BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sistem pemasaran berjenjang atau Multi Level Marketing (MLM) sedang
menjadi sorotan sebagai salah satu pemutar roda ekonomi di Indonesia. MLM adalah salah satu strategi pemasaran dengan membangun distribusi untuk memindahkan produk dan jasa langsung ke konsumen. Strategi seperti ini memberikan
peluang
bagi
seseorang
yang
ingin
memiliki
usaha
sendiri/wirausaha. Strategi seperti ini tidak membutuhkan modal awal yang tinggi. Kebutuhan akan tempat usaha dan persiapan produk telah disediakan oleh perusahaan. Terlebih lagi ada tim manajemen yang siap membantu semua pekerjaan administrasi dan distributor. Strategi seperti ini membuat banyak orang yang dulunya tidak memiliki bisnis sendiri, karena keterbatasan modal yang ada, akhirnya bisa menjadi pengusaha (Jauhari,2011:40). Sejarah telah membuktikan bahwa bisnis MLM dapat menjadi alternatif yang menjanjikan masa depan yang baik bagi angkatan kerja (Jauhari,2011:41). Penghasilan menjadi seorang tenaga pemasar MLM yang profesional tidak kalah hebat dibandingkan dengan penghasilan dari profesi-profesi lainnya dibidang konvensional, bahkan lebih baik. MLM yang menggunakan strategi pemasaran secara bertingkat (levelisasi) mengandung unsur-unsur positif, asalkan diisi dengan nilai-nilai islam dan sistemnya disesuaikan dengan syariah islam. Bila demikian, MLM dipandang memiliki unsur-unsur silaturahmi, dakawah, dan tarbiyah (Nurrochim,2011). Silaturahmi merupakan upaya menjalin persaudaraan baik persaudaraan karena alasan sedarah, maupun persaudaraan yang lebih
1
2
luas dilandasi dengan kesadaran sebagai sesama manusia (persamaaan secara biologis atau fisik) dan perasaan kasih sayang (Kurnianto,2011). Sedangkan dakwah menurut Anshari (2004:152) adalah penyampaian Islam kepada manusia, baik secara lisan, tulisan, maupun secara lukisan. Sementara menurut Al’Amir (2004:22) tarbiyah merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik (murabbi) untuk mencapai kesempurnaan. Menurut Muhammad Hidayat, Dewan Syariah MUI Pusat, metode semacam ini pernah digunakan Rasulullah dalam melakukan dakwah islamiyah pada awal-awal Islam. Dakwah Islam pada saat itu dilakukan melalui teori dari mulut ke mulut, dari satu sahabat ke sahabat lainnya. Sehingga pada suatu ketika Islam dapat diterima oleh masyarakat kebanyakan (Irawati,2011). Bisnis yang dijalankan dengan sistem MLM tidak
hanya sekedar
menjalankan penjualan produk barang saja, tetapi juga jasa, yaitu jasa marketing yang berlevel-level (bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa marketingfee, bonus, hadiah, dan sebagainya, tergantung prestasi dan level seorang anggota. Sama halnya seperti cara berdagang yang lain, strategi MLM harus memenuhi rukun jual beli serta akhlak (etika) yang baik. Disamping itu komoditas yang dijual harus halal (bukan haram maupun syubhat), memenuhi kualitas, dan bermanfaat. MLM tidak boleh memperjualbelikan produk yang tidak jelas status halalnya, atau menggunakan modus penawaran (iklan) produksi promosi tanpa mengindahkan norma-norma agama dan kesusilaan (Irawati,2011). Bisnis Multi Level Marketing (MLM) merupakan salah satu bisnis modern yang tidak ada di zaman nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itulah terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai hukum bisnis MLM. Ada yang menghalalkan, ada juga yang mengharamkan MLM secara keseluruhan. Ada
3
juga pendapat yang mengatakan halal atau haram, bergantung pada sistem yang diterapkan dalam MLM tersebut. Dari seluruh MLM yang ada, 66 diantaranya sudah terdaftar di Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), dimana APLI merupakan perwakilan dari wadah WDSA (World Direct Selling Association). Untuk dapat diterima sebagai anggota APLI, perusahaan yang bersangkutan harus mengadakan presentasi seluruh anggota dewan mengenai perencanaan bisnis yang dimiliki. Apabila kemudian ditemukan bahwa sistemnya tidak baik dan produknya pun tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka APLI berhak dan wajib menolak keangotaan. Dari jumlah tersebut hanya 6 yang sudah mendapat sertifikat syariah dari Dewan Syariah
MUI ( Majelis Ulama Indonesia), satu
diantaranya adalah K-LINK (Jauhari,2011). Penerapan nilai-nilai Islam dalam menjalankan bisnis tentunya sangat penting karena bisnis yang benar menurut ajaran Islam adalah bisnis yang menerapkan nilai-nilai Islam. Sebagaimana Rasulullah dalam menjalankan bisnis, yang senantiasa menerapkan nilai-nilai keluhuran dalam berdagang. Jika banyak orang yang menjadikan bisnis sebagai ladang untuk mencari keuntungan duniawi semata, maka Rasulullah SAW menjadikannya sebagai sarana untuk menanami ladang akhirat. Beliau memberikan teladan bahwa bisnis adalah sebuah transaksi yang tak hanya bernilai ekonomis namun juga bernilai kemanusiaan (Malahayati, 2010:27-28). Kiprah Rasulullah dalam berbisnis dimulai sejak kecil dengan membantu pamannya berdagang, kemudian beranjak remaja beliau sudah memulai bisnis kecil-kecilannya sendiri, dan beliau telah dipercayakan untuk memimpin ekspedisi ke daerah-daerah lain oleh Siti Khadijah yang akhirnya menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda, dari sinilah Rasulullah menunjukkan kesempurnaan beliau dalam berdagang (Malahayati, 2010:30). Ada beberapa nilai Islam yang Rasulullah
4
terapkan dalam proses perdagangan beliau, yang pertama, Shiddiq artinya benar, beliau
merupakan
pedagang
yang
jujur,
tak
pernah
sekalipun
beliau
menyembunyikan kelemahan/cacat dari barang dagangannya, sehingga banyak orang yang senang dengan kejujuran Rasulullah dan mengajaknya bekerja sama. Yang kedua Amanah artinya terpercaya, beliau senantiasa menjaga kepercayaan dalam berdagang, tidak hanya kepercayaan dari pemilik barang, namun juga pelanggan dan orang yang terkait dengan bisnis tersebut. Yang ketiga Fathanah artinya cerdas, beliau mempunyai strategi yang cerdik dalam berdagang dan selalu menganalisis peluang-peluang yang ada dari sebuah tempat atau kelompok masyarakat, sambil mengenali budaya masyarakat di tempat itu. Yang keempat Tabligh artinya menyampaikan, beliau mempunyai public speaking dan negosiasi yang baik, serta ahli dalam membangun komunikasi, meyakinkan pembeli, dan membangun reputasi yang baik dalam berbisnis (Malahayati, 2010:28-29). Dalam menjalankan bisnis, Rasulullah selalu menjalankan prinsip transparansi (jujur) dan terbukti bahwa prinsip ini yang menjadi strategi pemasaran yang efektif untuk menarik pelanggan (Novita, 2010 :141). Ajaran moral kejujuran bukan lagi otoritas atau monopoli bidang keagamaan. Kejujuran sudah merupakan kebutuhan hidup. Bahkan, tidak ada kepemimpinan yang sukses, kecuali di dalamnya terdapat nilai kejujuran. Kejujuran bukan hanya sebuah pelajaran teori moral, melainkan sebuah praktik aktual. Kejujuran merupakan eksistensi kehidupan yang mutlak, pasti, dan persyaratan yang tidak bisa diganggu gugat, karena kejujuran adalah sikap manusia yang paling esensial (Tasmara, 2006:133). Dalam dunia bisnis, khususnya MLM yang aktivitas utamanya adalah penjualan produk, prinsip yang harus diperkuat adalah kejujuran, karena bisnis penjualan merupakan suatu usaha untuk saling memberi kepercayaan antara satu orang dengan orang yang lainnya dalam hal ini penjual dan pembeli, yang pada
5
kenyataannya mereka saling membutuhkan, pembeli membutuhkan barang, dan penjual membutuhkan keuntungan dari hasil penjualannya. Dalam Islam, transaksi jual beli dinyatakan sah apabila ada ijab qabul antara penjual dan pembeli dengan kata lain ada pernyataan yang harus diungkapkan secara terbuka diantara kedua belah pihak. Oleh karena itu hal pertama yang harus dibangun ketika hendak memulai bisnis adalah kejujuran, sehingga berkahpun akan mengalir dengan sendirinya (Ahmad,2010), sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Penjual dan pembeli keduanya bebas terikat, selagi mereka belum berpisah. Maka jika benar dan jelas keduanya diberkahi jual beli itu, tetapi jika menyembunyikan dan berdusta maka terhapuslah berkah jual beli itu” (HR Bukhari, Muslim) Dalam sistem akuntansi pun, kejujuran sangat dijunjung tinggi baik dalam teori maupun praktiknya, karena kejujuran merupakan prasyarat utama untuk mengembangkan akuntansi. Proses akuntansi merupakan kegiatan internal perusahaan, jika tidak dilandasi kejujuran dan transparansi, maka akan terjadi rekayasa dan kecurangan. Oleh karena itu Islam sangat konsern dengan sistem akuntansi yang dijiwai dan didasari oleh nilai Islam (Amrin,2009:7). Akuntansi syariah diperlukan untuk mendukung kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sesuai prinsip syariah. Karena tidak mungkin dapat menerapkan akuntansi yang sesuai dengan syariah jika transaksi yang akan dicatat oleh proses akuntansi tersebut tidak sesuai dengan syariah (Nurhayati S.,2009:2). Ada tiga prinsip umum yang melekat dalam akuntansi syariah yang kemudian menjadi prinsip dasar yang universal dalam operasional akuntansi syariah. Yang pertama, prinsip pertanggungjawaban (accountability) prinsip ini berkaitan
dengan
individu
yang
terlibat
dalam
praktik
bisnis
harus
mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanatkan dan yang telah diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait, wujud pertanggungjawabannya disajikan dalam
6
laporan keuangan. Yang kedua prinsip keadilan, dalam konteks akuntansi adil mengandung pengertian, yaitu: pertama, berkaitan dengan praktik moral yaitu kejujuran yang merupakan faktor yang paling dominan, tanpa kejujuran maka informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan merugikan masyarakat. Kedua, adil yang lebih bersifat fundamental (dan tetap berpijak dalam nilai-nilai etika / syariah dan moral. Yang ketiga prinsip kebenaran, dalam akuntansi prinsip ini berkaitan dengan masalah pengakuan, pengukuran, dan pelaporan. Kebenaran akan menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi (Anggadini, 2011). Melihat pentingnya nilai kejujuran sebagai salah satu nilai fundamental dalam ajaran Islam yang harus diterapkan dalam aktivitas bisnis MLM syariah, penulis merasa perlu untuk mengetahui implementasi penerapan nilai kejujuran dalam aktivitas bisnis MLM syariah. Penulis memilih PT. K-LINK INDONESIA sebagai objek penelitian karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan produk kesehatan yang mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam aktivitas bisnisnya, hal ini dibuktikan dengan diperolehnya predikat dan sertifikat syariah oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2010. Dengan demikian, maka penulis menetapkan Penerapan Nilai Kejujuran Pada Aktivitas Multi Level Marketing (MLM) Syariah (studi kasus pada PT. KLINK Indonesia Cabang Makassar) sebagai judul skripsi penulis untuk tugas akhir dalam menyelesaikan studi program S1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
7
di rumuskan masalah penelitian adalah : “Bagaimana penerapan nilai kejujuran dalam aktivitas pada
PT. K-LINK
INDONESIA CABANG MAKASSAR”.
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan nilai kejujuran pada aktivitas perusahaan MLM Syariah PT. K-LINK Indonesia cabang Makassar.
1.4
Manfaat Penelitian Dari penelitian yang telah dilaksanakan ini diharapkan mampu
memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang terkait dan membutuhkan hasil penelitian ini. Antara lain: a. Bagi Peneliti Untuk mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama dibangku kuliah khususnya dalam bidang akuntansi syariah dalam hal ini penerapan nilai kejujuran pada aktivitas MLM Syariah. b. Bagi Perusahaan Hasil penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi dan
gambaran yang berkaitan dengan penerapan nilai kejujuran pada aktivitas MLM Syariah K-LINK Indonesia. c. Bagi Pengembangan Ilmu Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi penelitian
lebih
lanjut.
Penelitian
ini
dapat menjadi tambahan
perbendaharaan bacaan, menambah pengetahuan dan referensi lain bagi mahasiswa yang membutuhkan.
8
1.5
Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, pembahasan dan penyajian hasil penelitian akan
disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan pengertian dan teori-teori yang mendasari dan berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini, yang digunakan sebagai
pedoman
dalam
menganalisa
masalah.
Diantaranya
pengertian jual beli, pengertian MLM, mekanisme kerja MLM, MLM Konvensional, MLM syariah, pengertian nilai kejujuran, dan penelitian terdahulu. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini diuraikan perihal lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi, serta metode analisis data berupa fenomenologi.
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini berisikan Gambaran Umum Perusahaan yang berisi tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, sistem kerja perusahaan, dan produk-produk yang dipasarkan oleh perusahaan. BAB V : PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang penerapan nilai kejujuran pada setiap aktivitas MLM Syariah PT. K-LINK Indonesia Cabang Makassar.
9
BAB VI : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran.