT, diketahui bahwa pekerjaan ibu mempengaruhi frekuensi sarapan anak. Hal ini disebabkan karena ibu terlibat langsung dalam kegiatan rumah tangga, khususnya penyelenggaraan makan keluarga, termasuk dalam pemilihan jenis pangan dan penyusunan menu untuk keluarga. 3. Jenis kelamin Banyak penelitian dilakukan yang menunjukkan adanya kecenderungan perbedaan konsumsi pangan antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan yang dikutip oleh Kusumaningsih (2007), menunjukkan bahwa remaja laki-laki cenderung menyukai makanan yang ringan atau tidak mengenyangkan. Selain itu diketahui pula bahwa sumbangan makanan selingan terhadap total konsumsi ternyata cukup besar terutama terhadap anak perempuan. 4. Besar anggota keluarga Besar keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, anak serta anggota keluarga lainnya yang hidup dari pengeluaran sumberdaya yang
Universitas Sumatera Utara
18
sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Menurut Harper et al yang dikutip oleh Rohayati (2001), terdapat hubungan antara besar keluarga, pendapatan dan konsumsi serta dapat diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan bila dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Jumlah anak yang menderita kelaparan pada keluarga besar empat kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga kecil. Berdasarkan hasil penelitian Yulfida (2001) pada anak sekolah dasar di Sumatera Barat, diketahui bahwa besar keluarga mempengaruhi konsumsi energi dan protein sarapan anak. Hal ini disebabkan karena besar anggota keluarga berkaitan dengan pendistribusian makanan dalam keluarga yaitu pemenuhan kebutuhan individu. Semakin besar kelurga makan semakin kecil peluang terpenuhinya kebutuhan individu terkait dengan kemampuan keluarga.
2.3 Perilaku Gizi Anak Sekolah Menurut Notoadmojo (2010), perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini
Universitas Sumatera Utara
19
mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Bloom dalam Notoatmodjo (2010) membaginya menjadi ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga domain ini diukur dari: 1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). 2. Sikap peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). 3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice). Jadi, yang dimaksud dengan perilaku gizi anak sekolah adalah cara anak sekolah berpikir, berpengetahuan, dan berpandangan tentang makanan yang dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan (Haryanto, 2002). 2.3.1 Pengetahuan Gizi Anak Sekolah Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Universitas Sumatera Utara
20
Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin. Anak yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang dikonsumsinya. Rendahnya pengetahuan gizi anak sekolah menyebabkan keterbatasan dalam menangani masalah gizi dan kesehatan sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan dan pelayanan kesehatan
yang memadai
yang dapat
menyampaikan informasi tentang bagaimana mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. 2.3.2 Sikap Gizi Anak Sekolah Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan
Universitas Sumatera Utara
21
diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Sikap gizi anak sekolah adalah penilaian atau pendapat anak sekolah terhadap cara-cara memelihara dan berperilaku hidup sehat. Dengan kata lain, pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olah raga, relaksasi (istirahat), dan sebagainya bagi kesehatan. Sikap anak sekolah terhadap makanan sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Haryanto, 2002). 2.3.3 Tindakan Gizi Anak Sekolah Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau saran dan pra sarana (Notoatmodjo, 2012). Tindakan anak sekolah terhadap makanan tercermin dari kebiasaan makannya. Menurut Suhardjo (2003), kebiasaan makan adalah cara individu memilih dan mengonsumsi pangan sebagai reaksi terhadap fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya. Faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia ada 2 (dua) yaitu: 1. Faktor ekstrinsik, yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia yang terdiri dari lingkungan alam, lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan agama.
Universitas Sumatera Utara
22
2. Faktor intrinsik, merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang terdiri dari asosiasi emosional, keadaan jasmani, kejiwaan yang sakit, penilaian terhadap mutu makanan, dan pengetahuan gizi. Kebiasaan makan anak sekolah sangat khas dan berbeda sehingga perlu perhatian khusus, terutama bila kebiasaan makan tersebut kurang baik sebab dapat mengakibatkan penurunan status gizi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan yang kurang baik adalah adanya tahyul atau mistik, kepercayaan, dan adat istiadat yang berhubungan dengan makanan. Kebiasaan makan yang tidak baik pada anak sekolah antara lain: 1. Tidak makan (missing meals), terutama makan pagi atau sarapan. 2. Gemar makanan cepat saji, baik yang langsung dibeli ataupun yang
dibawa dari rumah. Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak, dan protein, tetapi kurang serat. 3. Gemar makan snack. Snack cenderung tinggi lemak dan gula. 4. Gemar mengonsumsi minuman ringan (soft drink). Minuman ringan
rendah nilai gizinya, apalagi kalau digunakan sebagai pengganti minuman susu yang merupakan sumber kalsium yang sangat dibutuhkan pada usia sekolah. 5. Preferensi (adanya makanan yang disukai atau tidak disukai). 6. Keinginan untuk langsing. Diet ketat umumnya karena ingin langsing
padahal sedang dalam periode tumbuh cepat.
Universitas Sumatera Utara
23
Anak yang mempunyai kebiasaan makan yang baik dilingkungan keluarganya akan memilih makanan dengan pertimbangan kualitas dan kuantitas, baik ketika berada di kantin sekolah ataupun di tempat-tempat penyedia makanan lainnya. Perhatian khusus perlu diberikan pada anak sekolah karena umumnya anak sekolah disibukkan dengan kegiatan di luar rumah sehingga cenderung melupakan waktu untuk makan (Judarwanto 2008).
2.4 Teori Perubahan Perilaku Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2012), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus-Organisme-Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori ”S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Selanjutnya, teori Skinner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu : 1. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut elicting stimuli. Karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya : makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah
Universitas Sumatera Utara
24
akan menimbulkan rasa sedih, mendengar berita suka atau gembira akan menimbulkan rasa suka cita. 2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respon, apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai respons terhadap gaji yang cukup kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan. Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1.
Perilaku tertutup (Cover behaviour) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat dinikmati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk ”unobservable behaviour” atau ”cover behaviour” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh: Ibu hamil tahu pentingnya periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya dimana tempat periksa hamil yang dekat (sikap).
2.
Perilaku terbuka (Overt behaviour)
Universitas Sumatera Utara
25
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau ”observable behaviour”.
2.5. Komunikasi Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata - kata) dan non verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap muka atau melalui media lain baik tulisan, oral dan visual (Karlfried dalam Liliweri, 2009). Menurut Mundakir (2006), komunikasi adalah segala aktivitas interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah fakta.
Sedangkan
menurut
Laswell
komunikasi
adalah
proses
yang
menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek apa. Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dengan kata - kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu disekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels et.al, 1992 dalam Liliweri, 2009). 2.5.1 Komponen Komunikasi Menurut Muhammad (1995) komponen komunikasi adalah:
Universitas Sumatera Utara
26
1.
Komunikator : pengirim (sender) yang mengirim pesan pada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi.
2.
Komunikan : penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3.
Media : saluran (chanel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4.
Pesan : isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator pada komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.
5.
Tanggapan : merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan dan iimplementasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai pesan yang diterima.
2.5.2 Proses Komunikasi Hewitt (2001) dalam Liliweri (2009), menjabarkan proses komunikasi secara spesifik yaitu: 1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan
Universitas Sumatera Utara
27
disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal (dilakukan secaralangsung melalui tanya jawab, wawancara, sharing) atau non verbal (melalui media poster, gambar, leaflet dan lainnya) dan pesan akan lebih efektif (dapat lebih mudah diserap oleh penerima pesan) bila diorganisir secara baik dan jelas melalui tekhnik dan metode yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi audiens (lingkungan tempat sipenerima pesan berada). Materi pesan dapat berupa: informasi, ajakan, rencana kerja, dan pertanyaan. 2. Simbol/isyarat Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya pengirim pesan menyampaikan pesan dalam bentuk kata - kata, gerakan anggota badan (tangan, kepala, mata, dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu. 3. Media/penghubung Adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti televisi, radio, surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, dan situasi. 4. Mengartikan kode/isyarat Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka sipenerima pesan harus dapat mengartikan simbol/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti/dipahaminya.
Universitas Sumatera Utara
28
5. Penerima pesan Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari pengirim meskipun dalam bentuk kode/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim. 6. Balikan (feedback) Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap penerima pesan. Hal ini penting bagi pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus evaluasi apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan. Selain itu balikan dapat memperjelas persepsi. 7. Gangguan
Universitas Sumatera Utara
29
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya. 2.5.3 Media Komunikasi Media berarti wadah atau sarana. Media komunikasi sangat berperan dalam memengaruhi perubahan masyarakat, termasuk televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan. Media Audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dimana tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa dan dapat juga menjadi media komunikasi yang melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Karena melibatkanbanyak elemen media maka produk audio-visual yang diperuntukkan sebagai media komunikasi sering disebut sebagai multimedia. Pada masyarakat yang masih terbelakang (belum berbudaya baca - tulis) elemen - elemen multimedia tidak seluruhnya secara optimal menunjang komunikasi. Pada masyarakat modern seluruh elemen multimedia menjadi sangat vital dalam membangun satu kesatuan dan memperkaya informasi. Suara, teks, gambar statis, animasi dan video harus diperhitungkan penampilannya, sehingga dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan ciri khas masyarakat modern yaitu
Universitas Sumatera Utara
30
efektif dan efisien. Untuk kepentingan efektifitas dan efisiensi muncul istilah multimedia yang bersifat infotaintment dan multilayer. Menurut Notoatmodjo (2005), berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan - pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3, yaitu media cetak, seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik/tulisan - tulisan poster dan foto. Media elektronik seperti televisi, radio, video compact disc, slide, film strip, serta media papan (bill board), yang mencakup pesan - pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum. 2.5.4 Jenis dan Karakteristik Media Karakteristik media merupakan dasar pemilihan media sesuai dengan situasi belajar tertentu. Jadi klasifikasi media, karakteristik media dan pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Media Grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan yang berupa simbolsimbol komunikasi visual yang perlu dipahami, untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan bila tidak digrafiskan. Termasuk media yang sederhana dan mudah pembuatannya serta relatif murah. Gambar/foto,
gambar
yang
dimaksud
di
sini
termasuk
foto,
lukisan/gambar, dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa. Gambar Jadi, materi pembelajaran yang memerlukan visualisasi
Universitas Sumatera Utara
31
dalam bentuk ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambargambar dari majalah, booklet, brosur, selebaran dan lain-lain mungkin dapat memenuhi kebutuhan kita.
2.6. Komik Kata komik berasal dari bahasa Perancis yaitu “comique”, yang sebagai kata sifat artinya lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya pelawak atau badut. Comique sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu komikos. Dalam bahasa Inggris, komik sekali muat atau bersambung dalam penerbitan pers disebut comic strip atau strip cartoon (Fatra, 2008). Seperti diketahui, komik memiliki banyak arti dan debutan, yang disesuaikan dengan tempat masing-masing komik itu berada. Secara umum, komik sering diartikan sebagai cerita bergambar. Scout McCloud memberikan pendapat bahwa komik dapat memiliki arti gambar gambar serta lambang lain yang ter-jukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, utuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur (Maharsi, 2011). Dalam jurnal lain disebutkan komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik memanfaatkan ruang dalam media gambar untuk meletakkan gambar demi gambar sehingga membentuk suatu
Universitas Sumatera Utara
32
alur cerita yang utuh. Komik adalah suatu kartun yang mengungkapkan suatu karakter yang memerankan cerita dalam urutan yang erat dan merupakan bentuk berita bergambar, terdiri dari berbagai situasi dan kadangkala bersifat humor (Eny dan Hilma, 2010). Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat (Waluyanto, 2005). 2.6.2 Komik Sebagai Media Pembelajaran Sebagai media komunikasi visual, komik dapat digunakan sebagai media (alat bantu) pembelajaran yang mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien. Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran tersebut, dalam hal ini pembelajaran merujuk pada sebuah proses komunikasi antara siswa dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran atau penulis komik tersebut). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik (Waluyanto, 2005). Berikut
beberapa
kelebihan
penggunaan
media
komik
dalam
pembelajaran, yaitu: a) Komik memiliki sifat yang sederhana dalam penyajiannya
Universitas Sumatera Utara
33
b) Memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan secara ringkas dan mudah dicerna c) Dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis d) Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal, dapat mempercepat pembaca memahami isi pesan yang dibacanya, karena pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap pada jalurnya. e) Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional, mengakibatkan pembaca ingin terus membacanya hingga selesai f) Selain sebagai media pembelajaran, komik juga dapat berfungsi sebagai media sumber belajar (Zulkifli, 2008). 2.7 Landasan Teori Menurut Fitriani (2011) bahwa prinsip dasar dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar, dalam proses belajar terdapat 3 persoalan pokok yaitu persoalan masukan, proses dan persoalan keluaran.
Input
Proses
Output
Gambar 2.1. Proses Pendidikan Kesehatan Persoalan pokok dalam proses belajar (Fitriani, 2011) yaitu a. Persoalan masukan (input) yang terdiri dari kelompok sasaran dengan latar belakang umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
34
b. Persoalan proses yaitu mekanisme dan interaksi yang terjadi perubahan kemampuan (perilaku) pada individu. Pada proses ini terjadi pengaruh timbal balik berbagai faktor antara lain individu, pengajar, media dan metode pembelajaran. c. Persoalan keluaran (output) yaitu hasil belajar itu sendiri baik berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari individu yang telah mendapatkan pengajaran. Menurut Ali (2011) bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan akan memberikan proses perubahan sehingga terciptanya suatu perilaku yang baru. Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2012), merumuskan bahwa proses perubahan perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus–Organisme-Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori ”S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Selanjutnya, teori Skinner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu : 1) Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu karena menimbulkan responsrespons yang relatif tetap. 2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons.
Universitas Sumatera Utara
35
Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua , yaitu : 1) Perilaku tertutup (Cover behaviour) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat dinikmati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk ”unobservable behaviour” atau ”cover behaviour” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. 2) Perilaku terbuka (Overt behaviour) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau ”observable behaviour”, tindakan ini dapat juga berupa keterampilan seseorang dalam melakukan sesuatu. Teori SOR ( Skinner) Respons Tertutup Pengetahuan Sikap Stimulus
Organisme Respons Terbuka Praktik Tindakan
Gambar 2.2. Teori Perubahan Perilaku SOR (Skinner)
Universitas Sumatera Utara
36
2.8 Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan pada bagan berikut ini:
Komunikasi Gizi dengan menggunakan Media Komik
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa tentang Sarapan Sehat
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Konsep utama penelitian adalah untuk melihat pengaruh komunikasi gizi dengan menggunakan media komik terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang sarapan sehat pada siswa sekolah dasar.
Universitas Sumatera Utara